Anda di halaman 1dari 16

Keterampilan Intrapersonal Pada Anak

Komunikasi adalah kontak atau hubungan atau penyampaian berita atau penerimaan berita yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih yang memungkinkan pesan atau berita itu biasa diterima atau
dipahami.

Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal perawat-klien (anak) merupakan proses


belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. Secara umum komunikasi
kesehatan merupakan upaya sistematis yang secara positif mempengarui praktek-praktek kesehatan
populasi besar sasaran utama

Keluarga merupakan orang yang paling dekat dan paling bertanggung jawab terhadap perilaku
masa depan anak khususnya untuk anak usia 5 hingga 12 tahun. Karena dari keluargalah anak belajar
membentuk emosi dan karakter dirinya sendirinya. Jadi, sangat penting menjaga hubungan komunikasi
keluarga dan perkembangan emosi anak usia 5-12 tahun demi tercipta masa depan yang baik dan damai.

Komunikasi pada anak merupakan bagian penting dalam membangun kepercayaan diri kita
dengan anak. Melalui komunikasi akan terjalin rasa percaya, rasa kasih sayang, dan selanjutnya anak akan
merasa memiliki suatu penghargaan pada dirinya. Banyak ahli komunikasi memberikan pengertian
tentang komunikasi seperti komunikasi merupak pengiriman atau tukar menukar informasi, ide atau
lainnya yang dapat memberikan suatu pengetahuan tentang ide atau informasi yang disampaikan. Melalui
pengertian tersebut terdapat istilah pertukaran informasi yang berarti dalam komunikasi melibatkan lebih
dari satu orang dalam menyampaikan informasi, atau ide yang ada.sehingga istilah komunikasi banyak
dikaitkan dengan istilah terapeutik atau dikenal dengan nama komunikasi terapeutik yang menurut Stuart
dan Sundeen tahun 1987 merupakan suatu cara untuk membina hubungan yang terapeutik yang
diperlukan untuk pertukaran informasi dan perasaan, yang dapat mempengaruhi perilaku orang lain,
mengingat keberhasilan tindakan keperawatan tergantung kepada proses komunikasi.

Sedangkan secara umum komunikasi anak merupakan proses pertukaran informasi yang
disampaikan oleh anak kepada orang lain dengan harapan orang yang diajak dalam pertukaran informasi
tersebut mampu memenuhi kebutuhannya. Dalam tinjauan ilmu keperawatan anak, anak merupakan
seseorang yang membutuhkan suatu perhatian dan kasih sayang, sebagai kebutuhan khusus anak yang
dapat dipenuhi dengan cara komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal yang dapat menumbuhkan
kepercayaan pada anak sehingga tujuan komunikasi dapat tercapai.

B. Tekhnik Komunikasi secara umum

1. Melalui orang lain atau pihak ketiga

Menghindari berkomunikasi langsung dengan melibatkan orangtua secara langsung yang berada di
sampingnya.Selain itu dapat digunakan dengan mengomentari tentang mainan, baju yang sedang
dipakainya serta lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.

2. Bercerita

Dengan cara ini, pesan yang akan disampaikan dengan mudah dapat diterima oleh anak mengingat anak
sangat suka dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang
disampikan yang dapat diekspresikan melalui tulisan atau gambar.

3. Memfasilitasi
Dalam memfasilitasi, kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak
harsanak harus diberikan respon terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh
perhatian.

4. Biblioterapi

Pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan. Dengan menceritakan
isi buku atau majalah sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan kepada anak.

5. Meminta untuk menyebutkan keinginan

Meminta anak untuk menyebutkan keinginan sehingga dapat diketahui berbagai keluhan yang didapatkan
dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran saat itu.

6. Pilihan pro dan kontra

Mengajukan pada situasi yang menunjukkan pilihan positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak

7. Penggunaan skala

Penggunan skala atau peringkat ini dapat digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada
anak,cemas,sedih dan lain-lain dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaannya.

8. Menulis

Melalui tehnik ini anak dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah atau yang
lainnyadan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam.

9. Menggambar

Menggambar juga dapat digunakan untuk mengungkapkan ekspresinya, perasaan jengkel marah biasanya
dapat diungkapkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkannya apabila ditanyakan tentang
maksud dari gambarnya.

10. Bermain

Merupakan alat efektif dalam membantu anak untuk berkomunukasi, hubungan interpersonal antara anak,
perawat dan orang di sekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan dapat disampaikan.

C. Tehnik komunikasi pada anak-anak sampai remaja

1 Usia Bayi (0-1 tahun)

Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakan-gerakan bayi,
gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di samping itu komunikasi pada bayi dapat
dilakukan secara non verbal. Perkembangan komunikasi pada bayi dapat dimulai dengan kemampuan
bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan berespons untuk
mengeluarkan suara-suara bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia
minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu
kedua belas sudah mulai melakukan tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan
kepala pada suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai
mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah
bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam
buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata yang spesifik antara dua atau
tiga kata.

Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi yang efektif pada bayi yakni
dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan tehnik sentuhan seperti mengusap,
menggendong, memangku, dan lain-lain.

2 Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)

Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan bahasa anak dengan
kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu
200-300 kata dan masih terdengan kata-kata ulangan.

3 Usia Sekolah (5-11 tahun)

Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan anak mencetak,
menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak mencerminkan
pikiran anak dan kemampuan anak membaca disini sudah muncul, pada usia ke delapan anak sudah
mampu membaca dan sudah mulai berfikir tentang kehidupan.

4 Usia Remaja (11-18 tahun)

Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi atau berdebat
dan sudah mulai berpikir secara konseptual, sudah mulai menunjukkan perasaan malu, pada anak usia
sering kali merenung kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini
pola pikir sudah mulai menunjukkan ke arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa
ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa

D. Prinsip Komunikasi secara umum pada anak-anak

1. Biarkan anak-anak mengetahui bahwa orangtua tertarik, ingin terlibat dan akan membantu ketika
anak membutuhkannya.

2. Matikan televisi atau berhenti membaca koran ketika anak Anda ingin mengajak ngobrol.

3. Hindari mengangkat telepon ketika sang anak mempunyai sesuatu yang penting untuk
diberitahukan.

4. Ada orang lain yang ingin ikut mengobrol bersama, jagalah agar percakapan Anda dengan si kecil
tetap privat. Komunikasi yang paling baik akan tercipta jika hanya ada orangtua dan anak-anak, tak ada
orang lain yang terlibat.

5. Mempermalukan sang anak atau membuatnya merasa canggung di depan orang banyak akan
menimbulkan kejengkelan dan pertengkaran, bukan komunikasi yang baik.

6. Jangan berbicara dengan nada tinggi pada anak Anda. Turunkan nada bicara Anda untuk
menyeimbangi pembicaraan dengan Si Kecil.
7. Jika orang tua marah terhadap perilaku atau sebuah kejadian yang menimpa anak, jangan memulai
percakapan sampai kemarahan Anda mereda, karena orangtua tidak akan bersifat objektif sampai
kemarahannya reda. Lebih baik tunggu sebentar, tenangkan diri Anda, kemudian baru berbicara dengan Si
Kecil.

8. Jika orang tua sangat lelah, maka orang tua harus memberikan usaha yang lebih untuk menjadi
seorang pendengar aktif. Menjadi pendengar aktif adalah sebuah kerja keras dan sangat susah dilakukan
ketika tubuh dan pikiran anda sangat lelah.

9. Dengarkan secara hati-hati dan sopan. Jangan memotong pembicaraan anak ketika Si Kecil sedang
menceritakan kisahnya. Berusahalah untuk bersikap sopan kepada anak-anak sama dengan yang kita
lakukan kepada teman baik kita.

10. Jangan keluar dari topik pembicaraan, ketika anak-anak sedang menguraikan benang merah dari
sebuah cerita dan jangan pernah membiarkan anak-anak mengembangkan tema sendiri. Ini adalah reaksi
orangtua terhadap kejadian yang kebetulan terjadi di luar pengawasan orangtua, ketika Si Kecil mulai
bercerita tentang apa yang terjadi, biasanya orangtua berkata, "Aku tidak peduli dengan apa yang mereka
lakukan, tapi sebaiknya kamu tidak terlibat dengan hal-hal seperti itu."

11. Jangan tanya kenapa, tetapi tanyakanlah apa yang terjadi.

12. Ketika orang tua mempunyai pengetahuan terhadap suatu situasi, jelaskan pada anak- anak
tentang informasi yang Anda tahu atau telah diberitahu.

13. Tetaplah berbicara dengan pembawaan yang dewasa (“Berbicaralah ketika aku sudah selesai.”
“Aku tahu apa yang terbaik untukmu.” “Lakukanlah apa yang kukatakan dan masalahmu akan
terselesaikan”) perkecil fekuensi berkhotbah dan berbicara tentang moral karena itu tidak akan membantu
menciptakan komunikasi yang baik dan terbuka.

14. Jangan menggunakan kata-kata yang merendahkan, seperti: bodoh, malas dalam pernyataan-
pernyataan: “Dasar bodoh, hal itu tidak masuk akal sama sekali” atau “Apa yang kamu tahu, kamu
hanyalah seorang anak kecil.”

15. Bantulah sang anak dalam merencanakan beberapa tahap-tahap spesifik untuk menyelesaikan
masalahnya.

16. Tunjukkanlah bahwa orang tua menerima anaknya, atas apa yang telah atau yang belum sang anak
perbuat.

17. Dukung anak Anda untuk menjaga komunikasi tetap terbuka. Lakukanlah dengan menerimanya dan
memuji usahanya untuk berkomunikasi.

E. Prinsip komunikasi pada anak-anak

1) Usia Bayi (0-1 tahun)

Prinsip komunikasi pada umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakan-gerakan
bayi,komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal, menggunakan komunikasi non verbal
dengan berprinsip sentuhan seperti mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain.

2) Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)


Prinsip komunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya,
memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan,
menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan
yang sederhana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan
aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah diajak
komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran
diri dimana kita harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan.
Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan
sentuh anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan
perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali perasaan dan fikiran anak si saat
melakukan komunikasi.

3) Usia Sekolah (5-11 tahun)

Prinsip komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih memperhatikan
tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata sederhana yang spesifik, menjelaskan
sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini
keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari objek tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti,
fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakn secara jelas dan jangan menyakiti
atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.

4) Usia Remaja (11-18 tahun)

Prinsip komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat pada
teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan
dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa transisi dalam
bersikap dewasa.

F. Hambatan Komunikasi Pada Anak-Anak

Anak anak mengalami gangguan perkembangan yang kompleks sehingga mereka juga disebut
mengalami gangguan pervasif. Peeters (2004)

mengartikan pervasif yaitu menderita kerusakan jauh di dalam meliputi keseluruhan dirinya. Istilah
pervasif juga dilandasi oleh gangguan perkembangan yang diperlihatkan oleh anak anak.

Gangguan-gangguan itu hampir meliputi seluruh aspek kehidupannya,antara lain :

a. komunikasi interaksi sosial

§ Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.

§ Anak tampak seperti tuli, sulit bicara, atau pernah bicara, tetapi kemudian sirna.

§ Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.

§ Mengoceh tanpa arti berulang-ulang dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
§ Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi

§ Senang meniru atau membeo (echolalia)

§ Bila senang meniru, dapat hapal betul kata-kata atau nyanyian tapi tidak mengerti artinya.

§ Sebagian dari anak autis tidak bicara (non verbal) atau sedikit berbicara sampai usia dewasa.

§ Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan.

b. Gangguan dalam sensoris

§ Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.

§ Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.

§ Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda.

§ Tidak sensitif terhadap rasa sakit atau rasa takut

c. Pola bermain

§ Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.

§ Tidak suka bermain dengan anak sebayanya.

§ Tidak kreatif dan tidak imajinatif.

§ Tidak bermain sesuai fungsinya, misalnya mobil-mobilan ,dielus-elus kemudian diciumi dan diputar-
putar rodanya.

§ Senang pada benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda,& lain-lain.

§ Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu kemudian dipegang terus dan dibawa kemana-mana.

d. Perilaku khas

§ Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif).

§ Memperlihatkan stimulasi diri, seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan seperti burung,


berputar-putar, mendekatkan pada pada layar TV, lari/berjalan bolak-balik, melakukan gerakan yang
berulang-ulang.

§ Tidak suka pada perubahan.

§ Dapat duduk bingung dengan tatapan kosong

e. Emosi

§ Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan.

§ Temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau dipenuhi keinginannya.
§ Kadang-kandang suka menyerang dan merusak.

§ Kadang-kadang anak autis berperilaku menyakiti dirinya sendiri.

§ Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.

Keterampilan Interpersonal Pada Keluarga


Pengertian keluarga menurut Noor (1983) adalah suatu unit atau lingkungan masyarakat yang paling kecil
atau merupakan masyarakat yang paling bawah dari satu lingkungan negara. Posisi keluarga atau rumah
tangga ini sangat sentral seperti diungkapkan oleh Aristoteles (dalam Noor, 1983) bahwa keluarga rumah
tangga adalah dasar pembinaan negara. Dari beberapa keluarga rumah tangga berdirilah suatu kampung
kemudian berdiri suatu kota. Dari beberapa kota berdiri daru propinsi, dan dari beberapa propinsi
berdiridatu negara.

Menurut Rae Sedwig (1985), Komunikasi Keluarga adalah suatu pengorganisasian yang menggunakan
kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi suara, tindakan untuk menciptakan harapan image, ungkapan
perasaan serta saling membagi pengertian.

Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan membicarakan dengan terbuka setiap
hal dalam keluarga baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap
menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam kesabaran dan
kejujuran serta keterbukaan.

B. Ciri-Ciri Komunikasi Keluarga

Menurut Kumar (Wijaya,1987) ciri-ciri komunikasi dalam keluarga adalah sebagai berikut:

a. Keterbukaan (openess)

Keterbukaan adalah sejauh mana individu memiliki keinginan untuk terbuka dengan orang lain dalam
berinteraksi. Keterbukaan yang terjadi dalam komunikasi memungkinkan perilakunya dapat memberikan
tanggapan secara jelas terhadap segala pikiran dan perasaan yang diungkapkannya.

b. Empati (Empathy)

Empaty adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang dirasakan orang lain, tanpa
harus secara nyata terlibat dalam perasaan ataupun tanggapan orang tersebut.

c. Dukungan

Adanya dukungan dapat membantu seseorang lebih bersemangat dalam melakukan aktivitas serta meraih
tujuan yang diinginkan. Dukungan ini lebih diharapkan dari orang terdekat yaitu, keluarga.

d. Perasaan Positif (Positiveness)

Perasaan yaitu dimana individu mempunyai perasaan positif terhadap apa yang sudah dikatakan orang
lain terhadap dirinya.

e. Kesamaan (Equality)

kesamaan disini dimaksudkan individu mempunyai kesamaan dengan orang lain dalam hal berbicara dan
mendengarkan.
C. Bentuk-Bentuk Komunikasi dalam Keluarga

a. Komunikasi orang tua yaitu suami-istri

Komunikasi orang tua yaitu suami istri disini lebih menekankan pada peran penting suami istri
sebagai penentu suasana dalam keluarga. Keluarga dengan anggota keluarga (ayah, ibu, anak).

b. Komunikasi orang tua dan anak

Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan keluarga di mana orang tua
bertanggung jawab dalam mendidik anaknya. Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak di sini
bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman bersama terhadap sesuatu hal di mana antara orang tua dan
anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau nasehat. Hubungan komunikasi yang efektif
ini terjalin karena adanya rasa keterbukaan, empati, dukungan, perasaan positif, kesamaan antara orang
tua dan anak.

c. Komunikasi ayah dan anak

Komunikasi disini mengarah pada perlindungan ayah terhadap anak. Peran ayah dalam memberi
informasi dan mengarahkan pada hal pengambilan keputusan pada anak yang peran komunikasinya
cenderung meminta dan menerima. Misal, memilih sekolah. Komunikasi ibu dan anak Lebih bersifat
pengasuhan kecenderungan anak untuk berhubungan dengan ibu jika anak merasa kurang sehat, sedih,
maka peran ibu lebih menonjol.

d. Komunikasi anak dan anak yang lainnya

Komunikasi ini terjadi antara anak 1 dengan anak yang lain. Dimana anak yang lebih tua lebih berperan
sebagai pembimbing pada anak yang masih muda. Biasanya dipengaruhi oleh tingkatan usia atau faktor
kelahiran.

D. Pola Komunikasi dan Interaksi dalam Keluarga

Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan keluarga. Tanpa komunikasi,
sepilah kehidupan keluarga dari kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran dan sebagainya.
Akibatnya kerawanan hubungan antara anggota – anggota keluarga pun sukar untuk dihindari.Beberapa
pola komunikasi yang dilakukan dalam Interaksi keluarga :

Ø Model stimulus – respons (S-R)

Pola ini menunjukkan komunikasi sebagai suatu proses “aksi – reaksi” yang sangat sederhana. Pola S-R
mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan –tulisan) isyarat-isyarat nonversal, gambar-gambar
dantindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara
tertentu. Oleh karena itu, proses ini dianggap sebagai pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan,
proses ini bersifat timbal balik dan mempunyai banyak efek.

Ø Model Interaksional
Model Interaksional ini berlawanan dengan model S-R. Sementara model S-R mengasumsikan manusia
adalah pasif, model interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif. Komunikasi di sini digambarkan
sebagai pembentukan makna yaitu penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain oleh para peserta
komunikasi. Berapa konsep penting yang digunakan adalah diri sendiri, diri orang lain, simbol, makna,
penafsiran, dan tindakan.

Ø Hubungan antar peran

Komunikasi dalam keluarga dapat pula dipengaruhi oleh pola hubungan antar peran hal ini, disebabkan
masing-masing peran yang ada dalam keluarga dilaksanakan melalui komunikasi.

Ø Model ABX

Pola komunikasi lainnya yang juga sering terjadi dalam komunikasi antara anggota keluarga adalah
model ABX yang dikemukakan oleh Newcomb dari perspektif psikologi-sosial. Newcomb
menggambarkan bahwa seseorang (A) menyampaikan informasi kepada seseorang lainnya (B) mengenai
sesuatu (X).

E. Aneka Komunikasi dalam Keluarga

1) Komunikasi verbal

Komunikasi verbal adalah suatu kegiatan komunikasi antara individu atau kelompok yang
mempergunakan bahasa sebagai alat perhubungan efektif tidaknya suatu kegiatan komunikasi bergantung
dari ketepatan kata-kata atau kalimat dalam mengungkapkan sesuatu. Kegiatan komunikasi verbal
menempati frekuensi terbanyak dalam keluarga setiap hari orang tua selalu ingin berbincang-bincang
kepada anaknya., canda dan tawa menyertai dialog antara orang tua dan anak.

2) Komunikasi non verbal

Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga tidak hanya dalam bentuk verbal, tetapi juga dalam bentuk
nonverbal. Walaupun begitu, komunikasi nonverbal suatu ketika bisa berfungsi sebagai penguat
komunikasi verbal. Fungsi komunikasi verbal sangat terasa jika, komunikasi yang dilakukan secara verbal
tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara jelas.

3) Komunikasi Individual

Komunikasi individual atau komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang sering terjadi dalam
keluarga. Komunikasi yang terjadi berlangsung dalam sebuah interaksi antarpribadi, antara suami dan
istri, antara ayah dan anak, antara ibu dan anak, antar anak dan anak.

4) Komunikasi kelompok

Hubungan akrab antara orang tua dan anak sangat penting untuk dibina dalam keluarga keakraban
hubungan itu dapat dilihat dari frekuensi pertemuan antara orang tua dan anak dalam suatu waktu dan
kesempatan. Sudah waktunya orang tua meluangkan waktu dan kesempatan untuk duduk bersama dengan
anak-anak, berbicara, berdialog dalam suasana santai.
F. Tahap-Tahap Perkembangan Komunikasi Keluarga

a) Keluarga dengan anak – anak prasekolah

Pada tahap ini dari lahir hingga usia 6 tahun, anak – anak ada pada tahun puncak untuk mempelajari
bahasa. Kemampuan berbahasa terutama diperoleh dari keluarga khususnya dari interaksi anatara anak
dan pengasuh utama, ibunya. Anak – anak memulai kemampuan berbahasa dengan menggunakan kata –
kata tunggal. Anatara usia 18 – 24 bulan, ungkapan – ungkapan dua kata muncul. Menjelangn usia 3
tahun anak- anak menguasai kira – kira seribu kata, dan mulai usia 4-5 tahun mereka memperoleh kira-
kira 50 kata setiap bulan.

b) Keluarga dengan anak – anak usia sekolah

Anak – anak semakin mengalami kebebasan sejalan dengan pertambahan usia. Mereka memperoleh
pengaruh tidak hanya lewat komunikasi keluarga yang masih merupakan kekuatan dominan, tapi juga
lewat komunikasi dengan pihak – pihak di luar keluarga. Dua dimensi komunikasi orang tua-anak
menjadi penting ; penerimaan – penolakan dan kontrol otonomi.

c) Keluarga dengan anak – anak remaja

Tahap ini cenderung ditandai dengan bertambahnya konflik sehubungan dengan bertambahya kebebasan
anak – anak. Masalah – masalah otonomi dan kontrol menjadi sangat tajam pada tahun –tahun ini. Anak –
anak remaja mulai mengalihkan komunikasi dari komunikasi keluarga kepada komunikasi dengan teman-
teman sebaya. Karena perubahan – perubahan fisiologis dan psikologis yang dialami remaja, topik –topik
tertentu menjadi perhatian mereka. Pendeknya, usia remaja merupakan tantangan terbesar bagi
komunikasi keluarga. Bila orang tua dan anak dapat mengatasi badai, komunikasi selanjutnya akan lebih
lancar. Selanjutnya dapat disimpulkan dengan pertambahan usia, hubungan kita dengan saudara- saudara
kandung tetap penting.

G. Teknik Komunikasi Efektif dalam Keluarga

Ada lima hal yang harus diperhatikan agar komunikasi di dalam keluarga tercipta secara efektif,yaitu:

v Respek

Komunikasi harus diawali dengan sikap saling menghargai (respectfull attitude). Adanya penghargaan
biasanya akan menimbulkan kesan serupa (timbal balik) dari si lawan diskusi. Orangtua akan sukses
berkomunikasi dengan anak bila ia melakukannya dengan penuh respek. Bila ini dilakukan maka anak
pun akan melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan orangtua atau orang di sekitanya.
v Empati

Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang
lain. Syarat utama dari sikap empati adalah kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain,
sebelum didengar dan dimengerti orang lain.

Orangtua yang baik tidak akan menuntut anaknya untuk mengerti keinginannya, tapi ia akan berusaha
memahami anak atau pasangannya terlebih dulu. Ia akan membuka dialog dengan mereka, mendengar
keluhan dan harapannya. Mendengarkan di sini tidak hanya melibatkan indra saja, tapi melibatkan pula
mata hati dan perasaan. Cara seperti ini dapat memunculkan rasa saling percaya dan keterbukaan dalam
keluarga.

v Audibel

Audibel berarti “dapat didengarkan” atau bisa dimengerti dengan baik. Sebuah pesan harus dapat
disampaikan dengan cara atau sikap yang bisa diterima oleh si penerima pesan. Raut muka yang cerah,
bahasa tubuh yang baik, kata-kata yang sopan, atau cara menunjuk, termasuk ke dalam komunikasi yang
audibel ini.

v Jelas

Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan banyak pemahaman, selain harus
terbuka dan transparan. Ketika berkomunikasi

dengan anak, orangtua harus berusaha agar pesan yang disampaikan bisa jelas maknanya. Salah satu
caranya adalah berbicara sesuai bahasa yang mereka pahami (melihat tingkatan usia).

v Tepat

Dalam membahas suatu masalah hendaknya proporsi yang diberikan tepat baik waktunya, tema maupun
sasarannya. Waktu yang tepat untuk membicarakan masalah anak misalnya pada waktu makan malam.
Pada waktu sarapan pagi, karena ketergesaan maka yang dibicarakan umumnya masalah yang ringan saja.

v Rendah Hati

Sikap rendah hati dapat diungkapkan melalui perlakuan yang ramah, saling menghargai, tidak
memandang diri sendiri lebih unggul ataupun lebih tahu, lemah lembut, sopan, dan penuh pengendalian
diri. Dengan sikap rendah hati ini maka laaawaaan diskusi kita memjadi lebih terbuka, sehingga banyak
hal yang dapat diungkapkan dari diskusi tersebut.

H. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Keluarga

Berkomunikasi itu tidak mudah. Terkadang seseorang dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang
lain. Dilain waktu seseorang mengeluh tidak dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang lain.

Ada sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga, seperti yang akan di
uraikan berikut ini :
Ø Citra diri dan citra orang lain

Setiap orang mempunyai gambaran – gambaran tertentu mengenai dirinya statusnya, kelebihan dan
kekurangannya. Gambaran itulah yang menentukan apa dan bagaimana ia berbicara, menjadi menjaring
bagi apa yang dilihatnya, didengarnya, bagaimana penilaiannya terhadap segala yang berlangsung
disekitarnya. Dengan kata lain, citra diri menentukan ekspresi dan persepsi orang.

Tidak hanya citra diri, citra orang lain juga mempengaruhi cara dan kemampuan orang berkomunikasi.
Orang lain mempunyai gambaran khas bagi dirinya. Jika seorang ayah mencitrakan anaknya sebagai
manusia yang lemah, ingusan, tak tahu apa-apa, harus di atur, maka ia berbicara secara otoriter. Akhirnya,
citra diri dan citra orang lain harus saling berkaitan, saling lengkap-melengkapai. Perpaduan kedua citra
itu menentukan gaya dancara komunikasi.

Ø Suasana Psikologis

Suasana Psikologis di akui mempengaruhi komunikasi. Komunikasi sulit berlangsung bila seseorang
dalam keadaan sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa irihati, diliputi prasangka, dan suasana
psikologis lainnya.

Ø Lingkungan Fisik

Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, dengan gaya, dan cara yang berbeda.
Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga berbeda dengan yang terjadi di sekolah. Karena memang
kedua lingkungan ini berbeda. Suasana di rumah bersifat informal, sedangkan suasana di sekolah bersifat
formal. Demikian juga komunikasi yang berlangsung dalam masyarakat. Karena setiap masyarakat
memiliki norma yang harus diataati, maka komunikasi yang berlangsungpun harus taat norma.

Ø Kepemimpinan

Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis. Dinamika
hubungan dalam keluarga dipengaruhi oleh pola kepemimpinan. Karakteristik seorang pemimpin akan
menentukan pola komunikasi bagaimana yang akan berproses dalam kehidupan yang membentuk
hubungan-hubungan tersebut.

Ø Bahasa

Dalam komunikasi verbal orang tua atau anak pasti menggunakan bahasa sebagai alat untuk
mengekspresikan sesuatu. Pada suatu kesempatan bahasa yang dipergunakan oleh orang tua ketika secara
kepada anaknya dapat mewakili suatu objek yang dibicarakan secara tepat. Tetapi dilain kesempatan,
bahasa yang digunakan itu tidak mampu mewakili suatu objek yang dibicarakan secara tepat. Maka dari
itu dalam berkomunikasi dituntut untuk menggunakan bahasa yang mudah dimengerti antara komunikator
dan komunikasi.

Ø Perbedaan Usia

Komunikasi dipengaruhi oleh usia. Itu berarti setiap orang tidak bisa berbicara sekehendak hati tanpa
memperhatikan siapa yang diajak bicara. Berbicara kepada anak kecil berbeda ketika berbicara kepada
remaja. Mereka mempunyai dunia masing-masing yang harus dipahami.
I. Hambatan Komunikasi dalam Keluarga

Problem komunikasi biasanya merupakan suatu gejala bahwa ada sesuatu yang tidak beres.Hambatan
komunikasi ada yang berasal dari pengirim, transmisi dan penerima. Berbagai hambatan yang timbul
dalam komunikasi, yaitu :

v Kebisingan

v Keadaan psikologis komunikan

v Kekurangan komunikator atau komunikan

v Kesalahan penilaian oleh komunikator

v Keterbatasan pengetahuan komunikator atau komunikan

v Bahasa

v Isi pesan berlebihan

v Bersifat satu arah

v Faktor teknis

v Kepentingan atau interes

v Prasangka

v Cara penyajian yang verbalistis

Untuk mengatasi hambatan tersebut di atas, dapat ditanggulangi dengan cara sebagai berikut :

1. Mengecek arti dan maksud yang dikatakan

2. Meminta penjelasan lebih lanjut

3. Mengecek umpan balik atau hasil

4. Mengulang pesan yang disampaikan

5. Memperkuat dengan bahasa isyarat

6. Mengakrabkan pengirim dan penerima

7. Membuat pesan selalu singkat


8. Mengurangi banyaknya mata rantai

9. Menggunakan orientasi penerima

DAFTAR PUSTAKA

Hannan., Susilo, Eko., dan Suwanti. 2013. Hubungan Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat
dengan Tingkat Kecemasan pada Anak Prasekolah di Ruang Perawatan Anak RSUD Ambarawa. Dalam
Jurnal Keperawatan halaman 1-10.

Fatriansari, Asih. 2012. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Anak dan Tingkat Kepuasan
Keluarga yang Anaknya Menjalani Hospitalisasi di RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat. M.Sc Thesis,
Universitas Indonesia.

Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Nasir, Abdul, et al. 2009. Komunikasi dalam Keperawatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika

https://sites.google.com/site/agnesdenanda19/website-builder/komunikasi-terapeutik-pada-pasien-
anak

A.Aziz Alimul Hidayat (2003), Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat dalam Komunikasi Terapeutik
pada Anak Usia Prasekolah, Medikes Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Hal 40-45.

Whaley and Wong’s (1995), Essensials of Pediatric Nursing Fourth Edition, Mosby Company, St Louis
Missouri.

Yupi Supartini (2004), Buku ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC Jakarta.

Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan anak 1. Salemba Medika: Surabaya.

Graeff, AJudith, dkk. 1996 . Komunikasi dalam kesehatan dan perubahan perilaku. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.

Saifulloh 2002. Mencerdaskan anak . Jombang : Lintas Media

Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Widya. 2004. Karya Nasional Pangan dan Gizi : Jakarta

Hidayat, Aiziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu keperawatan Anak. Buku 1. jakarta: Salemba
MedikaSacharin, Rosa M. 1996.Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. jakarta: EGC.

Muwarni,anita.(2009).Komunikasi terapeutik panduan bagi keperawatan. Fitramaya:yogyakarta


http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/komunikasi-dalam-keluarga/

http://prestasikita.com/index.php?option=com_content&task=view&id=47&Itemid=2

http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/SUNARSIH/KOMUNIK__KEL
UARGA.pdf

Anda mungkin juga menyukai