METODE PENULISAN
34
Adapun istilah-istilah yang digunakan dalam studi kasus ini meliputi proses
keperawatan, asuhan keperawatan, masalah keperawatan,kekurangan volume cairan, dan
gastroenteritis akut.
35
3.2.5 Definisi Penurunanan Curah Jantung
Penurunan curah jantung adalah Ketidakadekuatan pompa darah oleh jantung untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh ( Nanda Nic & Noc, 2009).
3.3 Partisipan
Partisipan dalam penyusunan studi kasus ini adalah 2 pasien yang dirawat di Ruang
Melati hari ke 1 dan 2 dengan diagnosa medis hipertensi RSUD Dr. Haryoto Tahun 2017
yang memenuhi kriera sabagai berikut:
3.3.1 Menandatangani dan mengisi formulir lembar persetujuan
3.3.2 Didiagnosa medis hipertensi
3.3.3 Hasil pengkajian didapatkan batasan karakteristik muncul masalah keperawatan
kekurangan penurunan curah jantung.
3.4.1 Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Interna RSUD Dr Haryoto Lumajang. Rumah sakit
ini merupakan rumah sakit milik pemerintah daerah, dan merupakan rumah sakit yang paling
besar dengan jumlah kunjungan tertinggi di wilayah Kabupaten Lumajang, karena memiliki
sumber daya manusia dan alat lebih lengkap. Rumah sakit ini merupakan tempat rujukan
pertama masyarakat Lumajang.
3.4.2 Waktu
Total waktu yang digunakan mulai dari awal pembuatan proposal sampai sidang proposal
adalah delapan bulan yaitu di mulai dari bulan Oktober 2015 sampai Agustus 2017. Proposal
ini telah melewati berbagai revisi dengan total konsulan 8 kali selama pembuatannya.
36
3.5 Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data ini terdiri dari macam-macam data, sumber data, serta
beberapa metode pengumpulan data penelitian kualitatif dalam keperawatan.Metode
pengumpulan data penelitian kualitatif dalam keperawatanyaitu wawancara, observasi, dan
studi dokumentasi (Afiyanti dan Imami, 2014).
37
3.5.2 Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan, yaitu sumber data primer dan sumber data
sekunder seperti yang dijelaskan di bawah ini (Rohmah dan Saiful, 2014).
3.5.2.1 Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah pasien. sebagai sumber data primer, untuk pasien yang
dalam keadaan tidak sadar, mengalami gangguan bicara, atau pendengaran, pasien masih
bayi, atau beberapa sebab yang mengakibatkan pasien tidak dapat memberikan data subjektif
secara langsung, perawat dapat menggunakan data objektif untuk menegakkan diagnosis
keperawatan atau perawat melakukan anamnesis pada keluarga (Rohmah dan Saiful, 2014).
3.5.2.2 Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari selain pasien, yaitu keluarga,
orang terdekat, teman, da orang lain yang tahu tentang status kesehatan pasien, serta tenaga
kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi, ahli fisioterapi, laboratorium, radiologi, juga termasuk
sumber data sekunder (Rohmah dan Saiful, 2014).
3.5.3 Wawancara
Pengumpulan data dengan menanyakan secara langsung kepada klien dan terkait
dengan masalah yang dihadapi klien biasanya juga disebut anamnesa. Anamnesa pada pasien
hipertensi meliputi : identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat gizi, kondisi lingkungan, pola kebiasaan (nutrisi dan metabolisme,
eliminasi alvi, eliminasi urine, tidur dan istirahat, kebersihan, tanggapan bilan ada keluarga
yang sakit untuk menjaga kesehatan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui data subjektif
dalam aspek fisik, mental, social budaya, ekonomi, kebiasaan, adat istiadat, agama,
lingkungan. Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara mewawancarai
langsung responden yang diteliti, metode ini memberikan hasil secara langsung (Hidayat,
2012).
Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang mempunyai
tujuan dan didahului beberapa pertanyaan informal. Wawancara penelitian lebih dari sekedar
percakapan dan berkisar dari pertanyaan-pertanyaan informal ke formal. Wawancara
ditujukan untuk mendapatkan informasi dari individu yang diwawancarai. Peneliti melakukan
wawancara mengeksplorasi perasaan, persepsi, dan pemikiran partisipan (Afiyanti dan
Imami, 2014).
38
Pelaksanaan wawancara dapat bersifat formal yang direncanakan sebelumnya dan
dapat juga secara informal layaknya percakapan sehari-hari. Saat wawancara berlangsung,
respons dan tanggapan para partisipan yang diwawancarai terhadap pertanyaan peneliti
menentukan kelancaran proses wawancara dan menentukan pola kategorisasi data yang
dihasilkan ketika menganalisis hasil wawancara tersebut.
39
Peneliti kualitatif jarang sekali menggunakan wawancara ini. Beberapa keterbatasan
pada wawancarra ini membuat data yang diperoleh tidak kaya. Jadwal wawancara berisi
sejumlah pertanyaan yang telah direncanakan sebelumnya. Tiap partisipan ditanyakan
pertanyaan yang sama dengan urutan yang sama pula. Jenis wawancara ini menyerupai
kuesioner survei yang tertulis. Peneliti kualitatif menggunakan pertanyaan yang berstruktur
ini hanya untuk mendapatkan data sosio-demografik, seperti usia, lamanya kondisi yang
dialami, lamanya pengalaman, pekerjaan, kualifikasi, dan sebagainya (Afiyanti dan Imami,
2014).
3.5.3.1.5 Wawancara kelompok
Wawancara kelompok merupakan instrumen yang berharga untuk peneliti yang
berfokus pada normalitas kelompok atau dinamika seputar isu yang ingin diteliti (Afiyanti
dan Imami, 2014).
3.5.3.2 Langkah-Langkah Wawancara
Terdapat tujuh langkah dalam melakukan metode wawancara. Langkah-langkah
tersebut perlu dilakukan peneliti dalam melakukan wawancara. Berikut langkah-langkah
tersebut (Afiyanti dan Imami, 2014).
3.5.3.2.1 Rencanakan wawancara dengan menyeleksi individu yang akan
diwawancarai.
3.5.3.2.2 Lakukan wawancara sesuai dengan pedoman wawancara yang
telah dibuat secara sistematik. Waktu yang diperlukan tiap wawancara sekitar 45-60 menit
dengan menggunakan alat recording.
3.5.3.2.3 Buat segera transkrip hasil wawancara sesegera mungkin setelah
wawancara.
3.5.3.2.4 Lakukan analisis dari transkrip yang telah dibuat dengan
membuat kategorisasi.
3.5.3.2.5 Lakukan verifikasi dan konfirmasi hasil wawancara yang telah
dilakukan dengan dengan para partisipan.
3.5.3.2.6 Buat laporan hasil wawancara.
3.5.4 Observasi
Pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati pasien untuk memperoleh data
tentang masalah kesehatan pasien hipertensi. Observasi pada pasien hipertensi dilakukan
dengan menggunakan alat pengukur tekanan darah, penglihatan dan alat indera lainnya,
melalui rabaan, sentuhan dan pendengaran.
40
Tujuan dari melakukan observasi adalah mengkonfirmasi semua yang diamati oleh
peneliti atau observer secara deskriptif dan informatif. Kegiatan observasi meliputi
memerhatikan dengan saksama, termasuk mendengarkan, mencatat, dan mempertimbangkan
hubungan antaraspek pada fenomena yang sedang diamati. Untuk memperoleh hasil
observasi yang akurat dan tepat, peneliti diwajibkan memiliki keterampilan dalam melakukan
observasi dan mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan pendalaman dalam situasi
yang akan diteliti (Afiyanti dan Imami, 2014).
3.5.6 Angket/kuesioner
Angket merupakan alat ukur berupa angket atau kuesioner dengan beberapa
pertanyaan. Alat ukur ini digunakan bila responden jumlahnya besar dan tidak buta huruf.
Selain itu, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner mampu menggali hal-hal
yang bersifat rahasia. Pembuatan kuesioner ini mengacu pada parameter yang sudah dibuat
oleh peneliti sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan (Afiyanti dan Imami, 2014).
41
Dalam melakukan obsevasi dan pemeriksaan fisik, yaitu pemeriksaan fisik secara
umum yaitu :
1) Mengukur tekanan darah
2) Inspeksi
3) Palpasi
4) Perkusi
5) Auskultasi
42
Seberapa mampu suatu hasil penelitian kualitatif dapat diaplikasikan dan dialihkan
pada keadaan atau konteks lain atau kelompok atau partisipan lainnya merupakan pertanyaan
untuk menilai kualitas tingkat keterlaihan atau transferabilitas. Istilah transferabilitas dipakai
pada penelitian kualitatif untuk menggantikan konsep generalisasi yang digunakan pada
penelitian kuantitatif (Afiyanti dan Imami, 2014).
3.6.3 Konfirmabilitas
Konfirmabilitas (confirmability) menggantikan aspek objektivitas pada penelitian
kuantitatif, namun tidak persis sama arti keduanya, yaitu kesediaan peneliti untuk
mengungkap secara terbuka proses dan elemen-elemen penelitiannya. Cara peneliti
mengintepretasikan, mengimplikasikan, dan menyimpulkan konfirmabilitas temuannya dapat
melalui audit trial dan menggunakan teknik pengambilan sampel yang ideal. Peneliti
mengenali pengalamannya dan pengaruh subjektif dari intepretasi yang telah dibuatnya,
sehingga pembaca mengetahui proses refleksivitas yang dibuat peneliti. Selanjutnya, untuk
memperoleh hasil penelitian kualitatif yang objektif, peneliti perlu menggunakan teknik
pengambilan sa,pel dengan cara memaksimalkan variasi sampelnya, cara ini dapat
mengurangi bias hasil penelitian (Afiyanti dan Imami, 2014).
45
Memperhatikan kesejahteraan partisipan, yaitu peneliti memenuhi hak-hak partisipan
dengan cara memperhatikan kemanfaatan (beneficience), dan meminimalkan resiko
(nonmaleficience) dari kegiatan penulisan yang dilakukan dengan memperhatikan kebebasan
dari bahaya (free from harm), eksploitasi (free from exploitation) dan ketidaknyamanan (free
from discomfort).
3.7.2.1 Kemanfaatan (Beneficience)
Prinsip kemanfaatan yaitu setiap penulis wajib meyakinkan kegiatan yang
dilakukantidak menimbulkan bahaya, tidak mengeksploitasi, dan tidak mengganggu
kenyamanan pasien, baik dari bahaya fisik maupun bahay psikologis (Afiyanti dan Imami,
2014).
3.7.2.2 Meminimalkan Risiko (Nonmaleficience)
Pinsip meminimalkan risiko menyatakan bahwa responden memiliki hak untuk
diberi penjelasan tentang bahaya atau risiko yang dapat ditimbulkan selama kegiatan
dilakukan (Afiyanti dan Imami, 2014).
3.7.2.3 Kebebasan dari Bahaya (Free From Harm) dan Ketidaknyamanan (Free From
Discomfort)
Kedua prinsip ini saling berkaitan untuk mencapai hak responden. Responden diberi
informasi jika kegiatan yang dilakukan menyebabkan ketidaknyamanan, maka responden
memiliki hak untuk tidak melanjutka partisipasinya dalam legiatan yang dilakukan. Hak
bebas dari ketidaknyamanan atau bebas dari bahaya (free from harm), seperti secara fisik
dapat mengalami kelelahan, secara psikologis dapat mengalami stres dan rasa takut, dan
secara sosial dapat mengalami kehilangan teman, atau secara ekonomi dapat kehilangan
penghasilan, makan penulis harus meminimalisasi risiko terjadinya berbagai
ketidaknyamanan tersebut dengan besarnya manfaat yang diperoleh responden(Afiyanti dan
Imami, 2014).
3.7.2.4 Eksploitasi (Free From Exploitation)
Hak bebas dari eksploitasi (Free From Exploitation) menyatakan bahwa keterlibatan
para respondendalam kegiatan pengumpulan data yang dilakukan tidak boleh merugikan
responden atau membuat responden terpapar situasi yang membuat responden tidak siap
karena merasa tereksploitasi untuk menjawab pertanyaan yang sangat pribadi. Responden
harus dipastikan bahwa informasi yang telah responden berikan, tidak digunakan untuk balik
menentangnya (Afiyanti dan Imami, 2014).
46
Hak ini memberikan semua partisipan hak yang sama untuk dipilih atau berkontribusi
dalam penelitian tanpa diskriminasi. Semua partisipasi memperoleh perlakuan dan
kesempatan yang sama dengan menghormati seluruh persetujuan yang disepakati. Prinsip ini
menyatakan bahwa setiap partisipan penelitian memiliki hak utnuk diperlakukan adil dan
tidak dibeda-bedakan di antara mereka selama kegiatan riset dilakukan. Setiap peneliti
memberi perlakuan dan penghargaan yang sama dalam hal apa pun selama kegiatan riset
dilakukan tanpa memandang suku, agama, etnis, dan kelas sosial (Afiyanti dan Imami, 2014).
47