Anda di halaman 1dari 39

PENGKAJIAN

KEPERAWATAN
NEONATUS :
HIPERBILIRUBINEMIA
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Ns. MERI NEHERTA, M.Biomed

KELAS 1A-
2020
KELOMPOK 6
1. SILVIONI AMORI CANESHA
2011313032
2. VIONA ARISTAWIDYA MULYA
2011313017
3. ATIKAH SALSABILA DEYRA
2011312080
4. FITRAH AINI RAHMAN 2011313005
5. LIEONY FIBRA ASHA 2011311049
01 Hiperbilirubinemia ialah terjadinya peningkatan kadar
bilirubin dalam darah, baik oleh faktor fisiologik
PENGERTIA maupun non-fisiologik, yang secara klinis ditandai
N dengan ikterus ( Mathindas, dkk , 2013 ).
 
Atikah dan Jaya, (2016), membagi ikterus menjadi 2 :
Hiperbilirubinemia → suatu keadaan
dimana menguningnya sklera, kulit atau a. Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologis sering dijumpai pada bayi dengan
jaringan lain akibat perlekatan bilirubuin berat lahir rendah, dan biasanya akan timbul pada
hari kedua lalu menghilang setelah minggu kedua.
dalam tubuh atau akumulasi bilirubin dalam
darah lebih dari 5mg/ml dalam 24 jam, yang b. Ikterus Patologis
menandakan terjadinya gangguan fungsional ikterus yang timnbul segera dalam 24 jam pertama,
dan terus bertamha 5mg/dl setiap harinya, kadal
dari liper, sistem biliary, atau sistem bilirubin untuk bayi matur diatas 10 mg/dl, dan 15
hematologi ( Atikah & Jaya, 2016 ). mg/dl pada bayi prematur, kemudian menetap
selama seminggu kelahiran.
Luasnya ikterus pada neonatus menurut daerah yang terkena dan kadar
bilirubinnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1
Derajat ikterus pada neonatus menurut rumus Kramer

Zona Luas Ikterik Rata-rata Bilirubin Kadar bilirubin


Serum (umol/L) (mg)
1 Kepala dan leher 100 5
2 Pusar-leher 150 9
3 Pusar-paha 200 11
4 Lengan dan tungkai 250 12
5 Tangan dan kaki >250 16

Sumber : Atikah & Jaya (2016)


02 ETIOLO
GI
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh bermacam-macam
keadaan. Penyebab yang sering ditemukan disini adalah
hemolisis yang timbul akibat inkopatibilitas golongan darah
ABO atau defisiensi enzim G6PD. Hemolisis ini dapat pula
timbul karna adanya perdarahan tertutup (hematoma cepal,
perdarahan subaponeurotik) atau inkompatibilitas golongan
darah Rh. Infeksi juga memegang peranan penting.
Nelson, (2011), secara garis besar etiologi ikterus neonatorum dapat
dibagi :
Gangguan dlm proses “uptake” dan konjugasi hepar
Gangguan dalam ekskresi
Disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat
asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya Terjadi akibat obstruksi dalam
enzim glukoronil transferase (sindrom criggler-Najjar). hepar atau diluar hepar.

1 2 3 4

Produksi yang berlebihan


pada hemolisis yang meningkat pada Gangguan transportasi
inkompatibilitas darah Rh, ABO, golongan Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak
darah lain, defisiensi enzim G-6-PD, piruvat
kinase, perdarahan tertutup dan sepsis. terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah
yang mudah melekat ke sel otak.
03 PATOFISIOL EPIDEMIOLOGI
04 HIPERBILIRUBINEM
OGI
Kondisi yang sering ditemukan ialah
meningkatnya beban berlebih pada sel hepar,
Data epidemiologi menunjukkan bahwa
yang mana sering ditemukan bahwa sel hepar hiperbilirubinemia memiliki prevalensi yang
tersebut belum berfungsi sempurna. Hal ini bervariasi berdasarkan kelompok usia. Sebanyak
20% bayi mengalami ikterus pada minggu
dapat ditemukan apabila terdapat peningkatan pertama kehidupan. Pada kelompok dewasa,
penghancuran eritrosit, polisitemia, hiperbilirubinemia terutama terjadi pada sirosis
hepatis dan penyakit pada empedu. Pria memiliki
pendeknya umur prevalensi sirosis alkoholik, nonalkoholik,
eritrosit pada janin atau bayi, meningkatnya hepatitis B kronik, keganasan pankreas,
sclerosing cholangitis yang lebih tinggi.
bilirubin dari sumber lain, dan atau Sementara itu, wanita memiliki prevalensi batu
terdapatnya peningkatan sirkulasi empedu, primary biliary cirrhosis dan kanker
kantung empedu yang lebih tinggi
enterohepatik (Atikah & Jaya, 2016).
Sistem Integumen
05 RESPON
TUBUH
Sistem Eliminasi
Pada bayi normal, kulit bayi akan tambah merah
muda, akan tetapi pada bayi yang mengaami
Pada bayi normal, feses akan berwarna kuning hiperbilirubin, kulit bayi akan tampak berwarna
kehijauan, sementara pada bayi dengan hiperbilirubin
biasanya akan berwarna pucat. Hai ini disebabkan oleh kekuningan. Ini disebabkan karna fungsi hepar yang
bilirubin tak larut dalam lemak akibat dari kerja hepar belum sempurna, defisiensi protein “Y”, dan juga
yang mengalami gangguan
tidak terdapat bakteri pemecah bilirubin dalam usus
Sistem Pencernaan akibat dari imaturitas usus, sehingga bilirubin indirek

Bayi dengan hiperbilirubinemia mengalami terus bersirkulasi keseluruh tubuh.

gangguan pada nutrisi, karena biasanya bayi Sistem Kerja Hepar (ekskresi hepar)
akan lebih malas dan tampak letargi, dan juga Hepar mengalami gangguan dalam pemecahan
reflek sucking yang kurang, sehingga nutrisi bilirubin, sehingga bilirubin tetap bersirkulasi
yang akan dicerna hanya sedikit. Dengan dengan pembuluh darah untuk menyebar ke tubuh.
nutrisi yang kurang, bayi bisa berisiko infeksi Sistem Persyarafan
karna daya tahan tubuh yang lemah. Dengan tanda dan gejala yaitu kejang-kejang, penurunan
kesadaran, hingga bisa menyebabkan kematian.
06 DIAGNOSIS HIPERBILIRUBINEMIA
Pada umumnya pasien mengeluhkan ikterus dan pada pemeriksaan penunjang didapatkan
peningkatan kadar bilirubin.
1. Anamnesis
Pasien dapat datang tanpa keluhan, atau dengan keluhan seperti perubahan warna kulit menjadi
kekuningan, gatal, nyeri perut, nyeri sendi, dan perubahan pada urin dan feses. Perlu ditanyakan onset
terjadinya ikterus. Pada pasien dengan onset akut, dapat dicurigai kemungkinan penyebab akut seperti
hepatitis atau obstruksi traktus biliaris. Proses yang kronik dapat ditemukan pada pasien sirosis hepatis
 atau obstruksi kronik traktus biliaris. Keluhan nyeri yang berkaitan dengan ikterus biasanya terletak
pada area hepar.
Riwayat yang perlu ditanyakan dalam mengevaluasi pasien :
• Onset • Riwayat penggunaan jarum suntik
• Nyeri (karakteristik, lokasi, penjalaran) • Riwayat penyakit hepar
• Demam • Riwayat penyakit herediter, termasuk anemia sel sabit, 
thalassemia, 
• Penurunan berat badan
defisiensi enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase (defisiens
• Riwayat bepergian i G6PD)
• Riwayat penggunaan alkohol, konsumsi makanan, dan
obat-obatan
2. Pemeriksaan Fisik
Meliputi pemeriksaan kondisi umum, tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik abdomen, dan
pemeriksaan neurologi yang berkaitan dengan ensefalopati. Pemeriksaan fisik lain dilakukan
untuk mengevaluasi tanda-tanda penyakit hepar kronik, yaitu spider angiomata, kontraktur
Dupuytren, ginekomastia, hematoma, dan eritema palmar. Hiperbilirubinemia juga
menyebabkan perubahan warna urin menjadi seperti teh.

3. Diagnosis Banding

Mencari penyebab peningkatan kadar bilirubin, apakah hiperbilirubinemia berasal dari


produksi bilirubin yang berlebih, gangguan konjugasi, atau gangguan ekskresi
bilirubin.Peningkatan bilirubin tidak terkonjugasi dapat disebabkan karena produksi
berlebih, gangguan uptake, atau gangguan konjugasi. Peningkatan bilirubin terkonjugasi
disebabkan oleh penurunan ekskresi bilirubin
4. Pemeriksaan Penunjang
Terdiri dari pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi.Hasil pemeriksaan laboratorium
dapat mengarahkan penyebab hiperbilirubinemia pada pola kolestatik atau intrahepatik.  Bila
hasilnya mengarah pada kelainan kolestatik, maka langkah selanjutnya adalah untuk menentukan
apakah kolestasis terjadi secara intrahepatik atau ekstrahepatik.  Pemeriksaan ultrasonografi dapat
dilakukan untuk menemukan dilatasi traktus biliaris, yang menandakan adanya proses
ekstrahepatik. Pemeriksaan menggunakan CT scan, magnetic resonance
cholangiopancreatography (MRCP), endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP),
dan endoscopic ultrasound (EUS) lebih akurat dibandingkan ultrasonografi untuk menilai
koledokolitiasis distal dan caput pankreas
● Bilirubin Serum:

Pemeriksaan Laboratorium Kadar referensi bilirubin serum total pada dewasa

Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap, adalah 0,3-1,0 mg/dL. Kadar bilirubin indirek adalah
0,2-0,8 mg/dL dan bilirubin direk adalah 0,1-0,3 mg/dL.
bilirubin total, bilirubin direk, bilirubin
Pola peningkatan kadar bilirubin baik total, direk,
indirek, alanin transaminase (ALT), aspartat
ataupun indirek dapat membantu mendiagnosis
transaminase (AST), alkali fosfatase (ALP), penyebab hyperbilirubinemia.
gamma glutamyl-transferase (GGT), waktu
protrombin, international normalized ● Fungsi Sintesis Hepar: Dapat diukur dengan

ratio (INR), hemostasis, albumin, dan pemeriksaan albumin dan waktu protrombin

protein. Selain itu perlu dipertimbangkan ● Fungsi Hepar:


juga pemeriksaan serologi hepatitis, Pemeriksaan fungsi hepar terdiri dari pemeriksaan ALT,
antimitochondrial antibody (AMA), IgG4, AST, ALP, dan GGT. Pemeriksaan ini dapat membantu

dan biopsi hepar. menentukan penyebab hiperbilirubinemia. Sebagai


berikut :
- Bila penyebab hiperbilirubinemia adalah Gangguan - Peningkatan GGT terutama ditemukan pada
obstruksi bilier, dan dapat juga ditemukan
hepatoseluler, maka ALT dan AST akan meningkat
pada kondisi seperti kelainan pankreas, infark
secara tidak proporsional dengan ALP miokard, penyakit ginjal, dan diabetes
mellitus
- AST/ALT dengan perbandingan 2:1 kemungkinan
terjadi pada penyakit hati terkait alkohol

- Bila nilai AST dan ALT berkisar 1000, penyebab Pemeriksaan Radiologi
kerusakan hepatoseluler dapat terjadi akibat toksin,
Dilakukan untuk mengevaluasi pola
obat-obatan, iskemia, atau viral kolestatik. Pola kolestatik dapat dibedakan
menjadi intrahepatik dan ekstrahepatik.
- Peningkatan ALP yang tidak proporsional dengan
Pemeriksaan awal dapat dilakukan dengan
ALT dan AST menandakan adanya proses kolestatik ultrasonografi untuk mengevaluasi dilatasi
bilier. Ultrasonografi memiliki keterbatasan
- Peningkatan ALP juga mungkin terjadi pada kondisi seperti penurunan sensitivitas pada pasien 
penyakit pada parenkim hepar, proses patologis pada obesitas dan adanya gas pada usus. 
tulang, ginjal, usus, dan plasenta
PENATALAKSAN
AAN
Menurut Atikah dan Jaya, 2016, cara mengatasi
hiperbilirubinemia yaitu:

 Mempercepat proses konjugasi, misalnya


pemberian fenobarbital.
 Memberikan substrat yang kurang untuk
transportasi atau konjugasi. Mis. pemberian
albumin → meningkatkan bilirubion bebas.
 Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi
→ menurunkan bilirubin dengan cepat. Tidak dapat
menggantikan transfusi tukar pada proses
hemolisis berat. Fototerapi dapat digunakan untuk
pra dan pasca transfusi tukar.
Penatalaksanaan Langkah-langkah pelaksanaan fototerapi yaitu :
● Membuka pakaian neonatus agar seluruh
hiperbilirubinemia bagian tubuh neonatus kena sinar.
secara terapeutik : ● Menutup kedua mata dan gonat dengan
penutup yang memantulkan cahaya.
● Jarak neonatus dengan lampu kurang lebih
40 cm
● Mengubah posisi neonatus setiap 6 jam
T E R API sekali.
SIO
1) FI ● Mengukur suhu setiap 6 jam sekali.
b ilirubin ● Pemeriksa kadar bilirubin setiap 8 jam/
e nu runkan alui tinj
a sekurang-kurangnya sekali dlm 24 jam.
m m el
kulit oto
dalam gn oksidasi f ri ● Melakukan pemeriksaan HB secara berkala
d da
& urin bilirubin terutama pada penderita yg mengalami
pada hemolisis.
din.
biliver
2) Fenoforb Penatalaksanaan :
ital

a) Sebaiknya neonatus dipuasakan 3-4 jam


 Dapat mengekskresi bilirubin dalam hati sebelum transfusi tukar.
dan memperbesar konjugasi. b) Siapkan neonatus dikamar khusus.
 Meningkatkan sintesis hepatis glukoronil c) Pasang lampu pemanas dan arahkan kepada
transferase → meningkatkan bilirubin neonatus.
konjugasi & clearance hepatik pada pigmen d) Tidurkan neonatus dlm keadaan terlentang,
dalam empedu, sintesis protein dimana buka pakaian daerah perut.
dapat meningkatkan albumin untuk e) Lakukan transfusi tukar sesuai dgn protap.
mengikat bilirubin. f) Lakukan observasi keadaan umum
neonatus, catat jumlah darah yg keluar dan
masuk.
3) Transfusi Tukar g) Lakukan pengawasan adanya perdarahan
pada tali pusat.
tidak dapat ditangani dgn fototerapi/ h) Periksa kadar Hb dan bilirubin setiap 12
kadar bilirubin indirek >20 mg%. jam. (Suriadi dan Yulianni 2006)
 
Penatalaksanaan hiperbilirubinemia
secara alami :

Bilirubin Indirek Bilirubin Direk


Penatalaksanaan :
Penatalaksanaan :
pemberian intake ASI yg adekuat.
metode penjemuran → sinar ultraviolet Karna bilirubin direk dapat larut dlm
ringan (7.oo – 9.oo pagi) air, dan akan dikeluarkan melalui
Karena bilirubin fisioplogis jenis ini tidak sistem pencernaan.
larut dalam air. (Atikah & Jaya,2016 ; Widagdo, 2012)
 
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KASUS
HIPERBILIRUBINEMIA

e ng kajian
1) P
un gkinan
m n
2) Ke Keperawata
sa
Diagno
e r awatan
na Ke p
e nca
3) R
1)
PENGKAJIAN
a. Identitas,
Seperti : Bayi dengan kelahiran prematur, BBLR, dan lebih sering diderita oleh bayi
laki-laki.

b. Keluhan Utama
Bayi terlihat kuning dikulit dan sklera, letargi, malas menyusu, tampak lemah, dan
BAB berwarna pucat.

c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang


Keadaan umum bayi lemah, sklera tampak kuning, letargi, refleks hisap
kurang, pada kondisi bilirubin indirek yang sudah 20mg/dl dan sudah sampai
ke jaringan serebral maka bayi akan mengalami kejang dan peningkatan
tekanan intrakranial yang ditandai dengan tangisan melengking.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya ibu bermasalah dengan hemolisis. Terdapat gangguan hemolisis
darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau golongan darah A,B,O). Infeksi,
hematoma, gangguan metabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan,
ibu menderita DM. Mungkin praterm, bayi kecil usia untuk gestasi (SGA),
bayi dengan letardasio pertumbuhan intra uterus (IUGR), bayi besar untuk
usia gestasi (LGA) seperti bayi dengan ibu diabetes. Terjadi lebih sering
pada bayi laki-laki dari pada bayi perempuan.

3) Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Antenatal care yang kurang baik, kelahiran prematur yang dapat
menyebabkan maturitas pada organ dan salah satunya hepar, neonatus
dengan berat badan lahir rendah, hipoksia dan asidosis yang akan
menghambat konjugasi bilirubin, neonatus dengan APGAR score rendah
juga memungkinkan terjadinya hipoksia serta asidosis yang akan
menghambat konjugasi bilirubin.
d. Pemeriksaan fisik
5). Kulit
1). Kepala-Leher Menurut rumus kramer apabila kuning
Ditemukan adanya ikterus pada sklera dan terjadi di daerah kepala dan leher termasuk
mukosa. ke grade satu, jika kuning pada daerah
kepala serta badan bagian atas
2). Dada digolongkan ke grade dua. Kuning
Ikterus dengan infeksi selain dada terlihat terdapat pada kepala, badan bagian
ikterus juga akan terlihat pergerakan dada atas, bawah dan tungkai termasuk ke
yang abnormal. grade tiga, grade empat jika kuning
pada daerah kepala, badan bagian atas
3). Perut dan bawah serta kaki dibawah tungkai,
Perut membucit, muntah, kadang mencret yg sedangkan grade 5 apabila kuning
disebabkan oleh gangguan metabolisme terjadi pada daerah kepala, badan
bilirubin enterohepatik. bagian atas dan bawah, tungkai,
tangan dan kaki.
4). Ekstremitas
Kelemahan pada otot.
6). Pemeriksaan neurologis e. Pemeriksaan diagnostik
Letargi, pada kondisi bilirubin indirek
yang sudah mencapai jaringan serebral, 1) Pemeriksaan bilirubin serum
maka akan menyebabkan kejang-kejang Bilirubin pada bayi cukup bulan mencapai
dan penurunan kesadaran. puncak kira-kira 6 mg/dl, antara 2 dan 4 hari
kehidupan. Jika nilainya > 10 mg/dl yang
7). Urogenital berarti tidak fisiologis.
Urine berwarna pekat dan tinja
berwarna pucat. Bayi yang sudah Pada bayi prematur mencapai puncaknya 10-12
fototerapi biasa nya mengeluarkan tinja mg/dl, antara 5 dan 7 hari kehidupan. Kadar
kekuningan. bilirubin >14 mg/dl → tidak fisiologis.

Ikterus fisiologis pada bayi cukup bulan


bilirubin indirek → ikterus 2-3 hari, hilang
pada hari ke 4 dan ke 5 dengan kadar bilirubin
yg mencapai puncak 10-12 mg/dl.
Pada bayi dengan prematur bilirubin indirek
f. Data penunjang
munculnya sampai 3 sampai 4 hari dan
hilang 7 sampai 9 hari dengan kadar
1) Pemeriksaan kadar bilirubin serum (total)
bilirubin yang mencapai puncak 15
(normal = <2mg/dl).
mg/dl/hari. Pada ikterus patologis
2) Pemeriksaan darah tepi lengkap dan
meningkatnya bilirubin lebih dari 5 mg/dl
gambaran apusan darah tepi.
perhari.
3) Penentuan golongan darah dari ibu dan
bayi.
2). Ultrasound → untuk mengevaluasi
4) Pemeriksaan kadar enzim G6PD.
anatomi cabang kantong empedu
5) Pada ikterus yang lama, lakukan uji
fungsi hati, uji fungsi tiroid, uji urin
3). Radioisotope scan → untuk membantu
terhadap galaktosemia.
membedakan hepatitis dan atresia biliary.
6) Bila secara klinis dicurigai sepsis,
lakukan pemeriksaan kultur darah, urin,
(Surasmi, dkk, 2003; Lynn & Sowden,
IT rasio dan pemeriksaan C reaktif
2009; Widagdo, 2012)
protein (CPR).
2) KEMUNGKINAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN
a. Ikterus Neonatus
b. Hipertermi b.d suhu lingkungan tinggi dan efek fototerapi.
c. Risiko infeksi b.d proses invasif.
d. Risiko kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya intake
cairan, efek fototerapi dan diare.
e. Risiko kerusakan integritas kulit b.d hiperbilirubinemia dan
diare.
f. Risiko cedera b.d peningkatan kadar bilirubin dan proses
fototerapi.
g. Ketidakefektifan pola makan bayi b.d penurunan daya hisap
bayi. (NANDA, 2015)
3) RENCANA
KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan 1
Ikterus Neonatus b.d neonatus mengalami kesulitan transisi kehidupan
ekstra uterin, keterlambatan pengeluaran mekonium, penurunan berat
badan tidak terdeteksi, pola makan tidak tepat dan usia ≤ 7 hari.

NOC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, maka didapatkan kriteria :
1. Adaptasi bayi baru lahir : Warna kulit (5)
Mata bersih (5)
Kadar bilirubin (5)
2. Organisasi (Pengelolaan) bayi prematur : Warna kulit (5)
3. Fungsi hati , resiko gangguan
a. Pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam batas normal(5)
b. Tanda-tanda vital bayi dalam batas normal(5).
NIC
1. Fisioterapi : neonatus
a. Kaji ulang riwayat maternal dan bayi mengenai adanya faktor resiko
terjadinya hyperbilirubinemia.
b. Observasi tanda-tanda (warna) kuning
c. Periksa kadar serum bilirubin, sesuai kebutuhan, sesuai protokol dan
permintaan dokter.
d. Edukasikan keluarga mengenai prosedur dalam perawatan isolasi.
e. Tutup mata bayi, hindari penekanan yang berlebihan
f. Ubah posisi bayi setiap 4jam per protokol.

2. Monitor tanda vital


a. Monitor nadi, suhu, dan frekuensi pernapasan dengan tepat.
b. Monitor warna kulit, suhu,dan kelembaban.
Diagnosa Keperawatan 2
Hipertermi b.d suhu lingkungan tinggi dan efek

NOC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, maka didapatkan kriteria:
1. Termoregulasi
a. Berkeringat saat panas (5)
b. Gemetaran saat dingin(5)
c. Tingkat pernafasan (5)
2. Kontrol resiko : hipertermi
d. Teridentifikasi nya tanda dan gejala hipertermi (5)
e. Modifikasi lingkungan untuk mengontrol suhu tubuh (5)
NIC
1. Temperature regulation (pengaturan suhu)
a. Monitor suhu minimal setiap 2 jam
b. Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
c. Monitor nadi dan RR.
d. Monitor warna dan suhu kulit.
e. Sesuaikan suhu yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
f. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi.
g. Tingkatkan cairan dan nutrisi.
h. Berikan antipiretik jika perlu.
i. Gunakan kasur yang dingin dan mandi air hangat untuk
perubahan suhu tubuh yang sesuai.

2. Manajemen Demam
a. Monitor suhu secara kontinue
b. Monitor keluaran cairan
c. Monitor warna kulit dan suhu
a. Monitor masukan dan keluaran.
Diagnosa Keperawatan 3
Risiko infeksi b.d proses invasif.

NOC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, maka didapatkan kriteria:
1. Integritas jaringan : kulit dan membran mukosa
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, hidrasi)
(5)
b. Perfusi jaringan baik (5)
2. Kontrol Resiko
integritas kulit neonatus kembali membaik.
a. Faktor resiko teridentifikasi (5)
b. Faktor resiko personal termonitor (5)
c. Faktor resikolingkungan termonitor (5)
NIC
Infection Control (Kontrol Infeksi).

a. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.


b. Pertahankan teknik isolasi.
c. Batasi pengunjung bila perlu.
d. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan.
e. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
f. Gunakan baju, sarung tangan sebagai pelindung.
g. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat.
h. Tingkatkan intake nutrisi.
i. Berikan terapi antibiotik bila perlu yang mengandung infection protection
(proteksi terhadap infeksi).
Diagnosa Keperawatan 4
Risiko kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya intake cairan, efek fototerapi
dan diare.
NOC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, maka didapatkan kriteria:
Keseimbangan Cairan
a. Intake dan output seimbang dalam 24 jam.(5)
b. Turgor kulit membaik (5)

NIC
a. Monitor berat badan.
b. Timbang popok.
c. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
d. Monitor vital sign.
e. Dorong masukan oral
f. Monitor pernafasan, tekanan darah, dan nadi.
g. Monitor status hidrasi (kelembapan membrane mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik).
h. Monitor warna, kuantitas dan banyaknya keluaran urin.
i. Berikan cairan yang sesuai.
j. Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan.
k. Monitor berat badan.

Diagnosa Keperawatan 5
Risiko kerusakan integritas kulit b.d hiperbilirubinemia dan diare.

NOC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, maka didapatkan kriteria:
1. Integritas jaringan : kulit dan membran mukosa.
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, hidrasi). (5)
b. Perfusi jaringan baik. (5)
2. Kontrol resiko.
integritas kulit neonatus kembali membaik.

Dengan kriteria hasil :


a. Faktor resiko teridentifikasi (5)
b. Faktor resiko personal termonitor (5)
c. Faktor resiko lingkungan termonitor. (5)

NIC
1. Manajemen cairan

a. Monitor berat badan.


b. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
c. Dorong masukan oral.
d. Monitor status hidrasi (kelembapan membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik).
e. Berikan cairan yang sesuai.
2. Pressure management (Manajemen tekanan)

a. Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang longgar.


b. Hindari kerutan pada tempat tidur.
c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
d. Mobilisasi (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali.
e. Monitor akan adanya kemerahan.
f. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien.
g. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat.

Diagnosa Keperawatan 6
Risiko cedera b.d peningkatan kadar bilirubin dan proses fototerapi.
NOC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, maka didapatkan kriteria:
a. Kontrol resiko cidera
b. Terbebas dari cidera (5)
NIC
Environment Management (manajemen lingkungan).

a. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien.


b. Menghindari lingkungan yang berbahaya.
c. Monitor kadar bilirubin, Hb, HCT sebelum dan sesudah tansfusi tukar.
d. Monitor tanda vital.
e. Mempertahankan sistem kardiopulmonary.
f. Mengkaji kulit pada abdomen.
g. Kolaborasi pemberian obat untuk meningkatkan transportasi dan
konjugasi seperti pemberian albumin atau pemberian plasma.
h. Mengontrol lingkungan dari kebisingan.
Diagnosa Keperawatan 7
Ketidakefektifan pola makan bayi
NOC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, maka didapatkan kriteria:

1. Organisasi (pengelolaan) bayi prematur


Toleransi makan (5)

2. Status menelan : fase oral


Efisiensi kemampuan menghisap (5)
NIC
1. Manajemen cairan
a. Timbang BB setiap hari dan dan monitor status pasien.
b. Hitung atau timbang popok dengan baik
c. Monitor tanda vital pasien
2. Monitor nutrisi

a. Timbang dan ukur berat badan ideal


b. Berikan intake ASI yang adekuat.
Edukasi dan promosi kesehatan pada
hiperbilirubinemia
Edukasi dan promosi kesehatan pada hiperbilirubinemia dilakukan terkait penyebab,
pemeriksaan yang perlu dilakukan, dan tata laksana.

Edukasi pasien dengan hiperbilirubinemia meliputi penyebab hiperbilirubinemia, gejala


yang ditimbulkan, pemeriksaan, dan tata laksana lebih lanjut. Hiperbilirubinemia adalah
kondisi di mana kadar bilirubin dalam darah meningkat, yang dapat menyebabkan kuning
(ikterus) pada tubuh.
Thanks!
CREDITS
: This pres
template w entation
as created
including i by Slidesg
co o,
infographic ns by Flaticon, and
s & image
s by Freep
ik.

p
Please kee
r
this slide fo
.
attribution

Anda mungkin juga menyukai