Anda di halaman 1dari 27

Post Partum Pada Ibu Bersalin

Disusun oleh :

NAMA : IRA CHRISTIN SEDUBUN


KELAS : A. 1 (KAIRATU)
SEMESTER : III (GANJIL)
PRODI : PERAWATAN
MK : MATERNITAS 1

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MALUKU HUSADA
KAIRATU
2020
Tahap-Tahap Proses Persalinan
1. Tahap pembukaan

mayoclinic.org
Pada fase persalinan dini atau tahap pembukaan, dimulai dari waktu persalinan
yang sudah datang sampai serviks melebar hingga 3 cm. Pembukaan pada
kehamilan pertama biasanya berlangsung selama dua belas hingga empat belas
jam. Tetapi lain hal nya dengan kehamilan ke dua dan seterusnya lebih singkat yaitu
enam hingga sepuluh jam saja.
Selama fase ini, Mama dimintai untuk santai dan tidak perlu terburu-buru ke rumah
sakit atau pusat kelahiran lainnya. Coba dengan menikmati lingkungan di sekitar.
Jika persalinan dini terjadi pada siang hari, Mama bisa melakukan beberapa rutinitas
sederhana di rumah sebagai pendorong keluarnya bayi.
Meskipun menyibukkan diri, tetap usahakan hemat energi Mama untuk proses
persalinan nanti. Minumlah banyak air mineral dan konsumsi makanan ringan yang
menyehatkan, serta pantau terus waktu kontraksi yang mungkin terjadi.
Namun jika persalinan dini dimulai pada malam hari, Mama bisa mencoba untuk
tertidur terlebih dahulu. Jika tidak bisa, cobalah melakukan kegiatan ringan seperti
mengemas tas untuk keperluan melahirkan nanti, membuat cemilan untuk Mama
dan Papa, atau kegiatan ringan lainnya.
Untuk Papa atau orang terdekat lainnya di rumah, cobalah menenangkan pikiran
Mama agar tidak merasa stres karena waktu persalinan yang semakin dekat.
Berikan dukungan dan ajak untuk Mama melakukan kegiatan ringan yang
membuatnya nyaman pada fase ini.
2. Tahap bayi akan keluar

Instagram.com/morganebeck
Pada fase aktif ini menunjukkan bayi semakin dekat pada jalan keluar, pembukaan
serviks yang semula hanya melebar 3 cm, berlanjut melebar hingga 7 cm. Ini
saatnya Mama untuk pergi ke rumah sakit atau pusat kelahiran terdekat untuk
mempersiapkan proses persalinan. 
Tahap ini, kontraksi sakit perut atau mulas yang di rasakan ibu makin sering. Rasa
mulas itu bisa di rasakan hingga dua hingga tiga menit sekali. Ini menunjukkan
bahwa waktu bersalin semakin dekat. Ketika sudah fase ini, penting sekali dukungan
dari orang terdekat. Penting juga untuk Mama memulai teknik pernapasan dan
mencoba latihan relaksasi di antara kontraksi yang terjadi.
Di fase ini, kehadiran Papa dan orang terdekat lainnya sangatlah berharga, sebab
fase ini Mama membutuhkan dukungan lebih banyak dari keluarga tercinta. Cobalah
mengajak Mama berganti posisi atau mungkin sedikit berjalan dan mandi air hangat
untuk mempercepat pembukaan.
3. Tahap pengeluaran plasenta

Monetnicole.com
Pada fase ini dimana pengiriman plasenta dan bayi, inilah waktu dimana Mama siap
melahirkan si Kecil. Sebab leher rahim yang tadinya sudah mencapai bukaan 7 cm,
akan semakin melebar hingga 10 cm.
Fase ini menjadi waktu yang paling singkat yaitu hanya 30 menit sampai 2 jam.
Ketika kontraksi semakin terasa dan Mama mulai merasa ada dorongan dari si Kecil
di dalam perut Mama, segeralah memberi tahu dokter atau bidan.
Mama akan merasakan kontraksi hebat dan mulai tidak bisa mengendalikan diri.
Jika sudah seperti ini, dukungan Papa untuk terus membantu Mama melatih
pernapasan dan mendorong untuk bersantai ditengah kontraksi adalah kuncinya.
Tahapan ini Mama akan terus mengedan karean tekanan kuat yang diberikan oleh
bayi. Biasanya dokter atau bidan akan melakukan tindakan pengguntingan akibat
tekanan bayi yang kuat.
Lalu ketika sudah waktunya, kelahiran yang terjadi antara bayi dan plasenta
bersamaan karena plasenta menempel pada perut bayi. Plasenta akan keluar
disertai dengan darah kurang lebih antara 100-200cc. Setelah itu dokter atau bidan
dengan sigap membersihkan darah yang menempel pada tubuh bayi, sebelum si
Kecil diberikan kepada sang Mama.
Itulah ketiga tahapan persalinan yang perlu Mama ketahui. Setelah bayi lahir, ada
satu tahapan terakhir yaitu pengawasan bayi dari dokter atau bidan selama
beberapa jam sebelum diberikan kepada pihak keluarga.
FAKTOR ESENSIAL PERSALINAN
Ada lima factor esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan kelahiran.
Faktor-faktor ini mudah diingat sebagai Enam P; 
passanger (penumpang, yaitu: janin dan plasenta),
passageway (jalan lahir),
powers (kekuatan),
posisi ibu, dan 
psychologic respons (respon psikologis), dan penolong persalinan.

I. PENUMPANG
Cara penumpang (passanger) atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir
merupakan akibat interaksi beberapa factor, yakni: ukuran kepala janin,
presentasi, letak, sikap
dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga diangg
ap sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun, plasenta jarang mengh
ambat proses persalinan pada kelahiran normal.

i. Ukuran Kepala Janin


Karena ukuran dan sifatnya yang relative kaku, kepala janin sangat
mempengaruhi proses persalinan. Tengkorak janin terdiri dari dua
tulang parietal,dua tulang temporal, satu tulang frontal, dan satu tulang
oksipital. Tulang-tulang tersebut disatukan oleh satura membranosa:
sagitalis, lambdoidalis, koronalis, danfrontalis. Rongga yang berisi
membrane ini disebut fontanel, terletak di tempat pertemuan satura-
satura tersebut. Dalam persalinan, setelah selaput ketuban pecah, peri
ksa dalam fontanel dan sutura dengan dipalpasi untuk menentukan pre
sentasi, posisi, dan sikap janin. Pengkajian ukuran janin memberi infor
masi usia dan kesejahteraan bayi baru lahir.Dua fontanel yang paling
penting ialah fontanel anteriror dan posterior.Fontanel yang lebih besar
ialah fontanel anterior, berbentuk seperti intan dan
terletak pada pertemuan sutura dua tulang parietal dan satu tulang oksi
pital dan berbentu ksegitiga. Fontanel ini menutup pada usia enam
sampai 8 minggu.Sutura dan fontanel membuat tengkorak fleksibel,
sehingga dapat menyesuaikan diri terhadap otak bayi, yang beberapa
lama setelah lahir terus tumbuh. Akan tetapi,karena
belum menyatu dengan kuat tulang-tulang ini dapat saling
tumpang tindih.Hal ini disebut molase, struktur kepala yang terbentuk
selama persalinan. Molase dapat berlangsung berlebihan, tetapi pada
kebanyakan bayi, kepala akan mendapatkan bentuk normalnya dalam
tiga hari setelah lahir. Kemampuan tulang untuk saling menggeser
memungkinkannya beradaptasi terhadap berbagai diameter panggul
ibu.Meskipun ukuran bahu janin dapat mempengaruhi proses
kelahirannya, namun posisi bahu relatif mudah berubah selama
persalinan, sehingga posisi bahu yang satu dapat lebih rendah
daripada bahu yang lain. Hal ini membuat diameter bahu yang lebih
kecil dapat melalui jalan lahir. Lingkar paha janin biasanya sempit,
sehingga tidak menjadi masalah
ii. Presentasi
Presantasi adalah bagian janin yang pertama kali memasuki pintu atas
panggul dan terus melalui jalan lahir saat persalian mencapai aterm.
Tiga presentasi janin yang utama ialah kepala (kepala lebih dahulu),
sungsang (bokong lebih dahulu), dan bahu. Bagian presentasi ialah
bagian tubuh janin yang pertama kali teraba oleh jari pemeriksa saat
melakukan periksa dalam. Faktor-faktor yang menentukan bagian
presentasi janin letak janin, sikap janin,dan ekstensi atau fleksi kepala
janin.

iii. Letak janin


Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin
terhadap sumbu panjang (punggung) ibu. Ada dua macam letak :
a. Memanjang atau vertiak, dimana sumbu panjang janin paralel
dengan sumbu panjang ibu.
b. Melintang atau horisontal, dimana sumbu panjang janin
membentuk sudut terhadap sumbu panjang ibu
Presentasi ini tergantung pada struktur janin yang pertama memasuki
panggul ibu.

iv. Sikap janin


Sikap ialah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian
yang lain. Janin mempunyai postur yang khas (sikap) saat berada
didalam rahim. Pada kondisi normal punggung janin sangat fleksi ,
kepala fleksi kearah dada, dan paha fleksi ke arah sendi lutut. Tangan
disilangkan di depan toraks dan tali pusat terletak di antara lengan dan
tungkai.

v. Posisi janin
Posisi ialah hubungan antara bagian presentasi (oksiput, sakrum,
mentum atau dagu, sinsiput atau puncak kepala yang
difleksi/menengadah), terhadap empat kuadran panggul ibu.

II. JALAN LAHIR (PASSAGEWAY)


Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yakni bagian tulang yang padat, dasar
panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak ,
khususnya lapisan – lapisan otot dasar panggul, ikut menunjang keluarnya
bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin
harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku.
Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum
persalinan dimulai. Jalan lahir dibagi atas :
a. Bagian keras tulang – tulang panggul ( rangka panggul ).
Tulang panggul dibentuk oleh gabungan ilium, iskium, pubis, dan tulang –
tulang sakrum. Terhadap empat sendi panggul, yaitu simfisis pubis, sendi
sakroiliaka kiri dan kanan, dan sendi sakrokoksigeus.
Empat jenis panggul dasar dikelompokkan sebagai berikut :
 Ginekoid (tipe wanita klasik)
 Android (mirip pinggul pria)
 Antropoid (mirip panggul kera antropoid)
 Platipeloid (panggul pipih)
Pemeriksaan tulang panggul dapat dilakukan pada evaluasi prenatal
pertama dan tidak perlu diulang lagi jika panggul mempunyai ukuran
yang memadai dan bentuk yang sesuai. Pada trimester ketiga kehamilan,
pemeriksaan tukang panggul dapat dilakukan secara terliti, sehingga
diperoleh jasil yang lebih akurat karena sendi dan panggul berelaksasi.
Pengukuran tulang panggul secara tepat dapat dilakukan dengan
menggunakan CT Scan, ultrasonigrafi, film sinar – X jarang dilakukan
karena sinar – X dapat merusak perkembangan janin.
b. Bagian lunak : otot –otot, jaringan – jaringan, ligamen – ligament.
Jaringan lunak pada jalan lahir terdiri dari segmen bawah uterus yang
dapat meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina, dan introitus
(lubang luar vagina). Saat persalinan dimulai, kontraksi uterus
menyebabkan kontraksi pada uteri berubah menjadi dua bagian yakni
bagian atas berotot dan tebal dan bagian bawah yang berotot pasif dan
berdinding tipis. Kontraksi korpus uteri menyebabkan janin tertekan ke
bawah, terdorong ke arah serviks. Serviks kemudian menipis dan
berdilatasi (terbuka) secukupnya sehingga memungkinkan bagian
pertama janin turun memasuki vagina. Sebenarnya saat turun, serviks
ditarik ke atas dan lebih tinggi dari bagian terendah janin

III. KEKUATAN (POWER)


Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot –
otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament.
1. His (kontraksi uterus)
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang di
mulai dari daerah fundus uteri dimana tuba falopi memasuki dinding
uterus, awal gelombang tersebut didapat dari “pacemaker” yang terdapat
dari dinding uterus daerah tersebut. Pada waktu kontraksi, otot – otot
polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna memiliki sifat :
a. Kontraksi simetris
b. Fundus dominan
c. Relaksasi
Pada waktu berkontraksi, otot – otot rahim menguncup sehingga menjadi
menebal dan lebih pendek. Kafum uteri menjadi lebih kecil serta
mendorong janin dan kantong amnion ke arah segmen bawah rahim dan
cervik. His memiliki sifat:
a. Involutir
b. Intermiten
c. Terasa sakit
d. Terkoordinasi
e. Serta kadang dipengaruhi oleh fisik, kimia, psikis.
2. Kekuatan sekunder (mengejan)
Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi
berubah, yakni bersifat mendorong keluar, wanita merasa ingin mengedan
atau usaha untuk mendorong kebawah (kekuatan skunder).
Dalam proses persalinan normal ada 3 komponen yang amat menentukan,
yakni passenger (janin), passage (jalan lahir) dan power (kontraksi). Agar
proses persalinan berjalan lancar, ketiga komponen tersebut harus sama-
sama dalam kondisi baik. Bayi yang ukurannya tidak terlalu besar pasti
lebih mudah melalui jalan lahir normal, jalan lahir yang baik akan
memudahkan bayi keluar, kekuatan ibu mengejan akan mendorong bayi
cepat keluar. Yang pegang kendali atau yang paling menentukan dalam
tahapan ini adalah proses mengejan ibu yang dilakukan dengan benar,
baik dari segi kekuatan maupun keteraturan. Ibu harus mengejan sekuat
mungkin seirama dengan instruksi yang diberikan. Biasanya ibu diminta
menarik nafas panjang dalam beberapa kali saat kontraksi terjadi lalu
buang secara perlahan. Ketika kontraksi mencapai puncaknya, doronglah
janin dengan mengejan sekuat mungkin. Bila ibu mengikuti instruksi
dengan baik, pecahnya pembuluh darah disekitar mata dan wajah bisa
dihindari. Begitu juga resiko berkurangnya suplai oksigen kejanin.
Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks lengkap, tetapi
setelah dialatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk
mendorong bayi keluardari uterus dan vagina. Apabila dalam persalinan
wanita melakukan usaha volunter (mengedan) terlalu dini, dilatasi serviks
akan terhambat. Mengedan akan melelahkan ibu dan menimbulkan
trauma serviks.

IV. POSISI IBU


Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologis persalinan. Posisi
tegak memberi sejumlah keuntungan mengubah posisi membuat rasa letih
hilang, memberi rasa nyaman dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak
meliputi posisi berdiri , berjalan, duduk , dan jongkok.
Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin.
Kontraksi uterus biasanya lebih kuat dan lebih efisien untuk membantu
penipisan dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lebih cepat. Selain
itu, posisi tegak dianggap mengurangi insiden penekanan tali pusat.
Posisi tegak juga menguntungkan curah jantung ibu yang dalam kondisi
normal meningkat selama persalinan seiring kontraksi kontraksi uterus
mengembalikan ke anyaman pembuluh darah. Posisi tegak juga membantu
mengurangi tekanan pada pembuluh darah ibu dan mencegah kompresi
pembuluh darah
Saat janin menuruni jalan lahir, tekanan bagian presentasi pada reseptor
regang dasar panggul meragsang refleks mengedan ibu. Rangsangan
reseptor regang ini akan merangsang pelepasan oksitosin dari hipofisis
posterior (refleks Ferguson). Pelepasan oksitosin menambah intensitas
kontraksi uterus. Apabila ibu mengedan pada posisi duduk atau berjongkok ,
maka otot-otot abdomen bekerja lebih sinkron (saling menguatkan) dengan
kontraksi rahim.
TEORI PERSALINAN
A. Pengertian
a. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan
janin turun ke dalam jalanlahir (Saifudin, abdul bari.2002) 
b. Persalinan a d a l a h p r o s e s p e n g l u a r a n h a s i l k o n s e p s i y a n g
d a p a t h i d u p d a r i d a l a m u t e r u s melelui vagina ke dunia luar
(Wiknjosastro, 200)!.
c. Persalinan normal adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala
dengan ibu sendiri,tanpa bantuan alat " alat serta tidak melukai ibu
dan bayi yang umumnya berlangsung kurangdari 2# jam (mo!htar,
rustam.$%%&)

B. Etiologi Persalinan
Sebab terjadinya persalinan sampai kini masih merupakan teori-teori
yang kompleks.
Faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus,
sirkulasi uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi di sebut sebagai factor- faktor
yang mengakibatkan persalinan mulai.
Menurut Wiknjosastro (2007) mulai dan berlangsungnya persalinan, antara
lainnya.
a. Teori penurunan hormone
Penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron yang
terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai.
Progesterone bekerja sebagai penenang bagi otot-otot
uterus dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila kadar  progesterone turun. 
b. Teori plasenta menjad tua
Villi korialis mengalami perubahan-perubahan, 
s e h i n g g a   k a d a r   e s t r o g e n   d a n  progesterone menurun yang men
yebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan
kontraksi rahim.!.
c. Teori berkurangnya nutrisi pada janin
Jika nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera di
keluarkan.
d. Teori distensi Rahim
Keadaan uterus yang terus menerus membesar dan menjadi
tegang mengakibatkan i s k e m i a   o t o t - o t o t   u t e r u s .
Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat mengg
a n g u sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta menjadi degenerasi
e. Teori iritasi mekanik 
Tekanan pada ganglio servikale d a r i  pleksus frankenhauser
yang terletak di belakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, kontraksi
uterus akan timbul.
f. Induksi partus (induction of labour)
Partus dapat di timbulkan dengan jalan:
1) Gagang laminaria : beberapa laminaria di masukkan dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser.
2) Amniotomi : peme!ahan ketuban.
3) Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan infuse.

C. Patofisiologi Persalinan
a. Tanda-tanda permulaan persalinan
Menurut Manuaba (1998), tanda-tanda permulaan peralinan:
1) Lightening  atau settling ata dropping 
Yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada
primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.
2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uterus turun.
3 ) P e r a s a a n s e r i n g - s e r i n g a t a u s u s a h k e n c i n g ( polakisuria)
karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4) Perasaan sakit di perut dan di pegang oleh adanya
k o n t r a k s i . K o n t r a k s i l e m a h d i u t e r u s , kadang-kadag di sebut
“traise labor pains”
5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya
bertambah juga bercampur darah (bloody show)
6) Tanda-tanda inpartu.
Menurut Mochtar (1998), tanda-tanda inpartu:
1. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan
teratur.
2. Keluar lender bercampur darah (show) yang lebih banyak
karena robekan-robekan kecil pada serviks
3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4. Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah
ada.

D. Pembagian TahapPersalinan
a. Persalinan kala I
Menurut azwar (2004), persalinan kala I adalah pembukaan yang
berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.
Dengan ditandai dengan:
1) Penipisan dan pembukaan serviks.
2) Ko n t r a k s i   u t e r u s   y a n g   m e n g a k i b a t k a n   p e r u b a h a n   p a d a   s
e r v i k s   ( f r e k u e n s i   m i n i m a m 2 kali dalam 10 menit).
3) Keluarnya lendir bercampur darah.

Menurut Wiknjosasto, kala pembukaan di bagi atas 2 fase yaitu:


1) Fase laten
Pembukaan serviks berlangsung lambat, di mulai dari pembukaan 0
sampai pembukaan 3 cm, berlangsung kira-kira 8 jam.
2) Fase aktif
Dari pembukaan 3 cm sampai pembukaan 10 cm, belangsung kira-kira
7 cm. dibagi atas:
a) Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm menjadi 4.
b) Fa s e d i l a t a s i m a k s i m a l : d a l a m w a k t u 2 j a m
p e m b u k a a n b e r l a n g s u n g s a n g a t t e p a t , d a r i  pembukaan
4 cm menjadi 9 cm.
c) Fasse deselarasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan jadi 10 cm.
Ko n t r a k s i   m e n j a d i l e b i h   k u a t d a n s e r i n g   p a d a f a s e a k t i f .
k e a d a a n t e r s e b u t d a p a t dijumpai pada primigravida maupun
multigravida, tetapi pada multigravida fase laten, fase aktif das
fase deselerasi terjadi lebih pendek.
1) Primigravida
Osteum uteri internum akan membuka terlebih dahulu
sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Keadaan osteum
uteri eksternal membuka, berlangsung kira-kira 13-14 jam.
3) Multigravida
Osteu uteri internum sudah membuka sedikit sehingga osteum
uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran
serviks terjadi dalam waktu yang bersama.

b. Persalinan kala II (pengluaran)
Menurut Winkjosastro (2002), di mulai dari
p e m b u k a a n   l e n g k a p   ( 1 0   c m ) sampai bayi lahir. Pada primigravida
berlangsung 2 jam dan pada multigravida berlangsung 1 jam.
Pada kala pengluaran, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-
kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun  masuk ruang
panggul sehingga terjadi tekanan pada o t o t - o t o t
dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa
m e n g e d a n .   K a r e n a tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau
buang air bersih, dengan tanda anus terbuka.
Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan
perineum meregang. dengan his mengedan maksimal kepala
janin di lahirkan dengan suboksiput di bawah simpisis dan dahi,
muka, dagu melewati perineum. Setelah his istirahat sebentar, maka his
akan mulai lagi untuk mengeluarkan anggota badan bayi.

c. Persalinan kala III (pelepasan uri)


Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengluaran uri
(mochtar, 1998). Di mulai segera setelah bayi baru lahir sampai
lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit
(saifudin, 2001)
1) Tanda dan gejala kala III
Menurut depkes RI (2004) tanda dan gejala kala III adalah:
perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri, tali pusat memanjang,
semburan darah tiba-tiba.
2) Fase-fase dalam pengluaran uri (kala III)
Menurut Mochtar (1998) fase-fase dalam pengeluaran uri meliputi:
a) Fase pelepasan uri
cara lepasnya luri ada beberapa macam, yaitu :
(1) Schultze : lepasnya seperti kita menutup paying, cara ini
paling sering terjadi (80%). Yang lepas duluan adalah
bagian tengah, kemudian seluruhnya.
(2) duncan : lepasnya uri mulai dari pinggir,
uri lahir akan mengalir keluar antara selaput
ketuban pinggir plasenta.
b) Fase pengeluaran uri
Persat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri, antara lain:
(1) Ku s t n e r ,   d e n g a n   m e l e t a k k a n   t a n g a n   d i s e r t a i
t e k a n a n   p a d a   a t a s   s i m f i s i s ,   t a l i   p u s a t   d i tegang
kan maka bila tali pusat masuk (belum lepas), jika diam atau
maju ( sudah lepas).
(2) Klein, saat ada his, rahim kita dorong sedikit, bila tali
pusat kembali (belum lepas), diam atau turun (sudah
lepas).
(3) Strassman, tegangkan tali pusat dan ketok fundus bila
tali pusat bergetar (belum lepas),
tidak  bergetar (sudah lepas), rahim menonjol di atas simfisis, t
ali pusat bertambah panjang, rahim bundar dan keras, keluar
darah secara tiba-tiba.
d. Persalinan kala IV (obsevasi )
menurut saifudin (2002), kala IV dimulai dari saat lahirnya
plasenta sampai 2 jam pertama post partum.
Observasi yang di lakukan pada kala IV adalah:
1) Tingkatk kesadaran
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah, nadi dan pernafasan
3) Kontraksi uterus
4) Perdarahan : dikatakan normal jika tidak melebihi 500 cc.

E. Mekanisme Persalinan Normal
Menurut Manuaba (1999) gerakan-gerakan janin
dalam persalinan adalah sebagai berikut :
a. Engagement (masuknya kepala) : kepala janin berfiksir pada pintu atas
panggul. 
b. Descent (penurunan)
Penurunan di laksanakan oleh satu / lebih.
1) Tekanan cairan amnion
2) Tekanan langsung fundus pada bokong kontraksi otot abdomen.
3) Ekstensi dan penelusuran badan janin.
4) Kekuatan mengejan.!.
c. Fleksion (fleksi)
Fleksi di sebabkan karena anak di dorong maju dan ada tekanan
pada PAP, serviks,
dinding panggul atau dasar panggul. Pada fleksi ukuran kepala yang mel
alui jalan lahir kecil, karena diameter fronto occopito di gantikan diameter
sub occipito.
d. Internal rotation (rotasi dalam)
Pada waktu terjadi pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa
sehingga bagian terendah dari janin memutar ke depan ke bawah
simfisis (UUK berputar ke depan sehingga dari dasar  panggul UUK di
bawah simfisis)
e. Extensition (ekstensi)
Ubun-ubun kecil (UUK) di bawah simfisis maka sub occiput
sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi (ekstensi).
f. External rotation (rotasi luar)
Gerakan sesudah defleksi untuk menyesuaikan kedudukan kapala dengan
punggung anak.
g. Expulsion (ekspusi) : terjadi kelahiran bayi seluruhnya.
F. Factor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut mochtar (1998) factor-fakor yang berperan dalam persalinan antara
lain :
a. Jalan lahir (passage)
1) Jalan lahir di bagi atas :
a) Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul). 
b) bagian lunak panggul.
2) Anatomi jalan lahir 
a) Jalan lahir keras : pelvis / panggul
terdiri dari 4 buah tulang, yaitu :
(1) Os.coxae, terdiri dari : os. illium, os. ischium, os.pubis
(2) Os.sacrum : promontorium
(3) Os.coccygis.
Tulang panggul di pisahkan oleh pintu atas panggul menjadi 2
bagian :
(1) Pelvis major : bagian di atas pintu atas panggul dan tidak
berkaitan dengan persalinan.
(2) Pelvis minor : menyerupai suatu saluran yang menyerupai
sumbu melengkung ke depan.
b) Ja l a n   l a h i r   l u n a k   :   s e g m e n   b a w a h   r a h i m ,   s e r v i k s ,
v a g i n a ,   i n t r o i t u s   v a g i n a ,   d a n   v a g i n a , muskulus dan
ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan bawah panggul.
3) Bidang-bidang hodge
a d a l a h  bidang   s e m u   s e b a g a i   p e d o m a n   u n t u k   m e
n e n t u k a n   k e m a j u a n  persalinan,   y a i t u seberapa jauh
penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam.
Bidang hodge :
 Hodge I : promontorium pinggir atas simfisis
 H odge II : hodge I sejajar pinggir bawah simfisis
 Ho d g e I I I : h o d g e   I s e j a j a r   i s c h i a d i k a
 Hodge IV : hodge I sejajar ujung
coccygeus

Ukuran-ukuran panggul:
 Distansia spinarium (24-26 cm)
 Distansia cristarium (27-30 cm)
 Conjugate externa (18-20 cm)
 Lingkar panggul (80-90 cm)
 Conjugate diagonalis (12,5 cm)

b. Passenger (janin dan plasenta)


1) Janin
Persalinan normal terjadi bila kondisi janin adalah letak bujur,
presentasi belakang kepala,sikap fleksi dan tafsiran berat janin
<4000 gram.
2) Plasenta
Plasenta berada di segmen atas rahim (tidak meng
h a l a n g i   j a l a n   r a h i m ) .   D e n g a n   t u a n y a  plasenta pada
kehamilan yang bertambah tua maka menyebabkan turunnya
kadar estrogen
dan progesterone sehinga menyebabkan kekejangan pembuluh darah, 
hal ini akan menimbulkan kontraksi.!.

c. Power (kekuatan)
yaitu faktor kekuatan ibu yang mendorong janin keluar
dalam  persalinan terdiri dari :
1) His (kontraksi otot rahim)
His yang normal mempunyai sifat :
 Kontraksi dimulai dari salah satu tanduk Rahim
 Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim.
 Kekuatannya seperti memeras isi rahim dan otot rahim
yang berkontraksi tidak kembali ke panjang semula
sehinnga terjadi refleksi dan pembentukan segmen bawah
rahim.
2) Kontraksi otot dinding perut.
3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4) Ketegangan dan kontraksi ligamentum

G. Perubahan-Perubahan Fisiologis Dalam Persalinan


Menurut pusdiknakes 2003, perubahan fisiologis dalam  persalinan meliputi :
a. Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan
sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan kenaikan diastolic rata-rata 5-10
mmHg. Diantara kontraksi uterus, tekanan darah kembali normal
pada level sebelum persalinan. Rasa sakit, takut dan cemas juga
akan meningkatkan tekanan darah. 
b. Metabolism
S e l a m a persalinan metabolism karbohidrat aerobic maupun
metabolism anaerobic akan naik secara  berangsur disebabkan
karena kecemasan serta aktifitas otot skeletal. Peningkatan i n i
ditandai dengan kenaikan suhu badan, denyut nadi,
p e r n a f a s a n , k a r d i a k o u t p u t , d a n kehilangan cairan.
c. Suhu badan
S u h u   b a d a n   a k a n   s e d i k i t   m e n i n g k a t   s e l a m  persalinan,   t
e r u t a m a   s e l a m a  persalinan dan segera setelah kelahiran.
kenaikan suhu di anggap normal jika tidak melebihi 0.5-1 oC
d. Denyut jantung
Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak
jantung secara dramatis naik selama k o n t r a k s i . A n t a r a
kontraksi, detak jantung sedikit meningkat di bandingkan
s e b e l u m  persalinan.
e. Pernafasan 
Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka terjadi peningkatan
laju pernafasan yang dia n g g a p n o r m a l . D i p e r v e n t i l a s i y a n g
lama di anggap tidak normal dan bisa menyebabkan
alkalosis.
f. Perubahan pada ginjal
P o l i u r i s e r i n g t e r j a d i   s e l a m a  persalinan, m u n g k i n d i
s e b a b k a n o l e h p e n i n g k a t a n f i l t r a s i glomerulus dan
peningkatan aliran plasma ginjal. Proteinuria yang sedikit di
anggap biasa dalam persalinan.
g. Perubahan gastrointestinal
Motilitas lambung dan absorpsi makan padat secara substansial
berkurang banyak sekali s e l a m a  persalinan. Selain itu,
pengeluaran getah lambung berkurang, menyebabkan
aktivitas pencernaan hamper berhenti, dan pengosongan
lambung menjadi sangat lamban. Cairan
tidak  berpengaruh dan meninggalkan perut dalam tempo yang biasa. Mua
l atau muntah biasa terjadi sampai mencapai akhir kala I
h. Perubahan hematologic
Hematologi meningkat sampai 1,2 gram / 100 ml selama persalinan dan
akan kembali pada tingkat seperti sebelum  persalinan sehari setelah
pasca persalinan kecuali ada perdarahan post partum.

H. Perubahan Psikologi Pada Ibu Bersalinan Menurut Varney (2006):


a. Pengalaman sebelumnya
fokus wanita adalah pada dirinya sendiri dan fokus pada
d i r i n y a   s e n d i r i i n i   t i m b u l ambivalensi mengenai kehamilan seiring
usahanya menghadapi pengalaman yang buruk
yang pernah ia alami sebelumnya, efek
kehamilan  t e r h a d a p   k e h i d u p a n n y a   k e l a k ,   t a n g g u n g  jawab,
yang baru atau tambahan yang akan di tanggungnya, kecemasan yang be
rhubungan dengan kemampuannya untuk nenjadi seorang ibu. 
b. Kesiapan emosi
Tingkat emosi pada ibu bersalin cenderung kurang bisa
terkendali yang di akibatkan o l e h p e r u b a h a n - p e r u b a h a n y a n g
terjadi pada dirinya sendiri serta pengaruh dari orang-
orang terdekatnya, ibu bersalin biasanya lebih sensitive
terhadap semua hal. untuk dapat lebih tenang dan
terkendali biasanya lebih sering bersosialisasi dengan
s e s a m a i b u - i b u hamil lainnya untuk saling tukar pengalaman dan
pendapat.
c. Persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental, materi dsb)
Biasanya ibu bersalin cenderung mengalami kekhawatiran 
m e n g h a d a p i  persalinan, antara lain dari segi materi apakah sudah
siap untuk menghadapi kebutuhan dan penambahan t a n g g u n g
jawab yang baru dengan adanya calon bayi yang akan
lahir. Dari segi fisik dan mental yang berhubungan dengan
risiko keselamatan ibu itu sendiri maupun bayi yang
d i kandungnya.
d. Support system
Peran serta orang-orang terdekat dan di cintai sangat
b e s a r p e n g a r u h n y a t e r h a d a p  psikologi ibu bersalin biasanya
sangat akan membutuhkan dorongan dan kasih saying yang lebih dari
seseorang yang di cinta untuk membantu kelancaran dan jika ibu itu
sendiri.

I. Penatalaksanaan Ibu Bersalin Normal


Penatalaksanaan ibu bersalin normal kala I sampai dengan kala IV
a. Asuhan kala I
Menurut depkes RI (2004), asuhan kala I yaitu :
1) Melakukan pengawasan menggunakan partograf mulai pembukaan 4-
10 cm
2) Me n c a t a t h a s i l   o b s e r v a s i   d a n
k e m a j u a n  persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui pemeriksaan dalam.
3) Menilai dan mencatat kondisi ibu dan bayi yaitu :
 DJJ setiap 30 menit.
 Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus tiap 30 menit
 Nadi setiap 30 menit
 Pembukaan serviks tiap 4 jam
 Penurunan kepala tiap 4 jam
 Tekanan darah tiap 4 jam
 Temperature tubuh tiap 2 jam
 Produksi urin, aseton, dan protein setiap 2 jam.
4) Pengawasan 10, menurut saifudin (2002) meliputi :
 Keadaan umum
 Tekanan darah
 Nadi
 Respirasi
 Temperature
 His / kontraksi
 DJJ
 Pengluaran pevaginam
 Bandle ring
 Tanda-tanda kala II:
Menurut Azwar (2007), tanda tanda kala II:
(1) Ibu mempunyai untuk meneran
(2) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada
rectum dan vaginanya
(3) Perineum menonjol
(4) Vulva, vagina spingter anal membuka

Menurut saifudin ( 2002 ), asuhan kala I adalah :


(1) Bantulah ibu dalam persalinan jika ibu tampak gelisah, ketakutan
dan kesakitan :
 Berikan dukungan dan yakinkan dirinya.
 Berikan informasi mengenai proses dan
kemajuan persalinannya.
 Dengarkanlah keluhannya
 Dan cobalah untuk lebih sensitive
(2) Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan atau asuhan yang dapat
diberikan :
 Lakukan berubahan posisi
 Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin
di tempat tidur sebaiknya di anjurkan tidur miring ke kiri
 Sarankan ibu untuk berjalan
 Aj a k l a h   o r a n g   u n t u k   m e n e m a n i n n y a   ( s u a m i / i b
u n y a )   u n t u k   m e m i j a t   d a n   m e n g g o s o k    punggungn
ya atau membasuh mukanya di antara kontraksi.
 Ibu di perbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan
kesanggupannya.
 Aj a r k a n k e p a d a n y a t e k n i k b e r n a f a s : i b u d i m i n t a
untuk menarik nafas panjang, menahan nafasnya
sebentar kemudian di lepaskan dengan cara
m e n i u p u d a r a k e l u a r s e w a k t u t e r a s a kontraksi.
(3) Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan,
antara lain menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan
orang lain tanpa sepengetahuan dan seijin pasien/ibu.
(4) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi
serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil2 pemeriksaan.
(5) Memperbolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar
kemaluannya setelah BAK/BAB
(6) Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atasi
dengan cara :
 1unakan kipas angin atau AC dalam kamar.
 Menggunakan kipas biasa.
 Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya
(7) Untuk memenuhi kebutuhan energy dan mencegah dehidrasi, berikan
cukup minum
(8) Sarankan ibu untuk berkemih sesegera mungkin

b. Partograf
Partograf adalah alat
u n t u k   m e m a n t a u   k e m a j u a n  persalinan dan
membantu petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam pen
atalaksanaan. (saifudin, abdul bari. 2002).
Partograf adalah alat bantu yang di gunakan selama fase
aktif persalinan (depkes RI,2004).
Menurut depkes RI (2004), tujuan utama dari penggunaan partograf
adalah untuk:
1. M e n c a t a t   h a s i l   o b s e r v a s i   d a n   k e m a j u a n  persalina
n d e n g a n   m e n i l a i   s e r v i k s   m e l a l u i  pemeriksaan dalam.
2. Mendeteksi
apakah proses persalinan  berjalan dengan normal. dengan demikian
, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan
terjadinya partus lama.
Menurut depkes RI (2004) partograf harus digunakan :
1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sebagai elmen
penting asuhan persalinan. partograf harus di gunakan, baik
ataupun adanya penyulit.
2. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau,
mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal
maupun yang disertai dengan penyulit.
3. S e l a m a  persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah,
puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, DLL).
4. Secara rutin oleh semua penolong  persalinan yang memberikan
asuhan kepada ibu selama pesalinan dan kelahiran (dr.
spesialis obstetric ginekologi, bidan, dokter umum, residen dan
mahasiswa
kedokteran).  P e n g g u n a a n   p a r t o g r a f   s e c a r a   r u t i n   a k a n
m e m a s t i k a n   p a r a i b u   d a n   b a y i n y a mendapatkan asuhan yang
aman dan tepat waktu. Selain itu juga mecegah terjadinya penyulit
yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
Mencatat temuan pada partograf :
1. Informasi tentang ibu lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti
pada saat mulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis
sebagai : “jam” pada partograf) dan perhatikan kemungkinan
ibu dating dalam fase laten persalinan catat waktu terjadinya pecah
ketuban.
2. Kesehatan dan kenyamanan janin
Kolom,
lajur dan skala pada partograf adalah untuk p
e n c a t a t a n   D J J ,   a i r   k e t u b a n   d a n  penyusupan
( kepala janin ).
a. DJJ
Dengan menggunakan metode seperti yang di urauikan
pada bagian pemeriksaan fisik, nilai dan catat DJJ setiap 30
menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Kisaran
normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal
180. Tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah
120
b. Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali di lakukan pemeriksaan dalam, dan nilai 
warna air ketuban pecah. catat temuan-temuan dalam kotak yang
sesuai di bawah lajur DJJ.
c. Molase (penyusupan kepala janin)
Penyusupan adalah indicator penting tentang seberapa
jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian
keras panggul ibu. tulang kepala yang saling menyusup
atau tumpang
tindih, menunjukkan kemungkinan adanya
C h e p a l o   P e l v i c   D i s p o r p o r t i o n (@CPD).
Ketidakmampuan akomodasi akan benar-
b e n a r   t e r j a d i   j i k a t u l a n g   k e p a l a   y a n g   s a l i n g menyusup
tidak dapat di pisahkan. Apabila ada dugaan disproporsi
tulang panggul, penting
sekali untuk tetap memantau kondisi janin dan k
e m a j u a n  persalinan.
lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu
tangan tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas
kesehatan yang memadai.
3. Kemajuan persalinan
Menurut Depkes (2004), kolom dan lajr kedua pad
a   p a r t o g r a f   a d a l a h   u n t u k    pencatatan kemajuan persalinan.
a) Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang di jelaskan di bagian
pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan
serviks setiap 4 jam (lebih sering di lakukan jika ada tanda-
tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase
aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari
setiap pemeriksaan. Tanda “X” harus di tulis digaris waktu
yang sesuai
dengan jalur besarnya pembukaan serviks. 
B e r i   t a n d a   u n t u k   t e m u a n - t e m u a n   d a r i  pemeriks
aan dalam yang di lakukakn pertama kali selama fase aktif persalin
an  d i g a r i s waspada. Hubungkan tanda “X” dari setiap
pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus). 
b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.
Dengan menggunakan metode yang di jelaskan di bagian
fisik bab ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam
(setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada tanda-
tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau
presentasi janin.
P a d a  persalinan  n o r m a l ,   k e m a j u a n   p e m b u k a a n   s e r v i k
s   u m u m n y a   d i   i k u t i dengan turunnya bagian
terbawah/presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan
serviks sebesar 7 cm.
c) Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada di mulai pada pembukaan serviks 4 jam cm
dan berakhir pada titik dimana pembukaan 1 cm per jam.
Pencatatan selama fase aktif persalinan harus di mulai di garis
waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah
kanan garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke
sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1
cm per jam), maka harus di pertimbangkan adanya penyulit (misaln
ya fase aktif yang memanjang, macet, dll). Pertimbangkan
pula adanya tindakan intervensi yang di perlukan
misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan
(rumah sakit atau puskesmas) yang mampu menangani
penyulit dan kegawat daruratan obsetetri. Garis bertindak
tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh &
kotak atau 4 lajur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks
berada di sebelah kanan bertindak, maka tindakan untuk
menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus tiba di
tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampui.
4. Jam dan waktua
a) Waktu mulainya fase aktif persalinan
di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan)
tertera kotak-kotak yang di beri angka 1-16. Setiap kotak
menyatakan waktu satu jam sejak dimulainnya fase
aktif persalinan. 
b) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
di bawah lajur kotak untuk waktu misalnya fase aktif,
tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat
pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyebabkan
satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu 30 menit pa
da lajur kotak di atasnya atau l a j u r   k o n t r a k s i   d i
b a w a h n y a .   S a a t   i b u m a s u k d a l a m f a s e a k t i f  persalinan,
c a t a t k a n w a k t u aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang
sesuai.
5. Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan
“kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak
menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat
jumlah kontraksi dalam 10 menit dengan mengisi angka pada
kotak yang sesuai.
6. Obat-obatan dan cairan yang di berikan
Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak
untuk mencatat oksitosin, obat-kobat lainnya dan cairan IV
a. Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah di mulai,
dokumentasikan setiap 30
menit jumlah unit oksitosin yang di berikan per volume cairan IV da
n dalam satuan tetesan per menit.
b. Obat-obatan lain dan cairan IV
Ca t a t s e m u a p e m b e r i a n o b a t - o b a t a n t a m b a h a n d a n
a t a u c a i r a n I V d a l a m kotak yang sesuai dengan kolom
waktunya.
7. Kesehatan dan kenyamanan ibu
bagian terakhir
pada lembar depan partograf berkaitan dengan kesehat
a n   d a n kenyamanan.
a. Nadi, tekanan darah, dan temperature tubuh.
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi
dan tekanan darah ibu.
(1) Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase
aktif persalinan.
(2) Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase
aktif persalinan.
(3) Nilai dan catat temperature tubuh ibu (lebih sering jika meningka
t, atau di anggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat
temperature tubuh dalam kotak yang sesuai.
b. Volume urine, protein atau aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu sedikitnya setiap 2 jam
(setiap kali ibu berkemih).
8. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan
klinik disisi luar kolom partograf,atau buat catatan terpisah
tentang kemajuan persalinan. cantumkan juga tanggal dan
waktu saat membuat catatan persalinan. Asuhan, pengamatan dan
keputusan klinik mencakup :
a. Jumlah cairan peroral yang di berikan. 
b. Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur.
c. Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (dokter
obsgyn, bidan, dokter umum).
d. Persiapan sebelum melakukan rujukan.
e. Upaya rujukan.Pencatatan pada lembar belakang partograph
Halaman belakang partograf merupakan bagian
untuk mencatat hal-hal yang terjadi
s e l a m a   p r o s e s  persalinan d a n k e l a h i r a n , s e r t a t i n d a k a n -
tindakan yang di lakukan
s e j a k    pesalinan kala I hingga IV (termasuk bayi baru lahir). Itulah se
babnya bagian ini di sebut sebagai catatan persalinan. Nilai dan
catatkan asuhan yang di berikan pada ibu dalam masa
nifas  t e r u t a m a   s e l a m a   persalinan  k a l a
I V   u n t u k   m e m u n g k i n k a n   p e n o l o n g  persalinan
mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik
yang sesuai. dokumentasi ini
sangat penting untuk membuat keputusan klinik, te
r u t a m a m   p a d a   p e m a n t a u a n   k a l a   I V (mencegah terjadinya
perdarahan pasca persalinan). Selain itu, catatan persalinan (yang
sudahdi isi dengan lengkap dan tepat) dapat pula di gunakan
untuk menilai atau memantau sejauh mana telah di lakukan
pelaksanaan asuhan  persalinan yang bersih dan aman.
c. Asuhan kala II
Menurut depkes RI (2008) asuhan persalinan normal (58 langkah) adalah
sebagai berikut:
1. Mengamati tanda dan gejala kala II
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada re!tum dan
atau vaginanya.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva, vagina dan spingter anal membuka.
2. Menyiapkan pertolongan persalianan
a) Me m a s t i k a n k e l e n g k a p a n p e r a l a t a n , b a h a n d a n o b a t -
o b a t a n e s e n s i a l u n t u k m e n o l o n g  persalinan dan
menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. untuk
asfiksia  tempat dan datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk
bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari
tubuh bayi
 Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta
ganjal bahu bayi.
 Menyiapkan antitoksin 10 unit dan alat suntik steril sekali
pakai di dalam partus set. 
b) Memakai celemek plastic
c) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang di
pakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan tangan dengan tisu atau handuk
pribadi yang bersih dan kering.
d) memakai sarung tangan DTT pada tahun yang akan di gunakan
untuk periksa dalam.
e) Me m a s u k k a n   o k s i t o s i n   k e   d a l a m   t a b u n g   s u n t i k   ( g u n a
k a n   t a n g a n   y a n g   m e m a k a i   s a r u n g tangan DTT dan steril,
pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alt suntik).
3. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik 
a) Me m b e s i h k a n v u l v a   d a n p e r i n e u m , d e n g a n h a t i   "   h a t i
d a r i   d e p a n   k e   b e l a k a n g   d e n g a n menggunakan kapas atau
kassa yang di basahi air DTT
 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi
tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan
kebelakang.
 ujung kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia
 ganti sarung tangan jika terkontaminasi
(dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan
klorin, 0,5 % L/ langkah #9). 
b) melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
jika selaput ketuban dalam pe!ah dan pembukaan sudah lengkap
maka lakukan amniotomi.
c) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara menyelupkan
tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam
keadaan terbalik dalam larutan 0,5 % selama 10 menit.
cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
d) memeriksa DJJ setelah kontraksi atau saat relaksasi uterus
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160
x/menit ).
 mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
 Mendokumentasikan hasil hasil pemeriksaan dalam, DJJ
dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf.
4. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan
meneran.
a) Me m b e r i t a h u k a n b a h w a p e m b u k a a n s u d a h l e n g k a p
d a n k e a d a a n j a n i n b a i k d a n b a n t u i b u dalam
menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
 tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin
(ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan semua temuan yang ada.
 menjelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana
peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat
pada ibu untuk meneran secara benar
b) meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran
(bila ada rasa ingin meneran dan t e r j a d i k o n t r a k s i y a n g
kuat, dan ibu ke posisi setengah duduk atau posisisi
l a i n y a n g d i inginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
c) melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran 
 membimbing ibu agar dapat meneran seara benar dan
efektif.
 mendukung dan beri semangat pada saat meneran
dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak
sesuai
 membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam
waktu yang lama).
 menganjurkan ibu untuk istirahat di antara kontraksi.
 menganjurkan keluarga member dukunga dan semangat
untuk ibu
 memberikan cukup asupan cairan peroral ( minum).
 menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera
lahir setelah 120 menit (2 jam) menelan (primigravida)
atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida).
d) menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau me
gambil possisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada
dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
5. menyiapkan pertongan kelahiran bayi
a) meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di
perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm.
b) meletakkan kain bersih yang di lipat 1/3 bagian di bawah bokong
ibu.
c) membuka tutup parus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat
dan bahan.
d) memakai sarun DTT tangan pada kedua tangan.
e) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 sm !
m membuka vulva maka lindungi perinemdengan 1 tangan
yang di lapisi dengan kain bersih dan kering. tangan yang
lain menahahn kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala. anjurkan ibu untuk meneran perlahan
atau bernafas cepat dan dangkal.
f) memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan  ambil
tindakan yang sesui jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan
proses kelahiran bayi.
 jika tali pusat meliliti leher se!ara longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
 jika tali pusat meliliti leher secara kuat, klem tali
pusat di dua tempat dan potong di antara 2 klem
tersebut.
g) Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
h) Melahirkan bahu
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
bipareintal. anjurkan ibu untuk meneran saat berkontraksi.
dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal
hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian g
erakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
i) melahirkan badan dan tungkai
 Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah
perineum ibu untuk menyanggah kepala,
lengan dan siku sebelah bawah.
gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
m e m e g a n g lengan dan siku sebelah atas.
 Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran
tangan atas berlanjut ke punggung, bokong,
tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukan
telunjuk antara kaki dan pegang masing-masing mata
kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
6. Penanganan bayi baru lahira)
a) melakukan penilaian (sepintas)
 apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa
kesulitan?
 apakah bayi bergerak dengan aktif ?
b) Mengeringkan tubuh bayi
mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan t a n p a
membersihkan verniks. ganti handuk basah dengan
h a n d u k a t a u k a i n y a n g k e r i n g biarkan bayi di atas perut ibu
c) me m e r i k s a k e m b a l i u t e r u s u n t u k m e m a s t i k a n t i d a k
a d a   l a g i b a y i   d a l a m u t e r u s ( j a n i n tunggal).
d) memberitahu ibu bahwa ia akan di suntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.
e) dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosi 10
unit im (intra muskuler) di 1/3 paha atas bagian distal laterl
(lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
f) S e t e l a h   2 m e n i t p a s c a  persalinan, jepit tali pusat dengan
klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. mendorong isi tali pusat ke
arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 !m distaldari
klem pertama.
g) memotong dan mengikat tali pusat.
 dengan 1 tangan, pegang tali pusat yang telah
di jepit (lindungi perut bayi), dan
l a k u k a n  pengguntingan tali pusat di antara 2 klem
tersebut.
 me n g i k a t t a l i p u s a t d e n g a n b e n a n g D J J a t a u
steril pada satu sisi kemudian melingkarkan
kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul
kunci pada sisi lainnya.
 melepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah di
sediakan.
h) meletakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi .
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu.
Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada a t a u
perut ibu. usahakan kepala bayi berada di antara
p a y u d a r a i b u d e n g a n p o s i s i l e b i h rendah dari putting
payudara ibu.
i) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi
d. Asuhan Kala III
Menurut depkes RI (2008) melekukan manajmen aktif kala III meliputi:
1. memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
2. me l e t a k k a n 1 t a n g a n d i a t a s k a i n p a d a p e r u t i b u , d i t e p i
a t a s s i m f i s i s , u n t u k m e n d e t e k s i . tangan lain menegangkan tali
pusat.
3. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat
kearah bawah sambil tangan yang lain mendorong
uterus kearah belakang/atas (dorso/kranial) secara
h a t i - h a t i ( u n t u k m e n c e g a h inversion uteri) jika plasenta
tidal lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat
dan tunggu hingga timbul kontrksi berikutnya dan ulangi prosedur di
atas.
 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta i
b u ,   s u a m i   a t a u   a n g g o t a   k e l u a r g a   u n t u k   melaku
kan stimulasi putting susu.
4. Mengeluarkan plasenta
a) Me l a k u k a n   p e n e g a n g a n   d a n   d o r o n g a n   d o r s o / k r a n i a l   h
i n g g a   p l a s e n t a   t e r l e p a s ,   m i n t a   i b u meneran sambil
penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai
dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap
lakukan tekanan dorso/kranial). jika tali pusat bertambah panjang,
pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan
lahirkan plasenta.
b) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah
yang telah di sediakan.
c) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan
masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
5. Menilai perdarahan
a) Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun
bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh.
b) Masukkan plasenta ke dalam kantong plastik atau tempat khusus.
Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera
lakukan penjahitan.
6. Melakukan prosedur pasca persalinan
a) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
b) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu
paling sedikit 1 jam
 Sebagian besar bayi akan berhasil melekukan insiasi
menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu
pertama basanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi
cukup menyusu dari satu payudara.
 Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi
sudah berhasil menyusu.
c) Setelah 1 jam, lakukan penimbangan atau
p e n g u k u r a n b a y i ,   b e r i t e t e s   m a t a   a n t i   b i o t i c  profilaksis,
dan vitamin k1, 1 mg im dipaha kiri anterolateral.
d) Setelah 1 jam pemberian vit.K1, berikan suntikan
i m u n i s a s i H e p a t i t i s B   d i p a h a   k a n a n anterolateral.
e) Me l e t a k k a n b a y i d i d a l a m j a n g k a u a n i b u a g a r
s e w a k t u w a k t u b i s a d i s u s u k a n . L e t a k k a n kembali bayi
pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam 1
jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
7. Evaluasi
a) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervahinam.
 2 sampai 3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan
asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
b) mengajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
c) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
d) memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 mnit selama
jam ke-2 pasca persalinan
 memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama
2 jam pertama pasca  persalinan.
 melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal.
e) memeriksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik (40-60 x/menit) serta suhu tubuh
normal (36,5-37,5).
8. Kebersihan dan keamanan
a) tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). cuci dan bilas peralatan setelah di
dikontaminasi.
b) membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
yang sesuai.
c) membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT bersihkan
sisa cairan ketuban, lendir dan darah. bantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering.
d) memastikan ibu merasa nyaman. bantu ibu memberikan
ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan
makanan yang di inginkannya.
e) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klotin 0,5%
f) celupkan kain tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%. balikkan
bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
g) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang mengalir.
9. Dokumentasi
Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital
dan asuhan kala IV
e. Asuhan Kala IV
Menurut depkes RI (2008) pemantauan pada kala IV meliputi :
1. 1 jam pertama setiap 15 menit yang di nilai yaitu :
 tekanan darah
 Nadi
 Suhu
 tinggi fundus uteri
 Kontraksi uterus
 Kandungan kemih
 Perdarahan
2. 1 jam kedua setiap 30 menit yang di nilai yaitu :
 tekanan darah
 Nadi
 Suhu
 tinggi fundus uteri
 Kontraksi uterus
 Kandungan kemih
 Perdarahan

Anda mungkin juga menyukai