Anda di halaman 1dari 59

Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa 1

“Asuhan Keperawatan pada Klien Jiwa dengan Gangguan Konsep Diri :


Harga Diri Rendah”

Fasilitator

Rr. Dian Tristiana, S.Kep., Ns., M.Kep


Oleh
Kelompok 4

Lilik Choiriyah 131511133064


Ika Septiana Arum P.D. 131511133065
Ni Komang Ayu Santika 131511133066
Prisdamayanti Ayuningsih 131511133067
Henny Oktora Safitri 131511133068
Asti Pratiwi 131511133069
Risniawati 131511133070
Yenny Paramitha 131511133071

Program Studi S1 Pendidikan Ners

Fakultas Keperawatan

Universitas Airlangga

2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
Kata Pengantar........................................................................................................iii
BAB 1......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................1

1.3 Tujuan............................................................................................................1

1.4 Manfaat..........................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

2.1 Komponen Konsep Diri................................................................................3

2.1 Komponen Konsep Diri................................................................................6

2.1 Definisi..........................................................................................................7

2.2 Klasifikasi......................................................................................................7
2.3 Etiologi..........................................................................................................7
2.4 Patofisiologi..................................................................................................8

2.5 WOC .............................................................................................................9

2.5 Pohon Masalah ...........................................................................................10

2.6 Manifestasi Klinis.......................................................................................10

2.7 Penatalaksanaan..........................................................................................11

BAB III..................................................................................................................15
ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................15
Studi Kasus........................................................................................................15
A. Pengkajian............................................................................................16
B. Analisa Data.........................................................................................21
C. Diagnosa Keperawatan........................................................................24

D. Rencana Intervensi Keperawatan........................................................25

E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan............................................31

i
BAB IV..................................................................................................................37
4.1. Strategi Pelaksanaan Tindakan............................................................38
4.2. Naskah Role Play.................................................................................40
4.3. Analisa Proses Interaksi.......................................................................43
BAB V....................................................................................................................53
5.1. KESIMPULAN...................................................................................53
Daftar Pustaka........................................................................................................54

ii
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien Jiwa dengan Gangguan Konsep Diri :
Harga Diri Rendah”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah Keperawatan Jiwa I di Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga.
Selanjutnya, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang
membantu baik moril maupun materil dalam penyusunan makalah ini, terutama
kepada Ibu Rr. Dian Tristiana, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku fasilitator pada mata
kuliah Keperawatan Jiwa I di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan baik pada penulisan maupun isi dalam makalah ini. Untuk itu, penulis
mengharapkan adanya kitik dan saran dari semua pihak sebagai penyempurna
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Surabaya, 21 Mei 2017

Penulis

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri
atau kemampuan diri. Adanya hilang percaya diri,merasa gagal karena tidak
mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Yosef, 2009). Tingkat harga diri
seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki
harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mau beradaptasi secara
efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki
harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negative dan menganggap
sebagai ancaman.(Yosep, 2009).

Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan


tantangan yang unik karena masalah keperawatan jiwa mungkin tidak dapat
dilihat langsung, seperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan
berbagai macam gejala dan disebabkan oleh berbagai hal (Erlinafsiah, 2010).
Penelitian World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia 2014
itu menunjukkan hampir 3/4 beban global penyakit neuropsikiatrik didapati
berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. WHO memperkirakan tidak
kurang dari 450 juta penderita mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang
dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini, 25% diperkirakan akan mengalami
gangguan jiwa pada usia tertentu. Gangguan jiwa yang mencapai 13%,
kemungkinan akan berkembang 25% pada tahun 2030.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana konsep dasar mengenai gangguan konsep diri: harga diri
rendah?

1
1.2.2 Bagaimana konsep asuhan keperawatan, advokasi dan pendidikan
kesehatan pada klien jiwa dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah setelah perkuliahan,
mahasiswa mampu memahami mengenai konsep dasar gangguan konsep
diri: harga diri rendah dan mampu memberikan asuhan keperawatan,
advokasi dan pendidikan kesehatan yang tepat bagi klien jiwa dengan
gangguan konsep diri: harga diri rendah.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah setelah perkulihan
mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan, mengerti dan
mengidentifikasi tentang:
1. Definisi gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Etiologi gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Patofisiologi gangguan konsep diri: harga diri rendah
4. Manifestasi klinis gangguan konsep diri: harga diri rendah
5. Penatalaksanaan (advokasi dan pendidikan kesehatan) gangguan
konsep diri: harga diri rendah
6. Komplikasi gangguan konsep diri: harga diri rendah
7. Web of Caution gangguan konsep diri: harga diri rendah
8. Asuhan keperawatan pada klien jiwa dengan gangguan konsep diri:
harga diri rendah

1.4 Manfaat
1.4.1 Mahasiswa mampu memahami konsep dasar mengenai gangguan konsep
diri: harga diri rendah.

1.4.1 Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan, advokasi dan


pendidikan kesehatan pada klien jiwa dengan gangguan konsep diri: harga
diri rendah.
2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komponen Konsep Diri


Konsep diri di definisikan sebagai semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan
yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya yang mempengaruhi
hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi
dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan
orang terdekat, dan realitas dunia (Stuart, 2006).
Menurut Stuart (2006), komponen-komponen konsep diri adalah sebagai
berikut:
a. Citra tubuh (body image)
Citra tubuh merupakan kumpulan sikap individu yang disadari dan tidak
disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan
sekarang tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan citra tubuh dimodifikasi secara
berkesinambungan dengan persepsi dan pengalaman baru.
b. Ideal diri (self ideal)
Ideal diri merupakan persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya
berprilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu. Sering
juga di sebut bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang
diri sendiri.
c. Identitas diri (self identifity),
Identitas diri merupakan prinsip pengorganisasian kepribadian yang
bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan
individu. Prinsip tersebut sama artinya dengan otonomi dan mencakup persepsi
seksualitas seseorang. Pemebentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus
berlangsung sepanjang kehidupan, tetapi merupakan tugas utama pada masa
remaja.

3
Identitas diri merupakan kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari
pengamatan dan penilaian, sebagai sintesis semua aspek konsep diri dan menjadi
satu kesatuan yang utuh (Sunaryo, 2004).
Hal-hal yang penting mengenai identitas diri, yaitu:
1) Berkembang sejak masa kanak-kanak, bersama dengan
berkembangnya konsep diri.
2) Individu yang memiliki perasaan identitas diri kuat akan memandang
dirinya tidak sama dengan orang lain, unik, dan tidak ada duanya.
3) Identitas jenis kelamin berkembang secara bertahap sejak bayi.
4) Identitas jenis kelamin dimulai dengan konsep laki-laki dan
perempuan serta banyak dipengaruhi oleh pandangan maupun
perlakuan masyarakat.
5) Kemandirian timbul dari perasaan berharga menghargai diri sendiri,
kemampuan dan penguasaan diri.
6) Individu yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya.
d. Peran diri (self role)
Merupakan serangkaian pola prilaku yang di harapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang
ditetapkan adalah peran yang di jalani dan seseorang tidak mempunyai pilihan.
Peran yang di ambil adalah peran yang terpilih atau yang di pilih oleh individu.
Peran diri adalah pola perilaku, sikap, nilai, dan aspirasi yang di harapkan
individu berdasarkan posisinya di masyarakat. Setiap individu disibukan oleh
berbagai macam peran yang terkait dengan posisinya (Sunaryo, 2004).
Hal-hal penting terkait dengan peran diri, yaitu:
1) Peran dibutuhkan individu sebagai aktualisasi diri.
2) Peran yang memenuhi kebutuhan dan sesuai ideal diri, menghasilkan harga
diri yang tinggi atau sebaliknya.
3) Posisi individu di masyarakat dapat menjadi stressor terhadap peran.
4) Stress peran timbul karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran atau
tuntutan posisi yang tidak mungkin di laksanakan.
4
5) Stress peran, terdiri dari konflik peran, peran yang tidak jelas, peran yang
tidak sesuai, peran yang terlalu banyak dan berlebih.
e. Harga diri (self esteem)
Harga diri merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal
diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari peneriman diri
sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan
kegagalan, tetap merasa seseorang yang penting dan berharga (Stuart, 2006).
Aspek utama harga diri adalah dicintai, disayangi, dikasihi orang lain dan
mendapat penghargaan dari orang lain (Sunaryo, 2004). Faktor-faktor yang
mempengaruhi harga diri antara lain sebagai berikut:
a) Usia
Harga diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak kecil, tetapi
faktor yang dipelajari dan terbentuk sepanjang pengalaman individu
(Ghasemanian & Ebrahimi, 2012; Erol & Orth, 2011).
b) Jenis Kelamin
Wanita lebih mudah sensitif tentang diri mereka, kemampuan mereka,
kekurangan mereka, dan peka terhadap penilaian orang lain. Hal lain
yang juga terjadi karena wanita peduli dengan harga dirinya agar dapat
diterima dengan kelompoknya (Ersoy, Ozcan, & Mehmet Yucel, 2008).
c) Etnik
d) Status Sosial Ekonomi
Meliputi tingkat pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan. Kelas sosial
mempengaruhi perkembangan harga diri seseorang. Secara umum,
remaja dari tingkat ekonomi bawah mempunyai harga diri yang rendah
dibandingkan dengan yang berasal dari kelas menengah ke atas.
Pendidikan berkaitan dengan inteligensi seseorang. Individu yang
memiliki tingkat inteligensi yang tinggi memiliki kemampuan untuk
mendapatkan informasi, menyelesaikan masalah, dan merubah perilaku
(Mruk, 2006).
5
e) Lingkungan
Karakteristik orang tua dan lingkungan rumah berpengaruh pada
perkembangan harga diri individu. Individu yang diasuh dengan gaya
authoritarian dan dengan kekerasan fisik untuk mendisiplinkan anak,
akan memiliki harga diri yang rendah.

2.2 Rentang respon konsep diri

Menurut Stuart dan Sundeen tahun 1991 Penilaian tentang konsep diri dapat di
lihat berdasarkan rentang rentang respon konsep diri yaitu:

a. Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan diterima.
b. Konsep diri : apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
c. Harga diri rendah : transisi antara respon konsep diri adaptif dengan konsep
diri mal adaptif.
d. Keracunan identitas : kegagalan aspek individu mengintegrasikan aspek-aspek
identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial,
kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi : perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain (Kelliat, 1998).

6
2.3 Definisi Harga Diri Rendah
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri
atau kemampuan diri. Adanya hilang percaya diri,merasa gagal karena tidak
mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Yosep, 2009).
Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah.
Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan
mau beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung nerasa aman.
Individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara
negative dan menganggap sebagai ancaman (Yosep, 2009).

2.4 Klasifikasi Harga Diri Rendah


Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai
diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan).
2. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi
diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama. 

2.5 Etiologi Harga Diri Rendah


Faktor- faktor yang mengakibatkan harga diri rendah meliputi faktor
predisposisi dan presipitasi (Stuart, 2006), sebagai berikut:
1. Faktor Predisposisi
a Faktor yang berhubungan dengan harga diri yaitu misalnya penolakan
orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan
pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
b Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran
gender tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.

7
c Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi, meliputi ketidakpercayaan
pada orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan strruktur
sosial.
2. Faktor Presipitasi
Terjadinya harga diri rendah adalah karena kehilangan bagian tubuh,
perubahan penampilan bagian tubuh, kegagalan atau produktivitas yang
menurun (Yosep, 2009).

2.6 Patofisiologi Harga Diri Rendah


Harga diri rendah terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya individu
berada pada situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu berusaha
menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa dia tidak
mampu atau merasa gagal dalam menjalankan fungsi dan peran. Penilaian
individu terhadap diri sendiri karena kegagalan dalam mmenjalankan fungsi dan
peran adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi
dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus-
meneus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis.

8
2.7 WOC Harga Diri Rendah

Faktor predisposisi Faktor presipitasi


 Faktor yang berhubungan dengan harga diri: harapan
 Kehilangan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang bagian tubuh,
berulang, ideal diri yang tidak realistis.  Perubahan
 Faktor yang mempengaruhi performa peran: tuntutan penampilan
bagian tubuh,
peran kerja, dan harapan peran budaya.
 Kegagalan atau
 Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi: tekanan
produktivitas
dari kelompok sebaya, perubahan strruktur sosial. yang menurun

Adaptasi terhadap stessor

Mekanisme koping negatif

Harga Diri Rendah

Selalu merasa Penurunan Penurunan


Menarik diri keinginan untuk nafsu makan
khawatir
membersihkan
diri
MK: Isolasi sosial Sulit tidur MK: Ketidak-
seimbangan nutrisi:
MK: Defisit kurang dari
perawatan kebutuhan tubuh
MK: Gangguan diri
pola tidur

9
2.7 Pohon Masalah

Isolasi sosial: Menarik diri

Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah

Mekanisme koping tidak efektif

2.8 Manifestasi Klinis


Menurut (Keliat, 2011) terdapat beberapa tanda dan gejala harga diri rendah,
yaitu:

Subjektif Objektif

1.1 Perasaan tidak mampu Menarik diri

2.1 Pandangan hidup yang pesimis Kurang memperhatikan perawatan diri

3.1 Penolakan terhadap kemampuan diri Berpakaian tidak rapi

Mengkritik diri sendiri Selera makan menurun

Merasa diasingkan dan tidak


Tidak berani menatap lawan bicara
diperhatikan

Bicara lambat dengan nada suara


Merasa bersalah dan khawatir
lemah

Perasaan negatif terhadap tubuh Penurunan produktivitas

10
2.9 Penatalaksanaan Harga Diri Rendah
A. Strategi Pelaksanaan Komunikasi
Strategi pelaksanaan komunikasi adalah salah satu tindakan keperawatan
jiwa terjadwal yang diterapkan pada pasien yang bertujuan untuk mengurangi
masalah keperawatan jiwa yang ditangani (Fitria, 2009). Berdasarkan standar
asuhan keperawatan yang tersedia, asuhan keperawatan harga diri rendah
dilakukan dalam dua sesi pertemuan. Pada setiap pertemuan, pasien memasukkan
kegiatan yang telah dilatih untuk mengatasi masalahnya ke dalam jadwal
kegiatan.
Strategi pelaksanaan komunikasi pada pasien harga diri rendah terdiri
dari dua sesi petemuan yaitu sesi pertemuan pertama (SP1) dilakukan pada sesi
pertama dan sesi pertemuan kedua (SP2). Kegiatan yang dilakukan pada SP1
adalah mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu
pasien memilih atau menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih
kemampuan yang sudah dipilihdan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan
yang telah dilatih dalam rencana jadwal pelaksanaanharian pasien. Sedangkan
kegiatan yangdilakukan pada SP2adalah melatih pasien melakukan kegiatan lain
yang sesuai dengan kemampuan pasien. Latihan dapat dilanjutkan untuk
kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih. Setiap kemampuan yang
dimiliki dapat meningkatkan harga diri pasien.
Kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang perawat dalam merawat pasien
dengan harga diri rendah menurut Purba, dkk (2008) adalah sebagai berikut:
1) Pada SP1
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.
b. Membantu pasien nilai kemampuan pasien yang masih dapat dilakukan.
c. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan
kemampuan pertama pasien.
d. Melatih pasien sesuai dengan kemampuan yang dipilih.Memberi pujian
yang wajar terhadap keberhasilan pasien.
11
e. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
2) Pada SP2
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Melatih kemampuan kedua.
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B. Tindakan Keperawatan Pada Harga Diri Rendah


Tindakan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah dapat
dilakukan melalui tindakan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah dan
tindakan keperawatan pada keluarga pasien yang mengalami harga diri rendah.
1) Tujuan dari tindakan keperawatan jiwa pada pasien dengan harga diri rendah
adalah sebagai berikut:
a Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.
b Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat dilakukan.
c Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan
kemampuan pertama pasien.
d Melatih pasien sesuai dengan kemampuan yang dipilih.
e Memberi pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien.
f Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
2) Tindakan keperawatan jiwa yang dilakukan pada pasien harga diri rendah
adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien. Untuk
membantu pasien mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
a. Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positifyang dimiliki
pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dan di rumah.
b. Beri pujian yang realistik dan hindarkan penilaian yang negatif.
2. Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara-cara
berikut.

12
a. Diskusikan dengan pasien mengenai kemampuannya yang masih dapat
digunakan saat ini.
b. Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap kemampuan
diri yang diungkapkan pasien.
c. Perlihatkan respon yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar yang
aktif.
3. Membantu pasien untuk memilih / menetapkan kemampuan yang dilatih.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Diskusikan dengan pasien kegiatan yang akan dipilih sebagai
kegiatanyang akan pasien lakukan sehari-hari.
b. Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat pasien lakukan
dengan bantuan minimal.
4. Latih kemampuan yang dipilih pasien dengan cara berikut.
a. Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan kegiatan.
b. Bersama pasien, peragakan kegiatan yang ditetapkan.
c. Berikan dukungan dan pujian setiap kegitan yang dapat dilakukan
pasien.
5. Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih.
a. Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatih.
b. Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari.
c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan
setiap kegiatan.
d. Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telahdilatih.
e. Berikan pasien kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah
melakukan kegiatan.

3 Tindakan Keperawatan pada Keluarga


1) Tujuan dari tindakan keperawatan pada keluarga adalah sebagai berikut:

13
a. Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki pasien.
b. Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki
pasien.
c. Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien.
d. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan
pasien.
2) Tindakan yang dilakukan perawat:
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
b. Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada
pasien.
c. Diskusi dengan keluarga, kemampuan yang dimiliki pasien dan
memuji pasien atas kemampuannya.
d. Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
e. Demonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
f. Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara merawat
pasien dengan harga diri rendah seperti yang telah perawat
demonstrasikan sebelumnya.
g. Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah.

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Studi Kasus
Nn. K adalah seorang mahasiswi yang berusia 20 tahun datang ke RSJ Menur
bersama ibunya pada tanggal 15 Mei 2017. Klien dibawa oleh ibunya dengan keluhan
bahwa anaknya sering berdiam diri di kamar dan tidak mau berinteraksi dengan orang
lain. Ibu klien mengatakan 3 bulan yang lalu anaknya mengalami kecelakaan motor
yang menyebabkan salah satu kakinya harus diamputasi dan mengalami cacat pada
wajahnya. Setelah mengalami kejadian tersebut, ibu klien mengatakan bahwa
anaknya pernah melakukan percobaan bunuh diri karena menganggap dirinya sudah
tidak berguna lagi untuk hidup, namun hal tersebut dapat ditangani oleh keluarga
sehingga tidak berkelanjutan. Selang beberapa minggu dari percobaan bunuh diri
yang teratasi, ibu klien mengatakan bahwa anaknya sering berdiam diri di kamar,
tidak merespon saat diajak berkomunikasi dengan orang lain. Sejak saat itu, klien
hanya mau berinteraksi dengan orang yang dipercaya yaitu ibunya, klien perlahan
mulai manarik diri dari lingkungan sekitarnya dan tidak mau bertemu dengan teman-
temannya. Klien juga tidak mau mandi dan tidak mau makan. Aspek spiritual klien
terganggu, terbukti bahwa klien akhir-akhir ini tidak rutin menjalankan sholat seperti
biasanya dan menganggap Tuhan telah berlaku tidak adil terhadapnya. Sebelumnya
diketahui bahwa Nn. K merupakan mahasiswi yang sangat populer di kampusnya.
Nn. K terkenal dengan sifatnya yang ramah pada orang lain, mudah bergaul, pandai,
cantik, aktif dalam perkuliahan maupun organisasi. Setelah dilakukan pengkajian oleh
Perawat Y, Nn. K mengatakan bahwa dia malu dengan kondisi fisiknya saat ini,
sehingga tidak mau bertemu dengan orang lain. Klien juga merasa telah menjadi
beban bagi semua orang karena harus merawat dan membantunya setiap hari. Klien
mengatakan tidak mau kuliah kembali karena klien tidak bisa mengikuti berbagai
acara maupun organisasi dengan keadaannya saat ini. Selain itu, dia juga resah
dengan keadaannya saat ini yang akan menjadi bahan ejekan teman-temannya. Klien

15
juga sering terlihat termenung dengan pandangan kosong dan terus menangis
beberapa minggu ini. Klien mengatakan ingin mendapat perawatan intensif agar
kondisi fisik klien saat ini bisa segera kembali seperti sedia kala. Penampilan klien
terlihat kotor, tidak rapi, dan bau. Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh
Perawat Y adalah TD = 100/80 mmHg, RR = 20 x/menit, Nadi = 70 x/menit, Suhu =
370C, dan BB saat ini = 45 kg, mengalami penurunan sebelum mengalami kecelakaan
motor (BB awal = 50 kg).

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Nn. K
Usia : 20 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Surabaya
Tanggal MRS: 15 Mei 2017
2. Alasan Masuk
Nn. K dibawa ke RSJ Menur oleh ibunya karena klien tidak mau berinteraksi
dengan orang lain, dan sering berdiam diri di kamar akibat kecelakaan motor
3 bulan yang lalu, dan menyebabkan salah satu kakinya diamputasi serta
mengalami cacat pada wajah.
3. Faktor Predisposisi
a. Klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.
b. Ibu klien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa.
c. Klien tidak mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan.
4. Faktor Presipitasi
Klien mengalami harga diri rendah karena merasa malu dengan kondisi fisik
yang dialami saat ini sejak kecelakaan motor yang menimpa dirinya 3 bulan
lalu, seperti salah satu kaki klien yang diamputasi dan mengalami cacat pada
wajah klien. Kondisi fisik yang dialami klien saat ini selain membuat dirinya

16
malu bertemu dengan orang lain, juga membuat klien menarik diri untuk
tidak berinteraksi dengan orang lain.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda – tanda vital
1) Tekanan darah : 100/80 mmHg
2) Nadi : 70 x/menit
3) Suhu : 37 ºC
4) Pernafasan : 20 x/menit
c. Ukuran
1) Berat badan awal : 50 Kg
2) Berat badan saat ini : 45 kg
d. Kondisi Fisik
Klien mengeluh ada kelainan fisik yaitu salah satu kaki klien yang
diamputasi dan cacat pada wajah.
6. Psikososial
a. Konsep Diri
1) Citra Tubuh
Nn. K mengatakan malu dengan kondisi fisiknya saat ini dengan salah
satu kaki yang diamputasi dan adanya cacat pada wajah klien akibat
kecelakaan motor yang dialami 3 bulan lalu.
2) Identitas
Nn. K berusia 20 tahun dan merupakan mahasiswi yang aktif di
kampusnya. Selain aktif dalam organisasi dan perkuliahan, Nn. K
sangat terkenal di kampusnya karena sifatnya yang pandai, ramah,
dan mudah bergaul dengan orang lain, namun sejak kecelakaan motor
yang menimpanya 3 bulan lalu menyebabkan klien merasa malu
dengan kondisi fisiknya sehingga tidak mau berinteraksi dengan
orang lain.

17
3) Peran
Nn. K merupakan anak pertama dalam keluarganya dan berprofesi
sebagai seorang mahasiswi.
4) Ideal diri
Nn. K berharap dapat menjalani kegiatan seperti biasanya dan
mengembalikan image kepopulerannya di kampus dengan cara
mendapatkan perawatan intensif untuk mengembalikan kondisi
fisiknya seperti dahulu, seperti menjalani operasi pada wajah dan
mendapatkan kaki palsu.
5) Harga diri
Nn. K mengatakan bahwa dirinya menjadi beban bagi semua orang
karena harus merawat dan membantunya setiap hari. Selain itu klien
mengatakan malu untuk berhadapan langsung dengan orang lain
karena kondisinya fisiknya saat ini, merasa resah dengan keadaannya
saat ini yang akan menjadi bahan ejekan teman-temannya.
MK : Harga diri rendah situasional
b. Hubungan Sosial
1) Orang yang dekat dengan klien adalah ibunya.
2) Peran serta kelompok / masyarakat : Sebelum klien mengalami
kecelakaan motor, klien merupakan seorang mahasiswi yang aktif
dalam organisasi dan perkuliahan. Setelah mengalami kecelakaan
motor, klien malu untuk kembali kuliah karena takut di ejek oleh
teman-temannya dan tidak bisa mengikuti perkuliahan maupun
organisasi seperti biasanya.
3) Hambatan dalam hubungan dengan orang lain: Akibat kecelakaan
motor yang dialami klien 3 bulan lalu menyebabkan klien merasa
tidak percaya diri dengan kondisinya saat ini sehingga, klien merasa
malu untuk bertemu langsung dengan orang lain, klien terus berdiam
diri di kamar, dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain kecuali
dengan orang yang dipercaya, yaitu ibu klien.
18
MK : Hambatan interaksi sosial
c. Spiritual
Sejak mengalami kecelakaan motor klien tidak rutin melakukan sholat
karena dia menganggap Tuhan sudah tidak adil lagi.
MK : Risiko distress spiritual
d. Status Mental
1) Penampilan
Penampilan klien terlihat kotor, tidak rapi, dan bau.
MK : Defisit perawatan diri: mandi
2) Pembicaraan
Klien tidak memberi respon saat diajak berkomunikasi dan hanya mau
berinteraksi dengan orang yang dipercaya, yaitu ibu klien. Saat diajak
bicara, nada suara klien rendah dan lirih yang menandakan
keputusasaan.
MK : Kesiapan meningkatkan komunikasi
3) Aktivitas motorik
Klien labih banyak menunduk, melamun, dan tidak banyak
melakukan kegiatan.
MK : Isolasi sosial
4) Alam perasaan
Klien merasa sedih jika melihat kondisi fisiknya saat ini akibat
kecelakaan motor yang dialami 3 bulan lalu. Selain itu, klien
mengatakan bahwa dirinya menjadi beban bagi semua orang karena
harus merawat dan membantunya setiap hari.
MK : Harga diri rendah situasional
5) Afek
Klien terlihat termenung dengan pandangan kosong dan terus
menangis beberapa minggu terakhir.
MK : Stress berlebihan

19
6) Interaksi selama wawancara
Tidak ada kontak mata dan muka terlihat sedih.
MK : Harga diri rendah kronik
7) Persepsi
Tidak ada gangguan persepsi yang ditemukan pada klien.
MK : Tidak ditemukan masalah keperawatan
8) Proses Pikir
Tidak ada waham.
MK : Tidak ditemukan masalah keperawatan
9)Tingkat kesadaran
Kesadaran klien yang awalnya normal berubah menjadi labil setelah
mengalami kecelakaan motor yang mengakibatkan klien kehilangan
salah satu kakinya dan cacat pada wajah.
MK : Ketidakefektifan koping
10) Memori
Daya ingat jangka panjang klien baik, klien dapat mengingat masa
lalu.
MK : Tidak ditemukan masalah keperawatan
11) Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien susah dalam berkonsentrasi
dan berhitung.
MK : Hambatan komunikasi verbal
12) Kemampuan penilaian
Klien tidak merespon keadaan sekitar.
MK : Gagguan penyesuaian individu
13) Daya tilik diri
Klien tahu dan sadar bahwa dirinya dirumah sakit jiwa.
MK : Tidak ditemukan masalah keperawatan

20
e. Mekanisme Koping
1) Klien hanya mau berbicara dengan orang yang dipercaya, yaitu ibu klien.
2) Klien tidak mampu menjaga kebersihan diri sendiri.
3) Klien tidak mau menceritakan masalahnya kepada orang lain dan lebih
suka diam.
MK : Ketidakefektifan koping

f. Masalah Psikososial dan Lingkungan


1) Masalah berhubungan dengan lingkungan : Klien menarik diri dari
lingkungan.
2) Masalah dengan kesehatan : Tidak ada masalah.
3) Masalah dalam keluarga : Klien tidak memiliki
masalah.
4) Masalah dengan ekonomi : Kebutuhan klien
tercukupi oleh kedua orang tuanya.
MK : Isolasi sosial

B. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah Keperawatan

1. DS: Kecelakaan motor Harga Diri Rendah


Situasional
 Ibu klien mengatakan
bahwa anaknya pernah
Kehilangan kaki dan
melakukan percobaan
cacat pada wajah
bunuh diri
 Klien mengatakan
malu untuk bertemu
Koping terhadap
langsung dengan orang
kehilangan tidak efektif
lain.
 Klien mengatakan
21
resah dengan
keadaannya saat ini
Ungkapan negatif
yang akan menjadi
tentang diri
bahan ejekan teman-
temannya
DO:
Harga diri
 Salah satu kaki klien rendahsituasional
harus diamputasi dan
mengalami cacat pada
wajahnya
 Klien juga sering
terlihat termenung
dengan pandangan
kosong dan terus
menangis beberapa
minggu ini

2. DS: Kecelakaan motor Isolasi sosial

 Ibu klien mengatakan


bahwa klien sering
Kehilangan kaki dan
berdiam diri di kamar
cacat pada wajah
dan mulai menarik
diri dariingkungan
sekitar
Koping terhadap
kehilangan tidak efektif
DO:

 Klien tidak merespon


Harga diri rendah
saat diajak

22
berkomunikasi
dengan orang lain
Menarik diri
 Klien hanya mau
berinteraksi dengan
orang yang dipercaya
Isolasi sosial
(ibunya)
3. DS: Kecelakaan motor Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
Ibu klien mengatakan
kebutuhan tubuh
bahwa klien tidak mau
Kehilangan kaki dan
makan dan sering
cacat pada wajah
berdiam diri di kamar.

Koping tidak efektif


DO:

BB awal : 50 kg
Depresi
BB saat ini : 45 kg

TD : 100/80 mmHg
Klien tidak mau makan
RR : 20 x/menit

Nadi : 70 x/menit
BB menurun

Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh

4. DS: Kecelakaan motor Defisit perawatan diri:

23
Ibu klien mengatakan mandi
bahwa klien tidak mau
Kehilangan kaki dan
mandi.
cacat pada wajah

DO:
Koping tidak efektif
Penampilan klien terlihat
tidak rapi, kotor, dan bau.
Depresi

Klien tidak mau mandi

Penampilan klien
tampak tidak rapi,
kotor, dan bau

Defisit perawatan diri:


mandi

C. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan riwayat kehilangan
(00120)
2. Isolasi sosial berhubungan dengan harga diri rendah (00053)
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan (00002)

24
4. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan penurunan motivasi
(00108)

D. Rencana Intervensi Keperawatan


Tgl. Dx.Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

16-05-17 Domain 6. Persepsi Diri, TUM


Kelas 2: Harga Diri Klien tidak
Harga Diri Rendah menarik diri dan
Situasional berhubungan dapat berhubungan
dengan riwayat kehilangan dengan orang lain
(00120) secara optimal.
Batasan karakteristik:
 Klien mau menerima
1. Gangguan citra tubuh TUK 1
kehadiran perawat
2. Gangguan fungsi Klien dapat
 Klien mau membalas
3. Gangguan peran sosial membina
salam.
4. Riwayat kehilangan hubungan saling
 Klien mau berjabat 1. Beri salam
5. Riwayat penolakan percaya
tangan. 2. Berjabat tangan
Domain 12. Kenyamanan,  Klien mau duduk dengan klien
Kelas 3. Kenyamanan berdampingan dengan 3. Tempatkan diri di
Sosial perawat. sisi klien
4. Perkenalkan diri
Isolasi Sosial (00053)  Ekspresi wajah klien
dengan sopan
Batasan karakteristik: bersahabat.
5. Tanyakan nama
1. Afek sedih  Klien menunjukan rasa
lengkap dan
2. Afek datar senang.
panggilan
3. Ingin sendirian  Terdapat kontak mata
6. Panggil nama yang
4. Menarik diri antara klien dengan
disukai
5. Perasaan beda dari perawat.
7. Jelaskan BHSP
orang lain  Klien mau menyebut
dengan komunikasi
25
6. Sakit identitasnya terapeutik
7. Tidak ada kontak mata 8. Tanyakan identitas
klien secara sopan
9. Tunjukan sikap
empati dan
menerima klien apa
adanya
10. Lakukan kontak
mata singkat tapi
sering
11. Buat kontrak
interaksi selanjutnya
12. Jujur dan menepati
janji yang sudah
disepakati bersama
18-05-17 TUK 1  Ekspresi wajah klien 1. Menjelaskan tujuan
Klien dapat bersahabat. kontrak interaksi
membina  Klien menunjukan rasa 2. Menyakinkan tujuan
hubungan saling senang. kedatangan perawat
percaya  Terdapat kontak mata untuk mendapat
antara klien dengan kepercayaan klien
perawat. 3. Menanyakan

 Klien mau berbagi permasalahan klien

perasaan dan 4. Mencoba membantu


permasalahan yang permasalahan klien

dialaminya. 5. Tunjukkan sikap

 Klien percaya dengan empati dan

perawat menenrima klien


apa adanya
6. Lakukan kontak
26
mata sesering
mungkin
7. Jujur dan menepati
janji yang sudah
disepakati bersama
20-05-17 TUK 2  Klien mampu 1. Diskusikan
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan
mengidentifikasi kemampuan dan aspek aspek positif yang
kemampuan dan positif yang dimiliki. dimiliki.
aspek positif yang  Klien mampu 2. Identifikasi cara yang
dimiliki menggunakan digunakan oleh klien
kemampuan yang untuk mengatasi
dimilikinya untuk permasalahan yang
mengatasi masalahnya dialaminya
3. Hindarkan dari
penilaian yang
negative
4. Utamakan pemberian
pujian yang realistik
dan theraputic

No. Diagnosa NOC NIC


2. Domain 2. Nutrisi, Status Nutrisi (1004) Manajemen Nutrisi (1100)
Kelas 1: Makan. 1. Asupan gizi 1. Identifikasi adanya
Ketidakseimbangan adekuat alergi atau intoleransi
nutrisi: kurang dari 2. Asupan makanan makanan yang dimiliki
kebutuhan tubuh adekuat klien
(00002) 3. Asupan cairan 2. Bantu klien untuk
Batasan Karakteristik: adekuat menentukan pedoman

27
1. Kurang minat 4. Energi adekuat atau piramida makanan
pada makanan 5. Rasio berat badan yang paling cocok untuk
2. Penurunan berat atau tinggi badan memenuhi kebutuhan
badan dengan bertambah nutrisi
asupan makanan 3. Tentukan jumlah kalori
tidak adekuat Nafsu Makan (1014) dan jenis nutrisi yang
1. Memiliki hasrat dibutuhkan untuk
atau keinginan memenuhi persyaratan
untuk makan gizi
2. Mampu 4. Cipatakan lingkungan
menyenangi yang optimal pada saat
makanan mengkonsumsi makanan
3. Mengenali 5. Makanan disajikan
rangsangan untuk dengan cara yang
makanan menarik dan suhu yang
paling cocok untuk
konsumsi secara optimal
6. Monitor kalori dan
asupan makanan
7. Monitor kecenderungan
terjadinya penurunan
dan kenaikan berat
badan
8. Berikan arahan bila
diperlukan
3. Domain 4. Perawatan Diri : Bantuan Perawatan Diri:
Aktivitas/Istirahat, Kebersihan (0305) Mandi/Kebersihan (1801)
Kelas 5. Perawatan 1. Mampu 1. Pertimbangkan usia
Diri. menggunakan rias klien saat
Defisit perawatan diri: mempromosikan
28
mandi (00108) wajah aktivitas perawatan diri
Batasan Karakteristik: 2. Mampu 2. Tentukan jumlah dan
1. Ketidakmampuan mempertahankan tipe terkait bantuan yang
membasuh tubuh penampilan yang diperlukan
rapi 3. Letakkan aksesoris yang
3. Mampu diperlukan di kamar
mempertahankan mandi
kebersihan tubuh 4. Sediakan lingkungan
yang terapeutik dengan
Motivasi (1209) memastikan kehangatan,
1. Mampu suasana, rileks, privasi,
mengembangkan dan pengalaman pribadi
rencana tindakan 5. Fasilitasi klien untuk
yang diberikan menggosok gigi dengan
2. Memperoleh tepat
dukungan yang 6. Fasilitasi klien untuk
diperlukan mandi sendiri dengan
3. Mampu memulai tepat
perilaku mencapai 7. Monitor integritas kulit
target yang dan kebersihan kuku
diarahkan dari diri sesuai dengan
sendiri kemampuan merawat
4. Mampu diri klien
mempertahankan 8. Berikan bantuan sampai
harga diri positif klien benar-benar
mampu merawat diri
secara mandiri

Peningkatan Citra Tubuh


29
(5220)
1. Tentukan harapan citra
diri klien didasarkan
pada tahap
perkembangan
2. Gunakan bimbingan
atisipasif menyiapkan
klien terkait dengan
perubahan-perubahan
citra tubuh yang terjadi
3. Bantu klien menentukan
keberlanjutan dari
perubahan-perubahan
aktual dari tubuh atau
tingkat fungsinya
4. Bantu klien untuk
mendiskusikan stresor
yang mempengaruhi
citra diri terkait dengan
kondisi cedera
5. Monitor frekuensi dari
pernyataan mengkritisi
diri
6. Bantu klien untuk
mengidentifikasi bagian
dari tubuhnya yang
masih memiliki persepsi
positif
7. Identifikasi cara untuk
menurunkan dampak
30
dari adanya perubahan
bentuk melalui cara
yang tepat (kaki palsu
dan operasi plastik pada
wajah)

5. Implementasi dan Evaluasi

Tanggal/ Jam Implementasi Evaluasi

16 Mei 2017  Memberi salam dengan sopan S: Klien menjawab salam dan
 Menjabat tangan dengan klien menyebutkan identitasnya

 Menempatkan diri di dekat klien


O:
 Memperkenalkan diri dengan sopan
 Klien mau menerima
 Menanyakan nama lengkap dan nama
kehadiran perawat
panggilan klien
 Klien mau berjabat tangan
 Memanggil nama yang disukai klien
 Klien mau duduk
 Menjelaskan BHSP dengan
berdampingan dengan
komunikasi terapeutik
perawat
 Menanyakan identitas klien secara
 Klien merespon perawat
sopan
melalui kontak mata
 Menunjukan sikap empati dan
A: SP 1 point 1 belum tercapai
menerima klien apa adanya
 Melakukan kontak mata singkat tapi P: Lanjutkan SP 1 point 1 dan
sering adakan kontrak waktu untuk
 Membuat kontrak interaksi pertemuan berikutnya.
selanjutnya
 Menunjukkan sikap jujur dan
menepati janji yang sudah disepakati
Bersama.
31
18 Mei 2017  Menjelaskan tujuan kontrak interaksi S: Klien mengungkapkan perasaan
Jam 16.00 -  Menyakinkan tujuan kedatangan dan menceritakan permasalahan
perawat untuk mendapat kepercayaan yang sedang dialaminya.
klien
O:
 Menanyakan permasalahan klien
 Mencoba membantu permasalahan  Klien tampak senang dan

klien nyaman disamping perawat

 Menunjukkan sikap empati dan  Terdapat kontak mata

menenrima klien apa adanya antara klien dengan

 Membuat kontrak interaksi perawat

selanjutnya  Klien terlihat mulai

 Menunjukkan sikap jujur dan mempercayai perawat

menepati janji yang sudah disepakati  Klien mau menerima

bersama. masukan dari perawat


A: SP 1 point 1 teratasi

P:

 Lanjutkan SP 1 point 2
 Anjurkan klien untuk dapat
menyapa perawat jika
bertemu dan percaya jika
perawat akan membantu
masalah yang dihadapi.
20 Mei 2017  Mendiskusikan kemampuan dan S: Klien mampu mengungkapkan
Jam 10.00 – 10.45 aspek positif yang dimiliki. kemampuan dan aspek positif
 Mengidentifikasi cara yang yang dimiliki
digunakan oleh klien untuk
O:
mengatasi permasalahan yang
dialaminya  Klien mampu
menggunakan
32
 Menghindari penilaian yang kemampuan yang
negative tentang klien dimiliki untuk mengatsi
 Mengutamakan pemberian pujian permasalahan yang
yang realistic dan theraputic dialami
 Klien mampu
mempraktekkan cara
yang digunakan untuk
mengatasi masalahnya
A: SP 1 poit 2 teratasi

P: Lanjutkan SP 1 point 3

No. Diagnosa Implementasi Evaluasi


2. Domain 2. Nutrisi, Manajemen Nutrisi (1100) S:
Kelas 1: Makan. 1. Mengidentifikasi adanya alergi Ibu klien mengatakan
Ketidakseimbangan atau intoleransi makanan yang bahwa klien sudah mau
nutrisi: kurang dari dimiliki klien makan dan mulai
kebutuhan tubuh 2. Membantu klien untuk melakukan aktivitas
(00002) menentukan pedoman atau O :
Batasan Karakteristik: piramida makanan yang paling BB klien naik 3 kg dan
1. Kurang minat cocok untuk memenuhi kebutuhan TTV normal
pada makanan nutrisi A:
2. Penurunan berat 3. Menentukan jumlah kalori dan Masalah teratasi
badan dengan jenis nutrisi yang dibutuhkan P:
asupan makanan untuk memenuhi persyaratan gizi Hentikan intervensi
tidak adekuat 4. Mencipatakan lingkungan yang
optimal pada saat mengkonsumsi
makanan
5. Mensajikan makanan dengan cara

33
yang menarik dan suhu yang
paling cocok untuk konsumsi
secara optimal
6. Memonitor kalori dan asupan
makanan
7. Memonitor kecenderungan
terjadinya penurunan dan kenaikan
berat badan
8. Memberikan arahan bila
diperlukan
3. Domain 4. Bantuan Perawatan Diri: S :
Aktivitas/Istirahat, Mandi/Kebersihan (1801) Ibu klien mengatakan
Kelas 5. Perawatan 1. Mempertimbangkan usia klien saat bahwa klien sudah mau
Diri. mempromosikan aktivitas mandi
Defisit perawatan diri: perawatan diri O:
mandi (00108) 2. Menentukan jumlah dan tipe Klien terlihat lebih rapi,
Batasan Karakteristik: terkait bantuan yang diperlukan tidak kotor, dan berbau
1. Ketidakmampua 3. Meletakkan aksesoris yang harum
n membasuh diperlukan di kamar mandi A:
tubuh 4. Menyediakan lingkungan yang Masalah teratasi
terapeutik dengan memastikan P :
kehangatan, suasana, rileks, Hentikan intervensi
privasi, dan pengalaman pribadi
5. Memfasilitasi klien untuk
menggosok gigi dengan tepat
6. Memfasilitasi klien untuk mandi
sendiri dengan tepat
7. Memonitor integritas kulit dan
kebersihan kuku sesuai dengan

34
kemampuan merawat diri klien
8. Memberikan bantuan sampai klien
benar-benar mampu merawat diri
secara mandiri

Peningkatan Citra Tubuh (5220)


1. Menentukan harapan citra diri
klien didasarkan pada tahap
perkembangan
2. Menggunakan bimbingan atisipasif
menyiapkan klien terkait dengan
perubahan-perubahan citra tubuh
yang terjadi
3. Membantu klien menentukan
keberlanjutan dari perubahan-
perubahan aktual dari tubuh atau
tingkat fungsinya
4. Membantu klien untuk
mendiskusikan stresor yang
mempengaruhi citra diri terkait
dengan kondisi cedera
5. Memonitor frekuensi dari
pernyataan mengkritisi diri
6. Membantu klien untuk
mengidentifikasi bagian dari
tubuhnya yang masih memiliki
persepsi positif
7. Mengidentifikasi cara untuk
menurunkan dampak dari adanya
perubahan bentuk melalui cara
35
yang tepat (kaki palsu dan operasi
plastik pada wajah)

36
BAB IV

ROLE PLAY

4.1 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Harga Diri Rendah di Ruang


Rawat Inap RSJ Y

Hari/Tanggal : Senin, 15 Mei 2017


Waktu : 08.00 WIB
Pertemuan ke- :1

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Sebelumnya kecelakaan yang mengakibatkan salah satu kaki
diamputasi dan mengalami cacat pada wajahnya diketahui bahwa Nn. Ika
merupakan mahasiswi yang sangat populer di kampusnya.Nn. Ika
terkenal dengan sifatnya yang ramah pada orang lain, mudah bergaul,
cantik, aktif dalam perkuliahan maupun organisasi. Sebelum masuk RSJ
Y klien pernah melakukan percobaan bunuh diri namun bisa diatasi
keluarganya.Selang beberapa minggu dari percobaan bunuh diri Nn.
Ikasering berdiam diri di kamar, tidak merespon saat diajak
berkomunikasi dengan orang lain dan hanya mau berinteraksi dengan
orang yang dipercaya yaitu ibunya, klien perlahan mulai menarik diri dari
lingkungan sekitarnya dan tidak mau bertemu dengan teman-temannya.
Klien juga tidak mau mandi dan tidak mau makan.Aspek spiritual klien
terganggu, terbukti bahwa klien akhir-akhir ini tidak rutin menjalankan
sholat seperti biasanya dan menganggap Tuhan telah berlaku tidak adil
terhadapnya.
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

37
3. Tujuan Umum
Mengatasi gangguan harga diri rendah klien
4. Tujuan Khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
5. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
- Salam terapeutik
- Perkenalan diri
- Jelaskan tujuan interaksi
- Ciptakan lingkungan yang tenang
- Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topic pembicaraan)
b. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
d. Katakan pada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Assalamu’alaikum
Selamat pagi... Perkenalkan saya Ners Heny, saya yang akan merawat
dan menemani mbak selama 2 minggu kedepan. Mbak bisa panggil saya
Heny, saya dari Tuban. Kalau boleh tau nama mbak siapa? Senangnya
dipanggil apa? Oh, jadi mbak senangnya dipanggil mbak Ika saja.
b. Kontak
- Topik :
Saya disini bertugas untuk merawat dan mengobservasi bagaimana
perkembangan mbak Ika setiap hari dan selama 2 minggu kedepan
ini.Kalau mbak Ika perlu sesuatu mbak bisa panggil saya.Mbak Ika
dari tadi mbak Ika kok hanya diam dan bengong, apa ada yang

38
sedang dipikirkan? Bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol dulu, apa
mbak bersedia?
- Waktu :
Mbak mau ngobrol berapa lama?Setuju tidak kalau 30 menit? Oke,
jadi mbak Ika maunya kita ngobrol 20 menit.
- Tempat:
Nah mbak Ika, bagaimana kalau kita ngobrol ditaman? Tidak mau!
Mbak Ika ngobrolnya mau dimana?Oke, jadi kita ngobrolnya diruang
ini saja.
2. Kerja
Bagaimana perasaan mbak Ika saat ini? Oh jadi mbak Ika merasa malu dan
sudah tidak berguna lagi.Mengapa mbak Ikaka berkata demikian?Biasanya
kalau dirumah mbak ngapain saja?Mbak Ika punya hobi apa saja? Oh, jadi
mbak Ika senangnya mengaji dan melukis juga sering rapat di kampus.
Menurut I dari hobi yang sudah mbak Ika sebutkan tadi, mana saja yang
mungkin dan dapat kita lakukan sekarang?Bagaimana jika melukis? Jadi,I
bersedia melukis disini, kira-kira mau melukis apa ya? Oh, jadi Ika mau
melukis taman. Sebentar ya, saya siapkan peralatannya.Ika melukisnya
mau saya temenin atau tidak?Wah, bagus sekali lukisannya mbak Ika.Kira-
kira mbak Ika mau melukis berapa kali sehari, bagus lo lukisannya.Baiklah,
jadi mbak Ika mau melukis 2x sehari.Nah, mbak Ika bagaimana kalau
kegiatan melukisnya mbak Ika dibuatkan jadwal.Apakah Ika mau?Oke, jadi
Ika bersedia ya saya dibuatkan jadwalnya?
3. Terminasi
a. Evaluasi
- Subjektif:
Selama 20 menit bicara dengan klien, klien dapat mengungkapkan
perasannya dan dapat menjawab pertanyaan perawat berhubungan
dengan dirinya

39
- Objektif:
Selama berinteraksi masih kurang kooperatif, bicara pelan, kontak
mata kurang, dank lien lebih banyak menunduk
b. Tindak Lanjut
Kita sudah ngobrol 20 menit dan sesuai perjanjian tadi, sekarang
waktunya kita akhiri ya dan mbak bisa melakukan aktivitas lain, kalau
ada pa-apa mbak Ika bisa cari saya
c. Kontak yang akan datang
Ternyata Ika punya bayak kelebihan ya salah satunya tadi melukis dan
hasil gambarnya bagus lo.Heny seneng dengan gambar buatan
Ika.Bagaimana kalau besok kita ngobrol ngobrol lagi mengenai
kemampuan Ika yang lain, yaitu mengaji. Oke, kira-kira besok
Ika  maunya kita ketemu jam berapa? Baik! Jadi Ika maunya kita
ketemu jam 10.00 WIB dan tempatnya diruang ini saja. Oke Ika
sampai jumpa besok.Selamat pagi menjelang siang. Terima kasih

5.2 Naskah Role Play


Di ruang rawat inap RSJ Y

P : Assalamu’alaikum (perawat memasuki kamar inap), selamat pagi

K : (tidak merespon, tetap tidur dengan posisi miring ke kanan)

P : Hallo mbak, perkenalkan saya Ners Heny, saya yang akan merawat dan
menemani mbak selama 2 minggu kedepan. Mbak bisa panggil saya Heny,
saya dari Tuban. Kalau boleh tau nama mbak siapa?

K : (tidak menjawab, menutupi wajahnya)

P : Ini dengan mbak IkaSeptiana ya, mbak senangnya dipanggil mbak Ika atau
Septiana?

K :Ika (melirik kemudian memalingkan wajah)


40
P :Oh jadi mbak senangnya dipanggil mbak Ika saja. Jadi mbak seperti yang
sudah saya sebutkan tadi bahwa saya disini bertugas untuk merawat dan
mengobservasi bagaimana perkembangan mbak Ika setiap hari dan selama 2
minggu kedepan ini.Kalau mbak Ika perlu sesuatu mbak bisa panggil saya.

K : (menganggukan kepala)

P :Mbak Ika dari tadi saya lihat kok mbak Ika hanya diam dan bengong, apa ada
yang sedang dipikirkan?

K : (diam tidak menjawab, menatap kedepan dengan pandangan kosong, sambil


meneteskan airmata dan menutupi wajahnya)

P : Tenang mbak, sudah-sudah, tidak apa-apa mbak, saya akan menemani mbak
disini, mbak bisa berbicara ke saya, mbak tidak perlu malu atau merasa
keberatan (menenangkan).

K : (mulai tenang)

P :Mbak Ika gimana tidurnya semalam?

K : Biasa saja (sambil menyeka sisa air mata)

P : Nyenyak gak tidurnya tadi malam?

K : Tidak terlalu nyenyak

P : Oh tidak terlalu nyenyak, kenapa kok bisa tidak terlalu nyenyak mbak?

K :Gak tau

P :Oh gak tau, yasudahlah. Baik mbak Ika, mbak saya pengen mengobrol lebih
lama dengan mbak Ika. Bagaimana kalau kita mengobrol tentang kegiatan apa
yang suka mbak lakukan dirumah, setelah itu kita akan menilai kegiatan mana
yang masih bisa mbak lakukan di rumah sakit. Bagaimana mbak apakah
bersedia?
41
K : (menganggukan kepala)

P :Setuju ya mbak karena mbak Ika setuju bagaimana kalau kita ngobrolnya
besok?

K : Iya gak apa-apa

P : Oke, jadi ngobrolnya besok aja ya mbak? Besok mbak mau ngobrol berapa
lama? Setuju tidak kalu 30 menit

K : Tidak mau (sambil menyeka sisa airmata). 20 menit saja

P :Baiklah, jadi mbak Ika maunya kita ngobrol selama 20 menit ya

K :Iya (lirih)

P : Besok ngobrolnya mau jam berapa mbak?

K : Jam 10.00 WIB saja

P : Oke jam 10.00 WIB ya. Nah mbak Ika bagaimana kalau kita besok ngobrol di
taman?

K : Tidak mau!

P : Oh tidak mau, jadi mbak Ika maunya ngobrol dimana dong?

K :Disini saja

P :Oh di ruang ini saja, baiklah. Oke jadi besok jam 10.00 WIB kita ketemuan
lagi ya mbak, kita akan mengobrol selama 20 menit di kamar ini tentang
kemampuan lain yang mbak Ika miliki dan masih bisa dilakukan di Rumah
Sakit. Sekarang mbak Ika boleh istirahat lagi ya, selamat pagi.

42
4.3 Analisa Proses Interaksi

a. Inisial Pasien : K

b. Status interaksi perawat-pasien : Pertemuan 1

c. Lingkungan : klien berbaring miring ke kanan di ranjang, perawat berdiri


di depan dan samping klien

d. Tempat : Ruang rawat inap RSJ Y

e. Tujuan Interaksi :Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan


perawat

f. Nama Perawat : Henny

g. Tanggal : Senin, 15 Mei 2017

h. Waktu : 08.00-08.30 WIB

i. Deskripsi pasien: klien berbaring di ranjang dengan baju lusuh dan kulit kusam,
klien menutupi wajahnya dan diam

Komunikasi Komunikasi Analisa Analisa Rasional


Verbal Non- Verbal Berpusat pd Berpusat pd
perawat pasien

P:Assalamualaikum, P: memasuki Perawat Ucapan salam


selamat pagi ruang rawat inap memulai kepada klien
dengan ceria dan percakapan menunjukkan
sopan. dengan sikap penghargaan
terbuka kepada klien
yang menjadi
modal seseorang
membuka diri
dengan orang
lain.

43
K : tidak Klien tidak Masih dalam
merespon, tetap merespon salam tahap penolakan
tidur dengan dari perawat situasi baru
posisi miring ke
kanan

P : Selamat pagi P: Perawat Membuka diri


mbak, perkenalkan memperkenalkan membuka dapat
saya Ners Heny, diri dengan suara informasi diri ke memudahkan
saya yang akan lantang dengan klien perawat
merawat dan sikap terbuka dan membina
menemani mbak tersenyum hubungan
selama 2 minggu dengan klien
kedepan. Mbak bisa
panggil saya Heny,
saya dari Tuban.
Kalau boleh tau
nama mbak siapa?

K : tidak Klien tidak Klien masih


menjawab, merespon dan dalam tahap
menutupi membatasi diri penolakan dan
wajahnya belum terbiasa

P : ini dengan mbak P: tersenyum kea Perawat Membuka diri


KS ya, mbak rah klien berbicara untuk
senangnya dipanggil dengan ramah membangun dan
44
mbak K atau S? untuk membina
mengetahui hubungan saling
informasi percaya
mengenai klien

K:K K: melirik Klien mulai Mulai muncul


kemudian mau menjawab hubungan saling
memalingkan pertanyaan percaya sehingga
wajah perawat mulai terjadi
percakapan

P : Oh jadi mbak P: sedikit Perawat Perawat


senangnya dipanggil membungkuk menjelaskan dan memberikan
mbak K saja. Jadi kearah klien, memberikan penjelasan
mbak seperti yang dengan suara informasi kepada klien
sudah saya sebutkan jelas, tetap kepada klien agar terbina
tadi bahwa saya tersenyum dan hubungan saling
disini bertugas mempertahankan percaya
untuk merawat dan sikap terbuka
mengobservasi
bagaimana
perkembangan
mbak K setiap hari
dan selama 2
minggu kedepan ini.
Kalau mbak K perlu
sesuatu mbak bisa
panggil saya.

45
K :mengangguka Klien merespon Klien sudah
n kepala perawat dengan mulai membuka
bahasa tubuh diri, ini
merupakan awal
yang baik untuk
mengetahui lebih
dalam lagi
tentang masalah
klien

P : Mbak K dari tadi P: melihat kea Perawat Perawat bertanya


saya lihat kok mbak rah klien dengan menanyakan untuk
K hanya diam dan ekspresi penuh permasalahan mengumpulkan
termenung, apa ada tanya dari klien informasi
yang sedang
dipikirkan?

K : diam tidak Klien berespon Klien


menjawab, secara mengekspresikan
menatap kedepan psikologis pertanyaan
dengan dengan
pandangan menangis yang
kosong, sambil menandakan
meneteskan klien terbebani
airmata dan dengan
menutupi masalahnya
wajahnya

P : tenang mbak, P: menenangkan, Perawat Perawat


sudah-sudah, tidak berusaha berusaha menjelaskan
46
apa-apa mbak, saya menepuk pundak memahami kepada klien
akan menemani klien perasaan klien agar klien
mbak disini, mbak memahami dan
bisa berbicara dan percaya kepada
bercerita ke saya, perawat
mbak tidak perlu
malu atau merasa
keberatan.

K : mulai tenang, Klien percaya Klien percaya


dan berhenti dan dapat dan mulai
menangis mengontrol nyaman dengan
emosinya penjelasan
perawat

P : Mbak K P: mulai Perawat Perawat


bagaimana tidurnya mendekat ke menggali berusaha
semalam? kamar tidur informasi klien mengeksplorasi
dan status dengan
kesehatannya memberikan
pertanyaan
terbuka

K : biasa saja K: ambil Klien berusaha Klien mulai


menyeka sisa air menjawab berkomunikasi
mata dan pertanyaan dengan klien
menjawab perawat meski
dengan cuek tidak ingin

47
P : nyenyak gak P: Tersenyum Perawat Mengeksplorasi
tidurnya tadi mencoba klien agar dapat
malam? menggali diidentifikasi
informasi lebih masalah dari
dalam lagi klien

K : tidak terlalu K: bergeser, Klien merasa Klien merespon


nyenyak menghindari ada tekanan pertanyaan dari
perawat dengan perawat
pertanyaan dari
perawat
sehingga
menghindar

P : oh tidak terlalu P: menoleh kea Perawat Mengekspolasi


nyenyak, kenapa rah klien menanyaakan kembali
kok bisa tidak pertanyaan kemampuan
terlalu nyenyak K? terbuka kepada menjawab klien
klien

K : gak tau K: memelingkan Klien merasa Klien merespon


muka jenuh dengan pertanyaan dari
pertanyaan dari perawat
perawat

P : Baiklah, mbak K P: membungkuk Perawat Mengeksplorasi


Bagaimana kalau kearah klien berusaha klien agar dapat
kita mengobrol dengan menggali diidentifikasi
tentang kegiatan apa tersenyum informasi dari masalah utama
yang suka mbak klien dan dari klien
lakukan dirumah, berusaha

48
setelah itu kita akan membuat
menilai kegiatan kesepakatan
mana yang masih
bisa mbak lakukan
di rumah sakit.
bagaimana mbak
apakahbersedia?

K: Klien merespon Klien dapat


menganggukan permintaan dari memberikan
kepala perawat suatu keputusan
yang sederhana
yang
menandakan
respon kognitif

P : Setuju ya mbak P: membungkuk Perawat Mengeksplorasi


karena mbak Ika dan mencoba mengkonfirmasi klien agar dapat
setuju bagaimana menegaskan ulang kesiapan diidentifikasi
kalau kita klien masalah utama
ngobrolnya besok? dari klien

K : Iya gak apa-apa K: tanpa Klien Klien membuat


menoleh dan menyetujui persetujauan dari
menjawab permintaan dari kesepakatan
dengan lirih perawat yang telah
disepakati
bersama perawat

P : Oke, jadi P: menanyakan P: perawat Perawat


ngobrolnya besok dengan tegas dan menawarkan meminta
aja ya mbak? Besok waktu untuk persetujuan
49
mbak mau ngobrol tersenyum bberkomunikasi kepada klien
berapa lama? Setuju bersama klien sebelum
tidak kalu 30 menit memutuskan
tindakan,
keterbukaan
sangat penting
dalam
berkomunikasi

K : Tidak mau. 20 K: sambil Klien menolak Klien


menit saja menyeka sisa pilihan dari memberikan
airmata perawat dan keputusan atas
memberikan permintaan
permintaan lain. klien, klien
berhak
memberikan
keputusan

P : Baiklah, jadi P: mengangguk Perawat Perawat


mbak Ika maunya menyetujui mengkonfirmasi
kita ngobrol selama ulang
20 menit ya kesepakatan
kepada klien

K : Iya K: bersuara lirih Klien merespon Klien merespon


pertanyaan dari
perawat

P : Besok P: membungkuk Perawat Perawat


ngobrolnya mau menyanyakan menayakan
jam berapa mbak? waktu waktu dalam
berkomunikasi mengobrol
50
kepada klien karena kontrak
waktu
dibutuhkan
sebagai
kepastian

K : Jam 10.00 WIB K: melirik Klien merespon Klien


saja menetapkan
waktu
berkomunikasi

P : Oke jam 10.00 P: membungkuk Menanyakan Perawat


WIB ya. Nah mbak kesepakatan dan meminta
Ika bagaimana persetujuan konfirmasi
kalau kita besok klien persetujuan dari
ngobrol di taman? klien

K : Tidak mau! K: memalingkan Klien tidak Klien merespon


kepala menyetujui permintaan
usulan dari klien, klien
perawat berhak
memberikan
jawaban

P : Oh tidak mau, P: membungkuk Perawat Perawat


jadi mbak Ika kea rah klien menuruti menyanyakan
maunya ngobrol permintaan dari dan
dimana dong? klien mengkonfirmasi
ulang kemauan
dari klien

51
K : Di sini saja K: memalingkan Klien merespon Klien
kepala pertanyaan memberikan
perawat persetujuan
kepada perawat

P : Oh di ruang ini P: menegaskan Perawat Klien


saja, baiklah. Oke dan tersenyum mengkonfirmasi mengkonfirmasi
jadi besok jam ulang ulang
10.00 WIB kita persetujuan persetujuan
ketemuan lagi ya untuk kegiatan
mbak, kita akan selanjutnya
mengobrol selama
20 menit di kamar
ini tentang
kemampuan lain
yang mbak Ika
miliki dan masih
bisa dilakukan di
Rumah Sakit.
Sekarang mbak Ika
boleh istirahat lagi
ya, selamat pagi.

BAB V

52
PENUTUP

4.2 KESIMPULAN

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri
atau kemampuan diri. Adanya hilang percaya diri,merasa gagal karena tidak
mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Yosef, 2009).

Faktor penunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang dalam


tinjauan life stan history klien, penyebab dari harga diri rendah adalah pada masa
kecil sering disalahkanm jarang dieri pujian atas keberhasilannya (Yosep, 2009).

Tanda dan gejala seseorang dengan harga diri rendah akan tampak kurang
memperhatikan perawatan diri, menarik diri, berpakaian tidak rapi, selera makan
menurun,tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara
lambat dengan nada suara lemah.

53
Daftar Pustaka
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). 2014. Nursing Diagnoses Definitions and
Classifications (NANDA) 2015-2017. Oxford: Willey Blackwell.
Bulechek, Gloria M. et al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth
Edition.Missouri: Mosby Elsevier.
Moorhead, Sue et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition.
Missouri: Mosby Elsevier.

Damayanti. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:PT.Refika Aditama

Iyus,Yosep. 2009. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung:PT.refika Aditama

Suliswati. 2009. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC

Stuart, Gali W,. 2006. Buku Saku Kepeawatan Jiwa, Alih bahasa Ramona P. Kapoh,
Eghi Ko,ara Yudha; editor edisi Bahasa Indonesia. Pamalih Eko Karyani, Edisi 5.
Jakarta:EGC

Keliat, B.A, Akemat, Helena Novy, dan Nurhaeni Heni. 2011. Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic Course). Jakarta :EGC

54
1

Anda mungkin juga menyukai