Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

“ KOMPONEN TEORI SUNRISE MODEL DAN PERAN TEORI LENINGER


DALAM PROSES KEPERAWATAN ”

DOSEN PEMBIMBING :
Drs. Hasrinal, A.Md. Kep , MM
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

1. INDRI SEPTIA
2. WENI HARJASMITA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya lah sehingga kami dapat menyusun Makalah dengan
judul “Komponen teori sunrise model dan peranan teori leineinger dalam proses keperawatan
” sebagai salah satu tugas untuk memenuhi syarat perkuliahan.
            Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik ditinjau dari
segi isi maupun penulisannya. Karena itu bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan
makalah ini masih sangat diperlukan dari berbagai pihak.
            Kami  menyadari pula bahwa makalah ini selesai tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, baik materil maupun moril. Untuk itu kepada semua pihak yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan, kami menyampaikan ucapan terima kasih pada dosen terutam teman-
teman yang telah membantu dengan informasi dan dukungan moril.  Semoga amal
kalian  dapat diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata, semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca.

Padang, April 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATARBELAKANG
Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan oleh Dr. M.
leininger dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan
konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-
nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa
sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam
penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat,
akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.

Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan
munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi.
Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan.

  Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses


belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).

B. TUJUAN

Dapat memahami tentang komponen dalam sunrise model dan peran teori leineinger
dalam proses keperawatan
BAB II
KONSEP TEORI
A. Konsep Utama Teori Transkultural

  Teori Leininger berasal dari disiplin ilmu antropologi, tapi konsep teori ini relevan untuk
keperawatan.
  Leininger mendefinisikan “Transkultural Nursing” sebagai area yang luas dalam keperawatan
yang mana berfokus pada komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur
dengan menghargai prilaku caring, nursing care dan nilai sehat-sakit, kepercayaan dan pola
tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic body of knowledge untuk
kultur yang spesifik dan kultur yang universal dalam keperawatan.
  Tujuan dari transkultural dalam keperawatan adalah kesadaran dan apresiasi terhadap
perbedaan kultur.
  Culture care adalah teori yang holistic karena meletakkan didalamnya ukuran dari totalitas
kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk sosial struktur, pandangan dunia, nilai
cultural, konteks lingkungan, ekspresi bahasa dan etnik serta sistem professional.

1.      Culture Care


Nilai-nilai, keyakinan, norma, pandangan hidup yang dipelajari dan diturunkan serta
diasumsikan yang dapat membantu mempertahankan kesejahteraan dan kesehatan serta
meningkatkan kondisi dan cara hidupnya.
2.      World View
Cara pandang individu atau kelompok dalam memandang kehidupannya sehingga
menimbulkan keyakinan dan nilai.
3.      Culture and Social Structure Dimention
Pengaruh dari factor-faktor budaya tertentu (sub budaya) yang mencakup religius,
kekeluargaan, politik dan legal, ekonomi, pendidikan, teknologi dan nilai budaya yang saling
berhubungan dan berfungsi untuk mempengaruhi perilaku dalam konteks lingkungan yang
berbeda
4.      Generic Care System
Budaya tradisional yang diwariskan untuk membantu, mendukung, memperoleh kondisi
kesehatan, memperbaiki atau meningkatkan kualitas hidup untuk menghadapi kecacatan dan
kematiannya.
5.      Profesional system
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan yang memiliki
pengetahuan dari proses pembelajaran di institusi pendidikan formal serta melakukan
pelayanan kesehatan secara professional.
6.      Culture Care Preservation
Upaya untuk mempertahankan dan memfasilitasi tindakan professional untuk mengambil
keputusan dalam memelihara dan menjaga nilai-nilai pada individu atau kelompok sehingga
dapat mempertahankan kesejahteraan.
7.      Culture Care Acomodation
Teknik negosiasi dalam memfasilitasi kelompok orang dengan budaya tertentu untuk
beradaptasi/berunding terhadap tindakan dan pengambilan kesehatan.
8.      Cultural Care Repattering.
Menyusun kembali dalam memfasilitasi tindakan dan pengambilan keputusan professional
yang dapat membawa perubahan cara hidup seseorang.
9.      Culture Congruent / Nursing Care
Suatu kesadaran untuk menyesuaikan nilai-nilai budaya / keyakinan dan cara hidup individu/
golongan atau institusi dalam upaya memberikan asukan keperawatan yang bermanfaat.

B. 7 komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu :

a. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)

Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yangamat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran
di atas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawatadalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab
penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

b. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)

Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : namalengkap, nama panggilan, umur
dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga, danhubungan klien dengan kepala keluarga.

c. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkanoleh penganut budaya yang
dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah
:posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan
makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan
aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.

d. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segalasesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhankeperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang
perlu dikajipada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien
yang dirawat.
e. Faktor ekonomi (economical factors)

Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki
untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh
perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh
keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau
patungan antar anggota keluarga.

f. Faktor pendidikan (educational factors)

tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali. Latar belakang pendidikan
klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini.
Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang
sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri.

C. Penerapan teori Leineger (Sunrise Model) pada proses keperawatan dapat


dijelaskan sebagai berikut :
Proses Sunrise Model
Keperawatan
Pengkajian dan Pengkajian terhadap Level satu, dua dan tiga yang meliputi :
Diagnosis Level satu : World view and Social system level
Level dua : Individual, Families, Groups communities and
Institution in diverse health system
Level tiga : Folk system, professional system and nursing
Perencanaan dan Level empat : Nursing care Decition and Action
Implementasi Culture Care Preservation/maintanance
Culture Care Accomodation/negotiations
Culture Care Repatterning/restructuring
Evaluasi

Analisis Teori Transcultural Nursing


1.      Kemampuan teori menghubungkan konsep dalam melihat penomena
Teori Transcultural Nursing yang digambarkan dalam Sunrise Model menunjukan bahwa
level satu dan dua dari teori memilki banyak kesamaan dengan beberapa teori keperawatan
lainnya sedangkan pada level ketiga dan keempat memiliki perbedaan spesifik dan bersifat
unik jika dibandingkan dengan teori lainnya.
2.      Tingkat Generalisasi Teori
Teori dan model yang dikemukan oleh Leininger relatif tidak sederhana, namun demikian
teori ini dapat didemontrasikan dan diaplikasikan sehingga dapat diberikan justifikasi dan
pembenaran bagaimana konsep-konsep yang dikemukakan saling berhubungan.

3.      Tingkat Kelogisan Teori


Kelogisan teori Leininger adalah pada fokus dari pandangganya dengan melihat bahwa latar
belakang budaya pasien (individu, keluarga, kelompok, masyarakat) yang berbeda sebagai
bagian penting dalam rangka pemberian asuhan keperawatan.
4.      Testabilitas teori
Teori Cultural care diversity and Universality dikembangkan berdasarkan atas riset kualitatif
dan kuantitatif.
5.      Kemanfaatan Teori bagi Peningkatan Body Of Knowledge
Beberapa penelitian tentang konsep perawatan dengan memperhatikan budaya telah
memberikan arti akan pentingnya pengetahuan dan pemahaman tentang perbedaan dan
persamaan budaya dalam praktek keperawatan.
6.      Kemanfaatan Teori pada Pengembangan Praktek Keperawatan
Teori ini sangat relevan dan dapat diterapkan secara nyata dalam praktek keperawatan,
karena teori ini mengemukakan adanya pengaruh perbedaan budaya terhadap perilaku hidup
sehat. Dan dalam aplikasinya teori ini sangat relevan dengan penerapan praktek keperawatan
komunitas.
7.      Konsistensi Teori
Leininger menyampaikan pentingnya pemahaman budaya dalam rangka hubungan perawat
pasien yang juga sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Imoge King yang menekankan
pentingnya persamaan persepsi perawat pasien untuk pencapaian tujuan.

Analisis Fenomena Keperawatan


Gambaran Kasus :
Ny. D, berusia 29 tahun masuk ke unit keperawatan onkologi dengan keluhan nyeri pelvic
dan pengeluaran cairan pervagina. Hasil pemeriksaaan Pap Smear didapatkan menderita Ca
Cerviks stadium II dan telah mengalami Histerektomy radikal dengan bilateral salpingo-
oophorectomy.
Riwayat kesehatan masa lalu : jarang melakukan pemeriksaan fisik secara teratur. Ny D
mengatakan bahwa tidak pernah melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Tinggi badan 5
kaki 4 inci dan BB 89 pound. Biasanya dia memiliki BB 110 pound. Dia seorang perokok dan
menghabiskan kurang lebih 2 pak sehari dan berlangsung selama 16 tahun. Dia sudah
memiliki 2 orang anak. Kehamilan pertama ketika dia berusia 16 tahun dan kehamilan yang
kedua saat berusia 18 tahun. Sejak saat itu dia menggunakan kontrasepsi oral secara teratur.
Dia menikah dan tinggal dengan suaminya bersama 2 orang anaknya dirumah ibunya, dengan
sanitasi lingkungan yang kurang baik. Suaminya seorang pengangguran. Dia menggambarkan
suaminya seorang yang emosional dan kasar.
Ny D telah mengikuti pembedahan dengan baik kecuali satu hal dia belum mampu
mengosongkan kandung kemihnya. Dia masih merasakan nyeri dan mual post operasi. Hal itu
mengharuskan dia untuk menggunakan kateter intermitten di rumah. Obat yang digunakan
adalah antibiotic, analgetik untuk nyeri dan antiemetic untuk mualnya. Sebagai tambahan, dia
akan mendapatkan terapi radiasi sebagai pengobatan rawat jalan.
Ny D sangat sedih. Dia menunjukkan perhatian yang sangat besar terhadap masa depannya
dan kedua anaknya. Dia percaya bahwa penyakit ini adalah sebuah hukuman akibat masa
lalunya.

D. Penerapan Asuhan Keperawatan Berdasarkan teori Leininger.


A.    Pengkajian
Pengkajian dilakukan terhadap respon adaptif dan maladaptif untuk memenuhi kebutuhan
dasar yang tepat sesuai dengan latar belakang budayanya. Pengkajian dirancang berdasarkan
7 komponen yang ada pada “ Leininger’s Sunrise models” dalam teori keperawatan
transkultural Leininger yaitu :
1.      Faktor teknologi (technological factors)
Berkaitan dengan pemanfaatan teknologi kesehatan maka perawat perlu mengkaji berupa :
persepsi pasien tentang penggunaaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini, alasan mencari bantuan kesehatan.
2.      Faktor Agama dan Falsafah Hidup (religious and Philosophical factors)
Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama yang dianut, kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan, berikhtiar untuk sembuh tanpa mengenal putus asa,
mempunyai konsep diri yang utuh, status pernikahan, persepsi dan cara pandang pasien
terhadap kesehatan atau penyebab penyakit.
3.      Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan ( Kinship & Social factors)
Pada faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat : nama lengkap dan nama
panggilan di dalam keluarga, umur atau tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam anggota keluarga, hubungan pasien dengan kepala
keluarga, kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga misalnya arisan keluarga, kegiatan
yang dilakukan bersama masyarakat misalnya : ikut kelompok olah raga atau pengajian.
4.      Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural values & Lifeways)
Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan gaya hidup adalah : posisi
dan jabatan misalnya ketua adat atau direktur, bahasa yang digunakan, bahasa non verbal
yang ditunjukkan pasien, kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang
berkaitan dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang biasa dimanfaatkan dan persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, misalnya sakit apabila sudah tergeletak dan tidak dapat
pergi ke sekolah atau ke kantor.
5.      Faktor kebijakan dan peraturan Rumah Sakit (Political and Legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dan kelompok dalam asuhan keperawatan transkultural (Andrew & Boyle,
1995), seperti jam berkunjung, pasien harus memakai baju seragam, jumlah keluarga yang
boleh menunggu, hak dan kewajiban pasien, cara pembayaran untuk pasien yang dirawat.
6.      Faktor ekonomi (economical factors)
Faktor ekonomi yang perlu dikaji oleh perawat antara lain seperti pekerjaan pasien, sumber
biaya pengobatan , kebiasaan menabung dan jumlah tabungan dalam sebulan
7.      Faktor pendidikan (educational factors)
Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan pasien meliputi tingkat pendidikan pasien
dan keluarga, serta jenis pendidikannnya.
B.     Diagnosa Keperawatan
Perawat merumuskan masalah yang dihadapi Pasien dan keluarganya adalah :
  Perlunya perlindungan, kebutuhan akan kehadiran orang lain dan rasa ingin berbagi sebagai
nilai yang penting untuk Pasien dan keluarganya.
  Perkembangan dari pola ini adalah kesehatan dan kesejahteraan yang bergantung pada ketiga
aspek tersebut.
  Hal lain yang ditemukan adalah suatu pola yang dapat membangun kehidupan social dan
aspek penting lainnya yaitu masalah kerohanian, kekeluargaan dan ekonomi yang sangat
besar mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan
C.    Perencanaan dan Implementasi
Perencanaan dan implementasi keperawatan transkultural menawarkan tiga strategi sebagai
pedoman Leininger (1984) ; Andrew & Boyle, 1995 yaitu :
  Perlindungan/mempertahankan budaya (Cultural care preservation/maintenance) bila budaya
pasien tidak bertentangan dengan kesehatan,
  Mengakomodasi/menegosiasi budaya (Cultural care accommodation atau negotiations)
apabila budaya pasien kurang mendukung kesehatan
  Mengubah dan mengganti budaya pasien dan keluarganya (Cultural care repartening /
recontruction).
Adapun implementasi yang dilakukan terkait masalah yang telah ditemukan :
1.   The goal of culture care preservation or maintenance :
 Agama dapat digunakan sebagai mekanisme yang memperkuat dalam merawat pasien.
Dipandang penting untuk konsultasi dengan toko agama seperti ustad di mesjid.
 Membantu pasien untuk menghilangkan persepsi negatif yang mengatakan bahwa dosa di
masa lalu mempengaruhi keadaan sakitnya dan mendapatkan pertolongan dari hasil
berkonsultasi kepada " dukun" yang memindahkan beberapa kutukan kepadanya.
 Pengobatan yang baik adalah adanya kepedulian dari keluarga pasien dan teman-temannya
yang juga berperan untuk kesembuhan pasien.

2.   Culture Care accommodation or Negotiation:


 Perawat merencanakan kordinasi dengan tata kota untuk memperbaiki lingkungan yang tidak
sehat dan selokan yang meluap di halaman tetangga pasien.
 Perawat lain (yang merawat Pasien) akan mengidentifikasi dan menetapkan obat-obatan
untuk menentukan apakah sesuai dengan metode yang digunakan pada pasien.

D.    Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap :
 keberhasilan pasien mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan
 Negosiasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya
 Restrukturisasi budaya yang bertentangan dengan kesehatan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Teori ini dapat digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
mempertimbangkan aspek budaya, nilai –nilai, norma dan agama.
2. Teori ini dapat digunakan untuk melengkapi teori konseptual yang lain dalam praktik
asuhan keperawatan.

B. Saran
1. Penerapan teori Leinienger diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu
antropologi agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik.
2. Pelaksanaan teori Leinienger memerlukan penggabungan dari teori keperawatan yang lain
yang terkait, seperti teori adaptasi, self care dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Carol Taylor, Carol Lillis. (1997). Fundamentals of Nursing : the art and science of nursing
care. Vol I 3ed , Philadelphia, Lippincott.

Chinn & Jacobs. (1983). Theory and Nursing a systematic approach. St. Louis : Mosby
Company.

Folley, Regina & Wurmser, Theresa A (2004). Culture Diversity/A Mobile Worksforce
Command Creative Leadership, New Patterships, and Inovative Approaces to Integration.
Diambil pada 9 Oktober 2006 dari http://proquest.umi.com/pqdweb?
did=650824831&sid=3&clientld=45625&RQT=309&VName

Kozier, Barbara et al. (2000). Fundamental of Nursing : The nature of nursing practice in
Canada. 1st Canadian Ed. Prentice Hall Health, Toronto.

Leahy, Julia M & Kizilay, Patricia E. (1998). Foundations of Nursing Practice : A Nursing
Process Approach. 1st Ed, WB Saunders Company, Philadelphia

Leninger, M. diambil pada 10 Oktober 2006 dari http://en.wikipedia.org/wiki/Madeleine


Leininger.

Robinson & Kish. (2001). Edvance Practice Nursing. St. Louis : Mosby Inc.

The Basic concepts of Trancultural Nursing. Diambil pada 10 Oktober 2006 dari
http://www.culturediversity.org/thirdwrld.htm.

Tomey, Ann Marriner & Alligood, Martha Raile, (1998). Nursing Theorists and their work,
4th Ed. Mosby, St. Louis.
KUIS

1. Sebutkan 7 komponen teori sunrise model


Jawab : Faktor teknologi (technological factors)
Faktor Agama dan Falsafah Hidup (religious and Philosophical factors)
Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan ( Kinship & Social factors)
Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural values & Lifeways)
Faktor kebijakan dan peraturan Rumah Sakit (Political and Legal factors)
Faktor ekonomi (economical factors)
Faktor pendidikan (educational factors)

2. Jelaskan bagaimana penerapan teori lenineger pada pengakajian dan diagnosis proses
keperwatan
Jawab :
Pengkajian terhadap Level satu, dua dan tiga yang meliputi :
Level satu : World view and Social system level
Level dua : Individual, Families, Groups communities and
Institution in diverse health system
Level tiga : Folk system, professional system and nursing

3. Jelaskan tentang implementasi Culture Care accommodation or Negotiation ?


Jawab :
 Perawat merencanakan kordinasi dengan tata kota untuk memperbaiki lingkungan
yang tidak sehat dan selokan yang meluap di halaman tetangga pasien.
 Perawat lain (yang merawat Pasien) akan mengidentifikasi dan menetapkan obat-
obatan untuk menentukan apakah sesuai dengan metode yang digunakan pada pasien.

4. Jelaskan tentang implementasi The goal of culture care preservation or


maintenance

Jawab :
 Agama dapat digunakan sebagai mekanisme yang memperkuat dalam merawat pasien.
Dipandang penting untuk konsultasi dengan toko agama seperti ustad di mesjid.
 Membantu pasien untuk menghilangkan persepsi negatif yang mengatakan bahwa
dosa di masa lalu mempengaruhi keadaan sakitnya dan mendapatkan pertolongan dari
hasil berkonsultasi kepada " dukun" yang memindahkan beberapa kutukan kepadanya.
 Pengobatan yang baik adalah adanya kepedulian dari keluarga pasien dan teman-
temannya yang juga berperan untuk kesembuhan pasien.

Anda mungkin juga menyukai