Anda di halaman 1dari 14

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

ASI adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh

bayi. ASI mengandung berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang

bayi dan sesuai dengan kebutuhannya. Meski demikian, tidak semua ibu mau

menyusui bayinya karena berbagai alasan,biasanya ASI tidak mau keluar atau

produksinya kurang lancar. (Dewi Vivian Nanny Lia Dewi, 2011 ; 23)

Produksi dan pengeluaran ASI dipengaruhi oleh dua hormon, yaitu

prolaktin dan oksitosin. Untuk mengeluarkan ASI diperlukan hormon

oksitosin yang kerjanya dipengaruhi oleh proses isapan bayi. Semakin sering

puting susu diisap oleh bayi, maka semakin banyak pula pengeluaran ASI.

(Dewi Vivian Nanny Lia Dewi, 2011 ; 23). Salah satu pakar menegaskan

bahwa masalah produksi ASI yang sangat berlebihan dapat ditegakkan

dengan menimbang berat badan bayi sebelum dan setelah menyusui.

(Cadwell, Karin, 2011).

Salah satu cara untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI adalah

pijat ASI. Pijat ASI yang sering dilakukan dalam rangka meningkatkan

ketidaklancaran produksi ASI adalah pijat oksitosin. ( Rahayu, Anik Puji,

2016).

Mengacu kepada penjelasan diatas maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah dengan melalui pendekatan sistem yang terdiri dari

input, proses dan output. Dimana input nya yaitu pengukuran frekwensi

menyusu dan berat badan bayi sebelum diberikan pijat oksitosin pada ibu

33
menyusui, proses nya yaitu intervensi dengan memberikan pijat oksitosin,

serta outputnya yaitu pengukuran frekwensi menyusu dan berat badan bayi

setelah diberikan pijat oksitosin pada ibu menyusui . Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat dalam bagan di bawah ini:

INPUT PROSES OUTPUT

Frekwensi
Ibu yang Menyusu
memberikan
Pijat Oksitosin
ASI eksklusif
pada bayinya
yang berusia 1 Penambahan
minggu Barat Badan
pertama Bayi

B. Definisi Operasional

Definisi Skala
No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
1 frekwensi Keseringan ibu Wawancara Kuesioner Ordinal Normal,
menyusu menyusui bayinya bila
sebelum dalam sehari frekwensi
diberikan pijat menyusu ≥
oksitosin 8 kali/hari
dalam
rentang
waktu
seitar 2- 3
jam

34
Tidak
Normal,
bila
frekwensi
menyusu <
8 kali/hari
dalam
rentang
waktu
seitar 2- 3
jam

2 frekwensi Keseringan ibu Wawancara Kuesioner Ordinal Normal,


menyusu menyusui bayinya bila
setelah dalam sehari frekwensi
diberikan pijat menyusu ≥
oksitosin 8 kali/ hari
dalam
rentang
waktu
seitar 2- 3
jam

Tidak
Normal,
bila
frekwensi
menyusu <
8 kali/hari
dalam
rentang

35
waktu
seitar 2- 3
jam

3 Berat badan Massa tubuh bayi Pengukuran Timbangan Ratio Indeks /


bayi sebelum yang diukur langsung angka
diberikan pijat dengan timbangan dalam Kg
oksitosin pada dimana bayi 140-200
ibu menyusui sebaiknya gram/
telanjang, tanpa Minggu
topi, kaus kaki,
Ordinal
dan sarung tangan Normal,
sebelum dilakukan sesuai
intervensi dengan
umur

Tidak
Normal,
tidak sesuai
dengan
umur

4 Berat badan Massa tubuh bayi Pengukuran Timbangan Ratio Indeks /


bayi sebelum yang diukur langsung angka
diberikan pijat dengan timbangan dalam Kg
oksitosin pada dimana bayi 140-200
ibu menyusui sebaiknya gram/
telanjang, tanpa Minggu
topi, kaus kaki,
Ordinal
dan sarung tangan Normal,
sebelum dilakukan sesuai
intervensi dengan

36
umur

Tidak
Normal,
tidak sesuai
dengan
umur

C. Hipotesa

1. Ada perbedaan frekwensi menyusu sebelum dan sesudah dilakukan pijat

oksitosin di Nagari Salayo Wilayah Kerja Puskesmas Salayo Tahun 2017.

2. Ada perbedaan penambahan berat badan bayi sebelum dan sesudah

dilakukan pijat oksitosin di Nagari Salayo Wilayah Kerja Puskesmas

Salayo Tahun 2017.

BAB IV

METODE PENELITIAN

37
A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan quasy eksperiment dengan rancangan yang

digunakan adalah one group pretest-posttest design. Di dalam desain ini

pengukuran dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pengukuran yang dilakukan

sebelum pijat oksitosin (O1), kemudian diberikan pijat oksitosin (X) dan

pengukuran setelah diberikan pijat oksitosin (O2). Tanpa adanya kelompok

pembanding, dengan derajat kepercayaan 95% (<0.05) (Notoatmodjo, 2012).

Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

O1 X
O2

Keterangan:
O1 : Pengamatan sebelum intervensi
X : Intervensi
O2 : Pengamatan setelah intervensi

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Salayo pada

bulan April-Mei 2017, dimana nagari yang dijadikan tempat penelitian adalah

Nagari Salayo.

C. Populasi dan Sampel

a. Populasi

38
Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu yang

memberikan ASI eksklusif pada bayi yang berusia 1 minggu pertama yang

berjumlah 124 bayi di Nagari Salayo.

b. Sampel

Teknik penarikan sampel adalah secara purposive atau sampling

yang bertujuan (purposive sampling) didasarkan pada suatu pertimbangan

tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat

populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Sampel dalam penelitian ini

adalah ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayi yang berusia 1

minggu pertama. Jumlah sampel diambil dengan pertimbangan:

a) Responden warga yang tinggal di Nagari Salayo.

b) Bersedia menjadi responden.

c) Bayi yang memiliki berat badan lahir diatas 2500 gram

d) Responden kooperatif dalam penelitian ini.

e) Responden mempunyai bayi berusia 1 minggu pertama

f) Responden yang memberikan ASI eksklusif

g) Bayi yang frekwensi menyusunya kurang dari 8 kali/hari

h) Responden berusia produktif dan rentang umurnya setiap responden

hampir sama

i) Responden memiliki berat badan hampir sama dan tidak terlalu jauh

jaraknya

j) Responden memiliki ketebalan otot yang sama

D. Teknik Pengumpulan Data

39
Data dikumpulkan oleh peneliti dan diukur sebanyak dua kali.

Sebelum diberikan pijat oksitosin dan setelah diberikan pijat oksitosin.

Sebelumnya semua ibu menyusui yang berada di Nagari Salayo

dikategorikan sesuai kriteria yang diinginkan oleh peneliti, selanjutnya

jumlah ibu menyusui yang tersisa tersebut dilakukan pengukuran frekwensi

menyusu dan berat badan bayi sebelum dilakukan pijat oksitosin yang

dilakukan pada bulan April-Mei 2017 dengan teknik pengukuran langsung

menggunakan timbangan. Setelah diberikan pijat oksitosin pada bulan

April-Mei 2017, maka dilakukan pengukuran yang kedua. Pengukuran yang

kedua dilakukan dengan teknik pengukuran langsung menggunakan

timbangan yang sama untuk mengetahui berat badan bayi setelah diberikan

pijat oksitosin.

E. Prosedur Intervensi

Pada penelitian ini ada beberapa prosedur intervensi yang

dilaksanakan diantaranya sebagai berikut :

1. Peneliti melakukan pendekatan dulu kepada ibu yang di perkirakan

akan melahirkan pada bulan April-Mei 2017 yang dilihat melalui

kantong persalinan bidan, dengan menghadiri posyandu yang ada

dinagari salayo yang berjumlah 4 jorong diwilayah tersebut.

2. Setelah itu peneliti meminta izin kepada pihak Puskesmas Salayo

3. Peneliti mengidentifikasi semua ibu dengan cara pergi ke rumah ibu

tersebut yang dibantu oleh kader posyadu dan juga mendatangani

inform consent, sehingga didaptkan jumlah responden sesuai kriteia

sampel.

40
4. Setelah jumlah responden didapatkan, peneliti pergi kerumah masing-

masing responden dan peneliti mengisi kuesioner dan mengidentifikasi

frekwensi menyusu bayi serta mengukur berat badan masing-masing

bayi sebelum dilakukan pijat oksitosin.

5. Setelah semua kuesioner terisi dan lengkap, peneliti melakukan pijat

oksitosin. Pijat oksitosin ini dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari

selama 2-3 menit yaitu pada pagi hari dan sore hari pada setiap masing-

masing responden selama 1 minggu.

6. Setelah 24 jam peneliti memberikan pijat oksitosin, peneliti

mengidentifikasi berapa kali frekwensi menyusu bayi setelah diberikan

pijat oksitosin

7. Namun untuk berat badan bayi, peneliti mengukurnya setelah pijat

oksitosin diberikan selama satu minggu.

8. Setelah pijat oksitosin diberikan selama satu minggu, maka didapatkan

ada perbedaan frekwensi menyusu dan penambahan berat badan bayi

sebelum dan setelah dilakukan pijat oksitosin.

Adapun langkah-langkah melakukan pijat oksitosin adalah:

1. Perawat cuci tangan.

2. Buka pengait kutang/lepaskan kutang.

3. Duduk dengan kaki menapak pada lantai, (jika kaki tidak bisa menapak

pada lantai, usahakan untuk menambah kursi kecil/benda lain yang

dapat membuat kaki tidak menggantung).

4. Lipat kedua tangan di sebuah meja atau sandaran (dengan jarak tertentu

sehingga payudara menggantung).

5. Letakkan kepala di atas lengan tersebut.

41
6. Kepalkan jari-jari tangan kecuali ibu jari (dilakukan oleh

perawat/keluarga).

7. Pijat punggung ibu sejajar dengan tulang belakang dengan membentuk

lingkarang kecil dengan kedua ibu jari.

Gambar 1

Pijat oksitosin

8. Mulai dari leher kedua sisi tulang belakang kanan dan kiri bersamaan

sampai kearah tulang belakang.

Gambar 2

Daerah pemijatan oksitosin

9. Lakukan selama 2-3 menit minimal sehari dua kali.

42
F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

1. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan

penelitian setelah kegiatan pengumpulan data. Agar analisis peneliti

menghasilkan informasi yang benar, paling tidak ada empat tahapan dalam

pengolahan data yang harus dilalui, yaitu:

a. Editing

Kegiatan ini untuk melihat setiap hasil pengukuran yang di isi oleh

peneliti mengenai kelengkapan pengisian kuesioner. Pengisian biodata

responden terdiri dari nama ibu, umur ibu, nama bayi, umur bayi,

pendidikan ibu, pekerjaan ibu, BB ibu, ketebalan otot ibu, berat badan

bayi saat lahir, dan pengukuran frekuensi menyusui, sehingga data yang

terkumpul dapat lengkap dan konsisten sesuai dengan nilai pengukuran

yang ditentukan.

b. Coding

Setelah data terkumpul dan di edit, tahap berikutnya adalah

memberikan kode pada data atau mengkonfirmasi data yang terkumpul

selama penelitian kedalam simbol-simbol yang cocok untuk keperluan

analisis. Kategori frekuensi menyusui dalam satu hari diberi kode 1 =

normal, 2 = tidak normal. Sedangkan kategori berat badan bayi dalam

jangka waktu perminggu diberi kode 1 = normal, 2 = tidak normal.

Usia ibu diberi kode 1 = produktif, 2 = tidak produktif, pendidikan ibu

diberi kode 1 = PT, 2 = SMA, 3 = SMP, 4 = SD, 5 = tidak sekolah. BB

43
bayi sebelum dipijat diberi kode 1= normal bila ≥ 2500 gram, 2= tidak

normal bila < 2500 gram.

c. Entry

Sebuah kuesioner terisi penuh dan benar, dan telah dilakukan

pengkodean, langkah selanjutnnya adalah memproses data agar data

yang sudah dientri dapat dianalisis. Data dimasukkan kedalam master

tabel yang telah dibuat tabel dan kolom. Dalam penelitian ini proses

pengolahan data menggunakan sistem komputer.

d. Cleaning

Setelah data di masukkan dalam master tabel kemudian dilakukan

pengecekan kembali data yang sudah di entri apakah terdapat kesalahan

atau tidak.

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Setelah data

terkumpul kemudian data diolah menggunakan sistem komputerisasi. Data

yang terkumpul secara numerik yang mengidentifikasi frekwensi menyusu

dan berat badan bayi ibu menyusui sebelum dan setelah dilakukan pijat

oksitosin. Kemudian frekwensi menyusu dan berat badan bayi dalam

bentuk numerik disajikan pada tabel distribusi yang sebelumnya

dikategorikkan sesuai situasi dan konsisi yang ditentukan, bentuk

kategorik yaitu pada frekwensi menyusu dikategorikan normal bila

frekuensi menyusui besar sama dengan 8 dan tidak normal bila frekuensi

44
menyusui kurang dari 8, sedangkan berat badan bayi dikategorikan normal

bila BB bayi sesuai umur dan tidak normal bila BB bayi tidak sesuai

umur.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap frekwensi menyusu dan

penambahan berat badan bayi yang diduga berhubungan atau bekorelasi

dengan pijat oksitosin. Untuk melihat perbedaan frekwensi menyusu dan

penambahan berat badan bayi sebelum dan sesudah dilakukan pijat

oksitosin maka dilihat dulu apakah distribusi frekwensi datanya normal,

apabila distribusi frekuensi datanya normal, maka uji yang dilakukan

adalah uji statistik parametrik yaitu uji T dependen yang seringkali disebut

uji T paired/related atau pasangan yang sering digunakan pada analisis

data penelitian eksperimen dimana kedua kelompok sampel bersifat

dependen dan mempunyai subyek yang sama atau tidak ada kelompok

pembanding.

Dimana syarat uji t adalah bila populasi yang disampel harus

berdistribusi normal, membandingkan mean sampel dengan mean

populasi. Dengan menggunakan derajat kepercayaan 95% dan tingkat

kemaknaan P value < α = 0.05 artinya adanya perbedaan yang signifikan

antara frekwensi menyusu dan penambahan berat badan bayi sebelum dan

setelah dilakukan pijat oksitosin. Namun apabila distribusi frekuensi

datanya tidak normal, biasanya menggunakan analisis uji statistik

nonparametrik yaitu uji yang skalanya bersifat nominal ordinal.

45
G. Pertimbangan Etik

Etik penelitian dilakukan dengan memberikan informed consent

terlebih dahulu kepada responden. Pemberian lembar persetujuan diawali

dengan menjelaskan tujuan dilakukan penelitian. Dalam surat persetujuan

pada intinya berisi kesediaan responden untuk memberikan data tanpa

paksaan, juga dijelaskan pada responden bahwa data yang terkumpul akan

dijaga kerahasiaannya.

46

Anda mungkin juga menyukai