Keperawatan Anak 1
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Anak
Seseorang yang membutuhkan suatu perhatian dan kasih
sayang sebagai kebutuhan khususnya yang dapat dipenuhi
dengan cara komunikasi baik secara verbal maupun
nonverbal yang dapat menumbuhkan kepercayaan pada anak
sehingga tujuan komunikasi dapat tercapai
Komunikator
Komunikan
Unsur-unsur Effendy (2003) Pesan
Media
Efek
Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses
untuk menciptakan hubungan antara perawat dan klien,
dengan tujuan untuk mengenal kebutuhan klien dan
menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam
memenuhi kebutuhan tersebut
Komunikasi Terapeutik
Mengulang keraguan,
Membantu mengambil
membantu dalam
tindakan yang efektif untuk
mengubah situasi yang ada.
pengambilan
tindakan yang efektif,
serta mempengaruhi
orang lain,
lingkungan fisik dan
dirinya.
Komunikasi Pada anak Usia Sekolah
Dalam berkomunikasi dengan anak, orang dewasa harus
memahami apa yang dipikirkan dan perasaan apa yang
akan diampaikan anak serta berusaha memahami anak
dengan bahasa yang tepat.
Aspek penting dalam komunikasi agar anak lebih mudah memahami.
1. Konteks
• Tergantung dengan cara orang tua menghubungkan dengan
konteks pesan ; mempengaruhi pemahaman atau pemikiran anak
dan diterima anak apa adanya
2. Fokus
• Fokus pada pembicaraan yang sedang dilakukan merupakan hal
yang penting ; Komunikasi menjadi bermakna dan efektif, anak
akan lebih paham
3. Sosialisasi
• Komunikasi yang bermakna dan efektif tergantung pada
hubungan antara komunikator dan komunikan serta kepada siapa
komunikasi itu ditujukan.
Prinsip Komunikasi pada Anak Usia Sekolah
James L. Marsell
4. Individualisasi
• Perlu mengetahui sikap, kecakapan, dan kemampuan
masing-masing individu atau kelompok sebab mempunyai
tradisi tertentu.
5. Unitas
• Kelancaran komunikasi disusun sedemikian rupa sehingga
pesan yang diberikan terlebih dulu merupakan pesan yang
diutamakan.
6. Evaluasi
• Merupakan bagian integral dari proses komunikasi juga
sebagai umpan balik dan menjadi suatu yang penting untuk
mencapai pemahaman satu sama lain.
Model Komunikasi Pada Anak Usia Sekolah
1. Shannon- Weaver Model
• kita tidak bisa melihat faktor yang mempengaruhi
komunikasi klien seperti sikap dan latar belakangnya.
• Model ini dapat menerangkan bagaimana pengalaman
pendidikan anak yang diajarkan oleh orang tuanya akan
berpengaruh pada komunikasi yang dilakukan.
2. Leary Model
• Leary menyimpulkan bahwa tingkah laku seseorang merupakan respon dari
tingkah laku yang kita tampilkan. Tingkah laku membenci/mencintai biasanya
akan menstimulasi tingkah laku yang sama dengan orang lain.
• orang dengan bertingkah laku baik akan baik pada kita, hal ini dapat menjadi
contoh untuk mengajarkan anak bagaimana bertingkah laku dan dampak apa
yang akan didapat jika berperilaku baik/buruk.
Model Komunikasi Pada Anak Usia Sekolah
3. Selected Heath – Related Model
Fokus Kesehatan maksimal, 3 Model;
1. Faktor Perkembangan
2. Faktor Persepsi
5. Emosi
b) Bibliotheraphy
• menggunakan buku-buku dalam rangka proses therapeutic dan
supportive.
• Sasarannya adalah membantu anak mengungkapkan perasaan-
perasaan dan perhatiannya melalui aktivitas membaca.
• Teknik dalam Komunikasi Anak Usia Sekolah
c) Bermain
b) Sentuhan
• Memegang sebagian tangan atau bagian tubuh anak, misalnya
pundak, usapan di kepala, berjabat tangan, atau pelukan.
• Bertujuan untuk memberikan perhatian dan penguatan
terhadap komunikasi yang dilakukan antara anak dan orang tua
agar anak merasa dekat dan aman.
Hambatan?
Peeters (2004):
• Anak dapat mengalami gangguan perkembangan yang kompleks
sehingga mereka juga disebut mengalami gangguan pervasif.
• Pervasif yaitu menderita kerusakan jauh di dalam meliputi
keseluruhan dirinya.
1. Komunikasi interaksisosial
• Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
• Anak tampak seperti tuli, sulit bicara, atau pernah bicara,
tetapi kemudian sirna.
• Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
• Mengoceh tanpa arti berulang-ulang dengan bahasa yang
tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
• Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi
• Senang meniru atau membeo (echolalia)
• Bila senang meniru, dapat hapal betul kata-kata atau
nyanyian tapi tidak mengerti artinya.
• Sebagian dari anak autis tidak bicara (non verbal) atau
sedikit berbicara sampai usia dewasa.
• Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan
apa yang ia inginkan.
2. Gangguan dalam sensoris
• Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.
• Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
• Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda
• Tidak sensitif terhadap rasa sakit atau rasa takut.
3. Pola bermain
– Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.
– Tidak suka bermain dengan anak sebayanya.
– Tidak kreatif dan tidak imajinatif.
– Tidak bermain sesuai fungsinya, misalnya mobil-mobilan ,
dielus-elus kemudian diciumi dan diputar-putar rodanya.
– Senang pada benda-benda yang berputar, seperti kipas angin,
roda,& lain-lain
– Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu kemudian
dipegang terus dan dibawa kemana-mana
4. Perilaku khas
Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan
(hipoaktif).
Memperlihatkan stimulasi diri, seperti bergoyang-goyang,
mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar,
mendekatkan pada layar TV, lari/berjalan bolak-balik,
melakukan gerakan yang berulang-ulang.
Tidak suka pada perubahan.
Dapat duduk bingung dengan tatapan kosong
5. Emosi
• Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis
tanpa alasan.
• Temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau dipenuhi
keinginannya.
• Kadang-kandang suka menyerang dan merusak.
• Kadang-kadang anak autis berperilaku menyakiti dirinya sendiri.
• Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.
Strategi Komunikasi pada Anak Usia Sekolah
• Pada masa ini, anak sudah mampu untuk memahami komunikasi
penjelasan sederhana yang diberikan.
• Pada masa ini, anak akan banyak mencari tahu terhadap hal-hal baru dan
akan belajar menyelesaikan masalah yang dihadapinya berdasarkan
pengetahuan yang dimilikinya.
• Pada masa ini, anak harus difasilitasi untuk mengekspresikan rasa takut,
rasa heran, penasaran, berani mengajukan pendapat, dan melakukan
klarifikasi terhadap hal-hal yang tidak jelas baginya.
Kasus
Seorang anak (An. Z) berusia 7 tahun datang ke rumah
sakit dengan kedua orangtua nya. Disebutkan bahwa An. Z
3 hari ini BAB dan yang keluar hanya cairan. Setelah
dilakukan pemeriksaan, dokter mendiagnosa An. Z terkena
diare. Atas advise dokter, An. Z harus dirawat inap dan
perawat akan melakukan pemasangan infus untuk
memenuhi kebutuhan cairan An. Z. Saat dihampiri, An. Z
terus memeluk ibunya dan berusaha menjauh dari perawat.
Pembahasan
1.) Diagnosis :
• Berdasar pemeriksaan, perawat menegakkan diagnosis diare
(D.0020).
• Diare yaitu pengeluaran feses yang lunak, sering, dan tidak
berbentuk.
Saat anak merasa takut dan tidak nyaman, disinilah peran perawat perlu
memberi pengertian kepada anak terkait mengapa prosedur tersebut harus
dilakukan kepada anak. Bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang
mudah dipahami oleh anak dan fokus pada pembahasan Saat
berkomunikasi, perawat berusaha untuk membangun hubungan dan rasa
percaya agar anak merasa nyaman kepada perawat. Perawat juga bisa
mengajak anak bermain dengan alat kesehatan yang digunakan untuk
memeriksanya, asalkan alat tersebut tidak berbahaya, contohnya stetoskop.
• Dalam aspek lain, peran keluarga pun sangat penting untuk
mendukung jalannya perawatan. Perawat perlu mengajak anak
dan keluarga untuk turut serta terlibat dalam proses perawatan.
Perawat bisa mendorong agar orangtua selalu mendukung
anak. Perawat harus berbagi informasi secara jujur dengan
anak dan keluarga sebagai cara untuk memperkuat dan
mendayagunakan anak dan keluarga dalam meningkatkan
derajat kesehatan.