Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh

jumlah ASI yang diperoleh, termasuk energi dan zat gizi yang terkandung

didalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi

kebutuhan pertumbuhan sampai usia bayi 6 bulan. Setelah itu, ASI hanya

berfungsi sebagai sumber protein, vitamin, dan mineral utama untuk bayi

yang mendapat makanan tambahan. (Maryunani, Anik,2012)

Berbagai penelitian telah menguak rahasia bahwa hanya air susu ibu

makanan terbaik dan paling sesuai untuk bayi manusia. Selama kurang lebih

sembilan bulan sepuluh hari bayi tumbuh didalam rahim ibunya. Setelah

dilahirkan, ibu akan memberikan ASI untuk menjaga kelangsungan

kehidupan bayi pada tahun-tahun pertamanya. (Sunarti, Sri, 2013).

Menurut Riskesdas 2013, proses mulai menyusui terbanyak terjadi

pada 1-6 jam setelah kelahiran (35,2%) dan kurang dari 1 jam (inisiasi

menyusui dini) sebesar 34,5%. Sedangkan proses mulai menyusui terendah

terjadi pada 7-23 jam setelah kelahiran yaitu sebesar 3,7%. Mengacu pada

target renstra pada tahun 2015 yang sebesar 39%, maka secara nasional

cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia kurang dari enam bulan

sebesar 55,7% telah mencapai target. Menurut provinsi, kisaran cakupan ASI

eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan antara 26,3% (Sulawesi Utara) sampai

86,9% (Nusa Tenggara Barat). Dari 33 provinsi yang melapor, sebanyak 29 di

1
antaranya (88%) berhasil mencapai target renstra 2015 (Kemenkes RI, 2015 :

145).

Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Kabupaten Solok, jumlah bayi

yang diberi ASI eksklusif terbanyak terdapat di Puskesmas Salayo yaitu

sebanyak 265 bayi atau 33,7 % di tahun 2015 dan 367 bayi atau 42,6 % di

tahun 2016. Jumlah ini semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Berdasarkan data dari Puskesmas Salayo, dari 4 Nagari yang ada di

Puskesmas Salayo jumlah bayi yang diberi ASI ekslkusif terbanyak adalah

Nagari Salayo yaitu sebanyak 234 bayi. Sedangkan 3 Nagari lainnya yaitu

Koto Baru ada 78 bayi, Gantung Ciri ada 50 bayi dan Koto Hilalang ada 25

bayi.

ASI eksklusif dikenal sebagai cara untuk dapat memenuhi kebutuhan

nutrisi bayi sampai 6 bulan. Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI,

beberapa kriteria yang dpat digunakan sebagai patokan untuk mengetahui

jumlah ASI cukup atau tidak salah satunya adalah berat badan bayi naik

sesuai dengan usia. (Listriana Fatimah, 2014).

Masalah produksi ASI yang sangat berlebihan dipersulit dengan

beberapa aturan yang ibu berikan mengenai menyusui seperti menyusui pada

masing-masing payudara selama 15 menit. Ibu ini memiliki banyak ASI, dan

bayi sangat baik dalam mengisapnya. Bayi ini mungkin mengisap jumlah ASI

yang sangat banyak dalam waktu singkat. Salah satu pakar menengaskan

bahwa maslah produksi ASI yang sangat berlebihan dapat ditegakkan dengan

menimbang berat badan bayi sebelum dan setelah menyusui. (Cadwell, arin,

2011).

2
Berat badan merupakan hasil peningkatan atau penurunan semua

jaringan yang ada pada tubuh. Berat badan dipakai sebagai indikator yang

terbaik saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak,

sensitif terhadap perubahan sedikit saja, pengukuran objektif dan dapat

diulangi.

Penambahan berat badan bayi merupakan salah satu cara untuk

melihat pertumbuhan pada bayi. Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai

kenaikan berat badan setelah lahir. Seorang bayi yang dianggap cukup

mendapatkan ASI jika terdapat penambahan berat badan yang signifikan.

Juga telah ditemukan bahwa bayi-bayi yang dibiarkan mengatur frekwensi

menyusunya mengalami kenaikan berat badan yang lebih cepat, dan lebih

mungkin untuk menyusu dalam waktu yang lebih lama daripada bayi yang

dibatasi atau ditentukan waktunya. (Maryunani Anik, 2010 ; 56).

Penambahan berat badan bayi (pasca neonatal) usia 29 hari/1 bulan –

1 tahun sangat menyolok. Menurut Sumitro (1986), pada masa ini

penambahan berat badan bayi biasanya pada tiga bulan pertama 750 gram per

bulan, yang selanjutnya pertambahan makin lama akan berkurang, sehingga

pada umur 5 bulan, berat badan bayi biasanya mencapai dua kali berat waktu

dilahirkan. Pada umur 2 tahun 6 bulan berat badan bayi menjadi empat kali

waktu dilahirkan. (Maryunani Anik, 2010 ; 59).

Pertumbuhan berat badan bayi usia 0-6 bulan mengalami penambahan

140-200 gram/minggu dan berdasarkan kurva pertumbuhan yang diterbitkan

oleh National Center for Health Statistics (NHCS), berat badan bayi akan

meningkat dua kali lipat dari berat lahir pada akhir usia 4-7 bulan. Berat

3
badan lahir normal bayi sekitar 2500-3500 gram, apabila kurang dari 2500

gram dikatakan bayi memiliki berat badan lahir rendah (BBLR),sedangkan

bila lebih dari 3500 gram dikatakan makrosomia.

Pengukuran berat badan merupakan pengukuran yang terpenting

dalam memeriksa bayi/balita. Pengukuran berat badan dapat berfungsi untuk

menilai keadaan gizi, tumbuh kembang dan kesehatan anak, memantau

kesehatan misalnya penyakit dan pengobatan, dasar perhitungan dosis obat

dan makanan yang perlu dilakukan. (Maryunani Anik, 2010 ; 56). Jika bayi

baru lahir yang menyusu ASI mengalami penurunan berat badan lebih dari

7% berat badan lahir, harus terdapat evaluasi pemberian ASI yang cepat dan

intensif. Intervensi untuk memperbaiki masalah dan meningkatkan produksi

serta pemberian ASI harus dimulai dengan tindak lanjut yang cermat.

(Cadwell, Karin, 2015 ; 71). Untuk meningkatkan volume ASI pada masa

nifas, ibu dapat memberikan terapi pijat bayi dan pijat oksitosin. (Rini Susilo,

2015)

Pijat oksitosin adalah pemijtan pada sepanjang kedua sisi tulang

belakang. Pijat ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau refleks

pengeluaran ASI. Ibu yang menerima pijat oksitosin akan merasa lebih rileks.

Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin atau let down

reflex. Selain untuk merangsang let down reflex manfaat pijat oksitosin adalah

memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement),

mengurangi sumbatan ASI, merangsasng pelepasan hormon oksitosin,

mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit. ( Rahayu, Anik Puji,

2016).

4
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Wilayah Kerja

Puskesmas Salayo berdasarkan kantong persalinan bidan perkiraan jumlah

ibu menyusui yang bayinya berusia 1 minggu pertama pada bulan April-Mei

2017 sebanyak 124 bayi. Dan dari hasil wawancara dengan bidan desa di

Lurah Nan Tigo Salayo mengatakan bahwa ini sangat baik dilakukan karena

sebelumnya di wilayah kerja Puskesmas Salayo ini belum pernah dilakukan,

serta hasil dari wawancara dengan kader posyandu mengatakan belum pernah

mendengar tentang pijat oksitosin, dan biasanya ibu pos partum yang bayinya

berusia 1 minggu pertama yang sering dilakukan adalah dengan hanya pergi

berobat ke dukun dan makan sayur daun katu untuk memperlancar ASI nya.

Dari hasil wawancara peneliti pada tanggal 15 Maret 2017 kepada

salah satu ibu menyusui bayinya secara eklslusif dengan melihat buku KIA

ibu tersebut, penambahan rata-rata bayi selama satu bulan pertama adalah

420 gram, jadi selama satu minggu penambahan rata-rata bayinya hanya 105

gram, karena pada saat pertama bayi lahir ASI ibu tersebut lama keluarnya,

dan payudaranya terasa bengak waktu itu, dan upaya yang dilakukan oleh ibu

tersebut pergi berobat ke dukun dan makan dayur daun katu, tetapi belum

pernah dicoba upaya lain seperti pemompaan pada payudara maupun pijat,

namun yang akan diteliti oleh peneliti adalah “Perbedaan Frekwensi Menyusu

dan Penambahan Berat Badan Bayi Sebelum dan Sesudah dilakukan Pijat

Oksitosin di Nagari Salayo Wilayah Kerja Puskesmas Salayo Tahun 2017”.

5
B. Rumusan Masalah

ASI sangat penting untuk kebutuhan biologis dan psikologis bayi,

terutama dalam meningkatkan berat badan bayi. Bila produksi ASI meningkat

maka frekuensi menyusu juga meningkat sehingga berat badan bayi juga akan

meningkat. Beberapa hal yang mempengaruhi produksi ASI adalah makanan,

penggunaan alat kontrasepsi, perawatan payudara, pola istirahat, frekuensi

penyusuan, berat lahir bayi dan umur kehamilan saat melahirkan. Untuk

mengeluarkan ASI diperlukan hormon oksitosin yang kerjanya dipengauhi

oleh isapan bayi. Namun relatif yang belum diteliti adalah perbedaan

frekwensi menyusu dan penambahan berat badan bayi sebelum dan sesudah

dilakukan pijat oksitosin di Nagari Salayo Wilayah Kerja Puskesmas Salayo

tahun 2017.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Apakah ada perbedaan frekwensi menyusu sebelum dan sesudah dilakukan

pijat okstosin di Nagari Salayo Wilayah Kerja Puskesmas Salayo Tahun

2017 ?

2. Apakah ada perbedaan penambahan rata-rata berat badan bayi sebelum dan

sesudah dilakukan pijat okstosin di Nagari Salayo Wilayah Kerja Puskesmas

Salayo Tahun 2017 ?

6
D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah diperoleh gambaran

perbedaan anatara fgrekwensi menyusu dan penambahan berat bdan bayi

sebelum dan sesudah dilakukan pijat okstosin di Nagari Salayo Wilayah

Kerja Puskesmas Salayo Tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a) Mengidentifikasi frekwensi menyusu sebelum dilakukan pijat oksitosin

pada ibu menyusui yang bayinya berusia 1 minggu pertama di Nagari

Salayo Wilayah Kerja Puskesmas Salayo tahun 2017.

b) Mengidentifikasi frekwensi menyusu sesudah dilakukan pijat oksitosin

pada ibu menyusui yang bayinya berusia 1 minggu pertama di Nagari

Salayo Wilayah Kerja Puskesmas Salayo tahun 2017.

c) Mengidentifikasi berat badan bayi sebelum dilakukan pijat oksitosin pada

ibu menyusui yang bayinya berusia 1 minggu pertama di Nagari Salayo

Wilayah Kerja Puskesmas Salayo tahun 2017.

d) Mengidentifikasi berat badan bayi sesudah dilakukan pijat oksitosin pada

ibu menyusui yang bayinya berusia 1 minggu pertama di Nagari Salayo

Wilayah Kerja Puskesmas Salayo tahun 2017.

e) Membandingkan frekwensi menyusu sebelum dan sesudah dilakukan pijat

oksitosin pada ibu menyusui yang bayinya berusia 1 minggu pertama di

Nagari Salayo Wilayah Kerja Puskesmas Salayo tahun 2017.

7
f) Membandingkan berat badan bayi sebelum dan sesudah dilakukan pijat

oksitosin pada ibu menyusui yang bayinya berusia 1 minggu pertama di

Nagari Salayo Wilayah Kerja Puskesmas Salayo tahun 2017.

E. Manfaat Penelitian

a. Teoritis

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan dapat dijadikan sebagai

dasar pertimbangan bagi ilmu pengetahuan.

b. Metodologis

Dapat dijadikan sebagai masukan dan informasi bagi tenaga kesehatan

agar dapat meningkatkan frekwensi menyusu dan berat badan bayi dengan

cara pijat oksitosin dengan metode pendidikan kesehatan dan demonstrasi

pada ibu menyusui.

c. Aplikatif

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh tenaga kesehatan yang ada di

Puskesmas Salayo dalam upaya mengatasi hambatan produksi ASI dengan

pijat oksitosin.

8
F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini akan dilakukan tentang perbedaan

frekwensi menyusu dan penambahan berat badan bayi sebelum dan sesudah

dilakukan pijat oksitosin di Nagari Salayo Wilayah Kerja Puskesmas Salayo

Tahun 2017. Dimana variabel dependent dalam penelitian ini adalah

frekwensi menyusu dan penambahan berat badan bayi, sedangkan variabel

independent yang digunakan yaitu pijat oksitosin. Penelitian ini akan

dilaksanakan pada bulan April-Mei 2017 dan cara pengumpulan data dengan

wawancara dengan instrumen yang ditetapkan yaitu kuesioner dan dengan

cara pengukuran langsung dengan alat ukurnya timbangan. Populasi

penelitian ini ibu yang memberikan ASI esklusif pada bayinya yang berusia 1

minggu pertma. Teknik pengambilan sampel adalah dengan cara purposive

sampling yaitu ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayi berusia 1

minggu pertama yang memenuhi kriteria yang dibuat oleh peneliti dengan

jumlah responden yang sesuai dengan kriteria tersebut.

Anda mungkin juga menyukai