a. Gerakan mata, merupakan cara interaksi yang cepat mengingat proses pendidikan anak
dapat terwujud pada kontak mata. b. Ekspresi muka, sikap ini merupakan bahasa nonverbal yang
banyak di pengaruhi budaya. Percaya atau tidak dapat dinilai keadaan ekspresi muka secara tidak
disadari.
c. Sentuhan, merupakan cara interaksi dasar karena dapat memperhatikan perasaan menerima
dan menghargai. Ikatan kasih sayang ditentukan oleh pendengaran atau suara. Sentuhan merupakan
elemen penting dalam pembentukan ego, perasaan, dan kemandirian.
C. KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK DAN REMAJA
Anak merupakan individu yang unik, bukan miniature orang dewasa. Mereka juga bukan
salinan dari orang tua mereka, tetapi merupakan pribadi dengan haknya sendiri dengan kapasitas
untuk menjadi orang dewasa yang unik. Melalui komunikasi anak-anak membentuk hubungan,
tidak hanya dengan manusia lain tetapi juga dengan dunia social di sekitarnya. Berkomunikasi
pada anak membutuhkan pendekatan yang khusus dan berbeda, sehingga kemampuan dalam
berkomunikasi pada anak dipengaruhi oleh keluarga dan tingkat perkembangan anak, yaitu
perkembangan neurologi dan intelektual.
1) Komunikasi Terapeutik Berdasarkan Tingkat Perkembangan Anak
Saat perawat melakukan komunikasi terapeutik pada pasien anak, perawat harus
memperhatikan karakteristik anak sesuai dengan tingkat perkembangan (Yupi Supartini,
2004):
a. Infancy/ Usia Bayi (1-0 tahun)
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan gerakan-
gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, disamping itu
komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara nonverbal. Perkembangan komunikasi pada
bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi tersebut untuk melihat sesuatu yang menarik,
ketika bayi digerakkan mata bayi akan berespon untk membuat suara-suara yang
dikeluarkan oleh bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada
usia minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu untuk melihat objek atau cahaya,
kemudian pada minggu ke dua belas dimana bayi sudah mampu tersenyum. Pada usia ke
enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada suara yang asing bagi dirinya. Pada
pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba,
da-da, dan lain-lain. Pada bula ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan
terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku, pada
akhir tahun pertama sudah mampu melakukan kata-kata yang sudah spesifik antara dua
atau tiga kata. Selain itu bisa juga dilakukan komunikasi nonverbal seperti mengusap
menggendong, memangku, dan lain-lain.
b. Toddler (1-3 tahun) dan Early Childhood / Usia Prasekolah (3-5 tahun)
Pada anak usia ini, khususnya usia tiga tahun anak sudah mampu menguasai
Sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan,
dan sebagainya. Komunikasi pada usia in sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahu yang
sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut
terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini anak belum fasih dalam
berbicara (Behrman 1996).
Pada usia ini cara komunikasi yang tepat untuk dilakukan adalah dengan memberitahu
apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat
pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak
dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang lebih sederhana, hindarkan
sikap mendesak jika tidak dijawab misalnya “jawab dong”. Mengalihkan aktifitas saat
komunikasi dengan maksud anak mudah diajak berkomunikasi, memberikan mainan saat
berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri di mana
kita harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat berhadapan.
Secara nonverbal kita selalu memberikan dorongan penerimaan dan persetujuan jika
diperlukan , jangan sentuh anak tanpa disetujui olah anak tersebut, salaman dengan anak
merupakan cara untuk mengatasi perasaan cemas, menggambar, menulis, cerita, dalam
menggali perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita, dalam menggali
perasaan dan pikiran anak di saat melakukan komunikasi.
Behrman, Jere R, (1996). Dampak Kesehatan dan Gizi Pada Pendidikan” Jurnal Sumber
Daya Manusia, Universitas Wisconsin Press
Stuart.G.W. & Sundeen.S.J.(1998) . Buku Saku Keperawatan Jiwa.Alih Bahasa: Achir
Yani S. Hamid. ed ke-3. Jakarta: EGC.
Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Whaley & Wong oleh Donna L. Wong. (1995). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak.
Inggris: Edisi Mosby