Samino1)
1)
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati
e-mail : onimas_dimdim@yahoo.co.id
Abstrak: Analisis Pelaksanaan Informed Consent. Pelaksanaan tindakan medis infasif harus
memperoleh persetujuan pasien atau keluarganya, diwujudkan dalam bentuk dokumen informed
consent (Azwar, 1996). Hasil-hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan informed consent diberbagai
RS belum dilaksanakan dengan baik. Tujuan penelitian untuk mengetahui pelaksanaan informed
consent. Jenis penelitian kualitatif, dengan pendekatan fenomenologi, dilakukan terhadap 3 pimpinan
RS, 4 dokter spesialis, 10 perawat, dan 10 pasien/keluarganya. Pengumpulan data dengan wawancara
mendalam. Pengambilan data dengan purposive sampling, analisa data dengan content
analysis.Penelitian dilaksanakan di 3 RS Provinsi Lampung, April - Juli 2013. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (a). Pelaksanaan informed consent di tiga RS belum sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. (b). Informasi medis yang dijelaskan oleh dokter kepada
pasien/keluarganya belum lengkap. (c). Pada umumnya dokter dalam menjelaskan rencana tindakan
telah menggunakan bahasa yang dipahami pasien/keluarganya. (d). Antara pemberi penjelasan dengan
yang melakukan tindakan adalah dilakukan oleh dokter yang sama. (e). Umumnya penjelasan
tambahan oleh perawat tidak dibenarkan, namun ada satu RS yang memeberi kewenangan pada
perawat senior untuk memberi penjelasan jika dokter tidak ada. (f). Informasi diberikan secara tertulis
dan dijelaskan secara lisan akan lebih baik dibandingkan dengan hanya diberikan secara lisan.
Konsep masyarakat modern, kedudukan (2003), di RSCM (Irna A dan B) Jakarta dan
dokter sejajar dengan pelanggan. Keputusan Samino dan Dina (2008), di RSAM (Ruang
menerima atau menolak usulan dokter menjadi Bedah Pria) Lampung, menunjukkan bahwa
hak sepenuhnya pelanggan. Pelaksanaan implementasi informed consent belum sesuai
tindakan medis infasif harus memperoleh dengan peraturan yang berlaku. Tujuan
persetujuan pasien atau keluarganya, penelitian untuk mengetahui pelaksanaan
diwujudkan dalam bentuk dokumen informed informed consent.
consent (Azwar, 1996). Hasil penelitian Samino
71
72 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 1,April 2014, hlm 71-78
Informsi medis yang Informasi medis yang dijelaskan oleh dokter Primer Wawancara
dijelaskan kepada pasien/ keluarganya. (dokter, perawat,
pasien/ keluarganya)
Bahasa yang digunakan Adalah bahasa yang digunakan oleh dokter Primer Wawancara
untuk menjelaskan informasi medis (dokter,
perawat, pasien/keluarganya)
Pemberi informasi dan Adalah dokter yang memberikan penjelasan Primer Wawancara
operatornya rencana tindakan apakah yang akan melakukan
tindakan
Informasi medis tertulis Adalah informasi medis diberikan oleh dokter Primer Wawancara
kepada pasien/keluarganya diberikan secara
tertulis dan jelaskan secara lisan.
Jenis, cara pengambilan Data dan analisis Untuk pimpinan RS dan dokter
pengambilan data dengan wawancara
Data primer diperoleh dari pimpinan terstruktur, hal ini dilakukan karena sulit untuk
RS, pasien/keluarganya, dokter, dan perawat. menentukan jadual yang sesuai. Hasil jawaban
Metode pengumpulan data wawancara informan disusun dengan pendekatan content
mendalam (pasien/keluarganya dan perawat). analysis.
Trigunarso, Pengaruh Kompetensi Kerja dan Kepemimpinan Transformasional 73
1999, yaitu peran perawat dalam pelaksanaan informasi tersebut perlu di konfirmasi dengan
informed consent sebagai saksi. sumber lain, misalnya dengan melakukan
observasi. Dengan observasi ini diyakini dapat
Informasi Medis Tertulis memperoleh informasi yang lebih akurat, oleh
karena itu metode pengambilan data dengan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa observasi penting untuk dipertimbangkan.
pada semua informan (dokter) mengatakan
setuju jika informasi secara tertulis dan Tempat Pemberian Informasi
dijelaskan secara lisan kepada pasien/
keluarganya. Hal yang sama disampaikan oleh Hasil penelitian belum sepenuhnya
informan (pimpinan), mengatakan bahwa setuju mengikuti ketentuan Kep.Dir.Yanmedis
apabila informasi medis diberikan dalam bentuk HK.00.06.3.5. 1866/1999. Dalam peraturan
tertulis dan dijelaskan secara lisan. Demikian tersebut ditegaskan bahwa informasi medis
juga menurut informan (perawat), informasi diberikan di ruang dokter atau ruangan lain
tertulis akan lebih baik dibandingkan dengan yang kondusif, artinya tidak terganggu oleh
secara lisan, karena lebih lengkap dan ada pihak lain, sehingga informasi medis dapat
buktinya bahwa dokter telah menjelaskan dan diterima oleh pasien/keluarganya dengan baik.
pasien/keluarganya dapat dibaca kembali. Mengingat bahwa tempat pemberian informasi
medis di berbagai tempat, telah menjadi
Pembahasan kewajiban bagi RS harus menyediaakan
tempat/ruangan khusus untuk pelaksanaanya.
Waktu Pemberian Informasi Medis dan Jika RS menyediakan tempat untuk itu,
Persetujuan maka proses tersebut akan berjalan dengan
baik, sehingga mutu pe
Waktu pemberian informasi medis dan layan informed consent terjaga dengan
persetujuan menjadi masalah penting dalam baik. Hal ini didukung oleh Permenkes No.
pelayanan kesehatan berkaitan dengan tindakan 290/2008, pasal 17 (2) ditegaskan bahwa sarana
yang sifatnya pilihan, bukan kegawatdaruratan. pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas
Berdasarkan Kep.Dir.Yanmedis HK.00.06.3.5. pelaksanaan persetujuan tindakan kedokteran
1866/1999, mengharuskan pasien sudah (medis). Ketentuan pasal 17 tersebut didukung
memberi persetujuan paling lambat 24 jam. oleh pasal 18 (2), bahwa untuk meningkatkan
Maknanya (dalam keadaan normal) informasi mutu pelayanan kesehatan, dinas kesehatan
medis seharusnya sudah diberikan lebih dari 24 perlu melakukan pengawasan terhadap
jam (minimal 36 jam sebelum jadwal tindakan), pelaksanaan pelayanan tersebut.
dengan demikian pasien masih mempunyai Salah satu contoh RS yang telah
waktu berfikir 12 jam untuk menentukan menyediakan ruang untuk kunsultasi dokter
apakah tawaran/usulan dokter tersebut disetujui dengan pasien seperti yang diterapkan pada
atau ditolak. Unit Swadana RSAM, ada salah satu ruangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang disediakan untuk pemberian informasi
waktu pemberian informasi medis dan medis, dimana di ruangan tersebut ada meja dan
persetujuan oleh keluarga pasien dilakukan kursi serta peralatan lain untuk menunjang
sehari sebelum tindakan dilakukan. Pelaksanaan penjelasan dokter seperti hasil pemeriksaan
pemberian informasi medis oleh dokter dan penunjang. Ketersediaan ruang ini memberikan
persetujuan oleh pasie/keluarganya sudah rasa nyaman bagi pasien / keluarganya untuk
sesuai dengan keputusan Dir.Yanmedik tersebut menyampaikan hal-hal yang sifatnya sangat
diatas, namun sebaiknya penjelasan diberikan pribadi, demikian juga dokter akan memberikan
lebih dari satu hari. penjelasan secara mendalam, termasuk jika ada
Hasil penelitian ini sesuai dengan hal-hal yang sifatnya menjadi kerahasiaan
Samino (2003), yang menyatakan bahwa pasien, dengan demikian kerahasiaannya dapat
tenggang waktu pemberian informasi medis terjamin.
dengan rencana tindakan yang akan dilakukan
lebih dari 24 jam bahkan ada yang satu bulan
sebelumnya. Peneliti menyadari bahwa
Trigunarso, Pengaruh Kompetensi Kerja dan Kepemimpinan Transformasional 75
kurang efektif. Hal ini senada dengan pendapat informasi yang diberikan, dan kesempatan
Astuti (2013), pemberian informasi dengan bertanya tentang hal-hal yang bersifat
menggunakan bahasa kedokteran, tidak akan klarifikasi, sebelum kemudian diminta
membawa hasil apa-apa, malah akan membuat keputusan.
membingungkan pasien. Oleh karena itu Sinyalemen Sampurna didukung oleh
seyogyanya informasi yang diberikan oleh Sarimin (2006) mengutif pendapat Brown,
dokter terhadap pasiennya disampaikan dalam bahwa faktor-faktor yang menyebabkan pasien
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti mengeluh terhadap pelayanan yang diberikan
oleh pasien. Seperti diketahui kebanyakan dokter adalah bahwa dokter tidak memiliki
pasien adalah awam dengan bahasa kedokteran waktu yang cukup untuk pasien maupun
dan tidak semua istilah-istilah kedokteran keluarganya, dokter tidak menyadari bahwa
dapat diterjemahkan dengan mudah ke dalam pasien memiliki kebutuhan khusus yang harus
bahasa orang awam. Akan lebih baik jika dipenuhi oleh seorang dokter.
penjelasannya disertai dengan gambar-gambar Sinyalemen ini juga diungkapkan oleh
sederhana, sehingga pasien/keluarganya akan salah satu informan pimpinan RS bahwa pada
cepat memahaminya. umumnya dokter sangat sibuk dan sangat
minim untuk memberikan perhatian kepada
Kesempatan Bertanya pasiennya. Dia berharap akan memperbaiki
manajemen ini untuk tenaga yang baru, mudah-
Sebelum pasien/keluarganya memberikan mudahan ini bisa dilaksanakan, karena tidak
keputusan untuk meneruskan pengaobatan atau mungkin akan merubah perilaku tenaga medis
tidak, bahkan mencari pelayanan lain, salah yang sudah sangat senior ini.
satunya ditentukan oleh proses pemberian
informasi medis. Proses ini memerlukan waktu Pemberi Informasi Medis dan Pelaksana
untuk menentukan apakah menerima atau Tindakan (Operator)
menolak tawaran dokter. Disini harus terjadi
dialog antara dokter dengan pasien/ Permenkes memberikan keleluasan
keluarganya. Dialog ini untuk memperoleh dalam penyampaian penjelasan. Jika
pemahaman yang menyeluruh sehingga dokter/dokter gigi yang merawatnya
keputusannya menjadi bulat. Berdasarkan berhalangan, pemberian penjelasan dapat
pemahaman tersebut, pasien menetapkan didelegasikan kepada dokter lain yang
keputusan mandiri, yang menurut pertimbangan kompeten (Pasal 10 (2)). Selain dokter/dokter
adalah terbaik bagi dirinya (adequate decision). gigi, tenaga kesehatan lain yang terlibat
Hasil penelitian ini sesuai dengan hal tersebut langsung dalam perawatannya juga boleh
di atas, dimana dokter dalam memberikan memberikan penjelasan. Apabila dalam
penjelasan rencana tindakan yang akan keadaan tertentu diantara tim dokter
dilakukan memberikan kesempatan untuk berhalangan, maka tugas penjelasan dapat
berdiskusi kepada pasien/keluarganya. Dengan didelegasikan kepada tenaga kesehatan lain
demikian harapan bahwa keputusan yang yang terlibat langsung dalam perawatannya
diambil oleh pasien / keluarganya secara (Pasal 10 (4).
mandiri tidak ada tekanan dari pihak lain dapat Tidak ada penjelasan mengenai siapa
tercapai. yang dimaksud tenaga kesehatan lain. Namun
KKI sebagai lembaga yang mengawal penulis menduga bahwa yang dimaksud adalah
kemajuan ilmu pengetahuan kedokteran, dalam tenaga keperawatan. Jika hal itu yang
pelayanan informed consent harus terjadi dimaksud, maka pendelegasian wewenang
diskusi antara dokter dan pasien/keluarganya. tersebut hanya dibenarkan apabila tindakan
Setelah keputusan diajukan pun seorang dokter kedokteran tersebut bukan merupakan tindakan
harus memastikan kembali apakah benar-benar pembedahan atau tindakan invasif lainya yang
sudah mantap untuk menerima tawaran. Hal beresiko tinggi. Perawat yang mendapat tugas
tersebut didukung oleh Sampurna, at.all (2006), tersebut harus mempunyai pengetahuan dan
mengatakan bahwa dalam proses pemberian pengalaman yang cukup, sehingga apa yang
informasi medis, dokter harus menyediakan dijelaskan tidak terlalu berbeda, apabila
cukup waktu bagi pasien untuk memahami dijelaskan oleh dokter/dokter gigi yang
Trigunarso, Pengaruh Kompetensi Kerja dan Kepemimpinan Transformasional 77
Azwar, Azrul. 1996. Pengantar pelayanan Samino. 2003. Analisa Pelaksanaan Informed
dokter keluarga. Jakarta : Yayasan Consent di IRNA RS Dr. Cipto
Penerbit Ikatan Dokter Indonesia. Mangunkusumo ditinjau dari Aspek
Hukum, Jakarta.
Bogdan, Robert dan Tailor Steven J. 1993.
Kualitatif Dasar-dasar Penelitian. Sampurna, Budi, (et al.). 2006. Manual
Surabaya: Usaha Nasional. Persetujuan Tindakan Kedokteran,
Konsil Kedokteran Indonesia. Jakarta.
Guwandi, J. 2002. Hospital Law (Emerging
Doctrines & Jurisprudence).Jakarta : Sarimin, Alberth Darwono, 2006, Analisis
Fakultas Kedokteran UI. Faktor-faktor Kejelasan Informasi Medis
yang diterima oleh Pasien pra Operasi
Mahmud, Peran Perawat dalam Informed Katarak di Rumah Sakit Umum William
Consent pre Operasi di Ruang Bedah Booth Semarang. Semarang: Universitas
Rumah Sakit Umum Pemangkat Diponegoro
Kalimantan Barat .