Anda di halaman 1dari 14

Sampul

PROPOSAL KEPERAWATAN ANAK


TERAPI BERMAIN PADA ANAK DENGAN ORIGAMI

Oleh :

KHANAN SARPIYAH S. LAURU GRACE BONDJOLU


ELEN SUSIANTI RIZKA ANDIKA S. ADAM
MILA KARMILA SALILAMA MOH FAUZAN
MAGHFIRA DJALIHU MOH ARIF SAHRANI
NURFADILAH RANGA MOH REZA RIZALDI
NURAFRIANA Y NANIO MOH RISALDI
GEDE AGUS KRISNA QATRUN NADA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN POSO
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, serta hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal Keperawatan Anak ini dengan judul “Terapi Bermain
Origami Pada Anak Prasekolah ”.
Penulis menyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki penulis maka Proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
diharapkan penulis untuk dijadikan sebagai perbaikan.

ii
DAFTAR ISI

Sampul...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................iv
A. Latar belakang.......................................................................................................iv
B. Rumusan Masalah.................................................................................................vi
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................vi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................1
A. Tinjauan Anak Pra-Sekolah....................................................................................1
B. Tinjauan Terapi Bermain........................................................................................4
C. Tinjauan Terapi Bermain Origami..........................................................................5
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................8

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Anak usia prasekolah memiliki peluang besar untuk mengalami
masalah kesehatan jika dikaitkan dengan respon imun dan kekuatan
pertahanan dirinya yang belum optimal . Masalah kesehatan yang sering
terjadi pada anak usia prasekolah adalah infeksi saluran pernafasan,
demam dan diare. Permasalahan kesehatan yang terjadi pada anak usia
prasekolah sering mengakibatkan anak harus menjalani rawat inap atau
hospitalisasi. Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis yang membuat
anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangan ke rumah.
Anak prasekolah yang sakit dan harus dirawat di rumah sakit dapat
mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan. Pengalaman yang
tidak menyenangkan pada anak prsekolah memunculkan berbagai respon
terhadap pengalaman hospitalisasi. Respon yang paling umum pada anak
prasekolah yang menjalani hospitalisasi adalah kecemasan(Sai’dah et al,
2014).
Hospitalisasi merupakan cara yang efektif untuk menyembuhkan
anak yang sedang sakit. Bagi anak hospitalisasi merupakan pengalaman
yang tidak menyenangkan, dan akan memunculkan berbagai respon salah
satunya adalah cemas. Kecemasan pada anak yang menjalani hospitalisasi
disebabkan karena perpisahan, kehilangan, ketakutan tentang tubuh yang
disakiti dan nyeri . Dampak dari kecemasan akibat hospitalisasi pada anak
prasekolah dapat mengganggu tumbuh kembang anak, proses
penyembuhan, dan trauma pada anak setelah keluar dari rumah sakit.
Untuk mengurangi dampak kecemasan akibat hospitalisasi yang
dialami anak, diperlukan suatu media yang dapat mengungkapkan rasa
cemasnya, salah satunya yaitu terapi bermain. Terapi bermain merupakan
suatu kegiatan bermain yang dilakuakan untuk membantu proses

iv
penyembuhan anak dan sarana dalam melanjutkan pertumbuhan dan
perkembangan anak secara optimal. (Al-ihsan et al., 2018).
Kegiatan bermain memiliki berbagai variasi. Salah satu kegiatan
bermain yang sesuai dengan perkembangan anak usia pra sekolah adalah
kegiatan melipat kertas atau yang biasa disebut sebagai origami. Sebuah
literatur review menyebutkan bahwa origami telah menjadi kegiatan
keterampilan bagi 97% anak pra sekolah di Jepang dan praktik ini telah
dilakukan lebih dari 140 tahun (Nishida, 2019). Origami menjadi pilihan
kegiatan bagi anak pra sekolah karena pada usia ini, anak berada pada
tahap perkembangan bermain social dan fantasi. Kegiatan origami dapat
memenuhi tugas perkembangan fantasi pada anak (Jones, 2018).
Selanjutnya, fantasi anak dapat mendukung kreativitas anak.
Penelitian(Setiawati, 2019) pada siswa PAUD di Cimahi Tengah
membuktikan bahwa origami mampu meningkatkan kemampuan berkreasi
anak. Selain itu, origami juga mampu meningkatkan kemampuan motorik
halus anak usia pra sekolah, seperti yang telah dibuktikan oleh Widayati,
Simatupang, & Sari (2019) pada penelitiannya pada anak PAUD di
Indonesia.
Oleh karenanya origami menjadi pilihan kegiatan bermain untuk
anak usia pra sekolah yang dirawat di rumah sakit untuk mengurangi
kecemasan mereka dan penelitian membuktikan origami dapat
menurunkan kecemasan anak usia pra sekolah ketika menjalani perawatan
di rumah sakit (Mathew & H, 2018; Al- ihsan, Santi, & Setyowati, 2018;
Juwita, 2019; Kodiriya, Munir, Kholisotin, Fauzi, & Wahid, 2019). (Da
silva et al., 2020).
Kegiatan bermain origami yang terbukti efektif menurunkan
kecemasan dapat diterapkan di rumah sakit ini. Namun, diperlukan
pengujian kembali untuk keefektifan tersebut dengan menambahkan
sampel (Mathew & H, 2018). Selanjutnya, Kodiriya et al. (2019) telah
melakukan menambahkan sampel namun dengan pengukuran kecemasan
yang berbeda dengan menggunakan HARS dan analisis ANOVA test.

v
Oleh karena itu, diperlukan pengujian kembali dengan menambahkan
jumlah sampel dan menggunakan uji statistik yang berbeda dari yang telah
dilakukan sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur
keefektifan kegiatan bermain origami terhadap penurunan kecemasan anak
usia pra sekolah yang mengalami hospitalisasi dengan jumlah sampel yang
lebih banyak dan dengan uji statistik yang berbeda.

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk melaksanakan penerapan terapi bermain origami terhadap
tingkat kecemasan pada anak prasekolah
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani
perawatan.
b. Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap
stress karena penyakit dan dirawat.
c. Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkap atau
konsentrasi anak.
d. Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat
penyembuhan.
e. Untuk menambah pengetahuan mengenali warna
f. Untuk mengembangkan imajinasi pada anak.

vi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Anak Pra-Sekolah


1. Pengertian
Anak usia prasekolah di mulai sejak umur 3-6 tahun priode ini ini
berawal dari anak- anak yang sudah mampu bergerak dan berdiri
hingga mereka masuk sekolah, dicirikan dengan aktivitas yang tinggi
(Wong et al., 2008)
Anak usia prasekolah di mulai sejak umur 3-6 tahun priode ini ini
berawal dari anak- anak yang sudah mampu bergerak dan berdiri
hingga mereka masuk sekolah, dicirikan dengan aktivitas yang tinggi
(Astarani, 2017)
2. Ciri-Ciri
Menurut patmonodewo (2008), mengemukakan ciri-ciri anak
prasekolah (3-6 tahun) meliputi :
a. Ciri fisik
Penampilan maupun gerak gerik anak usia prasekolah nudah
dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya
yaitu umumnya anak sangat aktif, mereka telah memiliki control
terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan
sendiri seperti memberikan kesempatan kepada anak untuk lari,
memanjat dan melompat.
b. Ciri social
Anak prasekolah biasanya bersosialisasi dengan orang lain yang
berada disekitarnya. Pada umumnya pada tahap ini memiliki satu
atau dua sahabat, namun sahabat ini cepat berganti, mereka mau
bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya sama jenis
kelamin. Tetapi kemudian perkembangan sahabat yang terdiri dari
jenis kelamin yang berbeda.

1
c. Ciri emosional
Anak prasekolah cenderung mengekspresikan dengan bebas dan
terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan, dan iri hati yang sering
terjadi. Mereka sering kali memperebutkan perhatian guru
d. Ciri kognitif
Pada umumnya telah terampil dalam bahasa. Sebagian besar dari
mereka senang bicara, khususnya dalam kelompoknya. Sebaiknya
diberi kesempatan untuk bicara. Sebagian mereka perlu dilatih
untuk menjadi pendengar yang baik.
3. Perkembangan Anak
a. Perkembangan fisik
Pertumbuhan anak pada masa prasekolah mengalami pertumbuhan
fisik khususnya berat badan meningkat pertahunnya rata-rata 2 kg,
kelihatan kurus akan tetapi aktivitas motoric tinggi, dimana system
tubuh sudah mencapai kematangan seperti berjalan, melompat, dll.
Khususnya ukuran tinggi badan anak bertambah rata-rata 6,75-7,5
cm setiap tahunnya (Alimul Hidayat, 2005).
b. Perkembangan motorik
Pada anak prasekolah perkembangan motoriknya meliputi motorik
kasar dan motorik halus. Motorik halus merupakan
pengorganisasian penggunaan otot-otot kecil seperti jari jemari dan
tangan yang sering digunakan dan koordinasi dengan tangan,
keterampilan yang mnecakup pemanfaatan menggunakan alaat-alat
untuk menggunakan suatu objek. Motorik kasar merupakan
gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi
antar-anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar,
sebagian atau seluruh anggota tubuh (Nursalam, 2005)
Keterampilan motorik kasar pada anak usia 3-6 tahun sudah dapat
melompat dengan satu kaki, melompat dan berlari lebih lancer,
mengembangkan kemampuan olahraga seperti meluncur dan
berenang, anak usia prasekolah dapat mengendarai sepeda roda

2
tiga, menaiki dan menuruni tangga dengan kaki bergaantian,
berdiri dengan satu kaki selama beberapa menit, melompat dengan
satu kaki. Pada usia 4 tahun dapat melompati tali dan berdiri
seimbang dengan satu kaki dan mata tertutup Pada usia 5 tahun.
Keterampilan motorik halus anak dapat merekatkan sepatu, dapt
membuat jembatan dengan tiga balok, menggambar tanda silang,
mampu mengancing baju sendiri, makan sendiri, dapat makan
menggunakan sendok dan garpu, mengoleskan selai ke roti dengan
menggunakan pisau, menuangkan air ke dalam gelas, mandi
sendiri, menggunakangayung saat mandi dan dapat ke toilet sendiri
(Muscari, 2005).
c. Perkembangan bahasa
Dalam hal ini anak menyebutkan hingga empat gambar, empat
warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung, menggunakan
bunyi untuk mengindentifikasi objek, orang atau aktivitas, meniru
berbagai bunyi kata, memahami arti larangan, berespon terhadap
panggilan dan orang-orang anggota keluaraga terdekat (Alimul
Hidayat, 2005)
Rata-rata anak pada usia 3 tahun mengucapkan 900 kata, berbicara
kalimat dengan 3-4 kata dan berbicara terus-menerus. Rata-rata
usia 4 tahun mengucapkan 1500 kata, mengatakan cerita yan
berlebihan dan bernyanyi yang sederhana. Rata-rata anak usia 5
tahun dapat mengucapkan 2100 kata, mengetahui 4 warna atau
lebih dan dapat mengucapkan hari-hari dalam satu minggu dan
bulan (Muscari, 2005)
d. Perkembangan adaptasi social
Perkembangan adaptasi social dapat bermain dengan permainan
sederhana. Menangis jika dimarahi, membuat permainan
sederhana, membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh,
menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan,
mengenali anggota keuarga (Alimul Hidayat, 2005)

3
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita.
Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas,
kesadaran social, kesadaran emosional dan intelegensia berjalan
dengan sangat cepat. Perkembangan psikososial sangat dipengaruhi
oleh lingkungan dan interaksi antara anak dengan orangtuanya.
Perkembangan anak akan optimal bila interaksi social diusahakan
sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan
(Alimul HIdayat, 2005)
B. Tinjauan Terapi Bermain
1. Pengertian
Bermain merupakan kegiatan atau simulasi yang snagat tepat untuk
anak.bermain dapat meningkatkan daya piker anak untuk
mendayagunakan aspek emosional, social, fisik, serta dapat
meningkatkan kemmapuan fisik, pengalaman, dan pengetahuan serta
keseimbangan mental anak (Andriana, 2011)
Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual,
emosional, dan sosial (Soetjiningsih, 1998). Permainan dapat
mengasah ketrampilan dan kreatifitas anak agar tidak mengalami
hambatan dalam perkembangan. Origami adalah suatu seni melipat
kertas sehingga menghasilkan berbagai macam bentuk, misalnya
bentuk hewan, bunga atau alat transportasi.
Terapi bermain merupakan suatu kegiatan bermain yang
dilakuakan untuk membantu proses penyembuhan anak dan sarana
dalam melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan anak secara
optimal. Terapi bermain akan belajar mengendalikan diri sendiri,
memahami kehidupan, memahami dunianya (Mulyani, 2006).
Jadi, terapi bermain merupakan salah satu intervensi yang dapat
diberikan kepada anak ketika dirawat di rumah sakit. Saat
hospitalisasi, anak cenderung mengalmi stress yang berlebihan.

4
Melalui terapi bermain anak dapat mengeluarkan rasa takut, cemas
yang mereka alami serta terapi bermain sesuai dengan kebutuhan
tumbuh kembang anak.
2. Tujuan
Menurut Zellawati (2011) dalam Astarani (2017), tujuan terapi
bermain adalah untuk menciptakan suasana aman bagi anak-anak
dalam mengekspresikan diri mereka, memahami bagaimana sesuatu
dapat terjadi, mempelajari aturan social dan mengatasi masalah mereka
serta memberikan kesempatan pada anak-anak untuk berekspresi dan
mencoba sesuatu yang baru.
C. Tinjauan Terapi Bermain Origami
1. Pengertian
Terapi bermain yang sesuai dengan tugas perkembangan anak
prasekolah yaitu permainan melipat kertas (origami) (Hurlock, 2000).
Bermain origami adalah kegiatan melipat kertas menjadi suatu
bentuk atau gambaran dengan menggerakkan tangan sambil berfikir
(Kobayasi, 2008; Sa’diah, 2014). Manfaat dari terapi bermain origami
adalah sebagai berikut:
a. Melatih motorik halus pada anak sekaligus sarana bermain yang
aman, murah, menyenangkan dan kaya manfaat.
b. Melalui origami anak belajar membuat mainannya sendiri sehingga
tercipta kepuasan tersendiri.
c. Membentuk karakter anak menjadi sabar dan disiplin dalam
mencapai bentuk yang diinginkan.
d. Dapat menambah wawasan anak, anak bebas berkarya sesuai
keinginannya
e. Melalui origami anak berpikir matematis serta perbandingan lewat
bentuk-bentuk yang dibuat.
2. Prosedur
a. Persiapan

5
1) Siapkan kertas lipat origami yang akan digunakan sebagai alat
terapi bermain
2) Siapkan tempat yang akan digunakan untuk terapi bermain
b. Cara bermain
1) Siapkan kertas origami, lipat menjadi 2 bagian sama besar
secara mendatar (horizontal)
2) Buka lipatan kertas hasil langkah pertama, balik kertas,
kemudian lipat kembali secara mendatar pada sisi lainnya
3) Buka lipatan hasil langkah ke 2, balik kertas, kemudian lipat
kertas menjadi 2 bagian sama besar secara diagonal
4) Buka lipatan kertas hasil langkah ke 3. Lipat kembali kertas
secara diagonal pada sisi lainnya
5) Buka lipatan kertas dari langkah ke 4. Lipat kertas mengikuti
garis lipatan yang terbentuk
6) Beri tanda “X” dan “Y”, lalu lipat dan pastikan sejajar antara
garis lipatan “X” dan “Y”
7) Beri tanda “A” dan “B” pada sisi lainnya, kemudian lipat dan
pastikan sejajar.
8) Perhatikan tanda “X” dan “Y” kemudian lipat kembali dan
pastikan sisi “X” sejajar dengan garis lipatan “Y”
9) Lipat kembali kertas (sisi “A” ke arah kiri) dengan batasan sisi
“B”.
10) Balik kertas origami lalu beri lukisan agar terlihat lebih cantik
dan jelas.

6
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ihsan, M., Santi, E., & Setyowati, A. (2018). Terapi Bermain Origami
Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah., 6(1), 63–70.
Da Silva, G. F., Yulianti, N. R., & Ina, A. A. (2020). Terapi Bermain Origami
Untuk Menurunkan Kecemasan Anak Usia Prasekolah Selama Hospitalisasi.
Jurnal Kesehatan, 9(1), 13–19. Https://Doi.Org/10.46815/Jkanwvol8.V9i1.89
Sai’dah Et Al. (2014). Pengaruh Terapi Bermain Origami Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Anak Prasekolah Dengan Hospitalisasi Di Ruang Aster
RSD Dr . Soebandi Jember Preschool Age Children Hospitalization In Aster
’ S Room Of RSD Dr . Soebandi Jember ). Pustaka Kesehatan, 2(3), 530–
536. Jurnal.Unej.Ac.Id
Wong,D.L., Eaton.M.H., Wilson,D., Winkelstein.M.L., Schwartz.P. (2008). Buku
Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Ed.6, Vol 1. Jakarta: EGC
Astarani, K. 2017. Hospitalisasi & Terapi Bermain Pada Anak. Nganjuk : Adjie
Media Nusantara
Patmonodewo, Soemiarti. 2008. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka
Cipta
Hidayat, A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba
Medika
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak Edisi 1. Jakarta : Salemba
Medika.
Muscari. 2005. Panduan Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Mulyani, Rini (2006). Permainan Edukatif dalam Perkembangan Logic-smart
Anak. Universitas Negeri Semarang, Semarang
Soetjiningsih (1998). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Zellawati. 2011. Terapi Bermain Untuk Mengatasi Permasalahan pada Anak.
Majalah Ilmiah Informatika, 3. Diakses 1 Januari 2018 (09:30)
Astarani, K. 2017. Hospitalisasi & Terapi Bermain Pada Anak. Nganjuk : Adjie
Media Nusantara.

7
Hurlock EB. 2000. Perkembangan anak. Jilid 1. Jakarta: EGC.
Kobayashi K. 2008. Membuat pintar: latihan origami. Jakarta: PT. Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai