SPRAIN
Disusun oleh :
Enjelina Marlina (241911001)
Falleriany Intan Wedha (241911002)
Khoiriyah Dwi Agustin (241911004)
Siska Rahayu (241911006)
Wita Yulianti Barges (241911009)
Yulia Puspitasari (241911010)
Pengertian
Strain
Strain merupakan keadaan cedera
pada otot atau pelekatan tendon yang
biasanya terlihat pasca cedera traumatik
atau cedera olahraga (Kowalak, 2011).
Strain adalah kerusakan pada suatu
bagian otot atau tendon karena
penggunaan yang berlebihan atau stres
yang berlebihan (Wahid Abdul, 20013).
Sprain
• Sprain merupakan keadaan ruptur total
atau parsial pada ligamen penyangga yang
melindungi sebuah sendi. Biasanya kondisi ini
terjadi sesudah gerakan memuntir yang tajam
(Kowalak, Jeniffer P, 2011). Sprain
merupakan cedera yang paling sering terjadi
pada berbagai cabang olahraga yaitu cedera
pada sendi dengan terjadinya robekan pada
ligamentum, hal ini terjadi karena stress
berlebihan yang mendadak atau penggunaan
berlebih yang berulang-ulang dari sendi
(Wahid Abdul 2013).
Etiologi
1. Menurut Kowalak (2011), etiologi strain dibagi menjadi 2 yaitu :
• Pada strain akut : Ketika otot keluar dan berkontraksi secara mendadak
• Pada strain kronis : Terjadi secara berkala oleh karena penggunaaan yang berlebihan/tekanan berulang-
ulang,menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendon).
2. Menurut Kowalak (2011), etiologi sprain dibagi menjadi 4 yaitu :
• Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan jaringan. Misalnya pada
umur tiga puluh sampai empat puluh tahun kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligamen
menurun pada usia tiga puluh tahun.
• Terjatuh atau kecelakan
Sprain dapat terjadi apabila terjadi kecelakan atau terjatuh sehingga jaringan ligamen mengalami sprain.
• Pukulan
Sprain dapat terjadi apabila mendapat pukulan pada bagian sendi dan menyebabkan sprain.
• Tidak melakukan pemanasan
Pada atlet olahraga sering terjadi sprain karena kurangnya pemanasan. Dengan melakukan pemanasan otot-
otot akan menjadi lebih lentur.
Manifestasi
• Menurut Mansoer, Arif dkk (2001), manifestasi strain dibagi menjadi 6 yaitu :
1) Kelemahan
2) Mati rasa
3) Perdarahan yang ditandai dengan : Perubahan warna & bukaan pada kulit
4) Perubahan mobilitas, stabilitas dan kelonggaran sendi.
5) Nyeri
6) Odema
• Menurut Mansoer, Arif dkk (2001), manifestasi Sprain dibagi menjadi 4 yaitu :
Tanda dan gejala yang mungkin timbul :
1. Nyeri lokal (Khususnya pada saat menggerakkan sendi)
2. Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi
3. Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri (yang baru terjadi beberapa jam setelah cedera)
4. Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah kedalam jaringan sekitarnya.
Patofisiologi
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak
langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,kontraksi
otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum siap,terjadi pada bagian groin
muscles (otot pada kunci paha),hamstring (otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps.
Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan
membengkak (Smelzer, Suzanne. C. 2001).
Sprain biasanya terjadi sesudah gerakan memuntir yang tajam. Keseleo atau sprain jika
difiksasi dapat sembuh dalam dua hingga tiga minggu tanpa tindakan bedah korektif. Sesudah
itu secara berangsur-angsur pasien dapat kembali melakukan aktivitas normal. Keseleo atau
sprain pada pergelangan kaki merupakan cedera sendi yang paling sering dijumpai dan
kemudian diikuti oleh keseleo pada pergelangan tangan, siku, serta lutut.
Jika sebuah ligamen mengalami ruptur maka eksudasi inflamatori akan terjadi dalam
hematoma diantara kedua ujung potongan ligamen yang putus itu. Jaringan granulasi tumbuh
kedalam dari jaringan lunak dan kartilago sekitarnya. Pembentukan kolagen dimulai empat
hingga lima hari sesudah cedera dan pada akhirnya akan mengatur serabut-serabut tersebut
sejajar dengan garis tekanan/stres. Dengan bantuan jaringan fibrosa yang vaskular, akhirnya
jaringan yang baru tersebut menyatu dengan jaringan disekitarnya. Ketika reorganisasi ini
berlanjut, ligamen yang baru akan terpisah dari jaringan sekitarnya dan akhirnya menjadi
cukup kuat untuk menahan tegangan otot normal (Smelzer, Suzanne. C. 2001).
Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Kowalak (2011) penatalaksanaan keperawatan yaitu RICE
(Rice, Ice, Compression, Elevation) Prinsip utama penatalaksanaan strain
dan sprain adalah mengurangi pembengkakan dan nyeri yang terjadi.
Langkah yang paling tepat sebagai penatalaksanaan tahap awal (24-48
jam) :
• Rest (istirahat)
• Ice (es)
• Compression (penekanan)
• Elevation (peninggian)
Medis :
• Kemotherapi.
Dengan analgetik seperti Aspirin (300 – 600 mg/hari) atau Acetaminofen
(300 – 600 mg/hari)
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Identitas pasien.
2. Keluhan Utama.
• Nyeri, kelemahan, mati rasa, edema, perdarahan, perubahan mobilitas / ketidakmampuan untuk menggunakan sendi,
otot dan tendon.
3. Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat Penyakit Sekarang.
• Kapan keluhan dirasakan, apakah sesudah beraktivitas kerja atau setelah berolah raga.
• Daerah mana yang mengalami trauma.
• Bagaimana karakteristik nyeri yang dirasakan.
b. Riwayat Penyakit Dahulu.
• Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau mengalami trauma pada sistem muskuloskeletal
lainnya.
• Riwayat Penyakit Keluarga.
• Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.
4. Pemeriksaan Fisik.
a. Inspeksi :
• Kelemahan
• Edema
• Perdarahan-perubahan warna kulit
• Ketidakmampuan menggunakan sendi
b. Palpasi :
• Mati rasa.
c. Auskultasi.
d. Perkusi.
5. Pemeriksaan Penunjang.
• Pada sprain untuk diagnosis perlu dilaksanakan rontgen untuk membedakan
dengan patah tulang.
Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1. DS : Nyeri (akut) spasme otot, gerakan
1) Klien mengatakan jatuh dari ketinggian 30 m fragmen tulang, edema,
2) Klien mengatakan nyeri dan bengkak pada cedera pada jaringan
sendi bahu kiri lunak
DO :
3) Kesadaran CM
4) Pada pemeriksaan terlihat adanya
pembengkakan, nyeri tekan dan nyeri
sumbu pada cruris sinistra 1/3 dibagian
depan dan daerah deltoid kosong
5) Kemungkinan klien terlihat meringis
kesakitan karena nyeri dan tungkai bawah
terkulai
6) Nampak terpasang bidai pada tungkai kiri
klien dan terpasang mitela pada bahu kiri
No Data Masalah Etiologi
2. DS : Hambatan mobilitas fisik Cedera jaringan sekitar
1) Kemungkinan pasien mengatakan tidak bisa fraktur dan kerusakan
menggerakkan tangan kiri dan kaki kirinya neuromuskuler
2) Kemungkinan pasien mengatakan kesulitan
dalam membolak-balik posisinya
DO :
3) Klien terlihat tidak bisa berdiri dan mengalami
luka-luka
4) Klien terlihat meringis kesakitan karena nyeri dan
tungkai bawah terkulai
2 Setelah dilakukan O: Kaji derajat mobilitas yang dihasikan oleh 1. Mengetahui persepsi diri pasien mengenai
tindakan keperawatan cedera/pengobatandan perhatikanpersepsi pasien keterbatasan fisik actual
1 x ….. jam diharapkan terhadapobilisasi 2. Meningkatkan aliran darah ke otot dan
klien dapat N : instruksikan dan bantu pasien dalam rentang tulang untuk meningkatkan tonus otot,
memperbaiki gerak aktif/pasif pada ekstremitas yang sakit dan mempertahankan gerak sendi, mencegah
mobilitas fisik dengan yang tak sakit kontraktur/atrofi dan respon kalsium karena
kriteria hasil: E : dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik dan tidak digunakan
Klien dapat pertahankan rangsangan lingkungan 3. Memberikan kesempatan untuk
mencapai C: konsultasi dengan ahli terapi fisik/okupasi dan mengeluarkan energi meningkatkan rasa
mobilitas fisik atau rehabilitasi spesialis Kontrol diri
yang baik. 4. Berguna dalan membuat aktivitas
individual/program latihan.
No Dx Tujuan Kreteria hasil Intervensi Rasional
3 Setelah diberkan tindakan O: kaji tanda tanda infeksi 1. Untuk mengetahui perubahan
keperawatan selama …x… jam N: rawat luka dengan pertahankan kondisi perlukaan yang terjai
Diharapkan klien tidak teknik aseptik pada klien
mengalami resiko infeksi E: edukasi klien dan pengunjung untuk 2. Mencegah terjadinya infeksi
dengan criteria hasil : jaga kebersihan area perlukaan klien nosocomial
• Klien bebas dai tanda dan agar tetap bersih 3. Memberikan informasi
gejala inefeksi C: kolaborasi dalam pemberian terapi 4. Meminimalkan terjadinya infeksi
• Jumlah leukosit dalam batas sesuai medikasi 5. Membantu proses pemulihan klien
normal
• Mendeskripskan proses
penularan penyakit atau
factor yang mempengaruhi
infeksi
Implementasi