Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Sectio Caesarea atau persalinan sesaria adalah prosedur pembedahan

untuk melahirkan janin melalui sayatan perut dan dinding rahim. Operasi

ini semakin meningkat sebagai tindakan akhir dari berbagai kesulitan

persalinan. Indikasi yang banyak dikemukakan adalah; persalinan lama

sampai persalinan macet, ruptura uteri iminens, gawat janin, janin besar,

dan perdarahan antepartum. Namun sekarang banyak operasi tidak pada

indikasinya, kenyataannya banyak operasi saat ini dilakukan atas

permintaan pasien meskipun tanpa alasan medis. Mereka umumnya

memilih melakukan operasi karena takut kesakitan saat melahirkan secara

normal. Alasan lain adalah mereka lebih mudah menentukan tanggal dan

waktu kelahiran bayinya. Selain itu, mereka juga ketakutan organ

kelaminnya rusak setelah persalinan normal 1.

Perawatan pada pasien dengan sectio caesarea merupakan masalah

yang rawan karena banyaknya komplikasi yang didapatkan baik pada ibu

maupun janin, salah satunya komplikasi yang terjadi pada ibu post sectio

caesarea adalah infeksi luka. Hal ini didasari oleh angka kematian ibu

(AKI) yang penyebab salah satunya adalah infeksi hingga menyebabkan

AKI di Indonesia semakin meningkat. Di Amerika Serikat, dari 27 juta

1
2

orang yang menjalani operasi setiap tahunya kurang lebih 500.000 orang

akan mengalami infeksi. Dari segi pelayanan, pasien dengan infeksi pada

daerah operasi akan menjalani perawatan dua kali lebih lama di rumah sakit

dari pada pasien yang tidak mengalami infeksi. Terjadinya infeksi setelah

pembedahan dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk didalamnya tipe

dan lamanya proses pembedahan, umur pasien, kondisi pasien,

keterampilan ahli bedah dan ketepatan penggunaan antibiotika profilaksis2

Bersamaan dengan hal tersebut, di Indonesia terjadi peningkatan

kejadian infeksi luka post sectio caesarea yaitu infeksi pada

rahim/endometritis, alat-alat berkemih, usus dan luka operasi, sekitar 90%

dari morbiditas pasca operasi disebabkan oleh infeksi luka operasi. Utomo

(1999) menyebutkan bahwa idealnya kejadian infeksi luka operasi (ILO)

rumah sakit antara 1,5-8% dengan infeksi luka post sectio caesarea

merupakan 14,6% dari seluruh infeksi post pembedahan3

Resiko lainnya pada persalinan sectio cesarea ini bisa terjadi nyeri

pada bekas luka sayatan, adanya rasa kebas, munculnya keloid ( jaringan parut

yang dibentuk secara berlebihan pada kulit), dan rasa gatal didaerah bekas

jahitan. Tanda-tanda infeksi yang dapat terjadi, antara lain demam tinggi,

nyeri pada perut, kadang-kadang disertai lochea (cairan yang keluar dari

vagina) berbau, nyeri bila buang air kecil, luka operasi bernanah, luka

operasi terbuka dan sepsis (infeksi yang sangat berat), penurunan fungsi

usus yang kadang jadi melambat selama beberapa hari setelah operasi.

Operasi persalinan juga memerlukan perawatan, perawatan luka perlu


3

ditutup dengan kassa steril, sewaktu mengganti kassa lama dengan yang

baru, perhatikan agar dikerjakan secara asepsis supaya tidak terjadi infeksi
2
.

Selain itu juga luka operasi sectio caesarea dapat menimbulkan

gangguan ketidaknyamanan yaitu nyeri dan resiko infeksi yang dikarenakan

terputusnya jaringan yang mengakibatkan jaringan terbuka sehingga

memudahkan kuman untuk masuk yang berakibat menjadi infeksi, dengan

demikian klien dengan keluarga dapat menerima info untuk menghadapi

masalah yang ada, petugas kesehatan juga perlu diinformasikan pada klien

yang akan dirasakan selanjutnya setelah operasi sectio caesarea, selain itu

petugas kesehatan diharapkan untuk dapat mengatasi masalah keperawatan

yang timbul, agar tidak timbul infeksi.

Data pasien post sectio caesarea yang berkujung ke Polik Kandungan

yang penulis dapatkan yaitu pada tahun 2020 sebanyak 890 (99.5%), tahun

2021 sebanyak 785 (99.7%), sedangkan dari hasil wawancara dengan

petugas kesehatan di Polik Kandungan, terdapat kasus yang terjadi pada

pasien post sectio caesarea pada bulan Januari sampai September 2021

adalah infeksi luka operasi sebanyak kurang lebih 10 pasien post sectio

caesarea 4.

Peningkatan kejadian infeksi luka operasi disebabkan oleh beberapa

faktor diantaranya adalah umur pasien, kondisi pasien, keterampilan ahli

bedah dan ketepatan penggunaa antibiotik, untuk itu petugas kesehatan


4

diharapkan untuk dapat mengatasi masalah yang timbul, tentang perawatan

luka operasi sectio caesarea, agar tidak terjadinya infeksi luka operasi.

Berdasarkan latar belakang tersebut Maka penulis tertarik

untuk membuat Asuhan Keperawatan dengan judul“Asuhan

Keperawatan pada NY. E dengan Pasien Post Operasi Caesar

Rumah Sakit Daerah Tobelo Tahun 2021.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan data penulis tertarik untuk melakukan Asuhan Keperawatan

NY. E dengan Pasien Post Operasi Caesar Rumah Sakit Daerah

Tobelo Tahun 2021 dengan memberikan Asuhan keperawatan secara

komprehensif.

1.3. Tujuan

1. TujuanUmum

Untuk mengetahui bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan

pada Kasus Post Operasi Caesar .

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui konsep dasar Post Operasi Caesar

b. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan Post Operasi Caesar

c. Untuk mengetahui cara pemberian asuhan keperawatan pada

pasien Post Operasi Caesar


5

1.4. Manfaat

1. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan serta pengalaman dalam

penerapan metode pelaksanaan Asuhan Keperawatan dengan kasus

Post Operasi Caesar

2. Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pelayanan Asuhan

Keperawatan Post Operasi Caesar Rumah RSUD Tobelo

berdasarkan standar.

3. Institusi Pendidikan

Hasil Penulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan dan refrensi

bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan

dengan Kasus Post Operasi Caesar .


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Post Operasi Caesar

1. Pengertian Post Operasi Caesar

Luka sectio caesarea adalah gangguan dalam kontinuitas sel akibat dari

pembedahan yang dilakukan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dengan

membuka dinding perut dengan indikasi tertentu4 .Perawatan luka sectio

caesarea adalah merawat luka untuk mencegah trauma (injury) pada kulit,

membrane mukosa atau jaringan yang lain yang disebabkan adanya trauma,

fraktur, luka operasi yang dapat merusak kalori2.

Perawatan luka post sectio caesarea adalah suatu penanganan luka yang

terdiri dari membersihkan luka, mengangkat jahitan, menutup dan membalut

luka sehingga dapat membantu proses penyembuhan luka.

2. Tujuan Perawatan Luka Post Sectio Caesarea

Menurut6 tujuan perawatan luka post sectio caesarea antara lain:

a. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit

dan membrane mukosa.

b. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan.

c. Mempercepat penyembuhan.
7

d. Membersihkan luka dari benda asing atau febris.

e. Mencegah perdarahan.

3. Etiologi

Menurut sectio caesarea dilakukan atas indikasi

1) Etiologi berasal dari Ibu

Ibu pada primigravida dengan kelainan letak, primipara tua

disertai kelainan letak, disproporsi cepalo pelvik (disproporsi

janin/panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk,

terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada

primigravida, komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia-

eklampsia, atas permintaan kehamilan yang disertai penyakit

(Jantung, Diabetes Mellitus), gangguan perjalanan persalinan

(kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya).7

2) Etiologi berasal dari janin

Etiologi yang berasal dari janin seperti Fetal distress/gawat

janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin, prolapses

tali pusat dengan pembukan kecil, kegangalan persalinan vakum

atau ferseps ekstraksi.8

4. Patofisiologi Sectio caesarea

Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang

menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena

ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan


8

kehamilan yang parah, pre eklampsia dan eklampsia berat, kelainan letak

bayi seperti sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim

tertutup plasenta yang lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar,

kehamilan pada ibu yang berusia lanjut, persalinan yang berkepanjangan,

plasenta keluar dini, ketuban pecah dan bayi belum keluar dalam 24 jam,

kontraksi lemah dan sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan perlu

adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea.9

5. Perawatan Luka Post Sectio Caesarea

Gambar 2.1 Operasi Caesar

Perawatan pertama yang dilakukan setelah selesai operasi adalah

pembalutan luka (wound dressing) dengan baik. Luka operasi ditutup

dengan menggunakan stapler dan benang jahitan. Penutupan luka insisi

pada operasi sectio caesarea lebih banyak dilakukan dengan benang

operasi jenis monofilament yang dapat diabsorbsi atau yang tidak

diabsorbsi dengan teknik jahitan subcuticuler. 10


9

Tujuan pembalutan luka yang dilakukan adalah untuk mengabsorbsi

eksudat dan juga untuk melindungi luka dari kontaminasi eksogen

sampai garis insisi dapat tertutup rapat, mengurangi pertumbuhan

mikroorganisme pada luka/insisi dan membantu proses penyembuhan.

Balutan luka pada sectio caesarea dilakukan dengan menggunakan

balutan tipis yang semipermeabel yang disatukan dengan bantalan kassa

steril.11

Balutan luka operasi perlu diperiksa secara berkala dan diperbaiki

bila terlepas, dapat diganti jika terlihat adanya rembesan cairan oleh

eksudat atau darah. Pembalut lazimnya dibuka setelah 48 jam, membuka

balutan tidak boleh dilepaskan dengan gerakan tegak lurus, karena dapat

menyebabkan luka yang telah merapat terbuka kembali dan dilakukan

dengan teknik steril mengganti balutan. 8

Penggunaan dan pemilihan produk-produk perawatan luka kurang

sesuai akan meyebabkan proses inflamasi yang memanjang dan

kurangnya suplai oksigen di tempat luka. Hal-hal tersebut akan

memperpanjang waktu penyembuhan luka. Luka yang lama sembuh

disertai dengan penurunan daya tahan tubuh pasien membuat luka

semakin rentan untuk terpajan mikroorganisme yang menyebabkan

infeksi. Munculnya infeksi akan memperpanjang lama hari rawat, hari

rawat yang lebih lama akan meningkatkan resiko pasien mengalami

komplikasi penyakit lain.

6. Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Post Operasi Caesar


10

Proses penyembuhan luka menurut 12


, dipengaruhi oleh berbagai

faktor, yaitu:

a. Anemia

memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel

membutuhkan kadar protein yang cukup. Oleh sebab itu, orang yang

mengalami kekurangan kadar hemoglobin dalam darah akan mengalami

proses penyembuhan lama.

b. Usia

kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan atau

kematangan usia seseorang. Namun selanjutnya, proses penuaan dapat

menurunkan sistem perbaikan sel sehingga dapat memperlambat proses

penyembuhan luka.

c. Nutrisi,

Merupakan unsur utama dalam membantu perbaikan sel, terutama karena

kandungan zat gizi yang terdapat didalamnya. Sebagai contoh, vitamin A

diperlukan untuk membantu proses epitelisasi atau penutupan luka dan

sintesis kolagen; vitamin B kompleks sebagai kofaktor pada system

enzim yang mengatur metabolisme protein, karbohidrat dan lemak;

vitamin C dapat berfungsi sebagai fibroblast dan mencegah adanya

infeksi serta membentuk kapiler-kapiler darah; dan vitamin K yang

membantu sintesis protombin dan berfungsi sebagai zat pembekuan

darah.8
11

B. Konsep Dasar Luka

1. Pengertian Luka

Kulit merupakan bagian tubuh paling luar yang berguna

dalam melindungi diri dari trauma luar serta masuknya benda asing.

Trauma dapat menyebabkan pada kulit yaitu suatu keadaan

terputusnya kontinuitas jaringan tubuh yang dapat menyebabkan

terganggunya fungsi tubuh sehingga menganggu aktivitas sehari-hari6.

Luka adalah gangguan apa saja di dalam keutuhan kulit. Dapat

disengaja atau tidak seperti luka lecet (menggosok sampai

hilang/mengikis permukaan kulit);luka tusuk; atau baret/robek (luka

dengan robek, tepian kasar). Luka dapat disengaja, seperti sayatan

pembedahan (luka dengan tepian bersih). Luka yang terjadi secara

tidak langsung akan terkontaminasi; luka yang disengaja dibuat

dibawah kondisi yang steril 7.

Dan luka juga dapat digambarkan sebagai gangguan dalam

kontinuitas sel-sel kemudian diikuti dengan penyembuhan luka yang

merupakan pemulihan kontinuitas tersebut. Ketika terjadi luka,

beragam efek dapat terjadi antara lain : kehilangan segera atau

sebagian fungsi organ, hemorhagia dan pembekuan darah,

kontaminasi bakteri serta kematian sel6.


12

2. Klasifikasi Luka

Beberapa klasifikasi luka antara lain menurut 12, yaitu :

a. Luka insisi

Luka yang dibuat potongan bersih dengan menggunakan instrument

tajam sebagai contoh, luka yang dibuat oleh ahli bedah dalam

setiap prosedur operasi. Luka bersih (luka yang dibuat secara

aseptik) biasanya ditutup dengan jahitan setelah semua pembuluh

berdarah didelegasi dengan cermat.

b. Luka kontusi

Luka yang terjadi dengan dorongan tumpul dan ditandai dengan

cidera berat bagian yang lunak, hemorhagi dan pembekakan.

c. Luka laserasi

Luka dengan bagian tepi jaringan bergerigi, tidak teratur, seperti

luka yang dibuat oleh kaca atau goresan kawat.

d. Luka tusuk

Luka dengan bukaan kecil pada kulit sebagai contoh luka yang

dibuat oleh peluru atau tusukan pisau.

3. Jenis Luka

Menurut Karlina3, luka sering digambarkan berdasarkan

bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukkan derajat luka.

a. Berdasarkan tingkat kontaminasi


13

1) Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi

yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan

infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan

urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka

yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup.

Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%.

2) Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi),

merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi,

pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol,

kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya

infeksi luka adalah 3% – 11%.

3) Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka

terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan

kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari

saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut,

inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% – 17%.

4) Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu

terdapatnya mikroorganisme pada luka yang menyebabkan

infeksi pasca operatif terdapat dalam lapang operatif sebelum

pembedahan. Hal ini mencakup luka traumatik yang sudah

lama dengan jaringan yang terkelupas tertahan dan luka yang

melibatkan infeksi klinis yang sudah ada. Kemungkinan

relatif infeksi luka adalah lebih dari 27%.


14

b. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka

1) Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) :

yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.

2) Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya

lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari

dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis

seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.

3) Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit

keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan

subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak

melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada

lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot.

Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam

dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.10

4) Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai

lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya

destruksi/kerusakan yang luas.


15

Gambar 1. Tingkat Kedalaman Luka

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematik untuk

mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dapat

berkaitan dengan Ibu dengan, keluarga, orang terdekat dan masyarakat.

Proses keperawatan terdiri atas pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi 12.

1. Pengkajian Keperawatan

Menurut12, pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dan dasar

utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas

pengumpulan data, identifikasi data, dan analisis serta perumusan

masalah. Pengetahuan dan ketrampilan diperlukan untuk memenuhi

kegiatan yang kompleks ini.

Pengkajian pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea antara lain :

a. Nyeri luka operasi

Gejala : Nyeri luka bagian perut bekas luka operasi Sectio

Caesarea

b. Sirkulasi
16

Tanda : hipotensi, termasuk perubahan postural, Nadi

lemah/lembut : takikardia, vena leher datar ; penurunan CVP

c. Eliminasi

Gejala : konstipasi atau kadang-kadang diare, kram abdomen.

Tanda : penurunan volume urine, warna gelap/pekat ; oliguria

(kekurangan cairan berat)

d. Makanan/cairan

Gejala : haus, anoreksia, mual/muntah

Tanda : penurunan berat badan sering melebihi 2%-8% dari berat

badan total.

e. Neurosensori

Gejala : kesemutan ekstremitas, vertigo, sinkope.

Tanda : perubahan perilaku, apatis, gelisah, kacau mental.

f. Pernafasan

Tanda takipnea, pernapasan cepat/dangkal.

g. Keamanan

Tanda : suhu biasanya subnormar, meskipun demam mungkin

terjadi.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,

keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan

atau proses kehidupan yang aktual atau potensial.


17

Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana

tindakan asuhan keperawatan.

Menurut Doenges & Moorhouse (2001), diagnosa keperawatan

yang muncul pada Pasien Sectio Caesarea antara lain :

a. Kekurangan cairan dan elektrolit yang berhubungan nyeri bagian

Perut setelah luka operasi menyebabkan muntah yang

berlebihan dan pemasukan yang tidak adekuat.

b. Peruban nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan nyeri saat menelan.

c. Nyeri pada luka operasi yang berhubungan dengan kelemahan

dan kurangnya intake nutrisi.

3. Intervensi Keperawatan

Menurut Hutahean, Intervensi Keperawatan merupakan bagian dari

tahap proses keperawatan yang meliputi tujuan keperawatan,

penetapan, penetapan kriteria hasil, penetapan rancana tindakan yang

diberikan kepada Ibu dengan untuk memecahkan masalah yang

dialami Ibu dengan serta rasional dari masing-masing rencana

tindakan yang diberikan kepada Ibu dengan.

1. Kekurangan cairan dan elektrolit yang berhubungan pemulihan

nyeri akibat Nyeri LUka operasi.

Tujuan : kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi.

Mandiri :

a. Istirahatkan ibu ditempat yang nyaman.


18

Rasional : istirahat akan menurunkan kebutuhan energi kerja

yang membuat metabolisme tidak meningkat.

b. Pantau tanda-tanda vital dan dehidrasi.

Rasional : dengan menobservasi tanda-tanda kekurangan

cairan dapat diketahui sejauh mana keadaan umum dan

kekurangan cairan pada ibu. TD turun, suhu meningkat, dan

nadi meningkat merupakan tanda-tanda dehidrasi dan

hipokalemia.

c. Pantau tetes cairan infus.

Rasional : jumlah tetesan infus yang tidak dapat

menyebabkan terjadinya kelebihan dan kekurangan cairan

didalam sistem sirkulasi.

d. Catat intake dan output.

Rasional : dengan mengetahui intake dan output cairan

diketahui keseimbangan cairan didalam tubuh.

e. Setelah 6 anjurkan untuk minum tiap jam.

Rasional : minum yang sering dapat menambahkan

pemasukan cairan melalui oral.

f. Kolaborasi dengan dokter dalm pemberian obat antibiotik

dan antinyeri.

Rasional : pemberian oabt rimfamisin untuk membunuh

kuman pada luka opersi Sectio Caesarea sehingg

mempercepat penyembuhan luka.


19

2. Perubahan nutrisi kurang kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan ras nyeri dan rasa tidak nyaman terus-menerus.

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Mandiri :

a. Kaji kebutuhan nutrisi ibu.

Rasional : dengan mengetahui kebutuhan nutrisi ibu dapat

dinilai sejauh mana kekurangan nutrisi pada ibu dan

menentukan langkah selanjutnya.

b. Observasi tanda-tanda kekurangan nutrisi

Rasional : untuk mengetahui sejauh mana kekurangan nutrisi

akibat nyeri saat menelan bagian leher.

c. Setelah 12 jam pertama beri makanan dalm porsi kecil tapi

sering.

Rasional : makanan dalam porsi kecil dapat memenuhi

pemenuhan lambung dan mengurangi kerja peristaltik serta

memudahkan proses penyerapan.

d. Berikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi.

Rasional : makanan yang hangat diharapkan dapat

mengurangi rasa mual dan makanan yang bervariasi untuk

menambah nafsu makan ibu, sehingga diharapkan kebutuhan

nutrisinya bisa terpenuhi.

e. Beriakn makanan yang tidak berlemak dan berminyak.


20

Rasional : makanan yang tidak berlemak dan berminyak

mengurangi rangsangan saluran pencernaan, sehingga

diharapkan mual dan muntah berkurang.

f. Anjurkan Ibu dengan untuk memakan makanan yang lunak

seperti bubur saring.

Rasional : makanan lunak tidak merangsang nyeri telan

pencernaan dan mengurangi perasaan mual.

g. Berikan ibu motivasi agar mau memberikan makanan.

Rasional : ibu merasa diperhatikan dan berusaha

menghabiskan makanannya.

3. Nyeri pada luka operasi Sectio Caesarea yang berhubungan

dengan luka

Tujuan : rasa nyaman terpenuhi.

Mandiri :

a. Kaji tingkat nyeri.

Rasional : dengan mengkaji dapat diketahui tingkat nyeri

pada ibu dan menentukan tindakan selanjutnya.

b. Atur posisi ibu dengan kepala lebih tinggi selama 30 menit

setelah makan.

Rasional : dengan posisi kepala lebih tinggi dapat

mengurangi tekanan pada gastrointestinal, sehingga dapat

mencegah muntah yang berulang.


21

c. Perhatikan kebersihan mulut ibu sesudah dan sebelum

makan.

Rasional : kebersihan mulut yang baik dan terpelihara bisa

menimbulkan rasa nyaman juga diharapkan dapat

mengurangi mual dan muntah.

d. Alihkan perhatian ibu pada hal yang menyenangkan.

Rasional : dengan mengalihkan perhatian diharapkan ibu bisa

melupakan rasa nyeri akibat muntah yang berulang.

e. Anjurkan ibu untuk istirahat dan batasi pengunjung.

Rasional : dengan istirahat yang cukup dan membatasi

pengunjung dapat menambahkan ketenangan pada ibu.

f. Kolaborasi dalam pemberian anti biotik dan anti demam

dengan dokter.

Rasional : obat anti biotik membunuh kuman bakteri

antidemam membuat ibu tenang dan nyeri berkurang,

sehingga dapat mengurangi demam dan nyeri yang

dirasakan oleh ibu.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah tindakan keperawatan disesuaikan dengan

rencan tindakan keperawatan, sebelum melaksanakan tindakan yang

sesuai direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat

apakah rencana tindakan masih sesuai dengan kondisi saat ini.

Kemungkinan dinilai kembali apakah aman bagi Ibu dengan atau


22

tidak, setelah tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh

dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah disusun yang

mencakup komponen sebagai berikut.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan merupakan

tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan

dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Perawat mengevaluasi

kemajuan pasien terhadap tindakan keperawatan dalam mencapai

tujuan perawatan dan merevisi dan dasar dan perencanaan jika

masalah keperawatan belum dapat teratasi.

Anda mungkin juga menyukai