Anda di halaman 1dari 40

Small Group Discussion (SGD)

Asuhan Keperawatan dan Tumbuh Kembang Anak (DDST) dengan Kelainan


Kongenital Sistem Muskuloskeletal

disusun oleh:
Kelompok 1 Kelas A-1 Angkatan 2015

Adhe Kukuh Sukma L. 131511133001


Qurrata A’yuni Rasyidah 131511133013
Wahyu Agustin Eka L. 131511133033
Fitria Kusnawati 131511133038
Diah Ayu Mustika 131511133080
Ucik Nurmalaningsih. 131511133088
Nurul Fitrianil Jannah 131511133099
Aulathivali Inas Faravida 131511133109
Rian Priambodo 131511133119

Fasilitator: Ilya Krisnana, S.Kep., Ns., M. Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami semua, dan semoga shalawat serta salam selalu
tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di Yaumul
Qiyamah nanti. Kami ucapkan terimakasih terhadap semua pihak yang telah membantu
kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Makalah ini menjelaskan tentang “Asuhan Keperawatan dan Tumbuh Kembang
Anak (DDST) dengan Kelainan Kongenital Sistem Muskuloskeletal”. Penulis
mengharapkan bahwa calon perawat dapat mengimplementasikan dengan tepat di waktu
yang akan datang.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami ucapkan kepada :
1. Ibu Ilya Krisnana, S.Kep.,Ns., M.Kep. selaku dosen pembimbing dalam
pembuatan makalah ini.
2. Dan teman–teman yang ikut membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Sebagai penulis kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dari penampilan
dan penyajian makalah ini. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca, kami berharap makalah yang kami susun dapat
bermanfaat bagi setiap pembaca.

Surabaya, 5 September 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................... 1


Kata Pengantar ...................................................................................................... 2
Daftar Isi ................................................................................................................ 3
BAB 1 Pendahuluan ............................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 4
1.3 Tujuan.............................................................................................................. 4
BAB 2 Tinjauan Pustaka .................................................................................... 5
2.1 Polidaktili ........................................................................................................ 5
2.1.1 Definisi ................................................................................................... 5
2.1.2 Etiologi ................................................................................................... 5
2.1.3 Patofisiologi ........................................................................................... 7
2.1.4 Web of Caution ....................................................................................... 9
2.1.5 Manifestasi Klinis ................................................................................ 10
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang........................................................................ 10
2.1.7 Penatalaksanaan ................................................................................... 10
2.1.8 Asuhan Keperawatan............................................................................ 11
2.2 Sindaktili ....................................................................................................... 17
2.2.1 Definisi ................................................................................................. 17
2.2.2 Etiologi ................................................................................................. 17
2.2.3 Patofisiologi ......................................................................................... 18
2.2.4 Web of Caution .................................................................................... 20
2.2.5 Manifestasi Klinis .................................................................................. 5
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang........................................................................ 21
2.2.7 Penatalaksanaan ................................................................................... 22
2.2.8 Asuhan Keperawatan............................................................................ 23
BAB 3 Asuhan Keperawatan Kasus ................................................................ 27

3
BAB 4 PENUTUP .............................................................................................. 31
4.1 Kesimpulan.................................................................................................... 31
4.2 Saran ..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 32

4
Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Penyakit keturunan adalah penyakit yang disebabkan oleh kelainan
genetik yang diturunkan dari orang tua ke anaknya. Namun, bukan berarti setiap
kelainan genetik tersebut pasti termanifestasi nyata dalam silsilah keluarga.
Adakalanya tersembunyi hingga tercetus oleh faktor lingkungan seperti polutan,
pola makan yangsalah, zat-zat toksik, dan lain-lain.Penyakit genetik atau kelainan
genetik adalah sebuah kondisi yang disebabkanoleh kelainan oleh satu atau lebih
gen yang menyebabkan sebuah kondisi fenotipeklinis. Penyakit genetik dan
kelainan kongenital merupakan masalah yang cukup cukup serius di masyarakat yang
dapat mengakibatkan kecacatan pada anak.
Kasus yang sering terjadi adalah kelainan pada jari atau adanya penambahan
jari pada tangan atau kaki. Dalam istilah medis disebut Polidaktili. Kasus lainnya
yaitu sindaktili yakni kelainan jari berupa pelekatan dua jari atau lebih sehingga
telapak tangan menjadi berbentuk seperti kaki bebek atau angsa.
Tingkat kejadian polidaktili adalah 1,7 kasus per 1000 kelahiran hidup.
Insidensi lebih tinggi pada orang kulit hitam (3,6-13,9 kasus per 1000 kelahiran
hidup) dibandingkan kulit putih (0,3-1,3 kasus per 1000 kelahiran hidup).
Sedangkan sindaktili dapat terjadi sekitar 1:2000-3000 kelahiran hidup.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah konsep dasar polidaktili?
2. Bagaimanakah asuhan keperawatan klien dengan polidaktili?
3. Bagaimanakah konsep dasar sindaktili?
4. Bagaimanakah asuhan keperawatan klien dengan sindaktili?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar polidaktili
2. Mengetahui cara menyusun asuhan keperawatan klien dengan polidaktili
3. Mengetahui konsep dasar sindaktili
4. Mengetahui cara menyusun asuhan keperawatan klien dengan sindaktili

5
Bab 2

Tinjauan Pustaka

2.1 Polidaktili

2.1.1 Definisi

Polidaktili adalah terjadinya duplikasi jari-jari tangan dan kaki melebihi dari
biasanya (Muttaqin, 2008). Kelainan dapat terjadi mulai dari duplikasi yang berupa
jaringan lunak sampai duplikasi yang di sertai dengan metacarpal dan phalang
sendiri. Polidaktili adalah suatu kelainan yang diwariskan oleh gen autosomal
dominan P yang di maksud dengan sifat autosomal ialah sifat keturunan yang
ditentukan oleh gen pada autosom. Gen ini ada yang dominan dan ada pula yang
resesif. Oleh karena laki-laki dan perempuan mempunyai autosom yang sama,
maka sifat keturunan yang ditentukan oleh gen autosomal dapat dijumpai pada laki-
laki maupun perempuan. Sehingga orang bisa mempunyai tambahan jari pada
kedua tangan atau kakinya.

2.1.2 Etiologi

Etiologi dari polidaktili antara lain;

1. Kegagalan pembentukan bagian tubuh


2. Kegagalan diferensiasi
3. Duplikasi berlebih
4. Sindrom penyempitan pita kongenital
5. Kelainan tulang umum
6. Keturunan
7. Cacat genetik
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya polidaktili antara lain:
1. Kelainan Genetik dan Kromosom : Diturunkan secara genetik (autosomal
dominan). Jika salah satu pasangan suami istri memiliki polidaktili,
kemungkinan 50% anaknya juga polidaktili. Kelainan genetik pada ayah atau
ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas polidaktili pada anaknya. Di
antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi

6
dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan
("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan
daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam
satu keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutya.
2. Faktor Teratogenik : Teratogenik (teratogenesis) Teratogenik adalah perubahan
formasi dari sel, jaringan, dan organ yang dihasilkan dari perubahan fisiologi
dan biokimia. Apabila teratogen diberikan setelah terbentuknya sel jaringan,
sistem fisiologis dan sistem biokimia, maka efek teratogenik tidak akan terjadi.
Teratogenesis merupakan pembentukan cacat bawaan. Malformasi (kelainan
bentuk) janin disebut terata, sedangkan zat kimia yang menimbulkan terata
disebut zat teratogen atau teratogenik.
a. Faktor teratogenik fisik : Bahan tertogenik fisik adalah bahan yang bersifat
teratogen dari unsur-unsur fisik misalnya Radiasi nuklir, sinar gamma dan
sinar X (sinar rontgen). Bila ibu terkena radiasi nuklir (misal pada tragedi
chernobil) atau terpajan dengan agen fisik tersebut, maka janin akan lahir
dengan berbagai kecacatan fisik.
b. Faktor teratogenik kimia : Bahan teratogenik kimia adalah bahan yang
berupa senyawa senyawa kimia yang bila masuk dalam tubuh ibu pada saat
saat kritis pembentukan organ tubuh janin dapat menyebabkan gangguan
pada proses tersebut. Kebanyakan bahan teratogenik adalah bahan kimia.
Bahkan obat-obatan yang digunakan untuk mengobati beberapa penyakit
tertentu juga memiliki efek teratogenik.
c. Faktor teratogenik biologis : Agen teratogenik biologis adalah agen yang
paling umum dikenal oleh ibu hamil. Istilah TORCH atau toksoplasma,
rubella, cytomegalo virus dan herpes merupakan agen teratogenik biologis
yang umum dihadapi oleh ibu hamil dalam masyarakat. Infeksi TORCH
dapat menimbulkan berbagai kecacatan lahir dan bahkan abortus sampai
kematian janin. Selain itu, beberapa infeksi virus dan bakteri lain seperti
penyakit sifilis/raja singa juga dapat memberikan efek teratogenik

2.1.3 Patofisiologi

7
Polidaktili adalah suatu kelainan yang diwariskan oleh gen autosomal dominan
P, sehingga orang mempunyai tambahan jari pada satu atau dua tangan dan atau pada
kakinya. Yang umum dijumpai ialah terdapatnya jari tambahan padasatu atau kedua
tangan. Tempatnya jari tambahan itu berbeda beda, ada yang terdapat di dekat ibu
jari dan ada pula yang terdapat di dekat hari kelingking.

Polidaktili disebabkan kelainan kromosom pada waktu pembentukan organ


tubuh janin. Ini terjadi pada waktu ibu hamil muda atau semester pertama
pembentukan organ tubuh. Kemungkinan ibunya banyak mengkonsumsi makanan
mengandung bahan pengawet. Atau ada unsur stratogenik yang menyebabkan
gangguan pertumbuhan.

Orang normal adalah homozigotik resesip pp. pada individu heterozigotik Pp


derajat ekspresi gen dominan itu dapat berbeda-beda, sehingga lokasi tambahan jari
dapat bervariasi. Bila seorang laki-laki polidaktili heterozigotik menikah dengan
orang perempuan normal, maka dalam keturunan kemungkinan timbulnya polidaktili
ialah 50%. Teori mendel: Ayah polidaktili (heterozigot) Pp X Ibu normal Homozigot
(PP). maka anak-anaknya, polidaktili (heterozigot Pp) 50%, Normal (homozigot pp)
50%. (Zaenuri, 2009)

8
2.1.4 Web of Caution

Kelainan genetic atau


Factor teratogenic: fisik, kimia,
kromosom
biologis

Terpaut komponen PP atau


Pp

Perkembangan tidak normal


dari sel selama kehamilan

Kerusakan embrio

Perubahan pembentukan
organ

Duplikasi jaringan lunak dan MK: Hambatan


phalanx pada jari perkembangan
motorik halus

Pembentukan organ tidak


sempurna Gangguan
pertumbuhan dan
Polidactili perkembangan

Pre operasi Post operasi

Keridaktahuan tentang Bentuk fisik jari Luka post operasi


proses penyakit tidak normal

MK : Nyeri akut Port de entry


kuman
MK: Gangguan
MK : Ansietas
citra tubuh MK: Kerusakan
integritas kulit MK: Risiko infeksi

9
2.1.5 Manifestasi Klinis

a. Ditemukan sejak lahir


b. Dapat terjadi pada salah satu atau kedua jari tangan atau kaki
c. Jari tambahan bisa melekat pada kulit ataupun saraf, bahkan dapat melekat
sampai ke tulang
d. Jari tambahan bisa terdapat di jempol (paling sering) dan keempat jari lainnya
e. Dapat terjadi bersamaan dengan kelainan bawaan lainnya, walaupun jarang.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Ada beberapa pemeriksaan diagnostik yang di perlukan pada klien dengan kelainan
congenital meliputi:

1. Pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan dengan foto polos merupakan penunjang


yang sangat penting untuk melihat dampak kelainan tulang akibat dari
congenital.
2. Pemeriksaan biokimia. Beberapa kelainan bawaan menyebabkan peningkatan
produksi dan ekskresi enzim. Pemerikaan enzim dapat dilakukan melalui
pemeriksaan serum darah, sel-sel darah atau kultur sel fibroblast kulit.
3. Biopsy tulang. Kadang kala diperlukan pada kelainan kelainan tertentu.
4. Analisa kromosom, untuk mengidentifikasi adanya mutasi pada kromosom.

2.1.7 Penatalaksanaan
a. Tindakan pembedahan untuk mengangkat jari tambahan biasanya dilakukan
untuk mengatasi masalah yang mungkin timbul akibat jari tambahan tersebut.
Pengangkatan jari tambahan di jempol kaki merupakan prosedur tersering
karena implikasi kosmetik dan kenyamanan saat memakai sepatu. Hubungi
dokter bedah anda untuk melakukan prosedur pembedahan. Operasi
“pembuangan” jari yang berlebihan, terutama bila jari tersebut tidak
berkembang dan tidak berfungsi normal. Bila jari berlebihan hanya berupa
gumpalan daging, biasanya tidak mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak, tapi mungkin anak menjadi malu atau minder.

10
b. Pemeriksaan rontgen mungkin diperlukan untuk menentukan apakah jari
tambahan mengandung struktur tulang, dan untuk menentukan perubahan yang
dapat terjadi saat operasi.

2.1.8 Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Anamnesa
a) Identitas Klien
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan,
pekerjaan, kondisi tempat tinggal, dan status sosial ekonomi.
b) Keluhan Utama
Adanya jari-jari tambahan pada tangan atau kaki. Jari tambahan bisa
terdapat di jempol (paling sering) dan keempat jari lainnya.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien lahir dengan kelainan yaitu adanya tambahan jari pada salah satu atau
kedua jari tangan atau kaki.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji riwayat pranatal – postnatal.
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami kelainan yang sama.
f) Riwayat Alergi
Kaji apakah klien dan keluarga memiliki riwayat alergi.
g) Riwayat Penggunaan Obat
Kaji obat apa yang sudah dikonsumsi selama ini, obat apa yang sudah
diminum sebelum MRS.
2. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran klien.
b) Tanda-tanda Vital
Kaji dan ukur tanda-tanda vital klien.

11
c) Pemeriksaan B1-B6
 B1 (breathing)
Kaji frekuensi nafas dan tanyakan apakah ada sesak nafas. Klien
biasanya tidak ada keluhan
 B2 (blood)
Kaji TD, suhu badan klien, dan apakah ada kelainan pada jantung.
 B3 (brain)
Kaji fungsi serebral, fungsi saraf cranial, fungsi sensori serta fungsi
refleks.
 B4 (bladder)
Kaji fungsi perkemihan klien, output dan input.
 B5 (bowel)
Kaji apakah ada penurunan berat badan.
 B6 (bone)
- Catat dan dokumentasikan nomor jari tangan atau kaki yang
mengalami gangguan, keterlibatan jaringan yang mengalami
penambahan, penyatuan, panjang setiap jari, dan tampilan dari
kuku.
- Lakukan pergerakan pasif untuk memeriksa adanya
penambahan tulang dengan penambahan jaringan lunak.
- Periksa dengan mempalpasi adanya polidaktili yang
tersembunyi.

B. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1) Gangguan konsep diri berhubungan dengan anomali kongenital/perubahan
bentuk tubuh (kaki/tangan).
2) Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan.
3) Kurang pengetahuan berhubungan ketidaktahuan klien dan keluarga
mengenai penyakit atau pengobatan.
Pasca Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan luka pascaoperasi.

12
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan.
3) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan.

C. Intervensi Keperawatan
Pre Operasi
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan anomali kongenital/perubahan
bentuk tubuh (kaki/tangan).
Domain 6. Persepsi
Kelas 3. Citra Tubuh
NOC NIC
Setelah diberikan asuhan a) Dorong individu mengekspresikan
keperawatan, diharapkan klien perasaan, khususnya mengenai
dapat menunjukkan harga diri dan bagaimana individu merasakan,
mengungkapkan penerimaan diri memikirkan atau memandang dirinya.
secara verbal dengan kriteria hasil: b) Dorong individu untuk bertanya
 Mampu mengidentifikasi menegenai masalah,penanganan,
kekuatan personal perkembangan, prognosis kesehatan.
 Mampu menyesuaikan diri c) Beri informasi yang dapat dipercaya
dengan fungsi tubuh dan perkuat informasi yang sudah
 Body image positif diberikan
d) Hindari kritik negative
e) Beri privasi dan keamanan lingkungan
f) Dorong interaksi dengan teman sebaya
dan orang dewasa yang mendukung
g) Perjelas adanya kesalahan konsep
individu mengenai diri, perawatan atau
pemberi perawatan

Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan


Domain 9. Koping/Toleransi Stress
Kelas 2. Respon Koping
NOC NIC

13
Setelah klien diberikan asuhan a) Mendengarkan penyebab kecemasan
keperawatan, diharapkan klien klien dengan penuh perhatian
dapat menunjukkan penurunan b) Informasikan pasien /orang terdekat
perasaan cemas dengan kriteria tentang peran advokat perawat
hasil: intraoperasi.
 Klien mampu mengidentifikasi c) Identifikasi tingkat rasa takut yang
cara yang sehat dalam mengharuskan dilakukannya
berhadapan dengan mereka, penundaan prosedur pembedahan.
tampil santai, dapat d) Validasi sumber rasa takut. Sediakan
beristirahat / tidur cukup. informasi yang akurat dan faktual.
 Klien melaporkan penurunan e) Diskusikan penundaan / penangguhan
rasa takut dan cemas pembedahan pembedahan dengan
berkurang ke tingkat yang dokter, anestesiologis, pasien dan
dapat diatasi. keluarga sesuai kebutuhan.

Kurang Pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan klien dan


keluarga mengenai penyakit atau pengobatan.
Domain 5. Persepsi/Kognisi
Kelas 4. Kognisi
NOC NIC
Setelah diberikan asuhan a) Kaji tingkat pemahaman pasien.
keperawatan, diharapkan klien b) Tinjau ulang patologi khusus dan
dapat mengutarakan pemahaman antisipasi prosedur pembedahan.
proses penyakit / proses pra operasi c) Gunakan sumber-sumber bahan
dan harapan pasca operasi, dapat pengajaran, audiovisual sesuai
melakukan prosedur yang keadaan.
dilakukan dan menjelaskan alasan d) Melaksanakan program pengajaran pra
dari suatu tindakan, dan memulai operasi individual : pembatasan dan
perubahan gaya hidup yang prosedur pra operasi / pasca operasi
diperlukan dan ikut serta dalam misalnya perubahan urinarius dan
perawatan. usus, pertimbangan diet, tingkat /
perubahan aktivitas, latihan

14
pernapasan dan kardiovaskuler dan
control rasa sakit.

Post Operasi
Nyeri Akut berhubungan dengan luka pascaoperasi
Domain 12. Kenyamanan
Kelas 1. Kenyamanan Fisik
NOC NIC
Setelah diberikan asuhan a) Kaji karakteristik, lokasi dan intensitas
keperawatan, diharapkan nyeri nyeri klien (skala 0-10).
klien berkurang bahkan hilang, b) Ajarkan teknik relaksasi seperti :
dengan kriteria hasil: imajinasi, musik yang lembut.
 Klien melaporkan skala nyeri c) Berikan posisi yang nyaman.
berkurang d) Kolaborasi dengan medik pemberian
 Klien mampu mengontrol analgetik.
nyeri, tahu penyebabnya, dan
dapat menggunakan teknik
non farmakologis untuk
mengurangi nyeri
 Ekspresi wajah klien
menunjukkan tidak nyeri

Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan pembedahan


Domain 3. Keamanan/perlindungan
Kelas 2. Cedera Fisik
NOC NIC
Setelah diberikan asuhan a) Kaji daerah sekitar luka, apakah ada
keperawatan, mencegah terjadinya pus, atau jahitan basah.
kerusakan pada kulit dan jaringan b) Periksa luka secara teratur, catat
di dalamnya, dengan kriteria hasil: karakteristik dan integritas kulit.
 Integritas kulit yang baik bisa c) Kaji jumlah dan karakteristik cairan

15
dipertahankan luka.
 Perfusi jaringan baik d) Beri penguatan pada balutan awal /
 Klien menunjukkan penggantian sesuai indikasi. Gunakan
pemahaman tentang proses teknik aseptik yang ketat.
perbaikan kulit e) Gunakan teknik aseptik saat merawat
 Klien mampu melindungi kulit luka.
f) Perhatikan intake nutrisi klien.

Resiko Infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan


Domain . keamanan/perlindungan
Kelas 1. Infeksi
NOC NIC
Setelah diberikan asuhan a) Tetap pada fasilitas kontrol infeksi,
keperawatan, diharapkan klien sterilisasi dan prosedur/kebijakan
dapat terhindar dari resiko infeksi, aseptik.
dengan kriteria hasil: b) Monitor karakteristik, warna, ukuran,
 Klien bebas dari tanda dan cairan dan bau luka.
gejala infeksi c) Ajarkan klien dan keluarga untuk
 Klien menunjukkan melakukan perawatan luka.
kemampuan untuk mencegah d) Tingkatkan intake nutrisi klien.
timbulnya infeksi e) Berikan antibiotik sesuai petunjuk.
 Menunjukkan proses f) Berikan penjelasan kepada klien dan
penyembuhan luka keluarga tentang tanda dan gejala
infeksi.
g) Catat dan laporkan hasil laboratorium
WBC.

16
2.2 Sindaktili

2.2.1 Definisi
Sindaktili merupakan kelainan bawaan yang paling sering ditemukan pada jari-jari
tangan, jari-jari tidak terpisah, dan bersatu dengan yang lain. Dapat terjadi
hubungan satu, dua, atau lebih jari-jari. Hubungan jari-jari dapat terjadi hanya
pada kulit dan jaringan lunak saja, tetapi dapat pula terjadi hubungan tulang
dengan tulang. (Muttaqin, 2008)

2.2.2 Etiologi
Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya sindaktili
antara lain:
a. Kelainan Genetik dan Kromosom : Kelainan genetik pada ayah atau ibu
kemungkinan besar akan berpengaruh atas sindaktili pada anaknya. Di antara
kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat
pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant
traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif.
b. Faktor Mekanik : Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin
dapat menyebabkan kelainan bentuk organ tubuh hingga menimbulkan
deformitas organ tersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ itu
sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ.
c. Faktor Obat : Salah satu jenis obat yang telah diketahui dapat menimbulkan
kelainan kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya
fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum
wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula
hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal ini secara
laboratorik belum banyak diketahui secara pasti. Sebaiknya selama kehamilan,
khususnya trimester pertama, dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak
perlu sama sekali, walaupun hal ini kadang-kadang sukar dihindari karena
calon ibu memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada
pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau
prepaat hormon yang tidak dapat dihindarkan ; keadaan ini perlu

17
dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap
bayi.
d. Faktor Radiasi : Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua
dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gen yang mungkin
sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya.
Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutis sebaiknya dihindarkan
dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.
e. Faktor Gizi : Kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat
menimbulkan kelainan kongenital.
f. Faktor-Faktor Lain : Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia
diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali penyebab kelainan
kongenitai tidak diketahui.

2.2.3 Patofisiologi
Pada ibu hamil yang mengkonsumsi obat mempunyai resiko bayi
mengalami malformasi jari-jari. Terdapat dua kategori obat yang
meningkatkan risiko tersebut yaitu antikonvulsan dan antiasmatik (Kallen,
2014) Sindaktili merupakan hasil kegagalan dari diferensiasi dan
diklasifikasikan oleh klasifikasi embriologi pada anomaly kongenital yang di
adopsi dari International Federation for Societies for Surgery of the Hand
(Hurley, 2011).
Secara embriologi jari-jari tumbuh dari kondensasi mesoderm dalam
dasar perkembangan upper limb. Selama kehamilan 5-6 minggu, terbentuk
pembelahan antar jari dan diteruskan kearah distal serta proksimal. Daerah
ectodermal meregulasi proses embriologi ini dalam kombinasi dengan faktor
pertumbuhan, protein morfogenik tulang, perubahan faktor pertumbuhan,
produksi gen. Terjadinya kegagalan pada proses ini dapat terjadi sindaktili
(Hurley, 2011).
Terdapat lima perbedaan fenotip pada sindaktili tangan, dengan
menyertakan kaki atau tidak. Pada semua tipe merupakan warisan ciri
pembawaan autosom dominan serta keseragaman dari tipe yang dikenali
dalam silsilah. Tipe denetik dari sindaktili akan berbeda dari sindaktili yang

18
berhubungan dengan congenital constricting bands, kondisi non-mendel
(Scanderbeg, 2005).
Jenis kelamin yang biasanya terkena sindaktili adalah laki-laki
daripada perempuan serta kulit putih lebih rentan terkena daripada kulit
hitam atau orang Asia (Hurley, 2011). Pada permasalahan keluarga tersebut,
sindaktili berhubungan dengan bermacam-macam anomaly dan sindrom
malformasi. Sindaktili biasanya terjadi pada acrocephalo (poly) syndactyly
syndrome yang berhubungan dengan kekhasan abnormal pada craniofasial.
Pada Apert Syndrome (acrocephalosyndactyly tipe I), multiple progresif
syostose meliputi phalax distal (biasanya pada jari ke-3 dan 4) dan akhir
proksimal pada metacarpal (ke-4 dan ke-5) pada kedua tangan. Perlekatan
osseus pada jari ke-2 sampai ke-4, kuku tunggal terdapat pada masa tulang
yang menonjol. Perlekatan karpal progresif sympalangism dank has dari
konfigurasi ibu jari tangan pendek dan meluas distal phalanx dengan deviasi
radial serta pendek, bentuk delta proximal phalanx (Scanderbeg, 2005)
Sindaktili kutaneus pada jari ke 2 hingga 5 dan jari jari kaki biasanya
ditemukan. Manifestasi pada kaki meliputi perlekatan progresif tarsal, toe
syphalangism, dan jari-jari kaki sangat pendek dengan deformitas varus
(Scanderbeg & Dallapiccola, 2005).
Tipe acrocephalosyndactyly pada tangan dan tulang tengkorak terjadi
perubahan ringan. Pada Saethre-Chotzen Syndrome (acrocephalosyndactyly
tipe III), sindaktili kutaneus parsial khasnya adalah pada jari tangan ke-2 dan
3 serta pada jari kaki ke-3 dan 4 dengan ibu jari normal (Scanderbeg, 2005).
Pada Pfeiffer syndrome (acrocephalosyndactyly tipe V) autosom resesif,
dimana terdapat banyak macam dari ekspresi fenotip dengan perubahan dari
ringan hingga berat mendekati yang dijmpai pada Apert syndrome
(Scanderbeg, 2005). Awal perkembangan janin. Selaput kaki normal 16
minggu kehamilan, apoptosis (kematian sel) berlangsung enzim
menghilangkan selaput. Proses ini tidak terjadi sepenuhnya antara semua jari
tangan/kaki sehingga selaput tersebut menetap. Sindaktili disebabkan oleh
gen homozigot (karier) melakukan perkawinan dengan sesamanya.

19
2.2.4 Web of Caution
Faktor Faktor Faktor Faktor Faktor Faktor Lain
Genetik & Obat Radiasi Gizi Mekanik
Kromosom
Faktor Janin
Obat dan Paparan Kekurang Tekanan sendiri dan
Dominan jamu yang radiasi saat an gizi mekanik Faktor
traits atau diminum saat awal / saat hamil saat lingkungan hidup
terkadang trimester selama intrauterin janin (sosial,
resesif pertama kehamilan hipoksia,
hipotermia /
Kelainan
hipertermia)
bentuk tubuh
Kelainan Kromosom dan gen
kegagalan metabolisme
dan ketidakseimbangan
Perkawinan gen homozigot
osmolalitas

Kegagalan apoptosis Edema dan hematoma

Menetapnya selaput pada jari Kelainan bentuk dan


iskemia jaringan

SINDAKTILI

Penyatuan Jari , 1/3 atau


sepanjang jari

Perlekatan jaringan kulit, Perasaan tidak puas ttg


tendon atau tulang jari tubuhnya

Kesulitan untuk memegang, meraih benda, MK. Harga Diri


dan aktivitas lain yang menggunakan jari Rendah

Tindakan Operasi

MK : Cemas akan
Ansietas dilakukan operasi Pre-operasi Post-operasi

Kurangnya Luka post operasi MK: Nyeri akut


MK : informasi yg
Defisiensi didaptkan
Pengetahuan 20
MK: Resiko MK: Gangguan
infeksi Integritas Kulit
2.2.5 Manifestasi Klinis
Pelekatan digit hanya sepertiga dari panjang jari, atau sepanjang jari
saling melekat. Pelekatan juga bisa hanya terjadi pada jaringan kulit, tendon
(jaringan lunak), bahkan pada kedua tulang jari yang bersebelahan. Kelainan
ini dapat mengganggu proses tumbuh-kembang karena jari yang dempet
menghambat pertumbuhan jari dari gerakan jari-jari lain di sampingnya. Bila
tidak diatasi, dapat mengganggu perkembangan mental anak. Kadang kala
dilakukan cangkok kulit untuk menutup sebagian luka, sehingga
membutuhkan perawatan di rumah sakit yang lebih lama dibandingkan
operasi penanganan polidaktili (Jordan, 2007)

2.2.6 Pemeriksaan Penunjang


Anamnesis mengenai riwayat keluarga, riwayat prenatal-postnatal, riwayat
kelahiran, serta berat badan lahir harus dilakukan dengan hati-hati.
Pemeriksaan fisik dilakukan ke seluruh tubuh untuk menggali adanya
kelainan atau anomali lainnya di bagian tubuh lain.
Pemeriksaan fisik tangan dilakukan secara sistematik. Berikut adalah
pemeriksaan yang harus dilakukan:
1. Catat dan dokumentasikan nomor jari tangan yang mengalami gangguan,
keterlibatan jaringan yang mengalami penyatuan, panjang tiap jari, dan
tampilan dari kuku.
2. Pengambilan foto pada tangan terutama pada saat pertama kali
kunjungan biasanya sangat membantu diagnosis.
3. Lakukan pergerakan pasif untuk memeriksa adanya penyatuan tulang.
Bedakan pergerakan antara penyatuan tulang dengan penyatuan jaringan
lunak.
4. Periksa dengan memalpasi adanya polodaktili yang tersembunyi.
5. Tingkat anomaly dari struktur tendon dan neurovascular mencerminkan
kompleksitas dari sindaktili. Adanya kondisi sindaktili komplet atau
kompleks biasanya melibatkkan bagian distal dari falang (jari),
sedangkan tendon dam neurovascular biasanya normal. Biasanya pada

21
pasien dengan brachysyndaktyly atau sindaktili komplikasi percabangan
dari saraf dan pembuluh darah mungkin terletak pada bagian distal atau
hanya pada satu sisi saja.
6. Selalu melakukan pemeriksaan radiografi untuk membantu identifikasi
anomaly lainnya, seperti bony synostosis, delta falang, atau
symphalangism.

2.2.7 Penatalaksanaan
Sindaktili selalu dilakukan intervensi bedah, biasanya prosedur ini dilakukan
pada usia 5-6 bulan. Tindakan yang dilakukan lebih awal terutama pada
kondisi sindaktili kompleks biasanya akan menghasilkan malrotasi dan
angulasi baru yang berkembang menjadi kondisi yang lebih kompleks.
Teknik intervensi bedah disesuaikan dengan klasifikasi dari sindaktili. Skin
graft atau Z plasty biasanya dilakukan pada prosedur sindaktili komplet dan
kompleks untuk mempercepat penyembuhan.
Z Plasty
Z plasty adalah suatu teknik yang paling luas dilakukan dalam bidang
pembedahan plastic. Dibandingkan membuat sebuah insisi lurus, yang dapat
berkontraksi dan membentuk jaringan parut yang buruk, dua flap jaringan
segitiga yang ditransposisikan dan dijahit dalam pola huruf Z akan
menghasilkan jaringan parut yang lebih baik. Z-plasty merupakan teknik
operasi plastik yang digunakan untuk memperbaiki fungsi normal dari luka
dan tampilan kosmetik.
Z plasty adalah tindakan operasi yang bertujuan untuk memperpanjang garis
luka, sehingga dapat mencegah terjadinya kontraktur terutama pada
persendian. Tindakan ini dilakukan dengan cara melakukan transposisi flap
sehingga didapatkan garis luka yang lebih panjang
a. Indikasi Z-plasty
Indikasi umum untuk Z-plasty yaitu untuk memperbaiki kontraktur bekas
luka linear yang melewati lipatan fleksor. Beberapa indikasi lain dari
teknik Z-plasty adalah :

22
1. Mencegah terjadinya kontraktur pada bekas luka linear, terutama jika
luka tersebut melewati daerah permukaan estetik atau permukaan
yang konkaf.
2. Mengubah panjang dan bekas luka (kontraktur akibat bekas luka
pada bibir,jari tangan, kelopak mata atau leher).
3. Mengubah vektor bekas luka (reposisi bekas luka sepanjang sulkus
nasolabial).
4. Reposisi jaringan (berguna pada defek trapdoor atau pin-cushion).
5. Menutup defek kutaneus
6. Transposisi jaringan sehat untuk menutupi fistula.
Penyembuhan luka biasanya terjadi dalam waktu satu minggu dan apabila
luka disertai edema,akan hilang dalam waktu 4-6 bulan. Pada Z-plasty akan
terjadi pemanjangan luka dan terbentuknya dua luka tambahan. Hal ini
merupakan konsekuensi dari prosedur penatalaksanaan Z-plasty.
2.2.8 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan pengumpulan data klien, baik subjektif ataupun
objektif melalui anamnesis riwayat penyakit, pengkajian psikososial,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik.Berikut merupakan
pengkajian pada klien dengan sindaktili :
a. Aktivitas : kelelahan umum
b. Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam,cemas, takut, menolak,
marah, gelisah, menangis.
c. Pengkajian Fisik : Priharjo (1996) mengatakan pengkajian tulang
diantaranya amatikenormalan susunan tulang dan kaji adanya deformitas,
lakukan palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekan, dan
amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan. Skelet
tubuh di kaji mengenai adanya deformitas tulang damkesejajaran.
Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang dapat
dijumpai.Pemendekan ekstermitas, amputasi, dan bagian tubuh yang tidak
dalam kesejajarananatomis harus di catat. Angulasi abnormal pada tulang
panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menunjukkan adanya

23
fraktur tulang. Bisa teraba krepitus ( suara berderik ) pada titik gerakan
abnormal. Gerakan fragmen tulang harus diminimalkanuntuk mencegah
cedera lebih lanjut ( Smeltzer, 2002)
2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan.
2. Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi,
prognosis, dankebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi.
3. Harga diri rendah berhubungan dengan kelainan kongingetal
Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tindakan pembedahan.
3. Resiko tinggi terhad ap infeksi berhubungan dengan tindakan
pembedahan.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi,
prognosis, dankebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi.

3. Intervensi Keperawatan
Pre Operasi
1. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan. Hasil Yang
Diharapkan :
a. Menunjukkan perasaan dan mengidentifikasi cara yang sehat dalam
berhadapan dengan mereka.
b. Tampil santai, dapat beristirahat / tidur cukup.
c. Melaporkan penurunan rasa takut dan cemas berkurang ke tingkat
yang dapat diatasi.

Intervensi :

a. Informasikan pasien / orang terdekat tentang peran advokat perawat


intraoperasi.R/ : Kembangkan rasa percaya / hubungan, turunkan rasa
takut akan kehilangan control padalingkungan yang asing.

24
b. Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskan dilakukannya
penundaan prosedur pembedahan.R/ : Rasa takut yang berlebihan atau
terus menerus akan mengakibatkan reaksi stress yang berlebihan, resiko
potensial dari pembalikan reaksi terhadap prosedur / zat-zat anestesi.
c. Validasi sumber rasa takut. Sediakan informasi yang akurat dan faktual.
R/ : Mengidentifikasi rasa takut yang spesifik akan membantu pasien
untuk menghadapinyasecara realistis, misalnya kesalahan identifikasi /
operasi yang salah, kesalahan anggota tubuhyang di
operasi.penggambaran yang salah, dll.
d. Diskusikan penundaan / penangguhan pembedahan pembedahan dengan
dokter,anestesiologis, pasien dan keluarga sesuai kebutuhan.R/ :
Mungkin diperlukan jika rasa takut yang berlebihan tidak berkurang /
teratasi.

2. Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi,


prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
informasi. Hasil Yang Diharapkan :
a. Mengutarakan pemahaman proses penyakit / proses pra operasi dan
harapan pasca operasi.
b. Melakukan prosedur yang dilakukan dan menjelaskan alasan dari suatu
tindakan.
c. Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam
perawatan

Intervensi:

a. Kaji tingkat pemahaman pasien.R/ : Berikan fasilitas perencanaan program


pengajaran pasca operasi.
b. Tinjau ulang patologi khusus dan antisipasi prosedur pembedahan .R/ :
Sediakan pengetahuan berdasarkan hal dimana pasien dapat membuat
pilihan terapi berdasarkan informasi dan setuju untuk menikuti prosedur
dan adanya kesempatan untuk menjelaskan kesalahan konsep.

25
c. Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran, audiovisual sesuai keadaan.R/
: Bahan yang dibuat secara khusus akan dapat memenuhi kebutuhan pasien
untuk belajar.
d. Melaksanakan program pengajaran pra operasi individual : pembatasan
dan prosedur praoperasi / pasca operasi misalnya perubahan urinarius dan
usus, pertimbangan diet, tingkat / perubahan aktivitas, latihan pernapasan
dan kardiovaskuler dan control rasa sakit.R/ : Meningkatkan pemahaman /
kontrol pasien dan meungkinkan partisipasi dalam perawatan pasca
operasi
3. Harga diri rendah berhubungan dengan kelainan kongingetal Hasil yang
diharapkan
a. Mengungkapkan penerimaan diri
b. Komunikasi terbuka
c. Pemenuhan peran yang signifikan
d. Keinginan untuk melawan orang lain
Intervensi :
a. Pantau pernyataan pasien tentang penghargaan diri
b. Tentukan rasa percaya diri pasien dalam penilaian diri
c. Ajarkan keterampilan untuk bersukap positif melalui bermain peran,
conroh peran,diskusi, dan sebagainya
d. Berikan informasi tentang pentingnya konseling dan ketersediaan
sumber-sumber dikomunitas

26
Bab 3

Asuhan Keperawatan Kasus

Kasus:

Pada tanggal 3 September 2018, Ny. B datang untuk memeriksakan anaknya yang
berusia 11 tahun ke Rumah Sakit Airlangga. Ny. B mengatakan bahwa anaknya
memiliki kelainan jari tengah dan jari manis melekat menjadi satu sejak lahir. An. N
merasa malu dengan kondisi jarinya. Ny. B sangat mencemaskan kondisi masa depan
anaknya. Ny. B tidak paham tentang kondisi anaknya dan tidak tahu apa yang harus
dilakukannya. Ny. B ingin kondisi anaknya kembali normal dengan meminta dokter
untuk melakukan operasi agar memperbaiki kondisi jari tangan anaknya. Ayah dari Ny.
B juga mengalami kelainan seperti yang dialami An. N. Hasil pemeriksaan didapatkan
BB = 38 kg, TB = 142 cm TD = 120/70 mmHg, Nadi = 100x/mnt, Pernafasan = 20
x/mnt, Suhu = 36˚C.

3.2 Pengkajian

a. Data Demografi
Nama : An. N
Umur : 11 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Surabaya
b. Keluhan Utama
Klien memiliki kelainan jari tengah dan jari manis melekat menjadi satu sejak
lahir
c. Riwayat penyakit sekarang
Ny. B mengatakan bahwa anaknya memiliki kelainan jari tengah dan jari manis
melekat menjadi satu sejak lahir. An. N merasa malu dengan kondisi jarinya.
Ny. B sangat mencemaskan kondisi masa depan anaknya. Ny. B tidak paham

27
tentang kondisi anaknya dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Ny. B
ingin kondisi anaknya kembali normal dengan meminta dokter untuk
melakukan operasi agar memperbaiki kondisi jari tangan anaknya. Ayah dari
Ny. B juga mengalami kelainan seperti yang dialami An. N.
d. Riwayat penyakit terdahulu
An. N tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu

e. Riwayat penyakit keluarga


Ayah dari Ny. B mengalami kelainan seperti yang dialami An. N

f. Pemeriksaan Fisik

B1 (Breath) : Pernafasan normal, RR normal 20 x/mnt dan tidak


menggunakan otot bantu nafas
B2 (Blood) : TD 120/70 mmHg, nadi 100 x/menit
B3 (Brain) : compos mentis
B4 (Bladder) : Bising usus normal
B5 (Bowel) : Tidak ada distensi kandung kemih
B6 (Bone) : Perlekatan jari tengah dan jari manis melekat menjadi satu

3.3 Analisa Data


No Data Etiologi Masalah

1 Data Sujektif : Faktor genetik Gangguan konsep


diri: Harga diri
 An. N merasa malu
rendah
dengan kondisi jarinya.
Sindaktili
Data Objektif :

 An. N tampak murung,


Jari tengah dan manis
kepala menunduk.
melekat menjadi satu
 BB 38 kg, TB 142 cm,
TD = 120/70 mmHg, N
100x/mnt, RR 20x/mnt, Klien merasa malu

28
S 36˚C.

Koping individu tidak


efektif

Gangguan konsep diri

Harga diri rendah

2 Data Subjektif : Faktor genetik Ansietas

 Ny. B sangat
mencemaskan kondisi
Sindaktili
masa depan anaknya

Data Objektif :
Jari tengah dan manis
 An. N dan Ny. B tampak
melekat menjadi satu
gelisah.

 BB 38 kg, TB 142 cm,


TD = 120/70 mmHg, N Rencana dilakukan tindakan
100x/mnt, RR 20x/mnt, pembedahan
S 36˚C.

Ansietas

3 Data Subjektif : Faktor genetik Defisiensi


pengetahuan
 An. N dan Ny. B
mengatakan tidak paham
Sindaktili
tentang kondisi penyakit
dan tidak tahu apa yang
harus dilakukannya.
Jari tengah dan manis

29
Data Objektif : melekat menjadi satu

 An. N dan Ny. B tidak


dapat menjelaskan
Bingung dan tidak tahu
tentang proses penyakit
tentang penatalaksanaan
 BB 38 kg, TB 142 cm, yang tepat
TD = 120/70 mmHg, N
100x/mnt, RR 20x/mnt,
S 36˚C. Kurang pengetahuan

3.4 Diagnosa Keperawatan


1. Harga diri rendah kronik berhubungan dengan koping individu tidak efektif
2. Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit

30
3.5 Implementasi
Tgl Diagnosa NOC NIC Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf
Keperawatan (SOAP)
03 Harga diri Setelah dilakukan Peningkatan Harga 09.00 1. Membantu pasien 14.00 S:
September rendah kronik tindakan Diri mengidentifikasi kondisi - Klien
2018 b.d koping keperawatan 2x24 1. Dukung pasien klien mengatakan
individu tidak jam diharapkan untuk bisa 09.15 Respon : Klien Kooperatif masih malu
efektif klien mampu mengidentifikasi 2. Melakukan pendekatan jika orang
mengidentifikasi kekuatan untuk bisa membantu klien lain melihat
kemampuan dan 2. Bantu pasien mengungkapkan perasaan tangannya
aspek positif yang untuk yang dirasa terhadap O:
dimiliki. mengidentifikasi 10.00 penyakitnya - Klien
Kriteria Hasil : respon positif Respon : Klien kooperatif terlihat
- Klien mampu dari orang lain menyem
menerima 3. Fasilitasi 3. Memberikan penjelasan bunyika
pujian dari lingkungan dan kepada orang tua tentang n
orang lain akitivitas- pentingnya dukungan dari tanganya
- Tingkat aktivitas yang orang tua untuk anaknya ketika
kepercayaan akan Respon : Keluarga klien perawat

31
diri klien meningkatkan kooperatif datang
meningkat harga diri A:
- Muncul 4. Intruksikan Masalah
keinginan kepada orang keperawatan
untuk tua mengenai belum teratasi
berinteraksi pentingnya P:
dengan orang minat dan Lanjutkan
lain dukungan intervensi 2,3,5
mereka dalam
mengembangka
n konsep diri
positif anak-
anak
5. Berikan hadiah
atau pujian
terkait dengan
kemajuan pasien
dalam mencapai
tujuan
03 Ansietas b.d Setelah dilakukan Pengurangan 09.00 1. Menjelaskan tentang 14.00 S:

32
September tindakan tindakan Kecemasan prosedur pembedahan Klien
2018 pembedahan keperawatan 1x24 1. Jelaskan semua yang akan dilakukan mengatakan rasa
jam diharapkan prosedur klien cemasnya
ansietas klien termasuk Respon : Klien sedikit
berkurang atau sensasi yang 09.10 kooperatif berkurang
hilang. akan dirasakan 2. Memberikan penjelasan O:
Kriteria Hasil : yang mungkin kepada orang tua untuk - Klien
1. Klien merasa akan dialami tetap mendampingi tampak
tenang selama prosedur anaknya sebelum dan tenang
2. Hasil TTV dilakukan sesudah proses - TTV Klien :
klien dalam 2. Dorong 09.30 pembedahan TD : 110/90
rentang keluarga untuk Respon : Klien x/menit
normal mendampingi kooperatif RR : 20
TD : 120/90 klien dengan 3. Mengajarkan teknik x/menit
mmHg cara yang tepat nafas dalam kepada N:
RR : 16- 3. Kaji tanda-tanda 09.40 klien 88x/menit
20x/menit verbal dan non Respon : Klien S : 36,5oC
S : 36,5 oC verbal kooperatif dan A:
N : 60 – kecemasan mengatakan bahwa Masalah teratasi
100x/menit 4. Kaji Tanda- klien merasa lebih P: -

33
3. Klien Tanda Vital 10.00 tenang
kooperatif Terapi Relaksasi 4. Membantu klien untuk
dalam 5. Ajarkan teknik mendapatkan posisi
pemberian relaksasi seperti yang nyaman
intervensi nafas dalam, Respon : Klien
dan pernafasan perut mengatakan merasa
pengobatan 6. Dorong klien lebih nyaman
untuk 5. Membantu klien untuk
mengambil mendnegarkan music
posisi yang melalui handphone
nyaman klien sambil menunggu
Terapi Musik akan dilakukan proses
7. Fasilitasi klien pembedahan
untuk Respon : Klien
mendengarkan mengatakan bahwa ia
music yang merasa lebih nyaman
disukai
8. Pastikan volume
dalam keadaan
tidak terlalu

34
keras
03 Defisiensi Setelah dilakukan Peningkatan 09.00 1. Menjelaskan prosedur 14.00 S:
September pengetahuan tindakan Kesadaran Kesehatan sebelum melakukan Klien
2018 b.d kurang keperawatan 1x24 1. Gunakan tindakan pada klien mengatakan
informasi jam diharapkan komunikasi yang 09.10 Respon : Klien kooperatif cemas
keluarga klien sesuai dan jelas 2. Memberikan berkurang dan
dapat mengetahui 2. Pertimbangkan informasi/konseling sedikit lebih
tentang proses pengalaman kepada klien dan keluarga paham tentang
penyakit klien/keluarga terkait penyakit yang penyakitnya dari
Kriteria Hasil : terkait sistem dialami klien sebelumnya
1. Mengetahui perawatan kesehatan 09.20 Respon : Klien dan O:
tanda dan termasuk promosi keluarga menyimak Ketika ditanya
gejala penyakit kesehatan, dengan baik dan sesekali mengenai
2. Mengetahui pencegahan bertanya penyakitnya
faktor-faktor penyakit, 3. Memberikan lingkungan klien terlihat
penyebab 3. Berikan informasi 09.40 yang aman dan nyaman lebih santai saat
penyakit penting secara pada klien menjawab,
3. Mengetahui tertulis maupun Respon : klien merasa namun masih
efek fisiologis lisan pada lebih nyaman sering bertanya
penyakit klien/keluarga 4. Menanyakan kondisi klien tentang

35
4. Dapat dengan bahasa Respon : Klien kooperatif penyakitnya
menentukan utamanya A:
strategi untuk 4. Berikan pendidikan Masalah belum
meminimalkan kesehatan satu per teratasi
perkembangan satu atau konseling P:
penyakit jika perlu Intervensi
5. Gunakan strategi dilanjutkan no
untuk meningkatkan 1,2,5,7
pemahaman klien
misal dengan
informasi paling
penting dahulu,
diulang-ulang,
mengajukan
pertanyaan pada
klien/keluarga,
menggunakan gaya
bercerita.
02 Harga diri Setelah dilakukan Peningkatan Harga 09.00 1. Membantu pasien 14.00 S:
September rendah kronik tindakan Diri mengidentifikasi kondisi - Klien

36
2018 b.d koping keperawatan 2x24 1. Dukung pasien klien saat setelah mengatakan
individu tidak jam diharapkan untuk bisa 09.15 dilakukan pembedahan ia senang
efektif klien mampu mengidentifikasi Respon : Klien Kooperatif dan lebih
mengidentifikasi kekuatan 2. Membantu klien percaya diri
kemampuan dan 2. Bantu pasien mengungkapkan perasaan setelah
aspek positif yang untuk yang dirasa terhadap dilakukan
dimiliki. mengidentifikasi 09.30 penyakit setelah dilakukan pembedahan
Kriteria Hasil : respon positif pembedahan O:
- Klien mampu dari orang lain Respon : Klien kooperatif - Klien
menerima 3. Fasilitasi terlihat
pujian dari lingkungan dan 3. Meberikan pujian atas senang
orang lain akitivitas- kemajuan kondisi pasien dan tidak
- Tingkat aktivitas yang saat ini malu
kepercayaan akan Respon : Klien kooperatif lagi
diri klien meningkatkan dan terlihat lebih senang A:
meningkat harga diri Masalah teratasi
- Muncul 4. Intruksikan P: -
keinginan kepada orang
untuk tua mengenai
berinteraksi pentingnya

37
dengan orang minat dan
lain dukungan
mereka dalam
mengembangka
n konsep diri
positif anak-
anak
5. Berikan hadiah
atau pujian
terkait dengan
kemajuan pasien
dalam mencapai
tujuan

38
Bab 4

Penutup

4.1 Kesimpulan
Penyakit keturunan adalah penyakit yang disebabkan oleh kelainan genetik yang
diturunkan dari orang tua ke anaknya. Namun, tidak semua kelainan genetik
diturunkan oleh keluarganya. Bisa jadi tercetus oleh faktor lingkungan seperti
polutan, pola makan yangsalah, zat-zat toksik, dan lain-lain. Polidaktili dan
sindaktili merupakan contoh kelainan genetik yang dibawa sejak bayi. Polidaktili
adalah terjadinya duplikasi jari-jari tangan dan kaki melebihi dari biasanya
(Muttaqin, 2008). Sedangkan sindaktili adalah kelainan bawaan yang paling sering
ditemukan pada jari-jari tangan, jari-jari tidak terpisah, dan bersatu dengan yang
lain. Dapat terjadi hubungan satu, dua, atau lebih jari-jari. Hubungan jari-jari dapat
terjadi hanya pada kulit dan jaringan lunak saja, tetapi dapat pula terjadi hubungan
tulang dengan tulang. (Muttaqin, 2008)

4.2 Saran
Kasus kelahiran dengan polidaktili dan sindaktili hendaknya menjadi perhatian
bagi seluruh orang tua supaya kelainan tersebut segera ditanggulangi. Pasalnya,
kelainan tersebut bisa saja menganggu tumbuh kembang anak yang bersangkutan.
Selain itu, selama masa kehamilan, ibu sebaiknya menjaga pola makan dan
aktivitas serta kegiatan lain yang bisa membahayakan kondisi janin. Supaya insiden
kelahiran kongenital ini bisa di minamilisir.

39
Daftar Pustaka

Muttaqin, Arif. (2008). Asuhan Keperawatan dengan Klien Gangguan Sistem

Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.

Noor Helmi, Zairin. 2000. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Salemba medika :

Jakarta.

Blok biomedis 2009: genetika dasar. Dr. Zaenuri Sabta Nugraha. Kedokteran UI

Nugraha, Zaenuri S. 2009. Genetika Dasar. Jakarta: Blok Biomedis Kedokteran UI

Doyle, James R 2006, Orthopaedic surgery essentials : Hand & wrist , Lippincot Williams

& Wilkins, United States.

Gruendenmann, B.J., 2008, Buku ajar keperawatan perioperatif, Volume 2. Penerbit Buku

Kedokteran : EGC. Jakarta.

Hudgins, Louanne, et al 2014. Sign and symptoms of genetic condition,. Oxford, USA.

Hurley, Robert A. 2011, Operative techniques in orthopaedic pediatric surgery, Lippicot

Williams, Philadelphia.

Paramitha,Anindya. 2013. Kelainan Jari Sindaktili, Polidaktili, Braditaktili, Blitar.Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Patria Husada

40

Anda mungkin juga menyukai