Kelas 10
“Demokrasi”
Kelompok 5:
Sarmadani Khaira Putri 2011311046
Mirna Defriya Wulandari 2110253032
Muflif Royhan 2110521035
Universitas Andalas
Pengertian Demokrasi
Demokrasi secara entimologis berasal dari bahasa Yunani, “demos” yang berarti
rakyat dan “kratos/cratein” yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan
sebagai pemerintahan dengan rakyat sebagai pemegang kedaulatannya.
a. Demokrasi lansung, rakyat secara lansung dapat membicarakan dan menentukan suatu urusan politik
kenegaraan.
b. Demokrasi perwakilan atau tidak lansung, aspirasi rakyat disalurkan melalui wakil-wakil yang duduk di
lembaga perwakilan rakyat.
c. Demokrasi sistem referendum, rakyat memilih wakil-wakil yang duduk di parlemen tetapi dalam
melaksanakan tugasnya, parlemen dikontrol oleh rakyat melalui sistem referendum .
a. Demokrasi liberal, paham demokrasi dengan menitikberatkan pada ideologi liberalis yang cenderung
pada kebebasan individu atau perseorangan.
b. Demokrasi rakyat atau proletariat(komunis), demokrasi yang cenderung kepada kepentingan umum
(dalam hal negara ini) sehingga hak-hak politik rakyat dan perseorangan kurang diperhatikan.
c. Demokrasi pancasila, demokrasi yang tidak hanya mencakup bidang politik saja, melainkan juga
bidang ekonomi, sosial , budaya dan mewujudkan kesejahteraan rakyat.
3. Dilihat dari perkembangan paham
a. Demokrasi klasik, paham demokrasi yang menitikberatkan pada pengertian politik kekuasaan
atau politik pemerintahan negara.
b. Demokrasi modern, paham demokrasi yang tidak hanya mencakup bidang politik saja, melainkan
juga bidang ekonomi, sosial, budaya dan mewujudkan kesejahteraan rakyat.
a. Demokrasi liberal, dalam demokrasi ini pemerintah dibatasi oleh undang-undang dan pemilihan umum
yang bebas diselenggarakan dengan waktu yang tetap.
b. Demokrasi terpimpin, dalam demokrasi ini terdapat keyakinan para pemimpin bahwa semua tindakan
mereka dipercaya oleh rakyat, tetapi menolak persaingan dalam pemilihan umum untuk menduduki
kekuasaan.
c. Demokrasi sosial, demokrasi ini menaruh kepeduliannya kepada keadaan sosial dan egalitarianisme
(paham persamaan) bagi persyaratan untuk memperoleh kepercayaan politik.
d. Demokrasi partisipasi, demokrasi yang menekankan hubungan timbal balik antara pemimpin dengan
yang dipimpin.
e. Demokrasi konstitusional, demokrasi yang menekankan pada proteksi khusus bagi kelompok-kelompok
budaya dan menekankan kerjasama yang erat diantara elit yang mewakili bagian budaya umum.
Prinsip-prinsip Demokrasi
Prinsip budaya demokrasi
a. Kebebasan, adalah kekuasaan untuk membuat pilihan atas kehendak sendiri tanpa tekanan
dari pihak manapun.
b. Persamaan, setiap negara terdiri atas berbagai suku, ras dan agama. Dalam negara
demokrasi perbedaan tersebut tidak perlu ditonjolkan agar tidak menimbulkan konflik.
c. Solidaritas, dengan adanya solidaritas, walaupun ada perbedaan maka akan senantiasa
terikat karena adanya tujuan bersama.
d. Toleransi, bersifat toleran artinya bersifat menghargai pendirian atau pendapat yang
bertentangan dengan pendirian atau pendapat sendiri.
e. Menghormati kejujuran, kejujuran berarti kesediaan untuk menyatakan suatu kebenaran
f. Menghormati penalaran, penalaran adalah penjelasan mengapa seseorang memiliki
pandangan tertentu, membela tindakan tertentu, dan menuntut hal serupa dari orang lain.
g. Keadaban, adalah ketinggian atau kebaikan budi pekerti.
Demokrasi Liberal(1950-1959)
praktik demokrasi di masa ini dinilai gagal karena dominannya partai politik, landasan
sosial ekonomi yang masih lemah, dan tidak mampunya konstituante bersidang untuk
mengganti UUDS 1950. Atas dasar kegagalan ini Presiden mengeluarkan Dekrit
Presiden 5 juli 1959 yang isinya:
Bubarkan konstituante
Kembali ke UUD 1945 , tidak berlaku UUDS 1950
Pembentukan MPRS dan DPAS
Demokrasi Terpimpin
terjadi penyimpangan pada masa demokrasi terpimpin, antar lain:
sistem kepartaian menjadi tidak jelas dan para pemimpin partai banyak
yang dipenjarakan
peranan parlemen lemah sehingga dibubarkan dan dibentuk DPRGR
jaminan HAM yang lemah
terbatasnya peran pers
pemberontakan G 30 S PKI
3. Demokrasi pada masa Orde Baru
Pelaksanaan demokrasi Orde Baru ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret
1996. Orde Baru dianggap gagal karena:
Tidak adanya rotasi kekuasaan eksekutif
Rekrutmen politik yang tertutup
Pemilu yang jauh dari semangat demokrasi
Pengakuan HAM yang terbatas
Tumbuhnya KKN yang merajalela