Anda di halaman 1dari 7

Apriani dkk, Pengkajian nyeri CPOT. . .

PENGKAJIAN NYERI CPOT DAN WONG BEKKER PASIEN


PENURUNAN KESADARAN
Apriani, Rismia Agustina, Ifa Hafifah

Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung


Mangkurat, Jl. A. Yani KM. 36 Banjarbaru, 70714

Email korespondensi: apriani.danial@gmail.com

ABSTRAK
Pengkajian nyeri pada pasien penurunan kesadaran yang tidak mampu mengekspresikan
respon nyeri yang dialami secara verbal merupakan hal penting yang harus dicermati.
CPOT merupakan instrumen untuk menilai nyeri pasien yang tidak dapat berkomunikasi
secara verbal , sedangkan Wong Bekker merupakan pengkajian nyeri yang mudah dan
cepat dalam memprediksi. Pengkajian nyeri yang sistematis pada pasien penurunan
kesadaran akan menurunkan lamanya hari rawat serta menurunkan angka infeksi
nasokomial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan pengkajian nyeri
menggunakan instrumen CPOT dan Wong Bekker pada pasien penurunan kesadaran di
Ruang ICU RSUD Ratu Zalecha Martapura. Penelitian observasional analitik dengan
cross sectional pada 31 responden di ruang ICU RSUD Ratu Zalecha Martapura dengan
purposive sampling. Penelitian ini dilaksanakan September – Oktober 2017. Berdasarkan
hasil penelitian didapatkan hasil CPOT lebih efektif yaitu 17,48 di bandingkan Wong
Bekker 12,54. (P= 0,000 < 0,05) dengan uji mann whitney. Pengkajian nyeri dengan
instrumen CPOT lebih unggul karena evaluasi nyeri didasarkan pada tanda-tanda
perilaku dan indikator komprehensif. Rumah sakit dapat menggunakan pengkajian nyeri
dengan instrument CPOT.

Kata – kata Kunci : CPOT, Pengkajian Nyeri, Penurunan Kesadaran, Wong Bekker

EFFECTIVENESS OF POWER CONTRUCTION CPOT AND WONG


BEKKER AWARENESS DECLINES OF PATIENT

ABSTRACT
Pain assessment of unconsciousness patiens who unable to show their pain respon
verbally is an important thing to learn. CPOT is an instrument for scoring the pain of
patients who couldn’t doing verbal communication, and Wong Bekker is an easier and
faster instrument for pain scale prediction. A sistematic pain assessment on critical
unconsciousness patients will reduce long of stay and Healthcare-Associated Infections
number. Objective for this research were knowing the effectivity of pain assessment used
CPOT and Wong Bekker on critical unconsciousness patients in ICU of Ratu Zalecha
Hospital Martapura. Analytic observational experimental by cross sectional on 31
responden in ICU of Ratu Zalecha Martapura, used purposive sampling. This experiment
in September up October 2017. Based on the experiment that the CPOT was more
effective (17.48) than Wong Bekker (12,54). P Value < 0,05 by mann whitney test. Pain
assessment used CPOT was better because pain evaluating based on comprehensive
behave signs and indicators. Hospitals may doing pain assessmenet used CPOT.

Keywords : CPOT, Pain Assesment, Unconciousness, Wong Bekker.

34
Dunia Keperawatan, Volume 6, Nomor 1, Maret 2018: 34 – 40

PENDAHULUAN fisiologis tubuh pasien, dan dapat


mengancam jiwa pasien (10). Selain
Intensive Care Unit (ICU) yaitu merasakan ketidaknyamanan dan
suatu bagian mandiri dari rumah sakit, mengganggu, nyeri yang tidak reda atau
yang dilengkapi dengan tenaga medis tidak teratasi akan mempengaruhi
dan teknologi khusus serta canggih sistem pulmonari, kardiovaskular,
dalam pemberian terapi serta menunjang gastrointestinal, endokrin, immunologic
fungsi-fungsi vital tubuh pasien dalam dan perubahan hemodinamik (11).
kondisi kritis yang mengancam nyawa Pengkajian nyeri yang sistematis
(1). Hardisman (2008) dari 454 pasien pada pasien penurunan kesadaran akan
yang dirawat 43,5% pasien yang dirawat menurunkan lamanya hari rawat serta
di ICU mengalami penurunan kesadaran mampu menurunkan angka infeksi
(2). nasokomial di ruang ICU (10), sehingga
Penurunan kesadaran yaitu dibutuhkan keterampilan perawat dalam
ketidaksiagaan seseorang terhadap diri mengkaji nyeri. Dari beberapa penelitian
dan sekitarnya (3). Masalah keperawatan menyebutkan bahwa sebagian besar
pada pasien penurunan kesadaran yaitu perawatan di ICU tidak melakukan
gangguan perubahan perfusi jaringan, pengkajian nyeri pada pasien penurunan
gangguan pernafasan, hambatan kesadaran dan pada pasien yang tidak
mobilitas fisik, gangguan aktivitas dapat berkomunikasi secara verbal (12).
menelan, hambatan komunikasi dan Pengkajian skala nyeri untuk
nyeri akut (4). pasien kritis di ruang ICU salah satunya
Pasien yang dirawat di ICU Critical Pain Observation Tool (CPOT)
diperkirakan 71% diantaranya dan Wong Bekker. Wong Bekker
mengalami rasa nyeri selama perawatan merupakan alat ukur nyeri alternatif
(5). Nyeri merupakan gejala yang paling yang masih sering digunakan di
sering terjadi pada pasien dengan beberapa unit perawatan ICU. Salah
penurunan kesadaran (6). Nyeri satunya RSUD Ratu Zalecha Martapura
merupakan suatu respon alami yang karena cepat dalam memprediksi nyeri
bersifat langsung terhadap suatu (6).CPOT adalah instrumen pengkajian
peristiwa atau kejadian yang tidak nyeri yang dikembangkan menggunakan
mengenakkan karena kerusakan unsur-unsur perilaku pada pasien yang
jaringan, seperti proses penyakit atau tidak dapat berkomunikasi secara verbal,
tindakan pengobatan dan pembedahan tetapi tidak semua ICU menggunakan
(7). instrumen tersebut (13).
Munculnya nyeri pada pasien
penurunan kesadaran disebabkan oleh Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
penyakit akut dan banyaknya intervensi mengetahui keefektifan pengkajian nyeri
dan tindakan yang dilakukan di ICU menggunakan instrumen CPOT dan
seperti: operasi, trauma, tindakan invasif, Wong Bekker pada pasien penurunan
perawatan luka dan perubahan posisi kesadaran di Ruang ICU RSUD Ratu
pada pasien (8). Prosedur rutin yang Zalecha Martapura.
sering dilakukan pada pasien dengan
penurunan kesadaran salah satunya METODE PENELITIAN
adalah memiringkan pasien (9). Pasien
penurunan kesadaran yang mengalami Observasional analitik dengan
tingkat nyeri yang tidak teratasi akan pendekatan cross sectional metode yang
beresiko mengganggu psikologis, digunakakan dalam penelitian ini.

35
Dunia Keperawatan, Volume 6, Nomor 1, Maret 2018: 34 – 40

Populasi yang digunakan dalam Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik


penelitian ini seluruh pasien penurunan responden di ruang icu RSUD
kesadaran di ruang ICU RSUD Ratu Ratu Zalecha Martapura bulan
Zalecha Martapura. Sebelumnya RSUD September-oktober 2017 (n=31)
Ratu Zalecha Martapura tidak pernah
ada yang melakukan penelitian tentang No Karakteristik
F (%)
analisis efektifitas instrumen nyeri. Responden
1 Usia
Teknik sampling yang digunakan
purposive sampling dan didapatkan 22-40 Tahun 4 12,9
jumlah sampel 31 responden. Kriteria 41-60 Tahun 16 51,6
Inklusi dalam penelitian ini adalah 61-65 Tahun 4 12,9
>65 Tahun 7 22,6
pasien yang berusia ≥12 tahun, pasien
dengan tingkat kesadaran somnolent dan 2. Jenis kelamin
stupor, pasien tidak dalam pemberian Perempuan 15 48,4
terapi sedasi. Kriteria ekslusi pasien Laki-laki 16 51,6
yang hemodinamik tidak stabil. 3 Prosedur alat
Penelitian dilaksanakan dari September- invasive
Oktober 2017. 2 prosedur invasive 1 3,2
Uji hipotesis yang digunakan 3 prosedur invasive 27 87,1
untuk melihat perbedaan rata-rata hasil >3 prosedur invasive 3 9,7
pengkajian skor nyeri menggunakan Total 31 100
instrumen CPOT dan Wong Bekker
menggunakan uji Wilcoxon. Uji analisis Diperoleh data pada tabel 1,
yang digunakan untuk melihat adanya karakteristik responden berdasarkan usia
perbedaan efektifitas antara kedua pasien penurunan kesadaran di Ruang
instrument menggunakan uji Mann ICU RSUD Ratu Zalecha Martapura
Whitney. Penelitian ini telah yang terbanyak pada usia 41-60 tahun
mendapatkan persetujuan Komite Etik sebanyak 16 orang (51,6%). Hal ini
Penelitian Kesehatan Fakultas menyatakan bahwa usia merupakan
Kedokteran Universitas UNLAM salah satu faktor yang mempengarauhi
Banjarmasin dengan nomor : nyeri (14).
730/Un8.17.4/PSIK/2017 Didapatkan hasil penelitian pada tabel
5.1 menunjukkan bahwa karakteristik
HASIL DAN PEMBAHASAN responden berdasarkan jenis kelamin
pasien yang dirawat diruang ICU RSUD
Karakteristik Responden Ratu Zalecha Martapura yang terbanyak
adalah laki – laki yaitu 16 orang. Jenis
Pengumpulan data dilaksanakan kelamin secara umum pria dan wanita
pada bulan September-Oktober 2017. tidak berbeda secara signifikan dalam
Subyek pada penelitian ini sebanyak 31 merespon nyeri. Akan tetapi beberapa
orang pasien yang dirawat di ruang ICU budaya menganggap bahwa laki-laki
RSUD Ratu Zalecha Martapura. Hasil harus lebih berani serta tangguh di
dari lembar observasi, kemudian bandingkan perempuan dalam situasi
dilakukan analisis data univariat dan yang sama ketika merasakan nyeri (15).
bivariat. Jenis kelamin tidak berpengaruh
terhadap respon nyeri, baik jenis kelamin
laki-laki maupun perempuan. Respon
nyeri disebabkan oleh faktor-faktor

36
Apriani dkk, Pengkajian nyeri CPOT. . .

biokimia yang berproses dalam tubuh Pengkajian nyeri Wong Bekker pada
pasien itu sendiri. pasien penurunan kesadaran

Pengkajian nyeri CPOT pada pasien Tabel 3. Distribusi pengkajian nyeri


penurunan kesadaran Wong Bekker pada pasien
dengan penurunan kesadaran,
Tabel 2. Distribusi pengkajian nyeri CPOT pada bulan September –
pada pasien dengan penurunan Oktober (n=31).
kesadaran, pada bulan September
– Oktober (n=31). Kondisi Mean SD
Kondisi Mean SD Posisi Istirahat 3.1 1.13592
Posisi Istirahat 1.9 0.70023 Saat perubahan 4.2 1.23741
Saat perubahan 3.5 0.96051 Posisi
Posisi
Tabel 2 menunjukkan hasil
Tabel 3 menunjukkan hasil
distribusi pengkajian nyeri menggunakan
distribusi pengkajian nyeri menggunakan
instrumen CPOT pada pasien penurunan
instrumen wong bekker pada pasien
kesadaran saat istirahat (Posisi Supine)
penurunan kesadaran saat istirahat
berada pada skor rata-rata 1,9 (SD 0,70)
berada pada skor rata-rata 3,1 (SD 1,13)
sedangkan pada saat perubahan posisi
sedangkan pada saat perubahan posisi
berada pada skor rata-rata 3,5 (SD 0,96).
berada pada skor rata-rata 4,2 (SD
Pasien penurunan kesadaran yang
1,23).
dirawat di ICU RSUD Ratu Zalecha
Pasien penurunan kesadaran yang
Martapura menunjukkan peningkatan
dirawat diruang ICU RSUD Ratu
pengkajian skor nyeri saat istirahat ke
Zalecha Martapura menunjukkan
saat perubahan posisi, dimana rata-rata
peningkatan skor nyeri pada saat
skor CPOT pada saat istirahat lebih
istirahat, namun nilai perbedaan tersebut
rendah di bandingkan saat pasien
tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan
perubahan posisi.
karena instrumen ini hanya
Pengkajian nyeri menggunakan
menggunakan satu indikator nyeri yaitu
instrumen CPOT bagus sekali untuk
ekspresi wajah.
mengkaji nyeri pasien penurunan
Gambaran wajah yang terdapat
kesadaran dan pasien yang tidak dapat
pada Wong Bekker kurang dapat
berkomunikasi secara verbal.
mewakili gambaran wajah orang dewasa,
Indikator pengkajian instrumen CPOT
karena tidak semua orang dewasa
terdiri dari ekspresi wajah, gerakan
mengekspresikan rasa nyeri yang
tubuh, keteraturan terhadap Ventilator
mereka rasakan dengan ekspresi wajah.
untuk pasien yang terintubasi, vokalisasi
Kebanyakan orang dewasa menunjukkan
nyeri untuk pasien yang terekstubasi dan
rasa nyeri mereka dengan bentuk
ketegangan otot. Indikator tersebut dapat
perilaku lain yang bisa ditunjukkan oleh
dikatakan sudah mewakili gambaran
pasien yang tidak mampu
ekpresi rasa nyeri yang mereka rasakan
berkomuniakasi secara verbal
walaupun mereka tidak dapat
diantaranya mengerang, menggosok-
mengungkapkan secara verbal, namun
gosok area yang sakit, gelisah,
perawat yang mengkaji nyeri pasien
mengepalkan tangan, mengerutkan
dapat menangkap pesan yang di
kening dan meringis. Pada skor terendah
sampaikan pasien melalui perilaku
gambaran wajah yang digambarkan oleh
dalam bentuk indikator pengkajian
instrumen Wong Bekker adalah
instrumen CPOT tersebut.
gambaran wajah seseorang yang sedang
37
Dunia Keperawatan, Volume 6, Nomor 1, Maret 2018: 34 – 40

tersenyum, namun tidak semua orang Instrumen CPOT tidak akan


mengungkapkan rasa tidak nyeri dengan menimbulkan persamaan persepsi pada
tersenyum. Seseorang yang tidak nyeri saat dilakukan pengkajian nyeri
kebanyakan mengungkapkan nyeri walaupun pengkajian dikerjakan oleh
mereka dengan gambaran wajah yang orang yang berbeda di karenakan
datar. indikator berupa perilaku yang
menggambarkan rasa nyeri yang
Perbedaan pengkajian nyeri CPOT dirasakan oleh pasien penurunan
dan Wong Bekker pada pasien kesadaran dan pasien yang tidak dapat
penurunan kesadaran berkomunikasi secara verbal.

Tabel 4. Perbedaan pengkajian nyeri Efektifitas pengkajian nyeri CPOT


instrumen CPOT dan Wong dan Wong Bekker pada pasien
Bekker pada pasien dengan penurunan kesadaran
penurunan kesadaran, pada
bulan September – Oktober Tabel 5. Efektifitas pengkajian nyeri
(n=31). instrumen CPOT dan Wong
Bekker pada pasien dengan
Instrumen Z P penurunan kesadaran, pada
CPOT -4,869 0,000 bulan September – Oktober
Wong Bekker -1,732 0,083 (N=31).
Instrumen Istirahat Saat
Tabel 4 menunjukkan hasil perubahan
distribusi perbedaan pengkajian nyeri posisi
menggunakan instrumen CPOT dan CPOT 0,000 17,48
wong bekker pada pasien penurunan Wong Bekker 0,003 12,54
kesadaran, nilai P Value pada pengkajian
CPOT yaitu P=0,000. Hasil tersebut Tabel 5 menunjukkan hasil uji
menunjukkan bahwa ada perbedaan statistic berdasarkan uji Mann-Whitney
pengkajian nyeri menggunakan CPOT di dapatkan nilai sig (2-tailed)
pada pasien penurunan kesadaran pada menunjukkan nilai (p=0,000) dengan (α
saat istirahat dan pada saat perubahan sebesar 0,05). Hasil tersebut dapat
posisi di ruang ICU RSUD Ratu Zalecha disimpulkan bahwa ada perbedaan
Martapura. Sedangkan nilai P Value efektifitas pengkajian nyeri
pada pengkajian Wong Bekker menggunakan instrumen CPOT dan
menunnjukakn hasil P Value = 0,083. instrumen Wong Bekker pada pasien
Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan penurunan kesadaran di ruang
tidak ada perbedaan pengkajian nyeri Intensive Care Unit RSUD Ratu Zalecha
menggunakan Wong Bekker pada pasien Martapura. Mean Rank instrumen CPOT
penurunan kesadaran pada saat istirahat tersebut adalah 17,48 sedangkan
dan saat perubahan posisi di ruang ICU instrumen Wong Bekker 12,54. Hasil ini
RSUD Ratu Zalecha Martapura. dapat disimpulkan bahwa pengkajian
Pengkajian nyeri menggunakan nyeri menggunakan instrumen CPOT
instrumen CPOT dikatakan berbeda lebih efektif digunakan pada pasien
karena instrumen ini dapat mengkaji penurunan kesadaran di ruang ICU
nyeri pada pasien dengan penurunan RSUD Ratu Zalecha Martapura.
kesadaran yang tidak dapat Instrumen CPOT lebih efektif dari
berkomunikasi secara verbal saat instrumen Wong–Bekker dalam megkaji
istirahat dan saat perubahan posisi. nyeri pada saat istirahat dan saat
38
Apriani dkk, Pengkajian nyeri CPOT. . .

perubahan posisi pada pasien penurunan Keterbatasan pada penelitian ini


kesadaran. Pada pasien penurunan adalah penelitian ini dilakukan dalam
kesadaran, rasa nyeri dapat dirasakan, satu kali pengukuran pengkajian skor
meskipun dalam kondisi istirahat nyeri pada pasien penurunan kesadaran
ataupun saat perubahan posisi, sehingga saat istirahat dan saat perubahan posisi
sejumlah indikator perilaku nyeri dapat dengan instrumen CPOT dan Wong
diamati menggunakan instrumen CPOT. Bekker. Pada saat penelitian peneliti
Dimana indikator intrumen CPOT tidak melibatkan orang lain/perawat
terdapat ekspresi wajah, gerakan tubuh, ruangan dalam mengobservasi nyeri
keteraturan terhadap ventilator untuk pada pasien penurunan kesadaran
pasien yang terintubasi, vokalisasi nyeri diruang ICU.
untuk pasien yang tidak terintubasi dan
ketegangan otot. Sehingga nyeri dapat PENUTUP
terdeteksi dengan perilaku yang di
sampaikan oleh pasien kepada pengkaji. Instrumen CPOT lebih efektif di
Pada penelitian ini dapat terlihat bandingkan Wong Bekker. Pengkajian
bahwa pengkajian nyeri menggunakan nyeri CPOT lebih efektif karena
indikator perilaku pada saat istirahat.. didasarkan pada tanda-tanda perilaku
Berbeda halnya dengan Wong Bekker seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh,
hanya menilai nyeri dengan gambaran keteraturan terhadap ventilator untuk
wajah. Gambaran wajah pada instrumen pasien terintubasi, vokalisasi nyeri untuk
Wong Bekker kurang dapat mewakili pasien yang tidak terintubasi dan
gambaran wajah orang dewasa, tidak ketegangan otot.
semua orang mengekspresikan rasa nyeri Saran bagi rumah sakit khususnya
yang mereka rasakan dengan ekspresi runag ICU RSUD Ratu Zalecha
wajah. Martapura di harapkan dapat
Hasil penelitian ini serupa dengan menggunakan instrumen CPOT untuk
hasil penelitian Priambodo (2016) yang mengkaji nyeri pada pasien penurunan
menyatakan bahwa Critical Care kesadaran. Penelitian ini dapat
Observation Tool alat ukur yang lebih digunakan sebagai evaluasi bagi rumah
unggul dan indikatornya lebih sakit dalam upaya meningkatkan
komprehensif dalam mengkaji nyeri, pelayanan keperawatan dalam hal
karena seluruh evaluasi nyeri didasarkan pengkajian nyeri. Bagi penelitian
pada tanda-tanda perilaku dan memiliki selanjutnya hasil penelitian ini dapat di
definisi operasional yang lebih detail jadikan acuan dalam melakukan
serta dapat digunakan pada pasien yang penelitian selanjutnya. Peneliti
tidak terintubasi (13). selanjutnya bisa mengkaji nyeri pada
Pasien yang terbebas dari nyeri pasien saat tidak bergerak berkali - kali
memiliki hasil akhir yang lebih baik atau pada setiap pergantian dinas
dibandingkan mereka yang tertekan oleh perawat, kemudian pada saat bergerak
nyeri yang tidak teratasi. Dalam sebuah juga di lakukan berkali – kali bukan pada
studi klasik, pasien yang nyerinya satu waktu saja. Penelitian selanjutnya
dikontrol dengan anastesia epidural dan bisa juga dilakukan dengan instrumen
analgesia epidural memiliki masa rawat yang berbeda dengan peneliti.
di ICU lebih pendek, masa rawat inap
lebih pendek, dan mengalami separuh KEPUSTAKAAN
jumlah komplikasi pasien yang
mendapatkan anastesia dan analgesia 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI.
standar (9). Pedoman penyelenggaran pelayanan
39
Dunia Keperawatan, Volume 6, Nomor 1, Maret 2018: 34 – 40

HCU dan ICU di Rumah Sakit. 8. Sutari MM, et all. Pain Among
Jakarta.2011; Available Mechanically Ventilated Patients in
at:http://www.pusdatin.kemkes.go.i Critical Care Units. 2014: Available
d/resources/download/pusdatin/profi at: https: // www. ncbi. nlm. nih.
l-kesehatan-Indonesia/profil- gov/ pmc /articles /PMC4235092/
kesehatan.
9. Morton PG. Keperawatan Kritis :
2. Hardisman. Lama rawatan dan Pendekatan asuhan holistik edisi. 8.
mortalitas pasien Intensive Care Jakarta : EGC;2011.
Unit (ICU) RS Dr. Djamil Padang di
Tinjau Dari Beberapa Aspek. Jurnal 10. Marandina BA. Pengkajian skala
Keperawatan ‘Aisyiyah 2008;3. nyeri di ruang perawatan intensive
Available at: literatur review. Jurnal Ilmu
https://doi.org/10.22338/mka.v32.ip. Kesehatan 2014; 1. Available at:
p%25p.2008. repo.stikesmusic.ac.id>ejournal>file

3. Ginberg L. Lecture notes neurologi 11. Nuraeni, et al. Gambaran tingkat


edisi kedelapan. Jakarta : Erlangga; nyeri pasien pasca operasi jantung di
2007. ruang intensif jantung rs x bandung.
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah 2016;
4. Brunner & Suddarth. Buku ajar 3: Availabel at: http: // jurnal
keperawatan medikal bedah, edisi 8 keperawatan. Stikes aisyiyah
volume 2. Jakarta : EGC;2009. bandung. ac. id/ jurnal. php? Jurnal
= edisi _jurnal &id=525&
5. Stites M. Observational pain scales
in crytically III Adults. Critical Care 12. Rose L, et al. Critical care nurses
Nurse 2013; 33. Available at: pain assessment and management :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubm A Surgary in Canada. American
ed/23727853 Journal of Critical Care 2012, 21:
Available at: http: // ajcc.
6. Arsyawina, et all. Skala critical-care aacnjournals. org/ content/ 21 /4
pain observational tool dan wong /251. abstract.
bekker faces pain rating scale dalam
menilai derajat nyeri pada pasien 13. Priambodo, et al. Pengkajian nyeri
dengan ventilasi mekanik. Jurnal pada pasien kritis dengan
Keperawatan Poltekes Kemenkes menggunakan Critical Pain
Kalimantan Timur;2014. Available Observation Tool (CPOT) di
at:https://www.neliti.com>publicati Intensive Care Unit. Jurnal Ilmu
on>critical-care Kesehatan 2016; 4: Available at:
http: // jkp. fkep. unpad. ac. id/
7. Hayati NI. Pengaruh Teknik index. php/ jkp/ article/ view/239.
distraksi dan relaksasi terhadap
tingkat nyeri pada pasien post 14. Potter PA & Perry AG. Buku ajar
operasi di Rumah Sakit Immanuel fundamental keperawatan : Konsep
Bandung. Jurnal Ilmu Kesehatan proses dan praktik. Vol. 2. Edisi 4.
2014; 8. Available at: http : // Jakarta : EGC; 2005.
ejournal. stik-immanuel.ac. id
/file.php? file =dosen&id= 503&cd 15. Prasetyo SN. Konsep dan proses
=e37d8612d6812c5615b4f. keperawatan nyeri. Yogyakarta :
Graha Ilmu; 2010.

40

Anda mungkin juga menyukai