Anda di halaman 1dari 18

NASKAH KULIAH ASPIRATION OF TRACHEA

BLOK 15 SISTEM RESPIRASI

MEDICAL EDUCATION UNIT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL ACMAD YANI 2009

DAFTAR ISI

JUDUL...........................................................................................................................i KATA PENGANTAR..................................................................................................ii DAFTAR ISI...........iii BAB I PENDAHULUAN................................................................................1 BAB II ASPIRATION OF TRACHEA 2.1. PENGERTIAN......................2 2.2. EPIDEMIOLOGI...............................................2 2.3. FAKTOR PREDISPOSISI.................................................3 2.4. PATOFISIOLOGI......................................................................................4 2.5. GEJALA KLINIK......................................................................................5 2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG...6 2.7. KOMPLIKASI...........................................................................................6 2.8. PENATALAKSANAAN...6 2.9. PENANGANAN JALAN NAFAS DARURAT.......................................8 BAB III. KESIMPULAN............15 DAFTAR PUSTAKA.....16

BAB I PENDAHULUAN Aspirasi benda asing trachea merupakan masalah klinis yang memiliki tantangan tersendiri, meskipun belakangan ini telah terjadi kemajuan besar dalam teknik anestesi dan instrumentasi, ekstraksi benda asing jalan napas bukanlah merupakan suatu prosedur yang mudah dan tetap memerlukan keterampilan serta pengalaman dari dokter yang melakukannya. Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen (dari luar tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam tubuh) yang dalam keadaan normal benda tersebut tidak ada. Secara statistik, persentase aspirasi benda asing berdasarkan letaknya masingmasing adalah; hipofaring 5%, laring/trakea 12%, dan bronkus sebanyak 83%. Kebanyakan kasus aspirasi benda asing terjadi pada anak usia <15 tahun; sekitar 75% aspirasi benda asing terjadi pada anak usia 13 tahun. Rasio laki-laki banding wanita adalah 1,4 : 1.1 Pada benda asing trachea, dapat dipergunakan kateter insuflasi yang dipasang melalui hidung dengan bagian ujung di dalam hipofa-ring untuk mempertahankan keadaan anestesia dan oksigenasi. Ujung laringoskop kemudian ditempatkan pada vallecula untuk melihat seluruh struktur trakhea dan untuk melihat benda asing di dalam trakhea, sehingga dapat dikeluarkan dengan menggunakan forceps yang sesuai. Setelah tindakan ekstraksi benda asing, trachea dievaluasi kembali untuk mencari kemungkinan adanya benda asing lainnya.2

BAB II ASPIRATION OF TRACHEA 2.1. Pengertian Aspiration of trachea atau aspirasi trakhea adalah adanya benda asing baik yang berasal dari tubuh sendiri maupun dari luar yang mempengaruhi proses pernapasan yang terjadi di trachea1. Perlu dibedakan antara aspirasi dengan tertelan. Hal ini dikarenakan aspirasi benda asing berarti benda asing masuk ke dalam jalan napas dan ini berarti perlu tindakan bronkoskopi yang segera ( cito), sedangkan tertelan benda asing berarti benda asing masuk ke dalam jalan makanan yang memerlukan tindakan esofagoskopi yang bersifat urgent, yang berarti tidak perlu segera dikerjakan dan dapat ditunda dalam waktu 24 jam.2 Penderita dengan aspirasi benda asing di jalan napas merupakan kasus yang gawat darurat dan memerlukan tindakan yang segera yaitu ekstraksi benda asing dengan menggunakan forsep secara bronkoskopi dengan pembiusan umum. Penderita biasanya datang sudah dalam keadaan sesak napas yang berat ringannya tergantung pada besar kecilnya benda asing.3 2.2.Epidemiologi Benda asing di jalan napas dapat terjadi pada orang dewasa maupun anakanak. Aspirasi benda asing pada trachea lebih sering terjadi pada anak daripada orang dewasa. Benda asing trakea pada anak-anak sangat berbahaya karena menyumbat saluran napas utama. Jenis benda asing pada orang dewasa berbeda dengan anakanak. Pada orang dewasa yang sering adalah jarum pentul, tulang dan gigi tiruan sebagian lepasan, sedangkan pada anak-anak adalah kacang atau koin.?

Setelah benda asing teraspirasi, maka benda asing tersebut dapat tersangkut pada 3 tempat anatomis yaitu, laring, trakea atau bronkus.Dari semua aspirasi benda asing, 8090% diantaranya terpe-rangkap di bronkus dan cabang-cabangnya. Pada orang dewasa, benda asing bronkus cenderung tersangkut di bronkus utama kanan, karena sudut konvergensinya yang lebih kecil dibandingkan bronkus utama kiri. Benda asing yang lebih besar lebih banyak tersangkut di laring atau trakea. Secara statistik, persentase aspirasi benda asing berdasarkan letaknya masingmasing adalah; hipofaring 5%, laring/trakea 12%, dan bronkus sebanyak 83%. Kebanyakan kasus aspirasi benda asing terjadi pada anak usia <15 tahun; sekitar 75% aspirasi benda asing terjadi pada anak usia 13 tahun. Rasio laki-laki banding wanita adalah 1,4 : 1.1 2.3. Faktor Predisposisi Hal ini yang menjadi faktor predisposisi: Faktor personal antara lain umur,kesadaran menurun, epilepsi, dan, alkoholisme, Faktor fisik antara lain kelainan dan penyakit neorologik pada proses

menelan yang belum sempurna pada anak faktor dental, medikal dan surgikal antara lain tindakan bedah, ekstraksi gigi, belum tumbuh gigi molar pada anak yang berumur <4 tahun. Faktor kejiwaan seperti emosi,dan gangguan psikis Ukuran bentuk dan sifat benda asing faktor kecerobohan seperti meletakan uang koin di mulut, persiapan makan yang kurang baik, tergesa-gesa makan sambil bermain, memberikan kacang dan permen pada anak yang gigi molarnya belum tumbuh lengkap.1

Benda asing, seperti tumpahan atau darah di jalan nafas atas yang tidak dapat ditelan atau dibatukkan oleh penderita yang tidak sadar dapat menyumbat jalan nafas.4

2.4. Patofisiologi Saat benda atau benda berada di dalam mulut anak menjerit atau tertawa, sehingga saat inspirasi, laring terbuka dan benda asing masuk ke dalam laring saat benda asing terjepit di Sfingter laring pasien batuk paroksikmal tersumbat di trakea,mengi,dan sianosis setelah masuk ke dalm trakea atau bronkus kadang terjadi fasi asistomatik selama 24 jam atau lebih, diikuti gejala pulmonum serta bergantung pada derajat sumbatan bronkus benda asing organik seperti kacang mempunyai sifat higroskopik, mudah lunak,mengembang pada air serta dapat menyebabkan iritasi pada mukosa, Mukosa Bronkus edemameradang dapat terjadi jaringan granulasi sehingga gejala sumbatan menghebat timbul laringotrakeo-brokitis, toksemia,btuk, dan demem yang iregular. Benda asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan lebih ringan, Benda asing berasal dari metal dan tipis memberika gejala batuk Spamodik2 2.5 Gejala Klinik Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat,bentuk dan ukuran benda asing. Benda asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut di hidung, nasofaring, laring, trakea dan bronkus. Benda yang masuk melalui mulut dapat tersangkut di orofaring, hipofaring, tonsil, dasar lidah, sinus piriformis, esofagus atau dapat juga tersedak masuk ke dalam laring, trakea dan bronkus. Gejala yang timbul bervariasi, dari tanpa gejala hingga kematian sebelum

diberikan pertolongan akibat sumbatan total. Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing saluran napas akan mengalami 3 stadium. 1. Stadium pertama Gejala pertama berupa batuk-batuk hebat secara tiba-tiba (violent paroxysms of coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging) dan obstruksi jalan napas yang terjadi dengan segera 2. Stadium kedua Gejala stadium permulaan diikuti oleh interval asimtomatis. Hal ini karena benda asing tersebut tersangkut, refleks-refleks akan melemah dan gejala rangsangan akut menghilang. Stadium ini berbahaya, sering menyebabkan keterlambatan diagnosis atau cenderung mengabaikan kemungkinan aspirasi benda asing karena gejala dan tanda yang tidak jelas 3. Stadium ketiga Telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi sebagai akibat reaksi terhadap benda asing, sehingga timbul batuk-batuk, hemoptisis, pneumonia dan abses paru.1 Trakea Dikelilingi tulang rawan berbentuk tapal kuda (otot polos dan bergaris) sehingga bisa mengembang dan menyempit.5 Gejala sumbatan trakhea tergantung pada besar, bentuk dan letak (posisi) benda asing. 1 Sumbatan total di trakhea akan menimbulkan keadaan yang gawat biasanya kematian mendadak karena terjadi asfiksia dalam waktu singkat. Benda asing di trakea memberikan gejala batuk tibatiba yang berulang ulang dengan rasa tercekik, serak, dispenia, sianosis, rasa tersumbat di tenggorokan. Gejala klinik pada trakhea masih memliki kesamaan dengan gejala di laring, karena pada laring masih menyisakan gejala edema. Disamping itu sumbatan pada trakhea akan menimbulkan gejala subjektif dari benda asing dengan menunjuk lehernya sesuai dengan letak benda asing itu tersangkut.

2.6 Pemeriksaan Penunjang Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan radiologis dan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing yang bersifat radioopak dapat dibuat rongent foto segera setelah kejadian, benda asing radiolusen dibuatkan rongent foto setelah 24 jam kejadian, karena sebelum 24 jam kejadian belum menunjukkan gambaran radiologis yang berarti. Biasanya setelah 24 jam baru tampak tanda-tanda atelektasis atau emfisema. Video fluoroskopi merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara keseluruhan, dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan adanya obstruksi parsial. Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan asam basa, serta tanda-tanda infeksi saluran napas.2 2.7 Komplikasi Bila sumbatan parsial lama berada di trakhea dapat timbul penyakit paru kronik Supuratif, bronkiestasis, abses paru, dan jaringan granulasi yang menutupi benda asing, Sumbatan total trakhea yang berlangsung lebih dari 5 menit pada dewasa atau 8 menit akan mengakibatkan kerusakan jaringan otak dan henti jantung6 2.8 Penatalaksanaan Penyumbatan mekanik saluran pernafasan bisa disebabkan oleh terhirupnya partikel atau benda asing. Anak kecil beresiko tinggi karena sering memasukkan benda ke dalam mulutnya dan menelan mainan kecil atau bagian-bagian dari mainan. Obstruksi juga dapat terjadi pada orang dewasa, terutama jika daging terhirup pada saat makan. Jika benda menyumbat trakea, pasien tidak dapat bernafas atau bicara. Jika benda tersebut tidak dikeluarkan dengan segera penderita akan segera meninggal. Dilakukan Manuver Heimlich, untuk mengeluarkan benda asing dan tindakan ini biasanya dapat menyelamatkan nyawa penderita. Jika benda asing tertahan di bagian yang lebih bawah dari saluran pernafasan, bisa terjadi batuk iritatif menahun

dan infeksi yang berulang. Benda asing biasanya dikeluarkan dengan bronkoskopi (alat dimasukkan melalui saluran pernafasan dan benda asing dikeluarkan). 6 Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan tepat, perlu diketahui dengan baik lokasi tersangkutnya benda asing tersebut. Secara prinsip benda asing di saluran napas dapat ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dengan trauma minimum. Umumnya penderita dengan aspirasi benda asing datang ke rumah sakit setelah melalui fase akut, sehingga pengangkatan secara endoskopik harus dipersiapkan seoptimal mungkin, baik dari segi alat maupun personal yang telah terlatih. Penderita dengan benda asing di laring harus mendapat pertolongan segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya beberapa menit. Cara lain untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total ialah dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat dilakukan pada anak maupun dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing yang masuk ke dalam laring ialah pada saat inspirasi. Dengan demikian paru penuh dengan udara, diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup, dengan menekan botol itu, maka sumbatnya akan terlempar keluar. Komplikasi perasat Heimlich adalah kemungkinan terjadinya ruptur lambung atau hati dan fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya tidak dengan menggunakan kepalan tangan tetapi cukup dengan dua buah jari kiri dan kanan. 7
PadasumbatanbendaasingtidaktotaldilaringperasatHeimlichtidakdapatdigunakan.Dalam hal ini penderita dapat dibawa ke rumah sakit terdekat yang memiliki fasilitas endoskopik berupa laringoskopdanbronkoskop.

Benda asing trakea pada anak-anak sangat berbahaya karena menyumbat saluran napas utama. Bronkoskopi lazimnya yang digunakan untuk mengeluarkan benda-benda asing di saluran napas, namun alat tersebut tidak selalu ada di sebagian besar rumah sakit di Indonesia. Laringoskopi langsung dicoba untuk mengganti

bronkoskopi. Alat ini lebih mudah pengelolaannya, murah dan semua dokier THT sudah biasa menggunakannya. Bagman THT Rumah Sakit Dokter Kariadi mencoba menggunakan Laringoskopi langsung untuk mengeluarkan benda asing trakea. Diagnosis yang menegaskan bahwa benda asing masih ditrakea dan dapat bergerak berdasarkan tanda audible slap Sebelas penderita dengan benda asing organik, umur semuanya di bawah 3 tahun, aspirasi paling Lama kurang dan 4 hari Penderita dikelola dengan laringoskopi langsung dalam keadaan teranestesi reflek muntah difaring. Dari hasil penelitian semua benda asing dapat dikeluarkan dengan baik Enam kasus bendanya berada disubglotik dan 5 penderita bendanya berada ditrakea, tidak terjadi komplikasi dan hari benikutnya dipulangkan. Laringoskopi langsung disentai dengan penghambatan reflek muntah difaring dapat digunakan untuk mengeluarkan benda asing ditrakea. Untuk menegaskan peranan cara tersebut masih perlu penelitian lebih banyak.1

2.9 Penanganan Jalan Nafas Darurat Penanganan jalan nafas terutama ditujukan pada penderita tidak sadar, yang memerlukan tindakan cepat sampai sumbatan teratasi. Sambil meminta pertolongan orang lain dengan cara berteriak kita harus tetap disamping penderita. Pertama-tama yang kita lakukan pada penderita tidak sadar dan mengalami sumbatan jalan nafas adalah ekstensi kepala karena gerakan ini akan meregangkan struktur leher anterior sehingga dasar lidah akan terangkat dari dinding belakang farings. Disamping ekstensi kepala kadang-kadang masih diperlukan pendorongan mandibula ke depan untuk membuka mulut karena kemungkinan adanya sumbatan pada hidung. Kombinasi ekstensi kepala, pendorongan mandibula kedepan dan pembukaan mulut disebut gerak jalan nafas tripel (Safar). Orang yang tidak sadar rongga hidung dapat tersumbat selama ekspirasi, karena palatum mole bertindak sebagai katup.

Secara garis besar penanganan jalan nafas darurat dapat dilakukan: 1) Ekstensi Kepala Pada penderita sadar, sebaiknya penderita ditelentangkan dan muka menghadap keatas, kemudian kepala diekstensikan dengan cara leher diangkat keatas. Hati-hati pada penderita dengan kecelakaan karena kemungkinan adanya patah tulang leher, sehingga mengangkat leher sering tidak dilakukan. Teknik ekstensi kepala ialah tangan penolong mengangkat leher korban dan tangan yang lain diletakkan pada dahinya. Teknik ini menyebabkan mulut sedikit terbuka. Jika mulutnya tertutup atau dagunya terjatuh, maka dagu harus ditopang, dengan cara memindahkan tangan yang dibawah leher untuk menopang dagu ke depan, sambil membuka mulutnya sedikit, tanpa menekan bagian leher di bawah dagu karena dapat menyebabkan sumbatan Kalau penderita mempunyai gigi palsu yang terpasang baik, jangan dilepas, karena gigi palsu dapat mempertahankan bentuk mulut, sehingga memudahkan ventilasi buatan. Jika dengan cara mengangkat leher keatas dan menekan dahi masih saja jalan nafas tidak lancar maka segera mendorong mandibula ke depan dan membuka mulut. Penderita yang tidak sadar sebaiknya diletakkan horizontal dan dagu didorong kedepan atau leher diganjal dengan apa saja (kalau ada semacam guling kecil ) sehingga jalan nafas tetap lancar. Hati-hati pada penderita trauma, kepala-leher-dada harus dipertahankan dalam posisi garis lurus, karena ditakutkan menambah cedera pada tulang belakang bila tidak pada posisi tersebut Pada penderita tidak sadar dan masih bisa bernafas spontan diletakkan pada posisi sisi mantap. Posisi sisi mantap lebih sering diterapkan pada musibah masal,

karena selain menghemat jumlah tenaga penolong juga memudahkan pengeluaran benda asing cair dari mulut penderita. 2) Cara Melakukan Posisi Sisi Miring Mantap 1.Fleksikan tungkai yang terdekat pada penolong. 2.Letakkan tangan yang terdekat dengan penolong dibawah pantat penderita. 3.Secara lembut gulirkan penderita ke arah penolong. 4.Ekstensikan kepala penderita. Letakkan tangan penderita yang sebelah atas dibawah pipi sebelah bawah

untuk mempertahankan ekstensi kepala dan mencegah penderita bergulir ke depan. Lengan sebelah bawah yang berada di punggung penderita mencegah penderita bergulir kebelakang. 3) Gerak Jalan Nafas Tripel Gerak jalan nafas tripel merupakan kombinasi antara ekstensi kepala, pembukaan mulut dan pendorongan mandibula ke depan. Penolong pada verteks penderita, untuk penderita yang masih bernafas spontan .Penolong pada sisi penderita bila penderita tidak bernafas dan penolong siap untuk melakukan pernafasan bantu.

Gerak jalan nafas tripel yang dimodifikasi dengan mengangkat mandibula dengan ibu jari (hanya untuk pasien lemas).

4) Pukulan Dan Hentakan Untuk Sumbatan Benda Asing Pada penderita sadar yang mengalami aspirasi sehingga menyebabkan sumbatan partial sebaiknya penderita disuruh batuk dan meludahkannya. Pada penderita yang mengalami sumbatan total baik penderitanya sadar ataupun tidak apalagi sianosis, maka segera lakukan tindakan yang mungkin masih efektif dan dibenarkan. Langkah-langkah untuk pukulan dan hentakan yang dianjurkan :

Pada penderita sadar: Penderita disuruh membatukkan keluar benda asing tersebut. Bila dalam beberapa detik tindakan tersebut gagal, suruh penderita membuka mulut, dan bila penderita tidak sadar, buka mulutnya secara paksa, dan segera bersihkan mulut dan faringnya dengan jari. Kalau keadaan memungkinkan kita menggunakan laringoskop dan forsep Magill untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Bila cara no.1 gagal, maka pada penderita sadar : Lakukan tiga sampai empat kali pukulan punggung diikuti tiga sampai lima kali hentakan abdomen atau dada dan ulangi usaha-usaha pembersihan Pada penderita tidak sadar : Penderita diletakkan pada posisi horizontal dan usahakan ventilasi paru. Jika tindakan ini gagal, maka lakukan pukulan punggung sebanyak 3-5 kali, diikuti 3-5 kali hentakan abdomen atau hentakan dada. Ulangi usaha pembersihan dan ventilasi. Jika tindakan tersebut juga mengalami kegagalan, maka ulangi urutan ventilasi, pukulan punggung, hentakan dada, penyapuan dengan jari sampai penolong berhasil memberi ventilasi atau sampai perlengkapan untuk mengeluarkan benda asing dari jalan nafas secara langsung tiba. Selama melakukan tindakan-tindakan tersebut diatas periksa denyut nadi pembuluh darah besar, bila tidak teraba, segera lakukan Resusitasi Jantung Paru. Tindakan terakhir yang masih dapat kita lakukan adalah, krikotirotomi, dan ini hanya dapat dilakukan oleh tenaga terlatih. 5) Cara-Cara Melakukan Pemukulan Punggung Dan Hentakan Abdomen Untuk pukulan punggung lakukan 3 sampai 5 kali pukulan dengan pangkal telapak tangan diatas tulang belakang korban diantara kedua tulang belikatnya. Jika mungkin rendahkan kepala dibawah dadanya untuk memanfaatkan gravitasi.

Untuk hentakan abdomen berdirilah di belakang penderita, lingkarkan kedua lengan penolong mengitari pinggang penderita, pergelangan atau kepalan tangan penolong berpegangan satu sama lain, letakkan kedua tangan penolong pada abdomen antara pusat dan prosesus sifoideus penderita dan kepalan tangan penolong menekan ke arah abdomen dengan hentakan cepat. Ulangi 3 sampai 5 kali. Hindari prosesus sofoideus.

Hentakan dada diatas sternum bawah kurang menimbulkan bahaya, lebih-lebih pada wanita hamil atau gemuk.

5) Pukulan Punggung Pada Bayi Dan Anak Kecil Peganglah anak dengan muka kebawah, topanglah dagu dan leher dengan lutut dan satu tangan penolong kemudian lakukan pemukulan pada punggung secara lembut antara kedua tulang belikat bayi. Pada tindakan hentakan dada, letakkan bayi dengan muka menghadap keatas pada lengan bawah penolong, rendahkan kepala dan berikan hentakan dada secara lambat dengan dua atau tiga jari seperti kalau kita melakukan kompresi jantung luar. Jika jalan nafas anak hanya tersumbat partial, anak masih sadar serta dapat bernafas dalam posisi tegak, maka sebaiknya tindakan dikerjakan dengan peralatan yang lebih lengkap, bahkan mungkin menggunakan tindakan anestesi. Tindakan hentakan abdomen jangan dilakukan pada bayi dan anak kecil. 6) Intubasi trakea. Pipa Endotrakea terdiri dari berbagai ukuran mulai dari 2,5, sampai 10. Pada penderita gawat nafas dan tidak sadar, intubasi trakea merupakan pilihan terakhir, karena cara ini agak sukar dan harus berpengalaman. Perlengkapan 1.Laringoskop Laringoskop ada dua macam.

Laringoskop Magill, yaitu daun laringoskop lurus. Laringoskop Macintosh, yaitu daun laringoskop bengkok. Daun laringoskop yang lurus digunakan untuk mengangkat epiglottis secara

langsung, sedangkan daun yang bengkok yang dimasukkan kedalam valekula tepat diatas epiglottis, mengangkat epiglottis tidak langsung dengan menarik frenulum glosoepiglotis. Daun laringoskop yang bengkok tidak menyentuh larings dan karena itu mungkin kurang traumatik dan kurang merangsang refleks, juga memberi ruangan lebih luas untuk melihat dan memasukkan pipa. Intubasi pada anak memerlukan daun laringoskop pediatri khusus. 2.Pipa endotrakea Sebaiknya kita memilih pipa endotrakea dengan balon lunak volume besar dengan tekanan rendah (high volome low pressure). Untuk anak kecil dan bayi pipa endotrakea tanpa balon. Pipa sebaiknya dibuat dari plastik yang tidak iritatif. 7) Krikotomi Cara ini untuk nafas spontan baik dengan udara ataupun dengan oksigen, untuk ventilasi buatan dan penghisapan. Tindakan ini memerlukan kanula terbesar yang tersedia dan tidak menyebabkan cedera larings. Pada orang dewasa diameter luar sebesar 6 mm, dan pada anak besar sebesar 3 mm. Pada anak kecil dan bayi, gunakanlah jarum no. 12 G. Teknik Krikotirotomi Letakkan penderita terlentang dengan kepala ekstensi. Pegang larings dengan ibu jari dan jari tengah serta tentukan membrana krikoid dengan jari telunjuk. Buat sayatan kulit horizontal yang cukup. Lakukan insisi tusuk melalui membrana krikotiroid. Dorong kanula ujung tumpul melalui membrana ke dalam lumen trakea. Indikasi trakeostomi

Indikasi trakeostomi termasuk sumbatan mekanis pada jalan nafas dan gangguan non obstruksi yang mengubah ventilasi. Terjadinya obstruksi jalan nafas atas: sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis, misalnya pada pasien dalam keadaan koma. untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator). apabila terdapat benda asing di subglotis. penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas ( misal angina ludwig), epiglotitis dan lesi vaskuler, neoplastik atau traumatik yang timbul melalui mekanisme serupa mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran nafas atas seperti rongga mulut, sekitar lidah dan faring. Hal ini sangat berguna pada pasien dengan kerusakan paru, yang kapasitas vitalnya berkurang.7 Tindakan trakeostomi akan menurunkan jumlah udara residu anatomis paru hingga 50 persennya. Sebagai hasilnya, pasien hanya memerlukan sedikit tenaga yang dibutuhkan untuk bernafas dan meningkatkan ventilasi alveolar. Tetapi hal ini juga sangat tergantung pada ukuran dan jenis pipa trakeostomi.8

BAB III KESIMPULAN 1. Aspiration of trachea atau aspirasi trakhea adalah adanya benda asing baik yang berasal dari tubuh sendiri maupun dari luar yang mempengaruhi proses pernapasan yang terjadi di trachea 2. Penderita dengan aspirasi benda asing di jalan napas merupakan kasus yang gawat darurat dan memerlukan tindakan yang segera 3. Aspirasi benda asing pada trachea lebih sering terjadi pada anak daripada orang dewasa 4. Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat,bentuk dan ukuran benda asing 5. Bronkoskopi lazimnya yang digunakan untuk mengeluarkan benda-benda asing di saluran napas, namun alat tersebut tidak selalu ada di sebagian besar rumah sakit di Indonesia. Laringoskopi langsung dicoba untuk mengganti bronkoskopi. Alat ini lebih mudah pengelolaannya, murah dan semua dokier THT sudah biasa menggunakannya.

DAFTAR PUSTAKA

1) Faddjar M., Ekstraksi Benda Asing Saluran nafas dengan Neuroleptic Anasthesia. Dalam : Medicinus. Edisi Juni-Agustus 2009 Vol 2. Jakarta : Balai Penerbit FK UI , 2007: h 65-67. 2) Strahan C., Meyers AD . Aspiration. In: Charles, D, Sylvan, Margaret A Editors. Pediatric Otolaryngology. 3th ed.Vol 2. Philadelphia; London, Toronto,Montreal, Sydney: Saunders Company, 2005: p. 1245-50. 3) Munter DW. Foreign bodies trechea. 2007. Available at

http://emedicine.medscape.com/article/872498-overview 4) Adams GL.,Boies L.R., Higler P.A., Buku Ajar Penyakit THT. Alih bahasa : Caroline Wijaya. Edisi 6. Jakarta : Balai Penerbit Buku Kedokteran.EGC,1997: 467-479. 5) Nina I., Niken L.P., Elise K., Sumbatan traktus trakeo-bronkhial. Dalam : Soepardi EA, Nurbaiti Iskandar,Ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Edisi ke6. Jakarta : Balai Penerbit FK UI,2007: h 261 2. 6) Dahlan Z. Pneumonia bentuk khusus. In: Aru W, Bambang S Idrus A,Editors. Buku Ajar Penyakit Dalam 4th ed.Vol 2. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam, 2005: p. 982-3. 7) Sjamsuhidayat R., Tindak bedah organ dan system organ. In: Wim De Jong, Editors. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta:EGC, 2000:376. 8) Eibling DE. Management of intractable aspiration. In Bailey BJ, ed. Head & Neck Surgery-Otolaryngology. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott-Raven, 1998.

Anda mungkin juga menyukai