KEPERAWATAN MUSKULOSKELETAL
Fasilitator :
Ilya Krisnana, S.Kep. Ns., M.Kep
Oleh :
Kelompok 1. A2/2015
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat, ridho , dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Adapun makalah “Asuhan Keperawatan dan Tumbuh Kembang
Anak (DDST) dengan Kelainan Kongenital Sistem Muskuloskeletal : Polidactili
dan Syndactili” ini disusun dalam rangka memenuhi tugas yang diberikan
pembimbing kepada penulis. Dalam menyelesaikan makalah ini , penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada :
1. Ilya Krisnana, S. Kep, Ns., M. Kep. selaku dosen dari mata kuliah
Keperawatan Integumen yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk
membimbing dan mengarahkan penulis.
2. Teman-teman, selaku pendorong motivasi dalam menyelesaikan makalah
ini.
Semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis mendapat balasan dari
Allah SWT. Saran dan kritik sangat diterima karena penulis menyadari makalah
ini jauh dari kata sempurna . Mohon maaf bila ada kesalahan kata dari penulis.
Akhir kata semoga ilmu dalam makalah ini dapat bermanfaat dan diterapkan
secara efektif . Terimakasih
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................
1.3 Tujuan.................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Polidactili ...........................................................................................................
2.2 Syndactili..........................................................................................................
BAB III WEB OF CAUTION
3.1 WOC Polidactili ...............................................................................................
3.2 WOC Syndactil.................................................................................................
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN DAN TUMBUH KEMBANG ANAK
(DDST) DENGAN KELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL
4.1 Asuhan Keperawatan : Polidactili.....................................................................
4.2 Asuhan Keperawatan : Syndactili ....................................................................
4.2 Asuhan Keperawatan Kasus Polidactili
………………………………..43
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Fakta …………………………………………………………………...51
5.2 Teori …………………………………………………………………...52
5.3 Opini …………………………………………………………………..53
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan.......................................................................................................
6.2 Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui tentang konsep teori Polidactili
1.3.2 Untuk mengetahui tentang konsep teori Syndactili
1.3.3 Untuk mengetahui asuhan keperawatan dan tumbuh kembang anak
(DDST) dengan kelainan kongenital musculoskeletal Polidactili
1.3.4 Untuk mengetahui asuhan keperawatan dan tumbuh kembang anak
(DDST) dengan kelainan kongenital musculoskeletal Syndactili
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Polidactili
Konsep Perkembangan dan Stimulus untuk Motorik Halus dan Motorik
Kasar pada anak dengan Polidaktili
Keterampilan motorik adalah gerakan-gerakan tubuh atau bagian-bagian
tubuh yang disengaja, otomatis, cepat dan akurat. Gerakan-gerakan ini
merupakan rangkaian koordinasi dari beratus-ratus otot yang rumit. Namun,
pada anak dengan polidaktili tentu akan lebih sulit dalam perkembangan
motorik halus dan kasar dikarenakan adanya faktor ketidaknormalan, namun
tidak banyak perbedaan tumbuh kembang yang berarti dengan anak normal
pada umumnya. Keterampilan motorik ini dapat dikelompokkan menurut
ukuran otot-otot dan bagian-bagian badan yang terkait, yaitu keterampilan
motorik kasar (gross motor skill) dan keterampilan motorik halus (fine motor
skill). Lerner & Hultsch (1983). Keterampilan Motorik Halus; meliputi otot-
otot kecil yang ada diseluruh tubuh, seperti menyentuh dan memegang.
Keterampilan Motorik Kasar; meliputi keterampilan otot-otot besar lengan,
kaki, dan batang tubuh, seperti berlatih untuk mengikat sepatu sendiri,
melompat dan berjalan. Lerner & Hultsch (1983).
Menurut dr. Radix Hadriyanto, Sp.A beberapa ciri khas tumbuh
kembang anak yang normal secara umum menurut klasifikasi umurnya,
stimulasi gerak kasar dan halus yang dapat diberikan antara lain:
a. Usia 0-1 tahun
Di usia 3-4 bulan kandungan, janin sudah menunjukkan gerakan
tubuh pertamanya, yang semakin bertambah sejalan dengan pertambahan
usia kehamilan. Gerakan kedua muncul saat bayi lahir, yaitu gerak refleks.
Gerakan seperti mengisap puting susu ibu, gerak refleks tangan dan kaki,
mengangkat kepala saat ditengkurapkan, dan membuka jari saat telapak
tangannya disentuh, merupakan gerakan refleks yang bertujuan untuk
bertahan, gerak refleks seharusnya distimulasi agar kemampuan awal si
kecil terbentuk. Contohnya, bila gerak refleks tangan distimulasi dengan
baik, dalam usia 2-3 bulan, bayi memiliki kemampuan menggenggam
benda-benda yang berukuran besar.
Stimulasi yang bertahap dan berjenjang akan memberikan manfaat
dalam kemampuan dan keterampilan menggenggam pada bayi. Bayi akan
mampu menggenggam benda-benda yang lebih kecil hingga akhirnya bisa
menggenggam sendok atau pensil warna.
Kemampuan kinestetik lain yang mesti dimiliki bayi usia 3-6 bulan
adalah merayap dan merangkak. Kemampuan ini merupakan awal dari
perkembangan bergerak maju, duduk, berdiri, dan berjalan. Orangtua bisa
menempatkan bola warna-warni di depan bayi saat ia tengkurap. Warna-
warni akan menarik bayi untuk mengambil dengan berusaha bergerak
maju.
Setelah merangkak, anak akan belajar berjalan. Untuk berjalan,
diperlukan kekuatan otot kaki, punggung, perut, keseimbangan tubuh,
koordinasi mata-tangan-kaki, serta aspek mental, emosional, dan
keberanian. Dengan banyaknya aspek yang terlibat dalam proses berdiri
dan berjalan, jumlah sel otak yang terstimulasi pun bertambah banyak.
Saat belajar berjalan, anak mencoba merambat dan berdiri sambil
berpegangan benda-benda yang kuat
b. Usia 1-2 tahun
Di usia setahun, seluruh kemampuan dan keterampilan
kinestetiknya sudah terbentuk. Untuk itu, perlu diberikan pengembangan
stimulasi dengan penambahan pada bentuk, media, tingkat kesulitan, dan
lainnya. Cara yang mudah adalah banyak bermain bersama anak seperti
berlari, melompat, melempar, menangkap, berguling, dan lain-lain.
Anak akan lebih mudah belajar melempar daripada menangkap.
Agar kemampuan anak menangkap bola atau benda bertambah, rajin-
rajinlah orangtua bermain lempar-tangkap bola. Dengan cara ini pula
kemampuan koordinasi mata dan tangan anak akan terlatih. Bila anak
sudah mampu menangkap dan melempar, tingkat kesulitannya bisa
ditambah. Contohnya, menambah jarak lempar-tangkap, mengganti bola
yang lebih besar dengan yang kecil, serta arah lemparan semakin cepat.
Keterampilan motorik halus dan kasar berguna untuk kemampuan
menulis, menggambar, melukis, dan keterampilan tangan lainnya. Anak
juga bisa dilatih mengembangkan otot kaki, misalnya menendang bola,
melompat dengan dua kaki, serta menaiki anak tangga (tentu dibantu
orang dewasa)
c. Usia 3-4 tahun
Di usia ini, keterampilan dan kemampuan anak sebenarnya tidak
jauh berbeda dengan anak usia 1-2 tahun. Perbedaan yang nyata hanya
pada kualitasnya. Anak usia 3-4 tahun berlari lebih cepat ketimbang anak
usia 1-2 tahun, lemparannya lebih kencang, dan sudah mampu menangkap
dengan baik.
Kemampuan motorik kasar otot kaki anak, selain berjalan dan
berlari cepat, antara lain mampu melompat dengan dua kaki, memanjat
tali, menendang bola dengan kaki kanan dan kiri. Untuk motorik kasar otot
lengan, anak mampu melempar bola ke berbagai arah, memanjat tali
dengan tangan, mendorong kursi, dan lainnya.
Kemampuan yang melibatkan motorik halus untuk koordinasi
mata-tangan, yaitu mampu memantul-mantulkan bola beberapa kali,
menangkap bola dengan diameter lebih kecil, melambungkan balon,
keterampilan coretan semakin baik. Agar kemampuan dan keterampilan
motorik halus serta kasar kian berkembang, anak bisa diberikan stimulasi
kinestetik. seperti berjalan atau berlari zigzag, berjalan dan berlari mundur
untuk mengembangkan otak kanan, melompat dengan dua kaki ke
berbagai arah, menendang bola dengan kaki kanan atau kiri ke berbagai
arah, melempar bola ke berbagai arah dengan bola sedang sampai kecil,
melempar bola ke sasaran seperti huruf, angka, atau gambar, menangkap
bola dari berbagai arah, bermain bulutangkis, mencoret-coret berbagai
bentuk geometri untuk mengembangkan otak kiri dan kanan, serta
menggerakkan kedua tangan dan kaki dengan memukul drum mainan.
d. Usia 5-6 tahun
Pada usia 5-6 tahun, hampir seluruh gerak kinestetiknya dapat
dilakukan dengan efisien dan efektif. Gerakannya pun sudah terkoordinasi
dengan baik. Namun, anak kelompok usia ini lebih menyukai permainan
yang tidak banyak melibatkan motorik kasar. Mereka lebih menyukai
permainan yang menggunakan kemampuan berpikir seperti bermain
puzzle, balok, bongkar pasang mobil, serta mulai tertarik pada games di
komputer maupun play station.
A. Definisi
Polidactili adalah gabungan kata dari dari bahasa Yunani “polus”
yang artinya banyak dan “Daktulos” yang artinya jari. Polidactili dapat
juga disebut sebagai hiperdactili yaitu kelainan konginetal pada jari bisa
pada jari tangan atupun jari kaki dengan jumlah lebih dari normal. Jumlah
normal jari tangan maupun kaki setiap orang adalah lima. Namun, pada
penderita polidactili terdapat jari tambahan, baik yang terlihat maupun
tidak terlihat, dan letaknya tiap orang berbeda-beda (WHO, 2009).
B. Klasifikasi
Klasifikasi polidactili diantaranya:
1. Preaxial polydactili (Thumb polydactyly)
Preaxial polydactili merupakan duplikasi pada ibu jari. Wassel,
1969 mengklasifikasikan Preaxial polydactili menjadi 7 tipe,
diantaranya:
a. Tipe I, phalanx distal bercabang
b. Tipe II, phalanx distal berduplikasi
c. Tipe III, phalanx proksimal bercabang tetapi phalanx distal
berduplikasi
d. Tipe IV sering terjadi, baik phalanx proksimal maupun phalanx
distal berduplikasi
e. Tipe V metakarpal dari ibu jari bercabang, dan kedua phalanx distal
dan proksimal berduplikasi
f. Tipe VI metakarpal ibu jari dan kedua phalanx distal dan proksimal
berduplikasi
g. Tipe VII ibu jari hanya memiliki 3 ruas phalanx.
Selain yang diklasifikasikan oleh wassel, Al-Qattan
menambahkan 4 jenis preaxial polidactili yaitu :
a. Rudimentary : tonjolan kecil dengan tangkai yang sempit;
b. Triplication : tiga jempol (melipattigakan mungkin pada tingkat
yang sama atau berbeda, satu atau lebih komponen mungkin
menampilkan triphalangism);
c. Symphalangism : jenis Wassel II-VII dengan symphalangism
d. Others : Setiap kasus yang sulit untuk mengklasifikasikan.
Pada penelitian Al-Qattan yang melibatkan 228 orang dengan
polidactili ibu jari menunjukkan tipe wassel IV memiliki insidensi
paling banyak yaitu sekitar 33,8 %. Kasus yang jarang ditemukan yaitu
tipe wassel I dan tipe lainnya yang sulit diidentifikasi yaitu sebanyak
0,4% dari orang yang di teliti (Al-Qattan et al, 2010).
Polidaktili ibu jari biasanya terjadi sporadik, walaupun ketika
dihubungkan dengan triphalanx ibu jari predisposisi herediter lebih
tinggi. Diantara 21 pasien polidaktili ibu jari dengan triphalank ibu
jari, 10 pasien mempunyai riwayat keluarga yang mempunyai kelainan
yang sama. Polidaktili preaxial dapat terjadi pada penyakit sindromic
seperti Fanconi’s anemia, Holt-Oram syndrome dan Rubinstein-Taybi
syndrome (G.H. Baek in Donald Laub’s Conginital anomalis of upper
extremity:etiology and Management).
2. Postaxial Polidactili ( ulnar polydactyly)
Polidactili yang paling sering terjadi, di mana digit ekstra pada
sisi ulnar tangan hingga sisi jari kelingking. Klasifikasi ulnar
polidactili berdasarkan stelling dan turez, diklasifikasikan menjadi 3
tipe, yaitu :
a. Tipe I, terdapat tambahan soft-tissue mass tetapi tidak ada
pertumbuhan tulang tambahan pada tangan, sering tidak terdapat
tulang, sendi atau tendon, dan dihubungkan pada tangan oleh
narrow pedicle. Polidaktili tipe I terdiri dari jaringan lunak yang
terhubung dengan tulang. Sering kali tidak terdapat tulang, kartilago
dan tendon pada tipe ini.
b. Tipe II, sebagian atau seluruh jari terduplikasi dengan tulang
normal, kartilago atau komponen otot, hal itu berhubungan dengan
pembesaran atau terpecah menjadi dua metakarpal atau phalanx.
Polidaktili tipe II terdiri dari duplikasi dari sebuah jari. Tercatat
bahwa jari ini terhubung dengan kepala metakarpal yang melebar.
c. Tipe III, seluruh jari dengan metakarpal dan seluruh komponen soft
– tissue terduplikasi, tetapi tipe ini jarang terjadi. Polidaktili tipe III,
jari tambahan sempurna dengan metakarpal dan semua jaringan
lunaknya sendiri.
D. Patofisologi
Polidaktili disebabkan kelainan kromosom pada waktu pembentukan
organ tubuh janin. Ini terjadi pada waktu ibu hamil muda atau trimester
pertama pembentukaan organ tubuh. Kemungkinan ibu banyak
mengonsumsi makanan yang mengandung bahan pengawet. Atau ada
unsur teratogenik yang menyebabkan gangguan pertumbuhan. kelebihan
jumlah jari bukan masalah selain kelainan bentuk tubuh. Namun demikia,
sebaiknya diperiksa kondisi jantung dan paru bayi, karena mungkin terjadi
multiple anomali.
Orang noralnya adalah yang memiliki hemozigotik reseif pp. Pada
individu heterozigotik Pp derajat ekspresi gen dominan itu dapat berbeda-
beda sehingga lokasi tambahan jari dapat bervariasi. Bila seseorang laki-
laki polidaktili heterozigotik manikah dengan perempuan normal, maka
dalam keturunan kemungkinan timbulnya polidaktili adalah 50% (teori
mendel). Ayah polidaktili heterozigot (Pp) x , ibu normal heterozigot (pp)
maka anaknya polidaktili (heterozigot Pp) 50%, norma (heterozigot pp)
50%.
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala polidaktili pada anak
1. Ditemukan sejak lahir
2. Dapat terjadi pada salah satu atau kedua jaritangan atau kaki
3. Jari tambahan bisa melekat pada kulit ataupun saraf, bahkan dapat
melekat sampai tulang
4. Jari tambahan bisa terdapat dijempol (paling sering) dan keempat jari
lainnya
5. Dapat terjadi bersamaan dengan kelainan bawaan lainnya, walaupun
jarang
F. Penatalaksanaan
1. Vascular Clip
Jika digit terbentuk tidak menyerupai jari atau lebih seperti
gumpalan kecil dan tidak mengandung tulang, maka perawatan
sederhana yang dapat dilakukan yaitu dengan memasang klip vaskular
pada area yang menempel pada kunjungan klinik. Klip akan
menghentikan aliran darah ke digit kemudian insisi dapat dilakukan
sama seperti saat pemotongan tali pusar setelah bayi lahir. Setelah
memasang klip, dokter akan menempatkan perban di tangan atau kaki
anak. Setelah beberapa minggu, anak dapat datang kembali ke klinik
untuk control dan melepas perban.
2. Operasi
Jika digit atau jari tambahan yang terbentuk lebih sempurna, ahli
bedah akan mengangkat melalui pembedahan di ruang operasi ketika
anak berusia sekitar 1 tahun. Operasi akan dilakukan sesuai dengan
kondisi jari yang tumbuh. Pada kasus yang lebih kompleks akan
memerlukan operasi yang lebih kompleks. Operasi dapat melibatkan
pemotongan pada area tulang, ligament, otot dan tendon untuk
mengangkat digit tambahan. Ahli bedah kemudian akan memindahkan
atau menyambung kembali beberapa struktur sebelum menutup kulit
sehingga seluruh tangan atau kaki bekerja dapat dengan baik dan
terlihat normal.
Setelah operasi, anak mungkin perlu memakai gips atau belat di
tangan atau kaki mereka saat fase penyembuhan. Dokter bedah akan
memeriksa pada kunjungan selanjutnya pada saat control untuk
memastikan bahwa proses penyembuhan berjalan dengan baik.
Beberapa anak yang menjalani proses operasi yang luas dengan
memotong banyak jaringan dapat mendapatkan terapi okupasi untuk
keadaan dengan begkak, jaringan parut dan kekakuan.
G. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penderita polidaktil adalah
ketidaknyamanan, terutama polidaktili di kaki, saat memakai sepatu.
Multiple anomali yaitu terjadi atau terdapat beberapa kelainan. Ini
dikarenakan zat teratogenik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan janin
yang dapat menyebabkan kelainan lain pada anak misalnya pada jantung,
alat kelamin, dan sebagainya. Tetapi terjadinya kelainan bawaan
bersamaan polidaktili ini jarang terjadi.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan, yaitu:
d. Pemeriksaan Fisik
Terlihat adanya jari tambahan (inspeksi).
e. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi. Foto polos digunakan untuk menentukan
klasifikasi sindaktili yang terjadi pada klien anak serta melihat
keterlibatan tulang, tendon maupun jaringan lunak yang lain.
Pemeriksaan rontgen mungkin diperlukan untuk menentukan
apakah jari tambahan mengandung struktur tulang, dan untuk
menentukan perubahan yang dapat terjadi saat operasi (Jordan,
2007).
DDST (Denver Development Screening Test) adalah salah satu
metode screening terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini
bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. (Soetjiningsih, 1998). DDST
digunakan untuk menaksir perkembangan personal sosial, motorik
halus, bahasa dan motorik kasar pada anak umur 1 bulan sampai 6
tahun.
b. Analisa kromosom merupakan tes untuk memeriksa kromosom
dalam sampel sel, yang dapat membantu mengidentifikasi masalah
genetic yang menyebabkan gangguan atau penyakit. Tes ini dapat
digunakan untuk tujuan hitung jumlah kromosom dan
mengidentifikasi perubahan struktural dalam kromosom.
c. USG dapat digunakan untuk diagnosis dini inta uteri.
d. Pemeriksaan biokimia. Beberapa kelainan bawaan menyebabkan
peningkatan produksi dan ekskresi enzim. Pemerikaan enzim
dapat dilakukan melalui pemeriksaan serum darah, sel-sel darah
atau kultur sel fibroblast kulit.
e. Biopsy tulang. Kadang kala diperlukan pada kelainan kelainan
tertentu.
2.2 Syndactili
Perkembangan dan Stimulus untuk Motorik Halus dan Motorik Kasar
pada anak dengan Sindaktili post operasi
Pada anak dengan Sindaktili post operasi tentu akan lebih sulit dalam
perkembangan motorik halus dan kasar karena terdapat bagian tubuh yang
akan membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih dan beraktivitas layaknya
anak normal pada umumnya, namun tidak banyak perbedaan tumbuh
kembang, hanya saja mengalami perlambatan dengan anak normal pada
umumnya.
Penilaian Perkembangan Anak
- Denver Developmental Screening Test (DDST) adalah metode pengkajian
yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan anak.
Tes ini dapat memberikan jaminan kepada orang tua atau bermanfaat
dalam mengidentifikasi berbagai masalah dini yang mengancam tumbuh
kembang anak.
- Tes Denver II merupakan alat skrining untuk menemukan penyimpangan
perkembangan pada anak pasca kelahiran hingga usia 6 tahun. Tes
Denver II bukan merupakan tes IQ sehingga tidak dapat meramal
kemampuan intelektual, adaptif atau perkembangan anak dimasa
mendatang. Tujuannya adalah menilai tingkat perkembangan anak sesuai
kelompok seusianya, serta digunakan untuk memonitor dan memantau
perkembangan bayi atau anak dengan resiko tinggi terjadinya
penyimpangan perkembangan secara berkala.
A. Definisi
Sindaktili merupakan defek pada diferensiasi (Scanderbeg &
Dallapiccola , 2005). Sindaktili adalah kondisi terdapatnya tidak adanya
atau pembentukkan inkomplet jeda jarak diantara dua jari-jari (Brunner, et
al, 2007). Sindaktili merupakan kegagalan pemisahan antara jari-jari yang
berdekatan yang menghasikan adanya jaringan pada jari-jari (Hurley,
2011).
B. Klasifikasi
Sindaktili kongenital diklasifikasikan berdasarkan pada keterlibatan
jari-jari dan karakter dari jaringan yang bergabung (Hurley, 2011).
a. Simpel Sindaktili
Perlekatan terbatas pada jaringan lunak dan kulit diantara dua jari
tangan yang berdekatan (simple atau kutaneus sindaktili).
b. Sindaktili Komplek
Sindaktili atau perlekatan yang melibatkan tulang, jaringan
lunak, dan struktur neurovaskuler (Scanderbeg & Dallapiccola , 2005)
c. Sindaktili Parsial
Sindaktili yang melibatkan daerah proksimal pada jari-jari tangan
disebut sindaktili parsial (Scanderbeg & Dallapiccola , 2005).
d. Sindaktili Komplit
Sindaktili yang memanjang kearah ujung dari seluruh panjang
jari-jari tangan disebut sindaktili komplit (Scanderbeg & Dallapiccola ,
2005).
e. Complicated Syndactyly
Tulang yang abnormal diantara jari-jari (Hurley, 2011).
f. Acrosyndactyly
Acrosyndactyly adalah perlekatan yang hanya melibatkan bagian
distal pada jari-jari tangan (Scanderbeg & Dallapiccola , 2005).
C. Etiologi
Jari tangan pada sebuah janin awalnya hanyalah berbentuk seperti
dayung, namun pada minggu keenam atau ketujuh, jari tangan mulai
membelah menjadi jari yang sesungguhnya. Penyebab dari Sindactily ini
akibat dari kegagalan jari tangan berdiferensiasi selama masih ada di
dalam kandungan. Riwayat keluarga didapatkan 15%-40% kasus. Pola
pewarisan genetik ditemukan pada pasien sindaktili tanpa berhubungan
dengan kondisi lain. Sindaktili merupakan tipe autosom dominan dengan
variable pentrance (Herring, 2013). Sindaktili terjadi karena mutasi,
predisposisi keluarga yang mengindikasikan adanya pola autosom
dominan.
D. Patofisiologi
Sindaktili merupakan hasil kegagalan dari diferensiasi dan
diklasifikasikan oleh klasifikasi embriologi pada anomali kongenital
yang diadopsi dari International Federation for Societies for Surgery of
the Hand. Secara embriologi jari-jari tumbuh dari kondensasi
mesoderm dalam dasar perkembangan upper limb. Selama kehamilan
5-6 minggu, terbentuk pembelahan antar jari melalui proses apoptosis atau
programed cell death, bermula pada ujung jari dan diteruskan ke arah
distal serta proksimal. Daerah ektodermal meregulasi proses embriologi
ini dalam kombinasi dengan faktor pertumbuhan, protein
morfogenetik tulang, perubahan faktor pertumbuhan. Terjadinya
kegagalan pada proses ini dapat terjadi sindaktili. Terdapat lima perbedaan
fenotip pada sindaktili tangan, dengan menyertakan kaki atau tidak.
Pada semua tipe merupakan warisan ciri pembawaan autosom
dominan serta keseragaman dari tipe yang dikenali dalam silsilah.
Sindaktili berhubungan dengan bermacam-macam anomali dan
sindrom malformasi. Sindaktili biasanya terjadi pada acrocephalo
(poly) syndactyly syndrome dengan kekhasan abnormal pada craniofasial.
Pada Sindaktili tipe I yaitu mutasi pada lokus 2q34-q36 terdapat
perlekatan yang kuat komplit atau parsial. Seperti pada perlekatan kutan
diantara jari ke – 3 dan ke -4, kadang kadang terdapat pula perlekatan
tulang pada tulang jari ( phalanx ) distal. Pada kaki biasanya sindaktili
terjadi diantara jari kaki ke-2 da ke-3. Pada sindaktili tipe II
(synpolydactyly) adanya mutasi di dalam gen HOXD13 dipetakan pada
2q31-q32 (Scanderbeg & Dallapiccola , 2005). biasanya pada jari ke-3 dan
ke-4 berhubungan dengan duplikasi pada jari 3 atau 4 dalam selaput
diantara jari-jari. Pada kaki selalu menunjukkan terjadi sindaktili pada jari
kaki ke-4 dan 5 dengan duplikasi pada kelima jari kaki Sindaktili tipe III
adanya mutasi gen di dalam 6q22-q24 (ring and little finger syndactyly)
biasanya komplit dan sindaktili jaringan lunak bilateral diantara jari ke-4
dan ke-5. Kadang-kadang perlekatan ossues pada tulang jari distal terjadi.
Terjadinya ketidakadaan, pendek atau dasar pada phalanx ke-5 bagian
tengah (Scanderbeg & Dallapiccola , 2005). Pada sindaktili tipe IV tidak
terdapat sindaktili kutaneus komplit pada seluruh jari di kedua tangan yang
dihubungkan dengan pre- atau postaxial hexadactyly (jari-jari tambahan
yang berkembang sepenuhnya dengan duplikasi metakarpal komplit).
Flexi pada jari-jari membuat tangan berbentuk mangkok. Sindaktili tipe IV
tidak terdapat perlekatan tulang. Sindaktili kutaneus parsial pada jari kaki
2 dan 3 dapat terjadi (Scanderbeg & Dallapiccola , 2005). Sindaktili tipe V
jarang ditemukan, jarinagan lunak sindaktili terjadi berhubungan dengan
metakarpal dan metatarsal sinostosis. Sindaktili jaringan lunak biasanya
mempengaruhi jari-jari tangan ke-3 dan 4 serta jari-jari kaki ke-2 dan 3
tetapi tidak dapat lebih luas. Metakarpal dan metatarsal biasanya
melibatkan jari ke-4 dan 5 (Scanderbeg & Dallapiccola , 2005)
E. Manifestasi Klinis
Adanya kelainan bentuk jari dan bermacam – macam mulai dari
pelekatannya hanya sepertiga dari panjang jari, atau sepanjang jari saling
melekat. Pelekatan juga bisa hanya terjadi pada jaringan kulit, tendon
(jaringan lunak), bahkan pada kedua tulang jari yang bersebelahan.
F. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Kolaboratif
Orang tua pasien dengan sindaktili diinstruksikan untuk
melakukan physical therapy yaitu masase pada kulit yang menyatu.
Masase daerah yang menyatu sebelum pembedahan tujuannya untuk
meregangkan kulit sehingga dapat diperbaiki lebih mudah (Kenner,
2013).
b. Penatalaksanaan Non-Bedah
Penatalaksanaan non-bedah dipertimbangkan untuk sindaktili
ringan, inkomplit yang sederhana. Pemilihan non-bedah juga dipilih
pada kasus sidaktili yang rumit (Compicated Syndactyly) yang
biasanya disebut “superdigit” atau pada kasus polisindaktili kompleks
kaena kesulitan dalam mencapai perbaikan fungsi yang optimal setla
dilakukan pembedahan. Pada sindaktili simple complete tidak
dianjurkan penatalaksanaan non-bedah (Hurley, 2011).
c. Pembedahan
Pembedahan menakutkan karena risiko komplikasi pada kaki
lebih banyak daripada tangan. Postoperasi tidak menjamin jarak antara
jari kering diantara jari-jari, pada akhirnya dapat memicu potensi adesi
pada luka dan pembentukan skar yang dapat menyebabkan masalah
fungsi (Brunner, et al, 2007).
g. Pemeriksaan Diagnostik
Plain radiograph pada jari atau tangan yang terdampak dapat
diperoleh secara akurat klasifikasi sindaktili dan untuk mengkaji adanya
perlekatan tulang atau penempatan aksesoris tulang (Hurley, 2011)
BAB III
WOC
Faktor Teratogenik
3.2 Polydactili
Kelainan Genetik atau
Kromosom Fisik Kimia Biologis
Terpaut Kromosom PP
atau Pp
Kerusakan Embrio
Perubahan pembentukan
organ
POLYDACTY
Malformasi Jari
SINDAKTILITI
Pre Opreasi
Post Operasi
MK : Defisit Pengetahuan MK : Ansietas Stimulus pegeluaran Pintu masuk kuman Kurang perwatan
mediator Nyeri luka operasi
MK : Kerusakan
Integritas Kulit
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
B. Diagnosa Keperawatan
a) Pre Operasi
1. Gangguan perkembangan b.d gangguan genetik
2. Gangguan citra tubuh b.d kelainan bentuk tubuh
3. Ansietas b.d krisis terkini (rencana pembedahan)
b) Post Operasi
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik
2. Kerusakan integritas kulit b.d faktor mekanik (pembedahan)
3. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif
C. Intervensi
1) Intervensi Pre Operasi
No Diagnosa NOC NIC
. Keperawatan
D. Evaluasi
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien dapat menunjukkan
perilaku yang sesuai
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam ggangguan
citra tubuh dapat teratasi
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam ansietas
klien dapat teratasi
4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri akut
klien dapat teratasi
5. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam kerusakan
integritas kulit klien dapat berkurang
6. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien tidak
mengalami resiko infeksi
3.2 Asuhan Keperawatan Syndactili
A. Pengkajian
- Pengkajian tgl
- MRS tanggal
- Ruang/kelas
- Jam
- No.RM
- Diagnosa
a. Anamnesa
1. Identitas
- Anak
Meliputi nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, diagnosa
medis, sumber informasi
- Orang tua
Nama ayah, nama ibu, pekerjaan ayah/ibu, pendidikan, agama,
suku/ bangsa, alamat
2. Keluhan utama :
keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien adalah jari
yang berlekatan menghambat pergerakan jari-jari.
3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat kesehatan sekarang : terkait dengan kondisi
penyakitnya saat ini, kapan klien di diagnosa mengalami
sakitnya, dan aktivitas klien terhambat oleh adanya perlekatan
jari jari tangannya sehingga klien merasa kesulitan memegang
sesuatu
b. Riwayat kesehatan masa lalu :
1. Menanyakan pada pasien atau keluarga pasien apakah pernah
mengalami sakit misalnya seperti demam, kejang, batuk
pilek, mimisan dll.
2. Menanyakan juga riwayat operasi
3. Menayakan riwayat alergi misalnya alergi makanan atau
minuman tertentu, maupun alergi obat-obatan tertentu.
4. Menanyakan Riwayat imunisasi dari anak. Mengkaji riwayat
pada saat prenatal dan post natal.
f. Riwayat Kehamilan dan kelahiran : pada saat hamil apakah ibu
sering mengkonsumsi obat-obatan tanpa resep dokter, perokok,
minum alkohol, pemenuhan gizi saat hamil tercukupi atau tidak
g. Riwayat kesehatan keluarga : mengkaji ada atau tidaknya
keluarga klien pernah menderita penyakit sindaktili.
h. Integritas ego : perasaan cemas, menolak, malu, gelisah,
menangis.
i. Riwayat nutrisi
1. Menanyakan pada ibu pasien bagaimana nafsu makan
anaknya, apakah pasien bisa menghabiskan 1 porsi
makanannya
2. Menanyakan pola makan dalam satu hari
3. Menanykan kebutuhan cairan/ minum selalama sehari
4. Menanyakan pasien mempunyai pantangan terhadap
makanan tertentu
j. Riwayat pertumbuhan
1. Mengukur BB, TB, LD, dan LILA
2. Menanyakan BB lahir, panjang lahir
k. Riwayat perkembangan
1. Pengkajian perkembangan DDST
2. Kondisi psikososial:
Adanya kondisi kesehatan yang tidak normal mempengaruhi
hubungan interpersonal. Selain itu, karena pada pasien
polidaktilii ditemukan adanya kelainan pada jumlah jari
tangan atau kaki, biasanya pasien merasa malu.
3. Tahap Perkembangan Psikoseksual:
Menanyakan kepada orang tua bagaiamana perkembangan
psikosesksualnya.
4. Pengkajian Fisik
Priharjo (1996) mengatakan pengkajian tulang diantaranya
amati kenormalan susunan tulang dan kaji adanya deformitas,
lakukan palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekan,
dan amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan.
Skelet tubuh di kaji mengenai adanya deformitas tulang dam
kesejajaran. saat inspeksi tampak adanya jari-jari yang saling
melekat, dan saat palpasi teraba adanya dua jari yang menyatu.
a. Review of system :
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : composmentis
- TTV (TD, nadi, RR dan suhu)
b. Pemeriksaan B1-B6
- B1 (breathing):secara umum tidak ditemukan masalah
keperawatan. Bentuk dada simetris, suara nafas vesikuler,
pola nafas teratur serta tidak ditemukan adanya sesak nafas.
- B2 (blood) :secara umum tidak ditemukan masalah
keperawatan. Irama jantung regular, tidak ditemukan nyeri
dada, CRT < 2 detik.
- B3 (brain) :secara umum tidak ditemukan masalah
keperawatan. GCS 456, pasien tidak mengeluh pusing, serta
tidak ditemukan gangguan tidur pada pasien.
- B4 (bladder) :secara umum tidak ditemukan masalah
keperawatan. Area genitalia bersih, produksi urine sekitar
1500 cc/hari, warna urine kuning jernih serta baunya khas.
- B5 (bowel) :secara umum tidak ditemukan masalah
keperawatan. Porsi makan baik, pasien dapat menghabiskan
1 porsi makanannya, kondisi mulut bersih dan membrane
mukosa lembab, frekuensi BAB 1x sehari, tidak terdapat
ketegangan abdomen.
- B6 (bone) :
Look :perlekatan beberapa jari pada ektremitas atas / bawah
Feel : terasa ada jari yang melekat satu sama lain tidak
hanya kulit, tendon, bahkan hingga ke tulang yang melekat
Move : pergerakan jari tangan yang terjadi perlekatan
terbatas
c. Endokrin
- Tiroid : tidak mengalami pembesaran
- Hiperglikemi : Tidak mengalami hiperglikemi
- Hipoglikemi : Tidak mengalami hipoglikemi
- Luka gangren : Tidak ada luka gangren
d. Personal hygiene
Kebersihan anak baik, mandi 2x sehari, keramas 1x/hari, sikat
gigi 2x/hari, ganti pakaian 2x/hari
e. Psio-sosio-spiritual
- Ekspresi afek dan emosi: senang, cemas, sedih, marah,
menangis, diam
- Klien biasanya akan mengalami kecemasan dengan
keadaannya karena malu.
- Hubungan dengan keluarga : Akrab atau kurang akrab
- Dampak hospitalisasi bagi anak : Apakah klien mengalami
stres
- Dampak hospitalisasi bagi orang tua
B. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1) Ansietas berhubungan dengan rencana operasi D.0080; Psikologis;
Integritas Ego
2) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi domain
5 persepsi/kognisi; kelas 4 kognisi; kode 00126
Post Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (prosedur bedah)
domain 12 kenyamanan; kelas 1 kenyamanan fisik; kode 00132
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik (akibat
pembedahan) domain 11 keamanan/ perlindungan; kelas 2 cedera fisik;
kode 00046
3) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif domain 11
keamanan/ perlindungan; kelas 2 cedera fisik; kode 00004
C. Intervensi Keperawatan
PRE OPERASI
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Konseling
dengan rencana operasi keperawatan 2x24 jam 1. Sediakan infomasi
kecemasan pada klien dapat
faktual yang tepat
berkurang dengan kriteria hasil:
dan sesuai
Koping
kebutuhan
1. Mencari informasi
2. Bantu pasien untuk
terpercaya tentang
mengidentifikasi
pengobatan
masalah atau situasi
2. Menggunakan strategi
yang menyebabkan
koping yang efektif
distress
Teknik menenangkan
1. Kurangi stimulasi
yang menciptakan
perasaan takut
maupun cemas
2. Identifikasi orang-
orang yang terdekat
klien yang bisa
membantu klien
3. Instruksikan klien
untuk menggunakan
metode mengurangi
kecemasan (mis,
nafas dalam dll)
4. Bicara dengan
lembut atau
bernyanyi pada anak
atau bayi
Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Pengajaran preoperatif
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam 1. Jelaskan prosedur
kurang informasi pengetahuan pasien adekuat persiapan pre
dengan kriteria hasil: operasi (mis, jenis
Perilaku pencarian anastesi, diit yang
kesehatan sesuai, pemeriksaan
1. Mengajukan lab yang
pertanyaan-pertanyaan dibutuhakan, dll)
yang berhubungan 2. Fasilitasi
dengan kesehatan kecemasan pasien
2. Mendapatan bantuan dan keluaraga
dari profesional terkait
kesehatan kecemasannya
3. Melakukan perilaku 3. Berikan kesempatan
kesehatan yang pasien untuk
disarankan bertanya
4. Menjelaskan strategi 4. Gunakan metode
untuk mengoptimalkan pendidikan
kesehatan kesehatan yang
sesuai dengan
kemampuan pasien
meliputi pendekatan
secara holistik dan
penggunaan bahan-
bahan keshatan
yang tepat
POST OPERASI
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pemberian analgesik
dengan agen cedera fisik keperawatan 2x24 jam nyeri 1. Cek perintah
(prosedur bedah) akut klien berkurang sampai pengobatan meliputi
tidak ada nyeri dengan kriteria obat, dosis, dan
hasil: frekuensi obat
Kontrol nyeri analgesik yang
1. Klien dapat mengenali diresepkan
kapan terjadi nyeri 2. Monitor TTV
2. Menggunakan sebelum dan
analgesik yang sesudah pemberian
direkomendasikan analgesik
Status kenyamanan 3. Berikan kebutuhan
1. TTV klien normal kenyamanan dan
2. Klien mendapat aktivitas lain yang
dukungan dari dapat membantu
keluarga relaksasi untuk
3. Klien mendapat memfasilitasi
perawatan sesuai penurnan nyeri
kebutuhan Pengalihan
1. Gunakan teknik
distraksi/
pengalihan untuk
anak yang baru dan
menstimulasi lebih
dari satu indera
serta tidak
memerlukan
kecakapan menulis
dan membaca
ataupun
kemampuan berfikir
(contoh bermain,
terapi aktivitas,
membaca cerita,
menyanyikan lagu
atau kegiatan
irama)
2. Dorong partisipasi
keluarga dan orang
terdekat lainnya
serta berikan
pengajaran yang
diperlukan
Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan Perawatan luka
kulit berhubungan keperawatan 3x24 jam 1. Monitor
dengan faktor mekanik integritas kulit klien kembali karakteristik luka,
(akibat pembedahan) normal dengan kriteria hasil: termasuk drainase,
Penyembuhan luka: primer warna, ukuran, dan
1. Memperkirakan bau
kondisi tepi luka 2. Oleskan salep
2. Pembentukan luka sesuai dengan kulit/
klien lesi
3. Peningkatan suhu 3. Berikan balutan
kulit klien yang sesuai dengan
Penyembuhan luka: jenis luka
sekunder Pengecekan kulit
1. Ukuran luka 1. Periksa kulit dan
berkurang selaput lendir
2. Tidak ada peradangan terkait dengan
luka adanya kemerahan,
kehangatan ekstrim,
edema atau drainase
2. Peiksa kondisi luka
operasi dengan
tepat
3. Pertahankan tknik
balutan steril ketika
melakukan
perawatan luka
dengan tepat
4. Ajarkan anggota
keluaraga atau
pemberi asuhan
mengenai tanda-
tanda kerusakan
kulit dengan tepat
Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Kontrol infeksi
berhubungan dengan keperawatan 1x24 jam klien 1. Berikan terapi
prosedur invasif tidak mengalami infeksi pada antibiotik yang
luka setelah pembedahan sesuai
dengan kriteria hasil: 2. Pantau intake cairan
Deteksi resiko dan nutrisi yang
1. Mengenali tanda dan tepat
gejala yang Perawatan area sayatan
mengidentifikasi 1. Periksa daerah
resiko sayatan terhadap
2. Memonitor kemerahan,
perubahan status bengkak, atau
kesehatan tanda-tanda
Status imunitas dehiscene atau
1. Suhu tubuh normal eviserasi
2. Integritas kulit dan 2. Monitor sayatan
mukosa tidak untuk tanda dan
terganggu gejala infeksi
3. Tidak ada infeksi 3. Arahkan pasien dan
berulang atau keluarga cara
merawat luka insisi
termasuk tanda-
tanda dan gejala
infeksi
D. Evaluasi
Pre Operasi :
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam Ansietas
pasien teratasi
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam disiensi
oengethuan meningkat
Post Operasi
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam nyeri klien
berkurang
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kerusakan
integritas kulit normal
3. Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam resiko infeksi teratasi
3.3 Asuhan Keperawatan Kasus Polidactili
Pada tanggal 5 September 2018, Ny. A datang untuk memeriksakan
bayinya (bayi S) yang berusia 3 bulan ke poli anak RS Airlangga, Ny. A
mengatakan bahwa anaknya memiliki kelainan jari bercabang pada daerah jari
kelingking sejak lahir. Pada saat hamil Ny. A sering mengkonsumsi obat-
obatan yang dibeli di warung. Ny. A sangat mencemaskan kondisi masa depan
anaknya, Ny. A ingin kodisi anaknya kembali normal dengan meminta dokter
untuk melakukan operasi agar memperbaiki kondisi jari tangan anakya. Bayi S
lahir normal dengan berat badan 3,5 kg dengan panjang 52 cm. BB bayi S saat
ini 4,9 Kg dan PB 57 cm. Nenek dari bayi S juga mengalami kelainan seperti
yang dialami Bayi S namun pada ibu jarinya. Pada saat datang ke poli anak
suhu badan bayi Z 38,50C dan Ibu mengatakan demam sudah sejak 2 hari yang
lalu.
A. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama : Bayi S
Tanggal lahir : 5 Juni 2018
Usia : 3 bulan
Nama Orang tua : Tn. B dan Ny. A
b. Riwayat penyakit sekarang
Bayi S lahir pada tanggal 5 Juni 2018, lahir pervaginam (normal)
dengan berat badan 3,5 kg dan panjang badan 52 cm. Semenjak lahir
bayi S memiliki kelainan berupa jari bercabang pada ibu jarinya
(polidaktili). Ny.M merasa sangat khawatir akan kondisi anaknya dan
ingin segera dilakukan pembedahan agar dapat memperbaiki kondisi
anaknya. Pada saat datang ke poli anak suhu badan bayi S 38,5 0C dan
demam dirasakan sejak 2 hari yang lalu.
c. Riwayat penyakit dahulu
Bayi S tidak memiliki riwayat penyakit dan tidak pernah MRS.
d. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga bayi S (Neneknya) juga memiliki kelainan yang sama pada
ibu jarinya.
B. Pemeriksaan Fisik
BB = 4,9 Kg
PB = 57 cm
RR = 30 x/menit
Nadi = 115 x/menit
Suhu = 38,50 C
Review of system (ROS)
a. B1 (breathing)
RR = 40 x/menit, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan
b. B2 (blood)
Suara jantung normal, murmur (-), CRT < 3detik, tidak terdapat
sianosis, suhu badan 380 C
c. B3 (brain)
Kesadaran komposmentis
d. B4 ( bowel)
Bising usus normal
e. B5 (bladder)
Urin normal, tidak ada distensi pada kandung kemih
f. B6 (bone)
Terjadi percabangan pada daerah ibu jari (polidaktili radialis)
C. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Subjektif : ibu pasien Peningkatan metabolisme Hipertermi
mengatakan ba hwa tiga tubuh
hari ini anaknya demam
peningkatan suhu tubuh
Objektif : suhu badan =
380C Hipertermi
Kurang Pengetahuan
D. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b/d peningkatan metabolisme tubuh
2. Ansietas pada orangtua b/d ancaman intregitas biologis aktual atau yang
dirasa sekunder akibat: Polydactili
3. Kurang pengetahuan b/d proses penyakit dan pengobatan
E. Intervensi Keperawatan
Diagnosa NOC NIC
A. Fakta
Di masyarakat, Polidaktili dan sindaktili cukup banyak ditemukan.
Dimana insidensi polidaktili ini terjadi pada 1 anak dari 1000 kelahiran,
sedangkan sindaktili terjadi pada 1 anak dari 2000-3000 kelahiran. Dan
berikut adalah beberapa contoh berita dan fakta yang terjadi masyarakat.
Berita
detikHealth Konsultasi Detail Artikel
Selasa, 11 Jan 2011 11:01 WIB
2 dari 3 Anak Kena Polidaktili, Bagaimana Anak ke-4?
Jakarta -
Dok, suami saya penderita polidaktili sedangkan saya normal. Kami
memiliki 3 orang anak, 2 anak kami menderita polidaktili dan yang 1
normal. Jika kami mempunyai anak lagi, apakah anak kami akan normal
atau menderita polidaktili juga?
Jawaban
Polidaktili adalah suatu kondisi dimana terdapat jari (tangan atau kaki)
tambahan, disamping 5 jari yang normal disetiap anggota gerak. Kondisi
ini dapat terjadi secara independen, dimana penderitanya hanya memiliki
kelainan jari atau dapat juga merupakan bagian dari suatu sindrom
(misalnya Down Syndrome) dimana penderitanya memiliki kelainan-
kelainan lain. Pada sebagian besar kasus, polidaktili adalah kelainan
independen.
B. Teori
Polidaktili adalah suatu kelainan yang diwariskan oleh gen
autosomal dominan P. yang di maksud dengan sifat autosomal ialah sifat
keturunan yang ditentukan oleh gen pada autosom. Gen ini ada yang
dominan dan ada pula yang resesif. Oleh karena laki-laki dan perempuan
mempunyai autosom yang sama, maka sifat keturunan yang ditentukan
oleh gen autosomal dapat dijumpai pada laki-laki maupun perempuan.
Sehingga orang bisa mempunyai tambahan jari pada kedua tangan atau
kakinya. Yang umum dijumpai ialah terdapatnya jari tambahan pada satu
atau kedua tangannya. Tempatnya jari tammbahan itu berbeda-beda, ada
yang terdapat didekat ibu jari dan ada pula yang terdapat didekat jari
kelingking. Meskipun belum ditemukan penyebab yang pasti, namun
terdapat faktor resiko yang berhubungan dengan kelainan kongenital, yaitu
faktor genetik dan faktor teratogenic.
Sindaktili adalah suatu kondisi dimana terdapat suatu kelainan jari
berupa pelekatan dua jari atau lebih sehingga telapak tangan menjadi
berbentuk seperti jari itik (webbed finger). Penyebab pasti belum
diketahui, tetapi sekitar 10-40% dari kasus terdapat riwayat keluarga.
Faktor ibu yang merokok berat selama kehamilan, terutama trimester
pertama menjadi predisposisi penting terjadinya sindaktili. Yang perlu
diperhatikan adalah komplikasi pasca bedah, seperti kekambuhan
sindaktili, iskemia jari, kontraktur, dan komplikasi skin graft.
C. Opini
Pada berita 1 dan 2 yang membahas tentang polidaktili, disebutkan
bahwa polidaktili yang dialami disebabkan karena faktor keturunan. Hal
tersebut sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa polidaktili memang
belum diketahui penyebab pastinya, namun ada faktor resiko yang
mempengaruhi, salah satunya adalah faktor genetik. Jika salah satu
pasangan suami istri memiliki polidaktili, kemungkinan 50% anaknya juga
polidaktili.
Waktu operasi yang dilakukan oleh bayi Hong dalam berita 1 juga
sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa waktu yang ideal minimal
pada usia 6-12 bulang dengan berat badan yang normal. Selanjutnya pada
berita 3 dan 4 yang membahas tentang sindaktili, disebutkan bahwa
sindaktili juga dapat diturunkan seperti yang terjadi pada keluarga
Kannathu. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa sekitar
40% kasus berasal dari keluarga yang mengalami sindaktili, dan anak laki-
laki dua kali lebih sering daripada perempuan. Namun, ternyata masih
banyak masyarakat yang menganggap bahwa sindaktili merupakan
penyakit yang disebabkan oleh kutukan dewa.
Selain itu, mengenai ketulian yang terjadi setelah operasi z plasty
atau skin graft, belum ada teori yang mengatakan bahwa komplikasi yang
ditimbulkan setelah menjalani z plasty atau skin graft dapat menyebabkan
ketulian.
BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Polidaktili adalah suatu kelainan yang diwariskan oleh gen
autosomal dominan P. Polidaktili disebabkan oleh kelainan genetik dan
kromosom sertafaktor teratogenik. Manifestasi linik polidaktili adalah
jumlah jari lebih dari normal pada salah satu atau kedua jari tangan atau
kaki. Polidaktili terdapat 7 tipe. Penatalaksanaan Polidaktili dengan
tindakan pembedahan. Sindaktili adalah kondisi terdapatnya tidak adanya
atau pembentukkan inkomplet jeda jarak diantara dua jari-jari. Sindaktili
disebabkan oleh faktor eturunan. Sindaktili terdapat 5 tipe dan
diklasifikasikan menjadi simpel sindaktili, sindaktili komplek, sindaktili
parsial, sindaktili komplit, complicated syndactyly, acrosyndactyly.
Penatalaksanaan sindaktili dengan cara bedah dan non-bedah.
5.2 Saran
Setelah mahasiswa mengikuti SGD serta membaca membaca
makalah ini diharapkan lebih memahami tentang konsep teori Polidaktili
dan Syndaktili. Serta dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan pada
anak dengan Polidaktili dan Syndaktili secara komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA