KOMUNIKASI KEPERAWATAN II
MAKALAH/PAPER
SIMULASI KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA ANAK
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang maha kuasa. yang mana berkat rahmatnya kami selaku
kelompok 1 dapat menyusun makalah ini dengan lancar.
Makalah ini merupakan makalah tentang “Simulasi Komunikasi Terapeutik Anak”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnanan dan banyak
kekurangannya, untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun
guna kesempurnaan makalah ini. Akhirnya makalah ini dapat memberikan pemikiran serta
kelancaran tugas kami selanjutnya dan dapat berguna bagi semua pihak Amin.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.1 latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Perkembangan Komunikasi Pada Bayi dan Anak
2.2 Bentuk Komunikasi Prabicara
2.3 Peran Bicara Dalam Komunikasi
2.4 Teknik Komunikasi Dengan Bayi dan Anak :
Tekhnik Verbal dan Non Verbal .
2.5 Penerapan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Pada Bayi dan Anak
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sebagaimana dapat dilihat, kelangsungan hidup anak membutuhkan kerja sama antar
individu dalam berbagai tingkat struktur sosial, keluarga, komunitas, dan sistem kesehatan
untuk mengubah praktik-praktik mereka yang berkaitan dengan kesehatan anak. Agar
memiliki dampak, maka praktik ini perlu dilakukan dengan benar dan mengikuti
perkembangan zaman. Hal ini karena, setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi
kelebihan dan kekurangan. Ia adalah sosok pribadi mandiri dengan warna potensi khas dari
mereka sendiri.
Oleh sebab itu, dalam proses komunikasi dengan anak harus memperhatikan prinsip, strategi,
dan hambatan dalam berkomunikasi. Dari uraian tersebut diatas penulis membuat makalah
dengan judul Komunikasi Terapeutik Pada Anak.
Apa saja hambatan yang terjadi pada saat berkomunikasi pada anak?
1.3 TUJUAN
Mendapatkan informasi tentang hambatan yang terjadi pada saat berkomunikasi pada anak.
BAB II
PEMBAHASAN
DEFINISI
Komunikasi adalah kontak atau hubungan atau penyampaian berita atau penerimaan
berita yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih yang memungkinkan pesan atau berita itu bisa
diterima atau dipahami. (kamus penerbit Gita Media Press. Kenangan dari TIM PRIMA
PENA). Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal perawat-klien (anak)
merupakan proses belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.
(Stuart G. W. 1998). Secara umum komunikasi kesehatan merupakan upaya sistematis yang
secara positif mempengaruhi praktek-praktek kesehatan populasi besar. Sasaran utama
komunikasi kesehatan adalah melakukan perbaikan kesehatan yang berkaitan dengan praktek
dan pada gilirannya status kesehatan. Komunikasi kesehatan yang efektif merupakan suatu
kombinasi antara seni dan ilmu.
Pendekatan komunikasi kesehatan diturunkan dari disiplin ilmu meliputi pemasaran sosial,
antropologi, analisis prilaku, periklanan, komunikasi pendidikan, serta ilmu-ilmu sosial yang
lain. Hal ini saling melengkapi, saling tukar menukar, prinsip dan tekhnik umum satu sama
lain sehingga masing-masing memberikan sumbangan yang unik bagi metodeologi
komunikasi kesehatan.
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami dirinya
sendiri, serta nilai yang dianut.
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, percaya, dan menghargai.
3. Perawata harus memahami dan menghayati nilai yang dianut oleh klien.
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik maupun mental.
5. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien bebas berkembang
tanpa rasa takut.
6. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien memiliki motivasi
untuk mengubah dirinya baik sikap, tingkah lakunya sehingga makin matang, dan
dapat memecahkan masalah yang dihadapi.
7. Perawata harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui
dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan, maupun frustasi.
8. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan
konsistensinya.
9. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati
bukan tindakan terapeutik.
10. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar hubungan komunikasi terapeutik.
11. Mampu berperan sebagai role model.
12. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila dianggap mengganggu.
13. Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi.
14. Berpegang pada etika.
15. Bertanggungjawab dalam dua dimensi yaitu tanggungjawab terhadap diri sendiri atas
tindakan yang dilakukan dan tanggungjawab terhadap orang lain.
1. Masa bayi
Bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan kata-kata. Oleh karena
itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak menggunakan komunikasi nonverbal. Pada saat
lapar, haus, basah, dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikannya
dengan cara menangis. Walaupun demikian, sebenarnya bayi dapat merespon terhadap
tingkah laku orang dewasa yang berkomunikasi dengannya secara nonverbal, misalnya
memberikan sentuhan, mendekap, menggendong, dan berbicara dengan lemah lembut.
Ada beberapa respon nonverbal yang biasa ditunjukkan bayi, misalnya menggerakkan badan,
tangan, dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi usia kurang dari 6 bulan sebagai cara
menarik perhatian orang. Stranger anxietyatau cemas dengan orang asing yang tidak
dikenalnya adalah ciri prilaku pada bayi usia lebih dari 6 bulan, dan perhatiannya berpusat
pada dirinya dan ibunya. Oleh karena itu, perhatikan saat berkomunikasi dengannya. Jangan
langsung ingin menggendong atau memangkunya karena bayi akan merasa takut. Lakukan
komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya dan atau dengan mainan yang dipegangnya.
Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik dengannya dan ibunya.
Karakteristik anak usia balita ( terutama anak usia dibawah 3 tahun / toddler) merupakan
sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan takut pada ketidak tahuannya
sehingga anak perlu diberitahu tentang apa yang akan terjadi padanya. Misalnya pada saat
akan diukur suhu, anak akan merasa takut melihat alat yang akan ditempelkan pada tubuhnya.
Oleh karena tiu, jelaskan bagaimana anak akan merasakannya. Beri kesempatan padanya
untuk memegang thermometer sampai dia yakin bahwa alat tersebut tidak berbahaya
untuknya. Dari aspek bahasa, anak belum mampu berbicara secara fasih. Oleh karena itu saat
menjelaskan gunakan kata-kata sederhana, singkat, dan gunakan istilah yang dikenalnya.
Posisi tubuh yang baik saat bicara dengannya adalah jongkok, duduk di kursi kecil, atau
berlutut sehingga pandangan mata kita akan sejajar dengannya.
Satu hal yang akan mendorong anak untuk meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi
adalah dengan memberikan pujian atas apa yang telah dicapainya atau ditunjukkannya
terhadap perawat dan orangtuanya. Perawat sudah harus konsisten dalam berkomunikasi
secara verbal maupun nonverbal. Jadi jangan tertawa atau tersenyum saat melakukan
tindakan yang menimbulkan rasa nyeri pada anak misalnya diambil darah, dipasang infus,
dan lain-lain.
Anak usia ini sangat peka terhadap stimulus yang dirasakannya akan mengancam keutuhan
tubuhnya. Oleh karena itu, apabila perawat akan melakukan suatu tindakan ia akan bertanya
apa yang dilakukan, untuk apa, dan bagaimana cara dilakukan? Anak membutuhkan
penjelasan atas pertanyaannya. Gunakan bahasa yang dapat dimengerti anak dan berikan
contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya.
4 Anak usia (8 – 12 Tahun )
Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang dewasa. Perbendaharaan
kata sudah lebih banyak dikuasai dan anak sudah mampu berpikir secara konkret. Apabila
akan melakukan tindakan, perawat dapat menjelaskan dengan mendemonstrasikan pada
mainan anak. Misalnya bagaimana perawat akan menyuntik diperagakan terlebih dahulu pada
bonekanya.
Fase remaja adalah masa transisi atau peralihan dari akhir masa kanak-kanak menuju masa
dewasa. Dengan demikian, pola piker dan tingkah lakunya merupakan peralihan dari anak-
anak menjadi orang dewasa juga. Anak harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan
masalah secara positif apabila anak merasa cemas atau stress, jelaskan bahwa ia dapat
memecahkan masalah tersebut.
a) Menulis
Menulis adalah pendekatan komunikai yang secara efektif tiadak saja dilakukan pada anak
tetapi juga pada remaja.
Perwat dapat memulai komunikasi dengan anak dengan cara memeriksa atau menyelidiki
tentang tulisan dan mungkin juga meminta untuk membaca beberapa bagian. Dengan menulis
perawat dapat mengetahui apa yang dipikirkan anak dan bagaimana perasaan anak.
b) Menggambar
Teknik ini dilakukan dengan cara meminta anak untuk menggambarkan sesuatu terkait
dengan dirinya, misalnya perasaan, apa yang dipikirkan, keinginan.
Pengembangan dari teknik menggambar ini adalah anak dapat menggambarkan keluarganya
dan dilakukan secara bersama antara keluarga (ibu/ayah) dengan anak.
e) Sentuhan
Adalah kontak fisik yang dilakukan dengan cara memegang sebagian tangan atau bagian
tubuh anak misalnya pundak, usapan di kepala, berjabat tangan atau pelukan, bertujuan untuk
memberikan perhatian dan penguatan terhadap komunikasi yang dilakukan antara anak dan
orang tua. (Kemenkes, 2013)
1. Hambatan Psikologis
Proses komunikasi berlangsung dalam konteks situasional (situational context). Ini berarti
bahwa komunikator harus memperhatikan situasi ketika komunikasi dilangsungkan.
Misalnya:
3. Hambatan Semantic
Jika hambatan sosiologis, antropologis, psikologis terdapat pada pihak komunikan, maka
hambatan semantic terdapat pada dari komunikator. Misalnya adanya perbedaan makna dan
pengertian pada kata – kata yang pengucapannya kurang dimengerti pada anak – anak.
4. Hambatan mekanis
Dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi pada anak.
Contohnya anak – anak menonton televisi seperti menonton kartun, jadi ana – anak bisa
mengenal dunia luar.
5. Hambatan ekologis
Bayi terlahir dengan kemampuan menangis karena dengan cara itu mereka berkomunikasi.
Bayi menyampaikan keinginanya melalui komunikasi non verbal. Bayi akan tampak tenang
dan merasa nyaman dan aman jika ada kontak fisik yang dekat terutama dengan orang yang
dikenalnya (ibu). Tangisan bayi itu adalah cara bayi memberitahukan bahwa ada sesuatu
yang tidak enak dia rasakan, lapar, popok basah, kedinginan,lelah dan lain-lain.
(Kemenkes, 2013 :14-15)
2. Penerapan komunikasi pada kelompok todler (1-3 tahun) dan prasekolah (3-6
tahun)
Pada usia ini, anak sudah mampu berkomunikasi secara verbal maupun non verbal. Ciri khas
kelompok ini adalah egosentris, dimana mereka melihat segala sesuatu hanya berhubungan
dengan dirinya sendiri dan melihat segala sesuatu dengan sudut pandangnya sendiri.
Pada masa anak akan banyak mencari tahu terhadap hal-hal baru dan akan belajar
menyelesaikan masalah yang dihadapinya berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya, berani
mengajukan pendapat dan melakukan klarifikasi yang tidak jelas baginya.
Contoh penerapan komunikasi dalam keperawatan
a) Memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak dengan menggunakan kata-kata
sederhana
yang spesifik
b) Menjelaskan sesuatu yang ingin diketahui anak
c) Pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari objek tertentu
sangat tinggi,
maka jelaskan arti, fungsi dan prosedurnya
d) Jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu
berkomunikasi
secara afektif.
(Kemenkes, 2013 :17)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Komunikasi terapeutik pada anak dapat disimpulkan bahwa komunikasi pada anak
merupakan bagian penting dalam membangun kepercayaan diri kita dengan anak. Secara
umum pengertian komunikasi anak merupakan proses pertukaran informasi yang
disampaikan oleh anak kepada orang lain dengan harapan orang yang diajak dalam
pertukaran informasi tersebut maupun memenuhi kebutuhannya. Dalam tinjauan ilmu
keperawatan anak, anak merupakan seseorang yang membutuhkan suatu perhatian dan kasih
sayang, sebagai kebutuhan khusus anak yang dapat dipenuhi dengan cara komunikasi baik
secara verbal maupun non verbal yang dapat menumbuhkan kepercayaan pada anak sehingga
tujuan komunikasi dapat tercapai.
SARAN
Diharapkan mahasiswa dapat memahami makalah ini bisa memberikan masukan bagi
perawat terutama perawat yang bekerja pada ruang keperawatan anak, sehingga kami
menyarankan agar teman – teman perawat membaca dan memahami isi makalah ini sehingga
menjadi bekal bila berinteraksi dengan anak sesuai perkembangan anak dan mengatasi
hambatan pada saat berkomunikasi kepada anak. Dan kami mohon maaf sebanyak-banyaknya
makalah ini sangat jauh dari kata sempurna untuk itu kami meminta kritik dan sarannya agar
makalah ini menjadi lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA