Anda di halaman 1dari 13

Makalah Komunikasi Terapeutik Pada Anak

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “komunikasi keperawatan II”

Dosen:

Kelompok 3

Disusun oleh:

Tania Amalia (201FK03076)

Tiara Aulia M (201FK03077)

Vina Soliha (201FK03078)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KPERAWATAN
UNIVERITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
(komunikasi terapeutik pada anak) ini pada tepat waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada komunikasi keperawatan II selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang (komunikasi terapeutik pada anak) bagi para
pembaca.

Saya mengucapkan terimakasih dan saya menyadari, makalah yang tertulis


ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagaimana dapat dilihat, kelangsungan hidup anak membutuhkan kerja


sama antar individu dalam berbagai tingkat struktur sosial, keluarga, komunitas,
dan sistem kesehatan untuk mengubah praktik-praktik mereka yang berkaitan
dengan kesehatan anak. Agar memiliki dampak, maka praktik ini perlu dilakukan
dengan benar dan mengikuti perkembangan zaman. Hal ini karena, setiap anak
dilahirkan dengan membawa potensi kelebihan dan kekurangan. Ia adalah sosok
pribadi mandiri dengan warna potensi khas dari mereka sendiri.

Oleh sebab itu, dalam proses komunikasi dengan anak harus memperhatikan
prinsip, strategi, dan hambatan dalam berkomunikasi. Dari uraian tersebut diatas
penulis membuat makalah dengan judul Komunikasi Terapeutik Pada Anak.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apakah yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik pada anak?


2) Apakah prinsip komunikasi pada anak?
3) Apa saja komunikasi terapeutik pada anak sesuai tahap perkembangan?
4) Bagaimanakah tekhnik dalam berkomunikasi pada anak?
5) Apa saja hambatan yang terjadi pada saat berkomunikasi pada anak?

1.3 Tujuan

1) Mengetahui pengertian komunikasi terapeutik pada anak.


2) Mengetahui prinsip-prinsip komunikasi terapeutik pada anak.
3) Mengetahui komunikasi terapeutik pada anak sesuai tahap perkembangan.
4) Mengetahui teknik dalam berkomunikasi pada anak.
5) Mendapatkan informasi tentang hambatan yang terjadi pada saat
berkomunikasi pada anak.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan secara sadar,


bertujuan. Bayi dan anak , enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada
suara yang asing bagi dirinya.

Komunikasi adalah kontak atau hubungan atau penyampaian berita atau


penerimaan berita yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih yang memungkinkan
pesan atau berita itu bisa diterima atau dipahami. Komunikasi terapeutik adalah
hubungan interpersonal perawat-klien (anak). Secara umum komunikasi kesehatan
merupakan upaya sistematis yang secara positif mempengaruhi praktek-praktek
kesehatan populasi besar. Sasaran utama komunikasi kesehatan adalah melakukan
perbaikan kesehatan yang berkaitan dengan praktek dan pada gilirannya status
kesehatan. Komunikasi kesehatan yang efektif merupakan suatu kombinasi antara
seni dan ilmu.

Pendekatan komunikasi kesehatan diturunkan dari disiplin ilmu meliputi


pemasaran sosial, antropologi, analisis prilaku, periklanan, komunikasi
pendidikan, serta ilmu-ilmu sosial yang lain. Hal ini saling melengkapi, saling
tukar menukar, prinsip dan tekhnik umum satu sama lain sehingga masing-masing
memberikan sumbangan yang unik bagi metodeologi komunikasi kesehatan.

B. Prinsip Komunikasi Pada Anak

Prinsip-prinsip Komunikasi terapeutik menurut Carl Roger, Seperti :

1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati,


Memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut
2. Komunikasi harus ditandai dengan Sikap saling menerima, Percaya,
Dan menghargai
3. Perawat harus memahami dan menghayati nilai yang dianut oleh klien
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik
maupun mental
5. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien bebas
berkembang tanpa rasa takut 
6. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien
memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap, Tingkah
lakunya sehingga tumbuh menjadi semakin matang dan dapat
memecahkan masalah yang dihadapi
7. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap
untuk mengetahui dan mengatasi perasaan Gembira, sedih, marah,
keberhasilan, maupun frustasi
8.  Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat
mempertahankan konsistensinya
9.  Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan
sebaliknya Simpati bukan tindakan yang terapeutik
10. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar hubungan
Komunikasi terapeutik 
11. Mampu berperan sebagai role model
12.  Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila dianggap
mengganggu
13.  Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara
manusiawi
14.  Berpegang pada etika
15.  Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap
diri sendiri atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap
orang lain 

C. Komunikasi Terapeutik Pada Anak Sesuai Tumbung Kembang


1. Usia bayi (0-1)

Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan


melalui gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi
yang efektif, disamping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan
secara nonverbal. Komunikasi pada bayi dapat dimulai dengan
kemampuan bayi untuk melihat yang menarik, ketika digerakkan bayi
akan merespon untuk mengeluarkan suara-suara bayi. Pada usia bayi 4
minggu dia mampu melihat objek dan cahaya,  dan usia 12 minggu
mulai bisa melakukan tersenyum. Pada usia 16 minggu bayi sudah bisa
menolehkan kepala pada suara yang asing bagi dirinya. Pada
pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata
awal seperti ba-ba,  da- da, dan lain-lain. Pada usia 10 bulan bayi sudah
bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya,  mampu melihat
beberapa gambar yang terdapat dalam buku.  Pada akhir tahun pertama
bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata yang spesifik antara dua
atau tiga kata.

Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi


yang efektif pada bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi
non verbal dengan teknik sentuhan seperti mengusap,  menggendong,
dan lain-lain .

2. Usia todler dan prasekolah (1-2,5 tahun, dan 2,5-5 tahun)

Perkembangan komunikasi pada satu tahun pertama dapat ditunjukkan


dengan perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah
mampu memahami kurang lebih 10 kata, pada tahun kedua sudah
mampu 200-300 kata dan masih terdengar kata-kata ulangan.

Anak usia dini ususnya 3 tahun anak sudah mampu menguasai 900 kata
dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan, dan
lain-lain. Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa
ingin tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi,  kemampuan bahasanya
mulai meningkat, sudah merasa kecewa dan rasa bersalah karena
tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut
terhadap ketidaktahuandan perlu diingat bahwa pada usia ini anak
masih belum fasih dalam berbicara (behrman, 1996)

Pada usia prasekolah cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah


dengan memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi
kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang
digunakan, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas
dengan pengarahan yang sederhana,  hindarkan sikap mendesak untuk
dijawab, mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan
saat komunikasi dengan maksud anak mudah diajak komunikasi di
mana kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur
jarak, adanya kesadaran diri di mana kita harus menghindari
konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara
nonverbal kita perlu memberi dorongan penerimaan dan persetujuan
jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak, 
bersalaman dengan merupakan cara untuk menghilangkan perasaan
cemas. 

3. Usia sekolah (5-11 tahun)

Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan


kemampuan anak mencetak, menggambar,membuat huruf atau tulisan
yang besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran
anak dan kemampuan anak membaca di sini sudah muncul, pada usia
ke-8 anak sudah mampu membaca dan sudah mulai berpikir tentang
kehidupan.

 komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan
kata-kata sederhana yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat
ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia
ini keingintahuannya pada aspek fungsional dan prosedural dari objek
tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi si dan prosedur nya,
maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakan secara jelas dan jangan
menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mau
berkomunikasi secara efektif .

4. Usia remaja (11-18 tahun)

Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan


kemampuan berdiskusi  atau berdebat dan sudah mulai berfikir secara
konseptual, sudah mulai menunjukkan perasaan malu, pada anak usia
ini seringkali merenungkan kehidupan tentang masa depan dan
direfleksikan dalam komunikasi.pada usia ini pola pikir sudah mulai
menunjukkan ke arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi
mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa.

Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau
curah pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang
dapat menimbulkan rasa malu, dan menjaga kerahasiaan dalam
komunikasi karena itu merupakan awal terwujudnya kepercayaan anak.

D. Teknik Komunikasi Terapeutik pada anak


1. Teknik verbal
a. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam
menumbuhkan kepercayaan diri anak,dengan menghindari secara
langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung
yang sedang berada di samping anak.
b. Bercerita
Melalu cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah
diterima.
c. Memfasilitasi
Melalui ini ekspresi anak atau respon anak terhadap pesan dapat
diterima. Dalam memfasilitasi kita harus mengekspresikan perasaan
dan tidak boleh dominan.
d. Biblioterapi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk
mengekspresikan perasaan.
e. Meminta untuk menyebut keinginan
Dengan meminta anak untuk menyebut keinginan dapat diketahui
berbagai keluhan yang dirasakan.
f. Pilihan pro dan kontra
Dengan menunjukan pasa situasi yang menunjukan pilihan yang positif
dan negative sesuai pada pendapat anak.
g. Penggunaan skala
Digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada anak seperti
pengunaan perasaan nyeri.

2. Teknik Non Verbal


a. Menulis
b. Menggambar
c. Gerakan gambar keluarga
d. Sosiogram
e. Menggambar Bersama dalam keluarga
f. Bermain
E. Karakteristik helper yang memfasilitasi tumbuhnya hubungan
terapeutik pada anak
1) Kejujuran
2) Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
3) Bersikap positif
4) Empati bukan simpati
5) Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien
6) Menerima klien apa adanya
7) Sensitif terhadap perasaan klien
8) Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat
sendiri
BAB III
PENUTUP
3.1 simpulan
1. komunikasi terapeutik pada anak adalah komunikasi yang dilakukan
oleh perawat dan klien (anak).
2. tujuan yang diharapkan dalam melakukan komunikasi terapeutik
pada anak adalah membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi
beban perasaan dan pikiran.
3. cara berkomunikasi yang perawat lakukan saat menghadapi pasien
anak seperti posisi badan,jarak interaksi,kontak mata,dan pengalihan
aktivitas dapat membuat pasien anak merasa aman dan nyaman akan
keberadaan perawat.
3.2 saran
Diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mengerti tentang
komunikasi terapeutik pada anak dan Teknik yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai