Disusun oleh :
Segala puji dan syukur atas hadirat Allah SWT, yang telahmemberikan rahmat
dan inayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “komunikasi
terapeutik pada anak remaja”
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusun, bahasa, maupun penulisan. Oleh karena itu, kami sengat berharap
mendapat kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca bapak dan teman-
teman, agar kami bisa menjadi lebih baik di masa mendatang. Semoga makalah yang
kami buat ini bias menambah wawasan para pembaca dan bisa memberikan rmanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan untuk kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI 1
BAB 1 PENDAHULUAN 2
A. Latar Belakang 2
B. Tujuan 2
BAB 2 PEMBAHASAN 3
A. komunikasi terapeutik pada anak dan remaja menurut Buku Pediatric Nursing
Khususnya Hockenberry and Wilson 3
B. komunikasi terapeutik pada anak dan remaja menurut Artikel Publikasi di Pubmed
3
C. komunikasi terapeutik pada anak dan remaja menurut website Rising Children
5
BAB 3 PENUTUP 23
A. Kesimpulan 23
B. Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum komunikasi anak merupakan proses pertukaran informasi yang
disampaikan oleh anak kepada oran lain dengan harapan orang yang diajak dalam
pertukaran informasi tersebut mampu memenuhi kebutuhannya. Dalam tinjauan ilmu
keperawatan anak, anak merupakan seseorang yang membutuhkan suatu perhatian
dan kasih sayang, sebagai kebutuhan khusus anak yang dapat dipenuhi dengan cara
komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal yang data menumbuhkan
kepercayaan pada anak sehingga tujuan komunikasi dapat tercapai.
Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Remaja dimulai dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan mulai dari usia 12
atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun
(Papalia & Olds, 2001).
Dunia kesehatan terutama disiplin ilmu keperawatan erat kaitannya dengan
komunikasi dengan pasien. Kita sangat perlu untuk mempelajari bagaimana teknik
berkomunikasi dengan pasien terlebih lagi dengan pasien anak. Dengan mempelajari
teknik komunikasi terapeutik, kita mampu membuat asuhan keperawatan yang benar-
benar berfokus pada pasien.
B. Tujuan
Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan komunikasi terapeutik pada
anak dan remaja.
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengerti komunikasi terapeutik pada anak dan
remaja menurut Buku Pediatric Nursing Khususnya Hockenberry and
Wilson
2. Mahasiswa mampu mengerti komunikasi terapeutik pada anak dan
remaja menurut Artikel Publikasi di Pubmed
3. Mahasiswa mampu mengerti komunikasi terapeutik pada anak dan
remaja menurut website Rising Children
BAB II
PEMBAHASAN
Anak merupakan individu yang unik, bukan miniature orang dewasa. Mereka
juga bukan salinan dari orang tua mereka, tetapi merupakan pribadi dengan
haknya sendiri dengan kapasitas untuk menjadi orang dewasa yang unik.
Melalui komunikasi anak-anak membentuk hubungan, tidak hanya dengan
manusia lain tetapi juga dengan dunia social di sekitarnya. Berkomunikasi
pada anak membutuhkan pendekatan yang khusus dan berbeda, sehingga
kemampuan dalam berkomunikasi pada anak dipengaruhi oleh keluarga dan
tingkat perkembangan anak, yaitu perkembangan neurologi dan intelektual.
Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini
disebabkan karena perbendaharaan kata anak kira-kira 900-1200 kata.
Oleh karena itu saat menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana,
singkat, dan gunakan istilah yang dikenalnya. Berkomunikasi dengan
anak melalui objek transisional seperti boneka, puppet atau boneka
binatang sebelum bertanya langsung pada anak. Berbicara dengan
orang tua bila anak malu-malu. Beri kesempatan pada anak yang lebih
besar untuk berbicara tanpa keberadaan orang tua.
Pada anak usia ini, khususnya usia tiga tahun anak sudah mampu
menguasai Sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan
seperti mengapa, apa, kapan, dan sebagainya. Komunikasi pda usia in
sifatya sangat egosentris, rasa ingin tahu yang sangat tinggi,
inisiatifnya tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya,
takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini
anak belum fasih dalam berbicara. (Behrman 1996).
Pada usia ini cara komunikasi yang tepat untuk dilakukan adalah
dengan memberitahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi
kesempatan pada mereka untk menyentuh alat pemeriksaan yang akan
digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidakk
dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang lebih
sederhana, hindarkan sikap mendesak jika tidak dijawab misalnya
“jawab dong”. Mengalihkan aktifitas saat komunikasi dengan maksud
anak mudah diajak berkomunikasi, memberika mainan saat
berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya
kesadaran diri dimana kita harus menghindari konfrontasi langsung,
duduk yang terlalu dekat berhadapan. Secara nonverbal kita selalu
memberikan dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan ,
jangan sentuh anak tanpa disetujui olah anak tersebut, salaman dengan
anak merupakan cara untuk mengatasi perasaan cemas, menggambar,
menulis, cerita, dalam menggali perasaan cemas, menggambar,
menulis atau bercerita, dalam menggali perasaan dan fikiran anak
disaat melakukan komnikasi.
Fase remaja adalah masa transisi atau peralihan Dario akhir masa
kanak-kanak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan
tingkah lakunya merupakan peralihan dari anak-anak menjadi orang
dewasa juga. Anak harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan
masalah secara positif. Apabila Anak merasa cemas atau stress,
jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebayanya dan atau
orang dewasa yang ia percaya, termasuk perawat yang selalu bersedia
menemani dan mendengarkan keluhannya. Menghargai keberadaan
identitas diri dan harga dirinya merupakan hal yang prinsip untuk
diperhatikan dalam berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan
tunjukkan ekspresi wajah yang bersahabat dengannya, jangan
memotong pembicaraan saat ia sedang mengekspresikan perasaan dan
pikirannya, menghargai pandangan remaja serta menerima perbedaan.
Hindari perkataan yang menyinggung harga dirinya, hindari
mengkritik atau menghakimi, hindari pertanyaan yang menyelidiki
atau interogasi. Kita harus menhormati privasinya dan beri dukungan
atas hal yang telah dicapainya secara positif dengan selalu memberikan
reinforcement positif.
a. Teknik Verbal
1) Pesan “Saya”;
Contoh:
2) Teknik Orang-Ketiga;
4) Storytelling (bercerita)
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat
mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekalin dengan
cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan
pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui
tulisan maupun gambar.
5) Saling Bercerita;
Contoh:
6) Biblioterapi;
Contoh:
“Bila saya dapat menjadi sesuatu yang saya inginkan, saya ingin
menjadi…..”
1. Writing (Menulis);
4. Play (Bermain)
c) Diam
d) Empati
e) Meyakinkan Kembali
Meyakinkan kembali merupakan cara yang dapat diberikan agar proses
dan hasil komunikasi dapat diterima pada klien hal ini adalah orang
tua. Pada dasarnya semua orang tua ingin menjadi orang tua terbaik,
tetapi pada saat anak sakit dapat terjadi kecemasan tentang peran dan
fungsinya, maka yakinkan kembali akan peran dan fungsinya sebagai
orang tua.
f) Merumuskan Kembali
Dalam mencapai tujuan pemecahan masalah kita dan orang tua anak
harus sepakat terhadap masalah yang muncul kadang – kadang pada
orang tua, dengan merumuskan kembali beberapa permasalahan dan
cara pemecahan bersama akan memberikan dampak dalam mengurangi
kecemasan atau kekhawatiran.
g) Anticipary Guidance
Tahap ini yang dapat kita lakukan adalah memberikan salam dan senyum
pada klien, melakukan validasi (kognitif, psikomotor, afektif), mencari
kebenaran data yang ada dengan wawancara, mengobservasi atau
pemerikasaan yang lain, memperkenalkan nama kita dengan tujuan agar
selalu ada yang memperhatikan terhadap kebutuhannya, menanyakan
nama panggilan kesukaan klien karena akan mempermudah dalam
berkomunikasi lebih dekat, menjelaskan tanggung jawab perawat dan
klien, menjelaskan peran kita dan klien, menjelaskan kegiatan yang akan
dilakukan, menjelaskan tujuan, menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan kegiatan dan menjelaskan kerahasiaan.
3. Tahap Kerja
Pada tahap ini kegiatan yang dapat kita dilakukan adalah memberi
kesempatan pada klien untuk bertanya, karena akan memberitahu tentang
hal – hal yang kurang dimengerti dalam komunikasi, menanyakan keluhan
utama, memulai kegiatan dengan cara yang baik dan melakukan kegiatan
sesuai dengan rencana.
4. Tahap Terminasi
Pada tahap terminasi dalam komunikasi ini kegiatan yang dapat kita
lakukan adalah menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses
dan hasil, memberikan reinforcement positif, merencankan tindak lanjut
dengan klien, melakukan kontrak (waktu, tempat, dan topic) dan
mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.
1. Pendidikan
2. Pengetahuan
3. Sikap
Faktor usia ini dapat mempengaruhi proses komunikasi, hal ini dapat
ditunjukkan semakin tinggi usia perkembangan anak kemampuan dalam
komunikasi semakin kompleks dan sempurna yang dapat dilihat dari
perkembangan bahasa anak.
5. Status Kesehatan Anak
6. Sistem Sosial
7. Saluran
8. Lingkungan
Pada saat yang sama, remaja biasanya menginginkan lebih banyak privasi dan
lebih banyak ruang pribadi. Ini adalah bagian alami dari masa remaja.
Anak-anak juga membutuhkan lebih banyak tanggung jawab dan kemandirian saat
mereka tumbuh menuju dewasa muda. Seberapa cepat Anda menyerahkan tanggung
jawab kepada anak Anda tergantung pada banyak hal – tingkat kenyamanan Anda
sendiri, tradisi keluarga dan budaya Anda, kedewasaan anak Anda dan sebagainya.
Anda dapat tetap terhubung dan membangun hubungan Anda dengan anak
Anda dengan menggunakan interaksi sehari-hari yang tidak direncanakan – misalnya,
obrolan santai sambil mandi. Atau menghubungkan dapat direncanakan. Ini adalah
saat Anda membuat waktu khusus untuk melakukan hal-hal bersama yang Anda
berdua nikmati.
Berikut adalah beberapa ide untuk hubungan yang direncanakan dan tidak
direncanakan:
Anak Anda perlu belajar tentang membuat keputusan sebagai bagian dari
perjalanan menuju menjadi dewasa muda yang mandiri dan bertanggung jawab.
Negosiasi dapat membantu anak Anda belajar memikirkan apa yang mereka inginkan
dan butuhkan, dan mengomunikasikannya dengan cara yang masuk akal.
Akan ada saat-saat ketika negosiasi tidak berhasil, dan Anda serta anak Anda
tidak setuju – ini normal. Menghadapi konflik secara efektif dapat membuat hubungan
Anda dengan anak menjadi lebih kuat. Ini juga membantu anak Anda mempelajari
beberapa keterampilan hidup yang penting.
Mengatasi percakapan yang sulit bersama adalah tanda bahwa Anda dan anak
Anda memiliki hubungan yang sehat. Ini juga membantu menjaga hubungan Anda
dengan anak Anda tetap dekat dan saling percaya.
Berikut adalah beberapa tip untuk menangani percakapan yang sulit:
Cobalah untuk tetap tenang. Jika Anda membutuhkan sedikit waktu untuk
menenangkan diri atau mengumpulkan pikiran, luangkan waktu untuk berbicara di
kemudian hari.
Yakinkan anak Anda bahwa Anda ingin mendiskusikan masalah ini.
Biarkan anak Anda tahu bahwa Anda senang mereka ingin berbicara dengan Anda.
Dengarkan secara aktif sudut pandang anak Anda, bahkan jika Anda tidak setuju
dengannya.
Hindari bersikap kritis atau menghakimi, atau menjadi emosional.
Anak Anda mungkin menghindari percakapan yang sulit. Jika ini terjadi, Anda
dapat mencoba menyisihkan waktu setiap hari untuk berbicara dengan anak Anda.
Ajukan pertanyaan terbuka kepada anak Anda, dan beri tahu mereka bahwa kapan
pun mereka ingin berbicara, Anda senang mendengarkan.
Misalnya, hanya memiliki hubungan yang hangat dan penuh perhatian dengan
anak Anda dapat membantu anak Anda dengan hubungan sosialnya sendiri. Dan
memuji remaja ketika Anda melihat mereka bersikap adil, percaya dan mendukung
mendorong mereka untuk terus mengembangkan sifat-sifat sosial yang positif
tersebut.
Mengenal teman-teman anak Anda menunjukkan kepada anak Anda bahwa
Anda memahami betapa pentingnya persahabatan ini. Salah satu cara untuk
melakukannya adalah dengan mendorong anak Anda untuk memiliki teman dan
memberi mereka ruang di rumah Anda.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah, hendaknya mahasiswa mengembil rujukan dari berbagai
sumber untuk dijadikan sebagai bahan perbandingan.
DAFTAR PUSTAKA
http://komter-anak-vefi.blogspot.com/
Rahayu, Kanti. 2009. Teknik Komunikasi Kreatif Pada Anak Dengan Teknik Bermain.
http://kantirahayukomter.blogspot.com/
103-234-1-SM.pdf
garuda898331.pdf