Anda di halaman 1dari 9

Delfia Cindy Kurnia Putri

31101700026
SGD 7

1. Kategori usia anak di Indonesia serta cara komunikasinya


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak pasal 1 Ayat 1, Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Berdasarkan konvensi Hak-Hak
Anak yang disetujui oleh Majelis Umum PBB yang dimaksud Anak adalah setiap orang
yang berusia dibawah 18 tahun.

Komunikasi berdasarkan tingkat usia :


- Komunikasi Pada Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui
gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di
samping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal.
Perkembangan komunikasi pada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk
melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan berespons
untuk mengeluarkan suara-suara bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut
dapat dimulai pada usia minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu untuk melihat
objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua belas sudah mulai melakukan
tersenyum.
Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada suara yang
asing bagi dirinya Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan
kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah
bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar
yang terdapat dalam buku.
Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata yang
spesifik antara dua atau tiga kata. Selain melakukan komunikasi seperti di atas
terdapat cara komunikasi yang efektif pada bayi yakni dengan cara menggunakan
komunikasi non verbal dengan teknik sentuhan seperti mengusap, menggendong,
memangku, dan lain-lain.

Tujuan Komunikasi

 Memberi rasa aman kepada bayi


 Memenuhi kebutuhan bayi akan kasih sayang
 Melatih bayi mengembangkan bicara,mendengar dan menerima rangsangan

- Komunikasi pada kelompok toddler (1—3 tahun) dan prasekolah (3— 6 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan
perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami
kurang lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih
terdengan kata-kata ulangan.
Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai
sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa,
kapan dan sebagainya. Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa
ingin tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai
meningkat, mudah merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap
komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu
diingat bahwa pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara.
Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan
memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka
untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara,
bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang
sederhana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”,
mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan
maksud anak mudah diajak komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan
anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita harus menghindari
konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal
kita selalu memberi dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan
sentuh anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman dengan anak merupakan cara
untuk menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita dalam
menggali perasaan dan pikiran anak di saat melakukan komunikasi.

- Komunikasi Pada Usia Sekolah (5-11 tahun)


Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan
kemampuan anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar
dan apa yang dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan
anak membaca disini sudah muncul.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata
sederhana yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada
anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek
fungsional dan prosedural dari objek tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi
dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakan secara jelas dan
jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu
berkomunikasi secara efektif.
Komunikasi pada masa sekolah ini di kembangkan dalam bentuk verbal dan
non verbal, sebagai upaya untuk mengembangkan pelajaran tentang aktifitas mandri,
tanggung jawab,dan konsep abstrak.

- Komunikasi Pada Usia Remaja (11-18 tahun)


Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan
kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara konseptual,
sudah mulai menunjukkan perasaan malu, pada anak usia sering kali merenung
kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini
pola pikir sudah mulai menunjukkan ke arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi
mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa.
Berbagai masalah remaja yang muncul saat ini, baik yang berhubungan
dengan perilaku seks, kecanduan obat, dan kenakalan remaja lainnya disebabkan
antara lain oleh kurangnya perhatian dan bekal yang diterima remaja dari orang
tuanya atau orang dewasa yang berada di sekitarnya. Semuanya ini berawal dari
masalah komunikasi orang tua dan orang dewasa dengan remaja itu sendiri.
Berkomunikasi dengan remaja membutuhkan ketrampilan tersendiri yang berbeda
dengan ketrampilan berkomunikasi dengan anak-anak ataupun orang dewasa.

Paling tidak ada lima tujuan dilakukannya komunikasi efektif dengan remaja:
a. Membangun hubungan yang harmonis dengan remaja
b. Membentuk suasana keterbukaan dan mendengar
c. Membuat remaja mau bicara pada saat mereka menghadapi masalah
d. Membuat remaja mau mendengar dan menghargai orang tua dan orang
dewasa saat mereka berbicara
e. Membantu remaja menyelesaikan masalah

2. Permasalahan pada anak saat ke dokter gigi dan penanganannya


Kecemasan pada perawatan gigi bisa menjadi hambatan utama bagi anakanak
pada saat menerima perawatan gigi. Anak-anak memiliki kemampuan komunikasi
yang terbatas dan kurang mampu untuk mengungkapkan ketakutan dan kecemasan
mereka. Perilaku mereka adalah cerminan ketidakmampuan mereka untuk mengatasi
kecemasan dan manajemen perilaku adalah sebuah panduan yang dapat memberikan
strategi penanganan yang tepat pada pasien anak.
Penanganan :
- Tell – show – do Teknik ini secara luas digunakan untuk membiasakan pasien
dengan prosedur baru, sambil meminimalkan rasa takut. Dokter gigi menjelaskan
kepada pasien apa yang akan dilakukan (memperhitungkan usia pasien
menggunakan bahasa yang mudah dipahami). Memberikan demontrasi prosedur
misalnya gerakan handpiece yang lambat pada jari) kemudian lakukan tindakan
yang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Tell-show-do dapat
mengurangi kecemasan pada pasien anak yang baru pertama ke dokter gigi.
- Behavior shaping Pembentukan perilaku (Behavior shaping) merupakan teknik
nonfarmakologi. Teknik ini merupakan bentuk modifikasi perilaku yang didasarkan
pada prinsip-prinsip pembelajaran sosial. Prosedur ini secara bertahap akan
mengembangkan perilaku dan memperkuat perilaku sosial. Behavior shaping
terjadi saat dokter gigi gigi atau dokter gigi mengajarkan anak bagaimana cara
berperilaku. Anak-anak diajarkan melalui prosedur ini secara bertahap. Berikut ini
adalahoutlineuntuk behavior shaping model:
1. Pada tahap pertama, jelaskan sejak awal tujuan atau tugas anak
2. Jelaskan pentingnya prosedur yang akan dilakukan. Seorang anak akan mengerti
alasan dan dapat bekerja sama.
3. Jelaskan prosedur dengan sederhana. Seorang anak sulit memahami prosedur
dengan satu penjelasan, sehingga harus dijelaskan secara perlahan dan bertahap.
4. Perhatikan tingkat pemahaman anak. Gunakan ungkapan yang lebih halus dan
sederhana.
5. Gunakan perkiraan dalam keberhasilan.
6. Memperkuat/membentuk perilaku yang tepat. Sespesifik mungkin, karena
memperkuat perilaku dengan spesifik lebih efektif daripada pendekatan umum.
Saran ini didukung oleh penelitian klinis Weinstein dan rekanrekannya, yang
meneliti respon dokter gigi terhadap perilaku anak-anak dan menemukan bahwa
penguatan perilaku secara langsung dan spesifik paling konsisten diikuti oleh
penurunan perilaku terkait rasa takut pada anak- anak.
7. Mengabaikan perilaku yang tidak pantas. Perilaku buruk yang diabaikan
cenderung akan hilang sendiri ketika dilakukan pembentukan perilaku

- Disentisasi
Desentisasi membantu seseorang untuk menangani ketakutan atau phobia yang
spesifik melalui kontak yang berulang. Stimulus penghasil rasa takut diciptakan
dan diterapkan pada pasein secara berurutan, dimulai dengan yang paling sedikit
menimbulkan rasa takut. Teknik ini berguna untuk menangani ketakutan yang
spesifik, contohnya anastesi gigi pada anak.

- Sedasi
Terdapat berbagai metode untuk sedasi pada pasien anak. Obat-obatan sedatif
dapat diberikan melalui inhalasi, atau melalui oral, rektal, submukosa,
intramuskular, atau intravena. Penggunaan obat kombinasi dan pilihan rute
pemberian tertentu bertujuan untuk memaksimalkan efek, meningkatkan
keamanan, serta memaksimalkan penerimaan pada pasien. Tujuan teknik sedasi
yaitu menghasilkan pasien yang tenang untuk kualitas pengobatan terbaik,
mencapai rencana pengobatan yang lebih kompleks atau lebih panjang dalam
periode singkat dengan memperpanjang periode pertemuan dan mengurangi
jumlah kunjungan ulangan. Sedasi juga dapat memberikan suasana pengobatan
yang nyaman dan lebih diterima bagi pasien dengan gangguan fisik maupun
kognitif.

- Distraksi (Pengalihan Perhatian)


Kegiatan dapat digunakan untuk mengalihkan perhatian anak, seperti memainkan
film yang sesuai usia anak, bermain video game, dan lainnya bisa bermanfaat
untuk mengalihkan perhatian anak. Namun, berbicara dengan anak selama dokter
gigian adalah metode yang efektif untuk mengalihkan perhatian anak.

- Modelling
Video klip dari anak-anak lain yang sedang menjalani dokter gigian gigi yang
diputar di monitor TV dapat dijadikan sebagai model saat mereka menjalani
prosedur dokter gigian gigi. Modifikasi perilaku dapat juga dilakukan pada pasien
seperti saudara kandung, anak-anak lainnya, atau orangtua. Banyak dokter gigi
mengijinkan anak untuk mengajak orang tuanya masuk keruang operator untuk
melihat riwayat medis gigi. Karena anak yang sedang mengamati kemungkinan
akan diperkenalkan dokter gigian gigi, dimulai dengan pemeriksaan gigi.
Kunjungan kembali orang tua dapat dijadikan kesempatan modeling yang baik.
Pada kesempatan ini banyak anak yang langsung menaiki dental chair setelah
kunjungan kembali. Pada saat anak menaiki dental chair, dokter gigi harus berhati-
hati. Pasien anak biasanya ditakutkan dengan suara yang keras seperti suara pada
high-speed handpiece.

3. Teknik active learning dan pendekatan multisensorik


Pembelajaran aktif adalah salah satu strategi yang digunakan untuk mengoptimalkan
proses pembelajaran, yang senantiasa memposisikan guru sebagai orang yang
menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar,
sementara peserta didik harus aktif, inovatif dan lingkungan dimanfaatkan sebagai
sumber belajar yang kreatif, efektif, dan menarik. Pembelajaran aktif (active learning)
dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh
peserta didik, sehingga semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang
memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu
pembelajaran aktif juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian peserta didik agar
tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Keuntungan :
(1) membentuk pemahaman dari isi materi pembelajaran,
(2) berfikir secara kritis dan menciptakan pengembangan mereka sendiri,
(3) terlibat secara kognitif,
(4) dapat menerapkan suatu strategi membaca dan belajar lingkup yang luas.

Pendekatan multisensorik adalah suatu metode yang menggunakan beberapa alat


indera untuk memperkuat proses belajar dengan menstimulasi alat-alat indera anak
untuk belajar membaca sehingga diharapkan anak dapat mengasah atau melatih
sendiri kepekaan alat inderanya dalam mengenali huruf dan mengucapkannya,
sebagaimana digambarkan dalam singkatan VAKT (visual, auditori, kinestetik dan taktil
atau peraba). Kelebihan pada metode multisensori ini adalah dapat melibatkan
individu dengan berbagai gaya belajar misalnya beberapa orang dengan gaya belajar
visual, auditori maupun kinestetik.
Untuk menstimulasi seluruh alat indera ini, anak-anak mendengarkan guru
mengucapkan suatu kata, mengucapkan kata tersebut kepada dirinya sendiri,
mendengarkan diri mereka mengucapkan kata tersebut, merasakan gerakan otot saat
mereka menelusuri kata yang tertulis, merasakan permukaan rabaan pada jari
mereka, melihat tangan mereka bergerak saat menelusuri tulisan, dan mendengarkan
diri mereka mengucapkan kata tersebut sambil menelusuri tulisan.

4. Aplikasi bentuk komunikasi pada anak


Untuk berkomunikasi dengan anak, diperlukan pendekatan atau teknik khusus agar
hubungan yang dijalankan dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan tumbuh
kembang anak. Secara umum ada dua teknik berkomunikasi yang digunakan pada
anak, yaitu teknik komunikasi verbal dan nonverbal. Teknik komunikasi nonverbal
yang sering digunakan antara lain adalah bercerita, bibliotheraphy, mimpi,
menyebutkan permintaan, bemain dan permainan, melengkapi kalimat, serta teknik
pro dan kontra. Teknik komunikasi verbal dapat berupa menulis, menggambar,
gerakan gambar keluarga, sociogram, menggambar bersama dalam keluarga, dan
teknik bermain. Komunikasi verbal bagi kebanyakan anak dan orang tua sering
mendapat kesulitan karena harus membicarakan perasaan-perasaannya.
a) Teknik Verbal
- Bercerita (story telling)
Bercerita menggunakan bahasa anak dapat menghindari ketakutan-ketakutan
yang yang terjadi selama anak dirawat. Teknik strory telling dapat dilakukan
dengan cara meminta anak menceritakan pengalamannya ketika sedang diperiksa
dokter. Teknik ini juga dapat menggunakan gambar dari suatu peristiwa (misalnya
gambar perawat waktu membantu makan) dan meminta anak untuk
menceritakannya dan selanjutnya perawat masuk dalam masalah yang dihadapi
anak. Tujuan dari teknik ini adalah membantu anak masuk dalam masalahnya.
- Bibliotheraphy
Bibliotheraphy (biblioterapi) adalah teknik komunikasi terapeutik pada anak yang
dilakukan dengan menggunakan buku-buku dalam rangka proses therapeutic dan
supportive. Sasarannya adalah membantu anak mengungkapkan perasaan-
perasaan dan perhatiannya melalui aktivitas membaca. Cara ini dapat memberi
kesempatan pada anak untuk menjelajahi suatu kejadian yang sama dengan
keadaannya, tetapi sedikit berbeda. Dalam menggunakan buku untuk
berkomunikasi dengan anak, yang penting diperhatikan adalah mengetahui emosi
dan pengetahuan anak serta melakukan penghayatan terhadap cerita sehingga
dapat menyampaikan sesuai dengan maksud dalam buku yang dibaca dengan
bahasa yang sederhana dan dapat dipahami anak. Selanjutnya, diskusikan isi buku
dengan anak dan bersama anak membuat kesimpulan.
- Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak. Dengan meminta anak
untuk menyebutkan keinginan, dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan
anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada
saat itu.
- Bermain dan permainan
Bermain adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling penting dan dapat
menjadi tehnik yang paling efektif untuk berhubungan dengan anak. Dengan
bermain dapat memberikan petunjuk mengenai tumbuh kembang fisik,
intelektual dan sosial. Terapeutik Play sering digunakan untuk mengurangi trauma
akibat sakit atau masuk rumah sakit atau untuk mempersiapkan anak sebelum
dilakukan prosedur medis/perawatan.
b) Teknik Nonverbal
- Menulis
Menulis adalah pendekatan komunikasi yang secara efektif tidak saja dilakukan
pada anak tetapi juga pada remaja. Ungkapan rasa yang sulit dikomunikasikan
secara verbal bisa ampuh dengan komunikasi lewat tulisan. Dokter dapat
memulai komunikasi dengan anak melalui cara memeriksa/menyelidiki tulisan.
Dengan meminta anak menulis, dokter dapat mengetahui apa yang dipikirkan
anak dan bagaimana perasaan anak.
- Menggambar
Teknik ini dilakukan dengan cara meminta anak untuk menggambarkan sesuatu
terkait dengan dirinya, misalnya perasaan, apa yang dipikirkan, keinginan, dan
lain-lain. Dasar asumsi dalam menginterpretasi gambar adalah anak-anak
mengungkapkan dirinya melalui coretan atau gambar yang dibuat. Dengan
gambar, akan dapat diketahui perasaan anak, hubungan anak dalam keluarga,
adakah sifat ambivalen atau pertentangan, serta keprihatinan atau kecemasan
pada hal-hal tertentu.
- Sentuhan
Sentuhan adalah kontak fisik yang dilakukan dengan cara memagang sebagian
tangan atau bagian tubuh anak, misalnya pundak, usapan di kepala, berjabat
tangan, atau pelukan, bertujuan untuk memberikan perhatian dan penguatan
terhadap komunikasi yang dilakukan antara anak dan orang tua. Dengan kontak
fisik berupa sentuhan ini, anak merasa dekat dan aman selama komunikasi.
Teknik ini efektif dilakukan saat anak merasa sedih, menangis, atau bahkan
marah.

Cara komunikasi dengan anak yang paling umum digunakan adalah cara verbal yaitu
melalui bahasa lisan. Banyak cara untuk memulai komunikasi verbal, misalnya untuk anak
kecil dapat ditanyakan tentang pakaian baru, kakak, adik, benda atau binatang
kesayangannya. Berbicara pada anak harus disesuaikan dengan tingkat pemahamannya.
Kadang diperlukan second language terutama untuk anak kecil misalnya untuk
melakukan anastesi pada gigi sebelum pencabutan dapat digunakan istilah menidurkan
gigi. Komunikasi nonverbal dapat dilakukan misalnya dengan melakukan kontak mata
dengan anak, menjabat tangan anak, tersenyum dengan penuh kehangatan,
menggandeng tangan anak sebelum mendudukkan ke kursi perawatan gigi, dan lainlain.

5. Apa yang perlu dilakukan terhadap orang tua yang kurang baik
a) Orang tua yang otoriter
Sikap otoriter yang ditunjukkan orang tua biasanya membuat seorang anak patuh,
bertingkah laku baik, ramah, dan sopan. Sikap anak yang seperti ini akan menerima
perawatan dengan baik yang dilakukan oleh dokter gigi, tetapi meskipun demikian
dokter gigi harus bersikap tidak menambah kecemasan yang mungkin akan dialami
anak serta mengingatkan orang tua untuk bersikap netral.
b) Orang tua yang terlalu sabar
Orang tua yang menunjukkan perhatian yang berlebihan kepada anak dan segala
permintaan/ kebutuhan anak selalu dipenuhi, sehingga sikap yang seperti ini akan
membuat anak tidak mengalami perkembangan dalam reaksinya. Perilaku anak akan
menjadi pemarah, tidak memiliki control diri mempunyai keinginan yang berlebihan,
menjadi lengah, dan tidak penurut. Sikap orang tua yang demikian mengharuskan
dokter gigi memberikan pengertian kepada orang tua terhadap tindakan yang
mungkin akan dilakukan dalam perawatan, karena anak dengan orang tua seperti ini
biasanya memiliki sikap suka menentang.
c) Orang tua yang lalai/ penolakan (rejection)
Sikap ini menunjukkan kurangnya perhatian orang tua terhadap kesehatan gigi
anaknya.Biasanya tipe orang tua seperti ini terlihat setelah kunjungan pertama dan
saat perjanjian kunjungan berikutnya anak tersebut tidak kembali. Hal lain yang
nampak adalah penyuluhan dan motivasi-motivasi yang diberikan oleh dokter gigi
tidak dijalankan dengan baik. Penyebabnya mungkin diakibatkan oleh kesibukan
orang tua sehingga menjadi kurang perhatian terhadap anaknya.Anak yang sedikit
terabaikan oleh orang tuanya merasa rendah diri, dilupakan, pesimis dan memiliki rasa
percaya diri yang rendah. Pada perawatan gigi anak seperti ini bisa menjadi tidak
kooperatif, menyulitkan, dan susah diatur.
d) Orang tua yang manipulative
Orang tua yang manipulatif adalah orang tua yang suka bertanya secara berlebihan
dalam hal perawatan gigi, misalnya lama perawatan, proses mendiagnosis penyakit,
dan proses perawatan gigi. Keingintahuan orang tua ini biasanya justru menyebabkan
anak semakin cemas.Dokter gigi harus mengatur situasi yang baik untuk berdiskusi
dengan orang tua agar mereka dapat mengerti dan mengenali prosedur perawatan
gigi dengan baik.
e) Orang tua yang suka mencurigai Merupakan orang tua yang mempertanyakan
perlunya perawatan gigi.Pertanyaan ini ini biasanya bukan karena keingintahuan dari
orang tua tetapi karena rasa ketidakpercayaannya terhadap dokter gigi.
f) Orang tua yang terlalu melindungi (overprotection)
Sikap terlalu melindungi ditunjukan oleh orang tua dengan terlalu mencampuri dan
mendominasi anak. Sikap seperti ini membuat anak akan mengalami keterlambatan
dalam pematangan sosial dan aturan-aturan sosial anak akan memiliki perasaan selalu
dibawah, merasa tidak berdaya, malu, dan sering merasa cemas. Biasanya orang tua
yang terlalu melindungi memiliki perasaan cemas yang berlebihan, untuk itu dokter
gigi harus memberi lebih banyak waktu untuk menjelaskan hal-hal yang berhubungan
dengan perawatan gigi. Sebab jika rasa cemas pada orang tua berkurang akan
mengurangi kecemasan pada anak.
g) Orang tua yang terlalu cemas (overanxiety)
Sikap dari orang tua dengan perhatian yang berlebihan dan tidak semestinya pada
anak.Hal ini selalu diiringi dengan sikap terlalu memanjakan anak, terlalu melindungi,
atau terlalu ikut campur.
h) Orang tua yang terlalu mengidentifikasi (overidentification)
Jika anak tidak mau mengikuti keinginannya, orang tua anak tersebut merasa
dikecewakan.Umumnya tingkah laku anak tercermin dalam perasaan malu-malu,
mengucilkan diri sendiri, pesimis, dan tidak percaya diri.
Salah satu satu cara yang dapat digunakan menurunkan rasa takut orang tua dan dapat
membantu para orang tua untuk persiapan kunjungan ke dokter gigi adalah dengan
mengirimkan orang tua surat pendahuluan yang menjelaskan mengenai hal yang
diperlukan untuk kunjungan pertama kali ke dokter gigi. Surat ini sangat berguna
khususnya sebagai masukan kepada orang tua mengenai bagaimana cara menyiapkan
anak untuk kunjungan pertama kali ke dokter gigi (Gupta dkk., 2014). Cara lain yang dapat
digunakan adalah:
1) Menjadikan orang tua sebagai bagian dari tim gigi
Staf perawatan gigi menjelaskan peraturan tentang kehadiran orang tua saat
perawatan gigi anak, sesuai dengan usia anak (Chadwick dan Hosey, 2003).
2) Persiapan psikologis
Dokter gigi perlu mengajarkan orangtua bagaimana menyiapkan kunjungan
berikutnya agar orangtua mengetahui apa yang akan terjadi pada saat kunjungan
berikutnya dan dapat menanyakan pertanyaan sebelumnya. Persiapan dari
orangtua, dengan: penggunaan kata-kata yang tidak mengancam seperti “geli”,
untuk kata “sakit”, memberanikan orangtua untuk membantu kesiapan anak untuk
kunjungan berikutnya dengan “permainan dokter gigi” terutama ketika perlu
dilakukan pencetakan, menyarankan orangtua untuk menyembunyikan kecemasan
mereka, atau anak ditemani dengan orang dewasa yang tidak takut, penggunaan
pesan positif dan menghindari kalimat jaminan yang dapat meningkatkan
kecemasan.
3) Tips Praktis
 Mengetahui siapa orang dewasa yang menemani si anak.
 Selalu menghadirkan orangtua untuk anak-anak prasekolah (mencegah rasa
cemas karena terpisah dari orangtuanya).
 Mengajarkan orangtua bagaimana menyiapkan diri dan anak-anak mereka.
 Mendiskusikan rencana perawatan anak dengan orangtua mereka.
 Memastikan orangtua paham akan perannya dalam perawatan anakanak
mereka (“kita semua berada dalam satu pihak”).
 Selalu memastikan memiliki informed consent yang sah.

6. Jurnal kasus anak serta manajemennya

Sumber :
Asiah, Nur. 2017. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar Volume 4 Nomor
1 Juni 2017 Analisis Kemampuan Praktik Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning)
Mahasiswa Pgmi Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Iain Raden Intan Lampung.
Dean, Avery, McDonald, 2011, Dentistry for the Child and Adolescent, 9th ed.,
Mosby inc., London, hal. 52, 260-261.
Dewi, Sri Utami Soraya. 2015. Pengaruh Metode Multisensori Dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Kelas Awal Sekolah Dasar
Vol. III, No. 1, Maret 2015
Gupta, A., dkk., 2014, Behaviour management of an anxious child,
Stomatologija, Baltic Dental and Maxillofacial Journal; Vol. 16, No 1.

Anda mungkin juga menyukai