Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERAN PERAWAT JIWA

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II
Dosen pengampu Ns. Mei Tongo-Tongo S.Kep M.Kes

Disusun Oleh Kelompok I :


Sarmi Alike Maitimu
Melisa Lomas
Adelia Diana Uisa
Sintia Loha Duan
Derilifita Muika

YAYASAN MEDIKA MANDIRI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKARIWO HALMAHERA

(STIKMAH)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN (SEMESTER V)

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga

makalah yang berjudul “Peran Perawat Jiwa” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa

kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah

berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga askep ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

bagi para pembaca. Untuk ke depannya kami dapat memperbaiki bentuk maupun

menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih

banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran

dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tobelo, 21 Januari 2022

Penyusun Kelompok I

2
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ............................................................................. 4
B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 5
C. TUJUAN .................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Peran dan Fungsi Perawat Jiwa................................................................ 7
B. Peran Perawat Jiwa .................................................................................. 7
C. Fungsi perawat ......................................................................................... 8
D. Peran Dalam Prevensi Primer .................................................................. 9
E. Peran Dalam Prevensi Sekunder .............................................................. 10
F. Peran Dalam Prevensi Tersier .................................................................. 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 11
Daftar Pustaka ............................................................................................................. 12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedaruratan psikiatri merupakan sebuah keadaan yang sering diabaikan tetapi

keadaan ini meningkatkan masalah bagian kedaruratan di dunia. Dijumpai hingga 12 %

dari bagian kedaruratan pasien datang dengan keluhan psikiatrik. Dari kedaruratan

tingkahlaku ini, gangguan psikotik akut, episode manik, depresi mayor, gangguan bipolar,

dan penyalahgunaan obat mencapai 6 % dari keseluruhan kasus di bagian kedaruratan.

Tindak kekerasan atau agresif merupakan alasan umum untuk datang pada bagian

kedaruratan, dengan perilaku menyerang yang terlihat pada 3-10 % pasien psikiatrik.

Gejala agresif seperti penyerangan, perilaku dengan kata-kata kasar, dan kekerasan

dapat terjadi dengan gejala positif seperti delusi dan halusinasi, namun hal ini tidak semua

terjadi. Menurut Bolton J, hampir 5 % pasien yang datang ke bagian darurat psikiatri

Rumah sakit St. Helier dan St.Georges di London dengan masalah psikikatri primer dan

selanjutnya 20-30 % dengan simtom psikiatri ditambah dengan gangguan fisik. Kekerasan

dan penyerangan umumnya dijumpai di darurat psikiatri, terutama dalam keadaan tertentu.

Kekerasan setidaknya menunjukkan gangguan psikiatri, tetapi penyerangan lebih umum

dijumpai di darurat psikiatri.

Suatu penelitian yang dilakukan oleh Saliou dan kawan-kawan tahun 2005 pada

sebuah Rumah Sakit di Paris, mengambil 500 pasien yang memperoleh pelayanan darurat.

Dijumpai prevalensi gangguan psikiatri adalah 38% (189 pasien), empat puluh pasien (8%)

kasus psikiatri primer dirujuk ke bagian darurat psikiatri, 149 (30%) kasus
4
psikiatriekunder, hal ini dinyatakan sebagai suatu penilaian yang sistematis dari keadaan

status mental. Kasus psikiatri primer dan sekunder adalah lebih banyak yang tunawisma

yaitu (13,6% vs 1,95%). Menurut kriteria DSM-IV diagnosis psikiatri primer yang

dijumpai adalah depresi, gangguan ansietas menyeluruh, intoksikasi alkohol,

ketergantungan alkohol, Skizofrenia, gangguan stress pasca trauma, penyalahgunaan zat,

agoraphobia, ketergantungan alkohol, anoreksia nervosa, mania, gangguan obsesi

kompulsif. Mereka sering diserahkan pada bagian darurat psikiatri setelah melakukan

penyerangan, (7,4% vs 3,5%), perilaku kekerasan (5,8% vs 0,9%) dan kurang sering setelah

kecelakaan (8,4% vs 14,3%). Pasien psikiatri lebih sering diperiksa setelah suatu peristiwa

kekerasan dalam keluarga (21,7% vs 6,8%).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana peran perawat dalam keperawatan jiwa

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui peran perawat dalam keperawatan jiwa

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peran dan Fungsi Perawat Jiwa

Suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku

manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya.

Praktik kontemporer keperawatan jiwa terjadi dalam konteks social dan lingkungan. Peran

keperawatan psikiatri professional telah berkembang secara kompleks dari elemen- elemen

histori aslinya. Keperawatan psikiatri sering mencakup parameter kompetensi klinik,

advokasi pasien, tanggung jawab fiscal, kolaborasi professional, akuntabilitas (tanggung

gugat) social, dan kewajiban etik dan legal.

Pusat pelayanan kesehatan mental secara resmi mengakui keperawatan kesehatan

mental dan psikiatrik sebagai salah satu dari 5 inti disiplin kesehatan mental.Perawat jiwa

menggunakan pengetahuan dari ilmu-ilmu psikososial, biofisik, teori-teori kepribadian dan

perilaku manusia untuk menurunkan suatu kerangka kerja teoritik yang menjadi landasan

praktik keperawatan.

B. Peran Perawat Jiwa

Peran perawat kesehatan jiwa mempunyai peran yang bervariasi dan spesifik

(Dalami, 2010). Aspek dari peran tersebut meliputi kemandirian dan kolaborasi

6
diantaranya adalah yang pertama yaitu sebagai pelaksana asuhan keperawatan, yaitu

perawat memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa kepada individu, keluarga

dan komunitas. Dalam menjalankan perannya, perawat menggunakan konsep perilaku

manusia, perkembangan kepribadian dan konsep kesehatan jiwa serta gangguan jiwa dalam

melaksanakan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan komunitas. Perawat

melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif melalui pendekatan proses

keperawatan jiwa, yaitu pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan, perencanaan

tindakan keperawatan, dan melaksanakan tindakan keperawatan serta evaluasi terhadap

tindakan tersebut.

Peran perawat yang kedua yaitu sebagai pelaksana pendidikan keperawatan yaitu

perawat memberi pendidikan kesehatan jiwa kepada individu, keluarga dan komunitas agar

mampu melakukan perawatan pada diri sendiri, anggota keluarga dan anggota masyarakat

lain. Pada akhirnya diharapkan setiap anggota masyarakat bertanggung jawab terhadap

kesehatan jiwa. Peran yang ketiga yaitu sebagai pengelola keperawatan adalah perawat

harus menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam mengelola asuhan

keperawatan jiwa. Dalam melaksanakan perannya ini perawat diminta menerapkan teori

manajemen dan kepemimpinan, menggunakan berbagai strategi perubahan yang

diperlukan, berperan serta dalam aktifitas pengelolaan kasus dan mengorganisasi

pelaksanaan berbagai terapi modalitas keperawatan.

Peran perawat yang kekempat yaitu sebagai pelaksana penelitian yaitu perawat

mengidentifikasi masalah dalam bidang keperawatan jiwa dan menggunakan hasil

penelitian serta perkembangan ilmu dan teknologi untuk meningkatkan mutu pelayanan

dan asuhan keperawatan jiwa.

7
C. Fungsi Perawat

Fungsi perawat jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan

asuhan keperawatan secara tidak langsung (Erlinafsiah, 2010). Fungsi tersebut dapat

dicapai melalui aktifitas perawat jiwa, yaitu: pertama, memberikan lingkungan terapeutik

yaitu lingkungan yang ditata sedemikian rupa sehingga dapat memberikan perasaan aman,

nyaman baik fisik, mental,dan sosial sehingga dapat membantu penyembuhan pasien.

Kedua, bekerja untuk mengatasi masalah klien “here and now” yaitu dalam membantu

mengatasi segera dan tidak ditunda sehingga tidak terjadi penumpukkan masalah. Ketiga,

sebagai model peran yaitu perawat dalam memberikan bantuan kepada pasien

menggunakan diri sendiri sebagai alat melalui contoh perilaku yang ditampilkan oleh

perawat.

Fungsi perawat yang keempat yaitu memperhatikan aspek fisik dari masalah

kesehatan klien merupakan hal yang sangat penting. Dalam hal ini perawat perlu

memasukkan pengkajian biologis secra menyeluruh dalam evaluasi pasien jiwa untuk

mengidentifikasi adanya penyakit fisik sedini mungkin sehingga dapat diatasi dengan cara

yang tepat. Kelima, memberikan pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada pasien,

kleuarga dan komunitas yang mencakup pendidikan kesehatan jiwa, gangguan jiwa, ciri-

ciri sehat jiwa, penyebab gangguan jiwa, ciri- ciri gangguan jiwa, fungsi dan tugas

keluarga, dan upaya perawatan pasien ganggua jiwa. Keenam, sebagai perantara sosial

yaitu perawat dapat menjadi perantara dari pihak pasien, keluarga dan masyarakat dalam

memfasilitasi pemecahan masalah pasien.

Fungsi yang ketujuh adalah kolaborasi dengan tim lain adalah perawat membantu

pasien mengadakan kolaborasi dengan petugas kesehatan lain yaitu dokter jiwa, perawat

kesehatan masyarakat (perawat komunitas), pekerja sosial, psikolog, dll. Kedelapan,

8
memimpin dan membantu tenaga perawatan adalah pelaksanaan pemberian asuhan

keperawatan jiwa didasarkan pada manajemen keperawatan kesehatan jiwa. Kesembilan,

menggunakan sumber di masyarakat sehubungan dengan kesehatan mental. Hal ini penting

diketahui oleh perawat bahwa sumber-sumber yang ada dimasyarakat perlu diidentifikasi

untuk digunakan sebagai faktor pendukung dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa yang

ada dimasyarakat.

D. Peran Dalam Prevensi Primer

1. Memberikan penyuluhan tentang prinsip-prinsip sehat jiwa

2. Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan, tingkat kemiskinan, &

pendidikan

3. Memberikan pendidikan kesehatan

4. Melakukan rujukan yang sesuai dengan sebelum gangguan jiwa terjadi

5. Membantu klien di RSU untuk menghindari masalah psikiatri dimasa mendatang

6. Bersama-sama keluarga memberi dukungan pada anggota keluarga & meningkatkan

fungsi kelompok

7. Aktif dalam kegiatan masyarakat & politik yang berkaitan dengan kesehatan jiwa

E. Peran Dalam Prevensi Sekunder

1. Melakukan skrining dan pelayanan evaluasi kesehatan jiwa

2. Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan

3. Memberikan konsultasi

9
4. Melaksanakan intervensi krisis

5. Memberikan psikoterapi individu, keluarga, dan kelompok pada berbagai tingkat usia

6. Memberikan intervensi pada komunitas dan organisasi yang telah teridentifikasi

masalah yang dialaminyananganan dirumah

7. Menciptakan lingkungan yang terapeutik

8. Melakukan supervisi klien yang mendapatkan pengobatan

9. Memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri

F. Peran Dalam Prevensi Tersier

1. Melaksanakan latihan vokasional dan rehabilitasi

2. Mengorganisasi “after care” untuk klien yang telah pulang dari fasilitas kesehatan

jiwa untuk memudahkan transisi dari rumah sakit ke komunitas

3. Memberikan pilihan “partial hospitalization” (perawatan rawat siang) pada klien

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku

manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya.

Praktik kontemporer keperawatan jiwa terjadi dalam konteks social dan lingkungan. Peran

keperawatan psikiatri professional telah berkembang secara kompleks dari elemen- elemen

histori aslinya. Keperawatan psikiatri sering mencakup parameter kompetensi klinik,

advokasi pasien, tanggung jawab fiscal, kolaborasi professional, akuntabilitas (tanggung

gugat) social, dan kewajiban etik dan legal.

Pusat pelayanan kesehatan mental secara resmi mengakui keperawatan kesehatan

mental dan psikiatrik sebagai salah satu dari 5 inti disiplin kesehatan mental.Perawat jiwa

menggunakan pengetahuan dari ilmu-ilmu psikososial, biofisik, teori-teori kepribadian dan

perilaku manusia untuk menurunkan suatu kerangka kerja teoritik yang menjadi landasan

praktik keperawatan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Berger, J. Karen and Williams. 1999. Fundamental Of Nursing; Collaborating for Optimal Health,

Second Editions. Apleton and Lange. Prenticehall. USA

Dalami E, 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media Erlinafsiah.

2010. Modal Perawat dalam Praktik Kepeawatan Jiwa.Jakarta: Trans

Info Media

Febriani, 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Universitas Sumatera Utara.

Sumatera Utara.

Hawari, 2009. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Universitas Sumatera Utara. Sumatera

Utara.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 220/MENKES/SK/III/1992

12

Anda mungkin juga menyukai