( STIKMAH)
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul “ Konsep
Hospitalisasi Komunikasi Bermain Pada Anak “ yang disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah maternitas anak I. Kami mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
benar.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu, segala kritikan dan saran yang membangun akan kami terima dengan lapang
dada sebagai wujud koreksi atas diri tim penyusun yang masih belajar. Akhir kata,
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan……………………………………………………………………2
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Pengertian………………………………………………………………3
3.1 Kesimpulan………………..……………………………………….…...15
3.2 Saran………………………..……………………………………….….15
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit
dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk
beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga
kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun
orang tua dan keluarga (Wong, 2000).
1
Beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa bermain sangat berpengaruh
besar dalam perkembangan jiwa anak.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
3
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Reaksi Anak di Rumah sakit
Reaksi anak terhadap sakit dan rawat inap di rumah sakit beredabeda
pada masing-masing individu. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor
Perkembangan usia, perkembangan kognitif, reaksi orang tua, persiapan anak
dan orang tua, dan keterampilan koping anak dan keluarga.
2.2.3 Reaksi Anak Usia Prasekolah terhadap Stres akibat Sakit dan
Dirawat di Rumah Sakit
4
hari, dan anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme
koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang
bersifat menekan (Nur Salam, Susilaningrum, dan Utami, 2005).
2.3.2 Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)
5
yang besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran
anak dan kemampuan anak membaca disini sudah muncul, pada usia ke
delapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai berfikir tentang
kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-
kata sederhana yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat
ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini
keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari objek tertentu
sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi dan prosedurnya, maksud dan
tujuan dari sesuatu yang ditanyakn secara jelas dan jangan menyakiti atau
mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi
secara efektif.
pada usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya,
hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga
kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan
anak dan merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.
6
selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan
keperawatan. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi
dengan anak, antara lain :
2. Bercerita.
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat
mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi
cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan
disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun gambar
3. Memfasilitasi.
4. Biblioterapi.
7
5. Meminta untuk menyebutkan keinginan.
7. Penggunaan skala.
8. Menulis.
9. Menggambar.
8
2.5 Fungsi Bermain pada Anak
9
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal
ini dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba
melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek
permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan
dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan
berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan, sehingga
fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan
perkembangan kognitif selanjutnya.
4. Meningkatkan Kreatifitas
10
mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang
lain.
2. Bermain Keterampilan
3. Bermain Menyelidiki
11
Macam bermain ini dengan memberikan sentuhan pada anak
untuk berperan dalam menyelidiki sesuatu atau memeriksa dari alat
permainan seperti mengocok untuk mengetahui isinya dan permainan
ini bersifat aktif pada anak dan dapat digunakan untuk
mengembangkan kemampuan kecerdasan pada anak. Sifat permainan
tersebut harus selalu diberikan stimulasi dari orang lain agar selalu
bertambah dalam kemampuan kecerdasan anak.
4. Permainan
6. Solitary Play
12
kurang, karena dilakukan sendiri dalam perkembangan mental pada
anak, kemudian dapat membantu untuk menciptakan kemandirian pada
anak.
7. Pararel Play
8. Associative Play
9. Cooperative Play
13
instruksi dan perbaikan kemampuan fisiologis (Vessey & Mohan, 1990
dikutip oleh Supartini, 2004). Permainan dengan menggunakan alat-
alat medik dapat menurunkan kecemasan dan untuk pengajaran
perawatan diri pada anak-anak. Pengajaran dengan melalui permainan
dan harus diawasi seperti: menggunakan boneka sebagai alat peraga
untuk melakukan kegiatan bermain seperti memperagakan dan
melakukan gambar-gambar seperti pasang gips, injeksi, memasang
infus dan sebagainya.
14
BAB III
PENUTUP
3. Kesimpulan
3.2 Saran
15
Penulis banyak berharap pada pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-sriindahek-5180-3-
babii.pdf
https://kuliahiskandar.blogspot.com/2012/05/makalah-komunikasi-pada-
anak.html
https://calonsarjanabangsa.blogspot.com/2020/04/makalah-konsep-bermain-
pada-anak.html
https://agroedupolitan.blogspot.com/2018/05/makalah-komunikasi-anak-usia-
dini.html
16