Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS PELAKSANAAN INFORMED CONSENT

Samino1)
1)
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati
e-mail : onimas_dimdim@yahoo.co.id

Abstrak: Analisis Pelaksanaan Informed Consent. Pelaksanaan tindakan medis infasif harus
memperoleh persetujuan pasien atau keluarganya, diwujudkan dalam bentuk dokumen informed
consent (Azwar, 1996). Hasil-hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan informed consent diberbagai
RS belum dilaksanakan dengan baik. Tujuan penelitian untuk mengetahui pelaksanaan informed
consent. Jenis penelitian kualitatif, dengan pendekatan fenomenologi, dilakukan terhadap 3 pimpinan
RS, 4 dokter spesialis, 10 perawat, dan 10 pasien/keluarganya. Pengumpulan data dengan wawancara
mendalam. Pengambilan data dengan purposive sampling, analisa data dengan content
analysis.Penelitian dilaksanakan di 3 RS Provinsi Lampung, April - Juli 2013. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (a). Pelaksanaan informed consent di tiga RS belum sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. (b). Informasi medis yang dijelaskan oleh dokter kepada
pasien/keluarganya belum lengkap. (c). Pada umumnya dokter dalam menjelaskan rencana tindakan
telah menggunakan bahasa yang dipahami pasien/keluarganya. (d). Antara pemberi penjelasan dengan
yang melakukan tindakan adalah dilakukan oleh dokter yang sama. (e). Umumnya penjelasan
tambahan oleh perawat tidak dibenarkan, namun ada satu RS yang memeberi kewenangan pada
perawat senior untuk memberi penjelasan jika dokter tidak ada. (f). Informasi diberikan secara tertulis
dan dijelaskan secara lisan akan lebih baik dibandingkan dengan hanya diberikan secara lisan.

Kata kunci : pelaksanaan, informed consent

Abstract : Analysis Of Informed Consent. Implementation of invasive medical procedures have to


approved by the patient or his family, realized in terms of the informed consent document (Azwar,
1996). The results of the study demonstrate the implementation of various hospital informed consent
has not been implemented properly. This study aimed to determine the implementation of informed
consent. This study is qualitative research, use the phenomenological approach, implemented to the 3
leadership of hospital, 4 specialist doctors, 10 nurses, and 10 patients/families. Data collected with in-
depth interviews. Data were taken use purposive sampling, and analysis of data with content analysis.
The research implemented at 3 Lampung Province hospital, from April to July 2013. The results
showed that (a). Implementation of informed consent in three hospital have not been in accordance
with laws and regulations that apply. (b). Medical information which is explained by the doctor to the
patient / family is not yet complete. (c). Generally physician in explain the plan of action used
language that is understood by the patient/family. (d). Between the explanator and the implementator
of actions that are performed by the same physician. (e). Generally additional explanation by the nurse
is not justified, but there is one hospital that counts the authority to senior nurses to give an
explanation if the doctor is not there/not on duty. (f). Information given in writing and verbally
described would be better than just given verbally.

Keywords: implementation of informed consent

Konsep masyarakat modern, kedudukan (2003), di RSCM (Irna A dan B) Jakarta dan
dokter sejajar dengan pelanggan. Keputusan Samino dan Dina (2008), di RSAM (Ruang
menerima atau menolak usulan dokter menjadi Bedah Pria) Lampung, menunjukkan bahwa
hak sepenuhnya pelanggan. Pelaksanaan implementasi informed consent belum sesuai
tindakan medis infasif harus memperoleh dengan peraturan yang berlaku. Tujuan
persetujuan pasien atau keluarganya, penelitian untuk mengetahui pelaksanaan
diwujudkan dalam bentuk dokumen informed informed consent.
consent (Azwar, 1996). Hasil penelitian Samino

71
72 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 1,April 2014, hlm 71-78

METODE Informan, Kualifikasi, Lokasi, dan Waktu

Jenis dan Desain Penelitian Sebagai informan adalah tiga pimpinan


RS (dua direktur dan satu Ketua Komite
Menggunakan metode kualitatif, bersifat Medik), empat orang dokter spesialis, sepuluh
eksploratif (eksploratif) dengan pendekatan perawat ruangan, dan sepuluh
fenomenologi. Menurut Bogdan (1993), pasien/keluarganya yang pernah memberikan
metode kualitatif adalah prosedur riset yang persetujuan tindakan medik. Dokter adalah
menghasilkan data kualitatif, tentang ungkapan, yang sudah pernah memberikan informasi
atau catatan orang itu sendiri atau tingkah laku medis. Perawat yang pernah menjadi saksi,
mereka yang terobservasi. Rancangan ini dengan berpendidikan minimal D-III
memungkinkan peneliti memperoleh jawaban Keperawatan. Pemilihan informan dengan
atau informasi mendalam tentang pendapat dan pendekatan proporsive sampling, dilaksankan
perasaan seseorang. di RSAM, IM, dan MH Pringsewu,
dilaksanakan April - Juli 2013.
Definisi Istilah
Penelitian ini dengan pendekatan kualitatif, dalam pengkajian fokus pada hal-hal sebagai berikut:

Faktor Definisi istilah (informan) Sumber data Metode

Waktu pemberian Adalah waktu dokter memberikan informasi Primer Wawancara


informasi dan medis dan persetujuan pasien/keluarganya.
persetujuan (dokter, perawat, pasien/keluarganya)

Tempat pemberian Adalah tempat dokter dalam menjelaskan Primer Wawancara


informasi rencana tindakan medis kepada
pasien/kelauarganya (dokter, perawat,
pasien/keluarganya)

Informsi medis yang Informasi medis yang dijelaskan oleh dokter Primer Wawancara
dijelaskan kepada pasien/ keluarganya. (dokter, perawat,
pasien/ keluarganya)

Bahasa yang digunakan Adalah bahasa yang digunakan oleh dokter Primer Wawancara
untuk menjelaskan informasi medis (dokter,
perawat, pasien/keluarganya)

Pemberi informasi dan Adalah dokter yang memberikan penjelasan Primer Wawancara
operatornya rencana tindakan apakah yang akan melakukan
tindakan

Penjelasan perawat Adalah penjelasan mengenai rencana tindakan Primer Wawancara


medis yang dilakukan oleh profesi keperawatan

Informasi medis tertulis Adalah informasi medis diberikan oleh dokter Primer Wawancara
kepada pasien/keluarganya diberikan secara
tertulis dan jelaskan secara lisan.

Jenis, cara pengambilan Data dan analisis Untuk pimpinan RS dan dokter
pengambilan data dengan wawancara
Data primer diperoleh dari pimpinan terstruktur, hal ini dilakukan karena sulit untuk
RS, pasien/keluarganya, dokter, dan perawat. menentukan jadual yang sesuai. Hasil jawaban
Metode pengumpulan data wawancara informan disusun dengan pendekatan content
mendalam (pasien/keluarganya dan perawat). analysis.
Trigunarso, Pengaruh Kompetensi Kerja dan Kepemimpinan Transformasional 73

HASIL DAN PEMBAHASAN Bahasa dalam Informed Consent

Hasil Hasil penelitian menunjukkan, baik dari


informan dokter, perawat, maupun
Waktu Pemberian Informasi Medis dan pasien/keluarganya, disimpulkan bahwa dokter
Persetujuan dalam menjelaskan rencana tindakan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami
Menurut informan (dokter) dalam (Bahasa Indonesia). Hasil penelitian sesuai
memberikan informasi medis dilakukan satu dengan ketentuan dalam Permenkes
hari sebelum rencana tindakan dilakukan. Hal 290/Menkes/Per/III/2008, penjelasan harus
ini diperkuat dengan informan (perawat), diberikan secara lengkap dengan bahasa yang
mengatakan umumnya dokter memberikan mudah dimengerti atau cara lain yang bertujuan
penjelasan kepada pasien/keluarganya sehari mempermudah pemahaman pasien/keluarganya
sebelumnya. Hasil ini juga diperkuat oleh (Pasal 9 (1)).
pasien/keluarganya, mereka memberikan
persetujuan rencana tindakan satu hari Kesempatan Bertanya
sebelumnya. Namun sebagian lain mengatakan
memberikan persetujuan sebelum tindakan Berdasarkan hasil wawancara informan
dilaksanakan (menjelang tindakan akan (dokter, perawat, dan pasien/keluarganya) dapat
dilaksanakan). Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa dokter dalam memberikan
secara umum dapat disimpulkan bahwa waktu penjelasan rencana tindakan yang akan
pemberian informasi medis dan persetujuan dilakukan, memberikan kesempatan kepada
oleh keluarga pasien dilakukan sehari sebelum pasien/keluarganya untuk menanyakan
tindakan dilakukan. (berdiskusi), mengenai rencana tindakan yang
akan dilakukan.
Tempat Pemberian Informasi

Menurut (dokter), tempat pemberian Pemberi Informasi Medis dan Pelaksana


informasi medis dilakukan diberbagai tempat, Tindakan (Operator)
ada yang dipolikilinik, ruang perawat, ruang
perawatan, maupun di ruang kerja dokter. Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ini didukung oleh penjelasan pimpinan RS yang dokter yang menjelaskan rencana tindakan
menjelaskan bahwa tidak ada ruang khusus medis adalah yang akan melakukan tindakan
yang disiapkan untuk proses pemberian tersebut. Hasil ini sesuai dengan pasal 10 (1)
informasi medis. Demikian (keluarga pasien) Permenkes 290/2008, rencana tindakan medis
mengatakan bahwa tempat pemberian informasi diberikan oleh dokter atau dokter gigi yang
medis tidak menentu, kadang-kadang tempat merawat pasien atau salah satu dokter atau
perawat (kantor perawat), bangsal (tempat dokter gigi dari tim dokter yang merawatnya.
tidur), atau poliklinik.
Penjelasan oleh Perawat

Isi Informasi Medis Hasil penelitian menunjukkan bahwa


pada umumnya informan (dokter) mengatakan,
Berdasarkan hasil wawancara informan (dokter, perawat tidak perlu memberikan penjelasan
perawat, dan pasien/keluarganya), disimpulkan tambahan kepada pasien/keluarganya mengenai
bahwa informasi medis yang dijelaskan oleh rencana tindakan yang akan dilakukan oleh
dokter kepada pasien/keluarganya mencakup : dokter. Namun menurut informan lain
penjelasan mengenai penyakit yang dideritanya, (pimpinan) mengatakan, perawat boleh
tindakan/terapi yang akan dilakukan, tujuan memberikan penjelasan tambahan khususnya
tindakan, resiko/komplikasi, alternatif tinda- mereka yang sudah memahami dibidangnya
kan yang dapat dilakukan, prognosisnya, dan masing-masing (senior).
perawatan selanjutnya. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan
Keputusan Diryanmed (HK.00.06.3.5.1866/
74 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 1,April 2014, hlm 71-78

1999, yaitu peran perawat dalam pelaksanaan informasi tersebut perlu di konfirmasi dengan
informed consent sebagai saksi. sumber lain, misalnya dengan melakukan
observasi. Dengan observasi ini diyakini dapat
Informasi Medis Tertulis memperoleh informasi yang lebih akurat, oleh
karena itu metode pengambilan data dengan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa observasi penting untuk dipertimbangkan.
pada semua informan (dokter) mengatakan
setuju jika informasi secara tertulis dan Tempat Pemberian Informasi
dijelaskan secara lisan kepada pasien/
keluarganya. Hal yang sama disampaikan oleh Hasil penelitian belum sepenuhnya
informan (pimpinan), mengatakan bahwa setuju mengikuti ketentuan Kep.Dir.Yanmedis
apabila informasi medis diberikan dalam bentuk HK.00.06.3.5. 1866/1999. Dalam peraturan
tertulis dan dijelaskan secara lisan. Demikian tersebut ditegaskan bahwa informasi medis
juga menurut informan (perawat), informasi diberikan di ruang dokter atau ruangan lain
tertulis akan lebih baik dibandingkan dengan yang kondusif, artinya tidak terganggu oleh
secara lisan, karena lebih lengkap dan ada pihak lain, sehingga informasi medis dapat
buktinya bahwa dokter telah menjelaskan dan diterima oleh pasien/keluarganya dengan baik.
pasien/keluarganya dapat dibaca kembali. Mengingat bahwa tempat pemberian informasi
medis di berbagai tempat, telah menjadi
Pembahasan kewajiban bagi RS harus menyediaakan
tempat/ruangan khusus untuk pelaksanaanya.
Waktu Pemberian Informasi Medis dan Jika RS menyediakan tempat untuk itu,
Persetujuan maka proses tersebut akan berjalan dengan
baik, sehingga mutu pe
Waktu pemberian informasi medis dan layan informed consent terjaga dengan
persetujuan menjadi masalah penting dalam baik. Hal ini didukung oleh Permenkes No.
pelayanan kesehatan berkaitan dengan tindakan 290/2008, pasal 17 (2) ditegaskan bahwa sarana
yang sifatnya pilihan, bukan kegawatdaruratan. pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas
Berdasarkan Kep.Dir.Yanmedis HK.00.06.3.5. pelaksanaan persetujuan tindakan kedokteran
1866/1999, mengharuskan pasien sudah (medis). Ketentuan pasal 17 tersebut didukung
memberi persetujuan paling lambat 24 jam. oleh pasal 18 (2), bahwa untuk meningkatkan
Maknanya (dalam keadaan normal) informasi mutu pelayanan kesehatan, dinas kesehatan
medis seharusnya sudah diberikan lebih dari 24 perlu melakukan pengawasan terhadap
jam (minimal 36 jam sebelum jadwal tindakan), pelaksanaan pelayanan tersebut.
dengan demikian pasien masih mempunyai Salah satu contoh RS yang telah
waktu berfikir 12 jam untuk menentukan menyediakan ruang untuk kunsultasi dokter
apakah tawaran/usulan dokter tersebut disetujui dengan pasien seperti yang diterapkan pada
atau ditolak. Unit Swadana RSAM, ada salah satu ruangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang disediakan untuk pemberian informasi
waktu pemberian informasi medis dan medis, dimana di ruangan tersebut ada meja dan
persetujuan oleh keluarga pasien dilakukan kursi serta peralatan lain untuk menunjang
sehari sebelum tindakan dilakukan. Pelaksanaan penjelasan dokter seperti hasil pemeriksaan
pemberian informasi medis oleh dokter dan penunjang. Ketersediaan ruang ini memberikan
persetujuan oleh pasie/keluarganya sudah rasa nyaman bagi pasien / keluarganya untuk
sesuai dengan keputusan Dir.Yanmedik tersebut menyampaikan hal-hal yang sifatnya sangat
diatas, namun sebaiknya penjelasan diberikan pribadi, demikian juga dokter akan memberikan
lebih dari satu hari. penjelasan secara mendalam, termasuk jika ada
Hasil penelitian ini sesuai dengan hal-hal yang sifatnya menjadi kerahasiaan
Samino (2003), yang menyatakan bahwa pasien, dengan demikian kerahasiaannya dapat
tenggang waktu pemberian informasi medis terjamin.
dengan rencana tindakan yang akan dilakukan
lebih dari 24 jam bahkan ada yang satu bulan
sebelumnya. Peneliti menyadari bahwa
Trigunarso, Pengaruh Kompetensi Kerja dan Kepemimpinan Transformasional 75

Isi Informasi Medis diskusi tentang kemungkinan risiko yang serius


atau sering terjadi, dan perubahan gaya hidup
Hasil penelitian ini jika dibandingkan sebagai akibat dari tindakan tersebut, f.
keputusan Kep.Dir.Yanmedis HK.00.06.3.5. Nyatakan bila rencana pengobatan tersebut
1866/1999. Belum sesuai. Dalam peraturan ini adalah upaya yang masih eksperimental, g.
ada enam hal/informasi medis yang harus Bagaimana dan kapan kondisi pasien dan akibat
dijelaskan kepada pasien/keluarganya: a. sampingannya akan dimonitor atau dinilai
Tujuan dan prosfek keberhasilan tindakan kembali, h. Nama dokter yang bertanggung
medik yang akan dilakukan (purpose of medical jawab secara keseluruhan untuk pengobatan
procedure), b. Tata cara tindakan medis yang tersebut, serta bila mungkin nama-nama
akan dilakukan (contemplated medical anggota tim lainnya, i. Bila melibatkan dokter
procedures), c. Resiko (risk inherent in such yang sedang mengikuti pelatihan atau
medical procedures). d.Alternatif tindakan pendidikan, maka sebaiknya dijelaskan
medis lain yang tersedia dan serta resikonya peranannya di dalam rangkaian tindakan yang
masing-masing (alternative medical procedure akan dilakukan, j. Mengingatkan kembali
and risk), e. Prognosis penyakit apabila bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya
tindakan medis tersebut dilakukan (prognosis setiap waktu. Bila hal itu dilakukan maka
with and without medical procedure). f. pasien bertanggungjawab penuh atas kon-
Diagnosis. sekuensi pembatalan tersebut, k. Mengingatkan
Hasil penelitian ini di atas jika bahwa pasien berhak memperoleh pendapat
dibandingkan dengan ketentuan Pasal 45 UU kedua dari dokter lain, l. Bila memungkinkan,
No. 29/2004 tentang Praktik Kedokteran, juga juga diberitahu tentang perincian biaya.
belum sesuai. Pasal tersebut memberikan Dengan demikian jika dilihat dari isi
arahan bahwa penjelasan rencana tindakan informasi medis yang dijelaskan oleh dokter
minimal mencakup: a. Diagnosis dan tata cara kepada pasien/keluarganya, ternya belum
tindakan medis, b. Tujuan tindakan medis yang memenuhi harapan, karena masih ada hal yang
dilakukan, c. Alternatif tindakan lain dan belum dijelaskan, misalnya tata cara tindakan,
risikonya, d. Risiko dan komplikasi yang resiko masing-masing alternatif, dan
mungkin terjadi, dan e. Prognosis terhadap pembiayaan. Belum ada informasi mengapa
tindakan yang dilakukan. para dokter belum memberi penjelasan dengan
Hasil diatas jika dibandingkan lagi lengkap. Menurut penjelasan informan,
dengan arahan Sampurna, at.all (2006), masih penjelasan kepada pasien cukup dijelaskan yang
jauh dari ketentuan ini. Menurut Sampurna ada penting-penting saja, yang lengkap adalah
12 kunci informasi yang sebaiknya diberikan untuk kepentingan akademik. Hemat peneliti,
kepada pasien : a. Diagnosis dan prognosis kesadaran para dokter dalam hal ini perlu
secara rinci dan juga prognosis apabila tidak ditumbuh kembangkan melalui berbagai
diobati, b. Ketidakpastian tentang diagnosis saluran, misalnya berbagai pelatihan mengenai
(diagnosis kerja dan diagnosis banding) hak-hak pasien yang berkaitan dengan
termasuk pilihan pemeriksaan lanjutan sebelum pelaksanaan informed consent.
dilakukan pengobatan, c. Pilihan pengobatan
atau penatalaksanaan terhadap kondisi Bahasa dalam Informed Consent
kesehatannya, termasuk pilihan untuk tidak
diobati, d. Tujuan dari rencana pemeriksaan
atau pengobatan; rincian dari prosedur atau Penggunaan bahasa oleh dokter dalam
pengobatan yang dilaksanakan, termasuk menjelaskan rencana tindakan medis kepada
tindakan subsider seperti penanganan nyeri, pasien/keluarganya merupakan hal yang sangat
bagaimana pasien seharusnya mempersiapkan penting, karena adanya perbedaan pengetahuan
diri, rincian apa yang akan dialami pasien dokter dan pasien/keluarganya, mengenai
selama dan sesudah tindakan, termasuk efek materi yang harus dijelaskan kepada pasien,
samping yang biasa terjadi dan yang serius, e. biasanya merupakan istilah-istilah kedokteran,
Untuk setiap pilihan tindakan, diperlukan dan adanya perbedaan status sosial,
keterangan tentang kelebihan/keuntungan dan ketersediaan waktu dokter, beban tugas cukup
tingkat kemungkinan keberhasilannya, dan banyak, dapat mengakibatkan komunikasi
76 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 1,April 2014, hlm 71-78

kurang efektif. Hal ini senada dengan pendapat informasi yang diberikan, dan kesempatan
Astuti (2013), pemberian informasi dengan bertanya tentang hal-hal yang bersifat
menggunakan bahasa kedokteran, tidak akan klarifikasi, sebelum kemudian diminta
membawa hasil apa-apa, malah akan membuat keputusan.
membingungkan pasien. Oleh karena itu Sinyalemen Sampurna didukung oleh
seyogyanya informasi yang diberikan oleh Sarimin (2006) mengutif pendapat Brown,
dokter terhadap pasiennya disampaikan dalam bahwa faktor-faktor yang menyebabkan pasien
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti mengeluh terhadap pelayanan yang diberikan
oleh pasien. Seperti diketahui kebanyakan dokter adalah bahwa dokter tidak memiliki
pasien adalah awam dengan bahasa kedokteran waktu yang cukup untuk pasien maupun
dan tidak semua istilah-istilah kedokteran keluarganya, dokter tidak menyadari bahwa
dapat diterjemahkan dengan mudah ke dalam pasien memiliki kebutuhan khusus yang harus
bahasa orang awam. Akan lebih baik jika dipenuhi oleh seorang dokter.
penjelasannya disertai dengan gambar-gambar Sinyalemen ini juga diungkapkan oleh
sederhana, sehingga pasien/keluarganya akan salah satu informan pimpinan RS bahwa pada
cepat memahaminya. umumnya dokter sangat sibuk dan sangat
minim untuk memberikan perhatian kepada
Kesempatan Bertanya pasiennya. Dia berharap akan memperbaiki
manajemen ini untuk tenaga yang baru, mudah-
Sebelum pasien/keluarganya memberikan mudahan ini bisa dilaksanakan, karena tidak
keputusan untuk meneruskan pengaobatan atau mungkin akan merubah perilaku tenaga medis
tidak, bahkan mencari pelayanan lain, salah yang sudah sangat senior ini.
satunya ditentukan oleh proses pemberian
informasi medis. Proses ini memerlukan waktu Pemberi Informasi Medis dan Pelaksana
untuk menentukan apakah menerima atau Tindakan (Operator)
menolak tawaran dokter. Disini harus terjadi
dialog antara dokter dengan pasien/ Permenkes memberikan keleluasan
keluarganya. Dialog ini untuk memperoleh dalam penyampaian penjelasan. Jika
pemahaman yang menyeluruh sehingga dokter/dokter gigi yang merawatnya
keputusannya menjadi bulat. Berdasarkan berhalangan, pemberian penjelasan dapat
pemahaman tersebut, pasien menetapkan didelegasikan kepada dokter lain yang
keputusan mandiri, yang menurut pertimbangan kompeten (Pasal 10 (2)). Selain dokter/dokter
adalah terbaik bagi dirinya (adequate decision). gigi, tenaga kesehatan lain yang terlibat
Hasil penelitian ini sesuai dengan hal tersebut langsung dalam perawatannya juga boleh
di atas, dimana dokter dalam memberikan memberikan penjelasan. Apabila dalam
penjelasan rencana tindakan yang akan keadaan tertentu diantara tim dokter
dilakukan memberikan kesempatan untuk berhalangan, maka tugas penjelasan dapat
berdiskusi kepada pasien/keluarganya. Dengan didelegasikan kepada tenaga kesehatan lain
demikian harapan bahwa keputusan yang yang terlibat langsung dalam perawatannya
diambil oleh pasien / keluarganya secara (Pasal 10 (4).
mandiri tidak ada tekanan dari pihak lain dapat Tidak ada penjelasan mengenai siapa
tercapai. yang dimaksud tenaga kesehatan lain. Namun
KKI sebagai lembaga yang mengawal penulis menduga bahwa yang dimaksud adalah
kemajuan ilmu pengetahuan kedokteran, dalam tenaga keperawatan. Jika hal itu yang
pelayanan informed consent harus terjadi dimaksud, maka pendelegasian wewenang
diskusi antara dokter dan pasien/keluarganya. tersebut hanya dibenarkan apabila tindakan
Setelah keputusan diajukan pun seorang dokter kedokteran tersebut bukan merupakan tindakan
harus memastikan kembali apakah benar-benar pembedahan atau tindakan invasif lainya yang
sudah mantap untuk menerima tawaran. Hal beresiko tinggi. Perawat yang mendapat tugas
tersebut didukung oleh Sampurna, at.all (2006), tersebut harus mempunyai pengetahuan dan
mengatakan bahwa dalam proses pemberian pengalaman yang cukup, sehingga apa yang
informasi medis, dokter harus menyediakan dijelaskan tidak terlalu berbeda, apabila
cukup waktu bagi pasien untuk memahami dijelaskan oleh dokter/dokter gigi yang
Trigunarso, Pengaruh Kompetensi Kerja dan Kepemimpinan Transformasional 77

bertanggung jawab. Ketentuan ini dilaksanakan Informasi Medis Tertulis


oleh salah satu RS yang menjadi kajian, telah
menerapkan kebijakan ini secara terbatas. Hasil penelitian di atas akan sejalan
Perawat yang ditunjuk adalah perawat senior, dengan kebijakan kementerian kesehatan.
dia mewakili pimpinan RS apabila pimpinan Berdasarkan Permenkes 290/Menkes/Per/
/dokter tidak ada. Biasanya dilakukan apabila III/2008 dan Kep.Dir.Yanmedis HK.00.06.3.5.
hari-hari libur, atau bukan jam kerja. Penjelasan 1866/1999, cara menyampaikan penjelasan oleh
perawat berkaitan dengan kesiapan dan dokter yang bertanggung jawab dibedakan atas,
pembiayaan yang akan ditanggung. (a) penjelasan yang disampaikan secara lisan,
Hemat peneliti, ketentuan terakhir (b) penjelasan yang disampaikan secara tertulis.
sebaiknya tidak perlu, masalah informasi Ketentuan ini memberi peluang bagi dokter
rencana tindakan harus diberikan oleh dokter untuk memilih apakah hanya menyampaikan
yang merawatnya. Hal ini berkaitan dengan secara lisan atau keduanya dijalankan. Sesuai
sistem pertanggung jawaban, baik secara medis, hasil pengkajian belum ada dokter yang
administratif, maupun hukum. memberikan penjelasan secara tertulis dan
dijelaskan dengan lisan. Namun hasil ini
Penjelasan Perawat menyimpulkan bahwa informan setuju bila
informasi dijelaskan sebaiknya ditulis terlebih
Berdasarkan Keputusan Diryanmed dahulu baru dijelaskan secara lisan. Informasi
(HK.00.06.3.5.1866/1999, yaitu peran perawat tertulis dan dijelaskan secara lisan akan lebih
dalam pelaksanaan informed consent sebagai mudah untuk dipahami dan dapat dibaca
saksi, ada pengecualian dalam ketentuan kembali. Informasi tertulis akan memberikan
tersebut terkait dengan keberadaan perawat. kepastian informasi dan kepastian hukum,
Pendelegasian wewenang kepada perawat karena dapat dibuktikan secara outentik.
hanya dibenarkan apabila tindakan kedokteran Hal ini sesuai hasil penelitian Samino
tersebut bukan merupakan tindakan bedah atau (2003), menjelaskan bahwa informasi secara
tindakan invasif lainya. Artinya untuk tindakan lisan mempunyai berbagai kelemahan, pertama
infasif dokter tidak boleh mendelegasikan ketidak jelasan informasi medis, dan lemah
kepada tenaga perawat. Perawat tidak sebagai alat bukti, sehingga informasi tertulis
diperbolehkan memberikan informasi mengenai dan dijelaskan secara lisan akan mengurangi hal
suatu tindakan medik meskipun pasien yang tersebut. Secara tersirat bahwa informasi secara
memintanya. Perawat harus dapat menjelaskan tertulis lebih baik dibandingkan dengan lisan,
kepada pasien/keluarganya bahwa hal tersebut dikatakan oleh Sampurna, at.all (2006),
adalah kewenangan dokter untuk menjelasan menjelaskan untuk meningkatkan pemahaman
(Guwandi, 2004). pasien/keluarganya dokter dapat menggunakan
Kenyataan dilapangan masih ada pasien alat bantu, seperti leaflet atau bentuk publikasi
atau keluarganya tidak memperoleh penjelasan lain apabila hal itu dapat membantu
yang cukup, sehingga perawat sebagai memberikan informasi yang bersifat rinci.
advokator pasien selama 24 jam mempunyai Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
kewajiban untuk medampingi, dan memberikan disimpulkan bahwa penjelasan dengan alat
dorongan psikologis terhadap berbagai rencana bantu harapannya lebih efektif, apalagi jika
tindakan medis infasif yang akan dihadapi, dan informasinya secara tertulis tentu akan lebih
tidak jarang perawat terpaksa harus mudah dipahami, karena bisa dibaca ulang.
memberikan penjelasan tambahan atas Informasi tertulis dapat menjadi dokumen yang
penjelasan dokter. Hal ini sesuai hasil penelitian baik, sehingga bisa dijadikan sebagai alat bukti
Mahmud (2014), mengatakan bahwa perawat yang kuat, dapat melindung para pihak yang
masih melaksanakan tugas-tugas yang bukan berkepentingan, oleh karena itu perlu adanya
kewenangannya, seperti memberikan informasi pengkajian berbagai kebijakan yang
mengenai suatu tindakan medik. Bahkan menyatakan bahwa informasi medis
perawat yang harus memintakan tanda tangan disampaikan secara lisan, dan tertulis hanya
di lembar persetujuan informed consent. sebagai pelengkap. Seharusnya informasi
disampaikan secara tertulis dan dijelaskan
secara lisan, bukan sebaliknya.
78 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 1,April 2014, hlm 71-78

Simpulan adalah dilakukan oleh dokter yang sama. (e).


Umumnya penjelasan tambahan oleh perawat
Berdasarkan uraian pada bagian tidak dibenarkan, namun ada satu RS yang
sebelumnya dapat disimpulkan: (a). memeberi kewenangan pada perawat senior
Pelaksanaan informed consent di tiga RS belum untuk memberi penjelasan jika dokter tidak ada.
sesuai dengan peraturan perundang-undangan (f). Informasi diberikan secara tertulis dan
yang berlaku. (b). Informasi medis yang dijelaskan secara lisan akan lebih baik
dijelaskan dokter kepada pasien/keluarganya dibandingkan dengan hanya diberikan secara
belum lengkap. (c). Pada umumnya dokter lisan. Disarankan setiap RS mengevaluasi
dalam menjelaskan rencana tindakan telah pelaksanaan informed consent setiap triwulan
menggunakan bahasa yang dipahami untuk melihat keseuaian pelaksanaannya.
pasien/keluarganya. (d). Antara pemberi
penjelasan dengan yang melakukan tindakan

DAFTAR RUJUKAN http://eprints.undip.ac.id/10595/1/Artikel.


pdf, 2014
Astuti. 2013. Hubungan Hukum Antara Dokter
dengan Pasien Dalam Upaya Pelayanan Samino dan Dina Dwi RR. 2008. Pelaksanaan
Medis. http://ejournal.umm.ac.id Informed Consent di Ruang Rawat Inap
6/3/2014. Kutilang RS Abdoel Moeloek. Lampung

Azwar, Azrul. 1996. Pengantar pelayanan Samino. 2003. Analisa Pelaksanaan Informed
dokter keluarga. Jakarta : Yayasan Consent di IRNA RS Dr. Cipto
Penerbit Ikatan Dokter Indonesia. Mangunkusumo ditinjau dari Aspek
Hukum, Jakarta.
Bogdan, Robert dan Tailor Steven J. 1993.
Kualitatif Dasar-dasar Penelitian. Sampurna, Budi, (et al.). 2006. Manual
Surabaya: Usaha Nasional. Persetujuan Tindakan Kedokteran,
Konsil Kedokteran Indonesia. Jakarta.
Guwandi, J. 2002. Hospital Law (Emerging
Doctrines & Jurisprudence).Jakarta : Sarimin, Alberth Darwono, 2006, Analisis
Fakultas Kedokteran UI. Faktor-faktor Kejelasan Informasi Medis
yang diterima oleh Pasien pra Operasi
Mahmud, Peran Perawat dalam Informed Katarak di Rumah Sakit Umum William
Consent pre Operasi di Ruang Bedah Booth Semarang. Semarang: Universitas
Rumah Sakit Umum Pemangkat Diponegoro
Kalimantan Barat .

Anda mungkin juga menyukai