Anda di halaman 1dari 14

BAB 3

METODE PENULISAN

Bab ini membahas tentang metode penulisan yang digunakan dalam


menyelenggarakan studi kasus terhadap masalah keperawatan penurunan curah jantung
pada pasien hipertensi.

3.1 Desain Penulisan


Desain penulisan studi kasus dalam karya tulis ini adalah untuk mengeksplorasi dan
menganalisis suatu masalah atau fenomena dalam asuhan keperawatan pada kliniks pada
pasien hipertensi dengan masalah keperawatan penurunan curah jantung di RSUD Dr
Hariyoto lumajang 2016. Dengan suatu paparan pada topik yang ditulis untuk
menerangkan atau menggambarkan suatu masalah yang terjadi berdasarkan siapa (nama,
umur, jenis kelamin,), kapan (waktu), dan dimana (tempat), serta saling memiliki
ketergantungan antara satu aspek dengan aspek lainnya yang melibatkan data kuantitatif dan
data kualitatif. Dengan demikian, hasil penulisan studi kasus ini akan menghasilkan
informasi yang komprehensif mengenai topik yang ditulis.
Karakteristik studi kasus yang baik dan resmi (hallmark of case study) atau studi kasus
mewajibkan peneliti memperoleh pemahaman yang utuh dan terintegrasi mengenai
interrelasi berbagai fakta dan dimensi dari kasus-kasus khusus yang ditelitinya. Dengan kata
lain, kasus-kasus yang dipelajari dipresentasikan dengan pemahaman yang mendalam (in-
depth understanding) oleh penelitinya. Agar tercapai maksud tersebut, peneliti
mengumpulkan data penelitiannya melalui banyak sumber, yaitu melalui wawancara,
observasi, pengumpulan dokumen, dan material audiovisual. Berdasarkan alasan ini, studi
kasus merupakan studi kualitatif yang sangat fleksibel dari cara pengumpulan datanya
(Afiyanti dan Imami, 2014).
Pada penulisan ini, akan mengeksplorasi pengalaman perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien hipertensi dengan masalah keperawatan penurunan curah jantung.

3.2 Batasan Istilah


Batasan istilah (atau dalam versi kualitatif disebut sebagai definisi operasional) adalah
pernyataan yang menjelaskan istilah-istilah kunci yang menjadi fokus studi kasus. Batasan
istilah disusun secara naratif dan apabila diperlukan ditambahkan informasi kualitatif sebagai
penciri dari batasan yang dibuat penulis.

34
Adapun istilah-istilah yang digunakan dalam studi kasus ini meliputi proses
keperawatan, asuhan keperawatan, masalah keperawatan,kekurangan volume cairan, dan
gastroenteritis akut.

3.2.1 Definisi Proses Keperawatan


Proses keperawatan adalah serangkaian tindakan sistematis yang berkesinambungan,
yang meliputi tindakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan individu atau kelompok,
baik yang aktual maupun potensial kemudian merencanakan tindakan untuk menyelesaikan,
mengurangi, atau mencegah terjadinya masalah baru dan melaksanakan tindakan atau
menugaskan orang lain untuk melaksanakan tindakan keperawatan serta mengevaluasi
keberhasilan dari tindakan yang dikerjakan (Rohmah dan Saiful, 2014).

3.2.2 Definisi Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek
keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan
kesehatan, dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia, dengan menggunakan
metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik dan
etika keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (DPP PPNI
tahun 1999 dalam Afiyanti dan Imami, 2014).

3.2.3 Definisi Masalah Keperawatan


Masalah keperawatan suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (Carpenito tahun 2002
dalam Afiyanti dan Imami, 2014).

3.2.4 Definisi Hipertensi


Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita
penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya. ( Sylvia A.price).

35
3.2.5 Definisi Penurunanan Curah Jantung
Penurunan curah jantung adalah Ketidakadekuatan pompa darah oleh jantung untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh ( Nanda Nic & Noc, 2009).

3.3 Partisipan
Partisipan dalam penyusunan studi kasus ini adalah 2 pasien yang dirawat di Ruang
Melati hari ke 1 dan 2 dengan diagnosa medis hipertensi RSUD Dr. Haryoto Tahun 2017
yang memenuhi kriera sabagai berikut:
3.3.1 Menandatangani dan mengisi formulir lembar persetujuan
3.3.2 Didiagnosa medis hipertensi
3.3.3 Hasil pengkajian didapatkan batasan karakteristik muncul masalah keperawatan
kekurangan penurunan curah jantung.

3.4 Lokasi Dan Waktu


Pada studi kasus ini dilakukan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan
masalah keperawatan penurunan curah jantung di Ruang Melati RSUD Dr Hariyoto
Lumajang.

3.4.1 Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Interna RSUD Dr Haryoto Lumajang. Rumah sakit
ini merupakan rumah sakit milik pemerintah daerah, dan merupakan rumah sakit yang paling
besar dengan jumlah kunjungan tertinggi di wilayah Kabupaten Lumajang, karena memiliki
sumber daya manusia dan alat lebih lengkap. Rumah sakit ini merupakan tempat rujukan
pertama masyarakat Lumajang.

3.4.2 Waktu
Total waktu yang digunakan mulai dari awal pembuatan proposal sampai sidang proposal
adalah delapan bulan yaitu di mulai dari bulan Oktober 2015 sampai Agustus 2017. Proposal
ini telah melewati berbagai revisi dengan total konsulan 8 kali selama pembuatannya.

36
3.5 Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data ini terdiri dari macam-macam data, sumber data, serta
beberapa metode pengumpulan data penelitian kualitatif dalam keperawatan.Metode
pengumpulan data penelitian kualitatif dalam keperawatanyaitu wawancara, observasi, dan
studi dokumentasi (Afiyanti dan Imami, 2014).

3.5.1 Macam – Macam Data


Adapun macam-macam data yang digunakan, yaitu data dasar, data fokus, data
subjektif, dan data objektif seperti yang dijelaskan di bawah ini (Rohmah dan Saiful, 2014).
3.5.1.1 Data Dasar
Data dasar adalah seluruh informasi tentang status kesehatan pasien. data dasar ini
meliputi data umum, data demografi, riwayat keperawatan, pola fungsi kesehatan, dan
pemeriksaan. Data dasar yang menunjukkan pola fungsi kesehatan efektif/optimal merupakan
data yang dipakai dasar untuk menegakkan diagnosis keperawatan sejahtera (Rohmah dan
Saiful, 2014).
3.5.1.2 Data Fokus
Data fokus adalah informasi tentang status kesehatan pasien yang menyimpang dari
keadaan normal. Data fokus dapat berupa ungkapan pasien maupun pemeriksaan langsung
oleh perawat. Segala penyimpangan yang berupa keluhan, divalidasi dengan data hasil
pemeriksaan. Untuk bayi atau pasien yang tidak sadar banyak menekankan pada data fokus
yang berupa hasil pemeriksaan (Rohmah dan Saiful, 2014).
3.5.1.3 Data Subjektif
Data yang merupakan ungkapan keluhan pasien secara langsung dari pasien maupun
tidak langsung melalui orang lain yang mengetahui kedaan pasien secara langsung dan
menyampaikan masalah yang terjadi pada perawat berdasarkan keadaan yang terjadi pada
pasien. Data subjektif dilakukan melalui anamnesis. Contohnya yaitu “merasa pusing” dan
“mual” (Rohmah dan Saiful, 2014).
3.5.1.4 Data Objektif
Data yang diperoleh oleh perawat secara langsung melalui observasi dan
pemeriksaan pada pasien. data objektif harus dapat diukur dan diobservasi. Contohnya yaitu
tekanan darah 160/00 mmHg dan konjungtiva anemis (Rohmah dan Saiful, 2014).

37
3.5.2 Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan, yaitu sumber data primer dan sumber data
sekunder seperti yang dijelaskan di bawah ini (Rohmah dan Saiful, 2014).
3.5.2.1 Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah pasien. sebagai sumber data primer, untuk pasien yang
dalam keadaan tidak sadar, mengalami gangguan bicara, atau pendengaran, pasien masih
bayi, atau beberapa sebab yang mengakibatkan pasien tidak dapat memberikan data subjektif
secara langsung, perawat dapat menggunakan data objektif untuk menegakkan diagnosis
keperawatan atau perawat melakukan anamnesis pada keluarga (Rohmah dan Saiful, 2014).
3.5.2.2 Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari selain pasien, yaitu keluarga,
orang terdekat, teman, da orang lain yang tahu tentang status kesehatan pasien, serta tenaga
kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi, ahli fisioterapi, laboratorium, radiologi, juga termasuk
sumber data sekunder (Rohmah dan Saiful, 2014).

3.5.3 Wawancara
Pengumpulan data dengan menanyakan secara langsung kepada klien dan terkait
dengan masalah yang dihadapi klien biasanya juga disebut anamnesa. Anamnesa pada pasien
hipertensi meliputi : identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat gizi, kondisi lingkungan, pola kebiasaan (nutrisi dan metabolisme,
eliminasi alvi, eliminasi urine, tidur dan istirahat, kebersihan, tanggapan bilan ada keluarga
yang sakit untuk menjaga kesehatan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui data subjektif
dalam aspek fisik, mental, social budaya, ekonomi, kebiasaan, adat istiadat, agama,
lingkungan. Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara mewawancarai
langsung responden yang diteliti, metode ini memberikan hasil secara langsung (Hidayat,
2012).
Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang mempunyai
tujuan dan didahului beberapa pertanyaan informal. Wawancara penelitian lebih dari sekedar
percakapan dan berkisar dari pertanyaan-pertanyaan informal ke formal. Wawancara
ditujukan untuk mendapatkan informasi dari individu yang diwawancarai. Peneliti melakukan
wawancara mengeksplorasi perasaan, persepsi, dan pemikiran partisipan (Afiyanti dan
Imami, 2014).

38
Pelaksanaan wawancara dapat bersifat formal yang direncanakan sebelumnya dan
dapat juga secara informal layaknya percakapan sehari-hari. Saat wawancara berlangsung,
respons dan tanggapan para partisipan yang diwawancarai terhadap pertanyaan peneliti
menentukan kelancaran proses wawancara dan menentukan pola kategorisasi data yang
dihasilkan ketika menganalisis hasil wawancara tersebut.

3.5.3.1 Jenis Wawancara


Ada berbagai jenis wawancara, yaitu tidak berstruktur,semi terstruktur, percakapan
informal, berstruktur atau standart, dan kelompok. Berikut dijelaskan masing-masing jenis
wawancara (Afiyanti dan Imami, 2014).
3.5.3.1.1 Wawancara Tidak Berstruktur, Tidak Berstandar, Informal, Atau Berfokus
Jenis wawancara ini relatif memiliki tidak banyak pertanyaan yang disiapkan, bahkan
hanya dengan satu pertanyaan yang disiapkan peneliti. Peneliti lebih banyak mendengarkan
dan banyak belajar dari pengalaman atau hal-hal yang diceritakan para partisipannya untuk
memberikan pertanyaan selanjutnya. Peneliti umumnya mengajukan pertanyaan yang tidak
direncanakan sebelumnya atau tidak diantisipasi untuk ditanyakan kepada para partisipannya.
Untuk selanjutnya, peneliti perlu mengeksplorasi dan memeriksa lebih dalam hasil
wawancara tersebut untuk melakukan klarifikasi (Afiyanti dan Imami, 2014).
3.5.3.1.2 Wawancara Semi Berstruktur
Wawancara ini dimulai dari isu yang dicakup dalam pedoman wawancara. Urutan
pertanyaan tidaklah sama pada setiap partisipan bergantung pada proses wawancara dan
jawaban tiap individu. Pedoman menjamin bahwa peneliti mengumpulkan jenis data yang
sama dari partisipan. Peneliti dapat menghemat waktu melalui wawancara ini. Jenis
wawancara ini menggunakan pertanyaan terbuka dan menggunakan probes yang telah
disiapkan sebelumnya. Wawancara semi berstruktur sering digunakan untuk studi yang
berfokus pada life-world yang berupaya memahami berbagai tema kehidupan sehari-hari dari
perspektif masing-masing individu. Wawancara ini berusaha memaparkan berbagai deskripsi
kehidupan partisipan dan memiliki tanggung jawab mengintepretasikan makna dari fenomena
yang dideskripsikan oleh para partisipan. (Afiyanti dan Imami, 2014).
3.5.3.1.3 Wawancara Dengan Percakapan Informal
Pada jenis wawancara ini peneliti mengasumsikan memiliki peran yang lebih aktif
daripada peran interaktifnya. (Afiyanti dan Imami, 2014).

3.5.3.1.4 Wawancara berstruktur atau standart

39
Peneliti kualitatif jarang sekali menggunakan wawancara ini. Beberapa keterbatasan
pada wawancarra ini membuat data yang diperoleh tidak kaya. Jadwal wawancara berisi
sejumlah pertanyaan yang telah direncanakan sebelumnya. Tiap partisipan ditanyakan
pertanyaan yang sama dengan urutan yang sama pula. Jenis wawancara ini menyerupai
kuesioner survei yang tertulis. Peneliti kualitatif menggunakan pertanyaan yang berstruktur
ini hanya untuk mendapatkan data sosio-demografik, seperti usia, lamanya kondisi yang
dialami, lamanya pengalaman, pekerjaan, kualifikasi, dan sebagainya (Afiyanti dan Imami,
2014).
3.5.3.1.5 Wawancara kelompok
Wawancara kelompok merupakan instrumen yang berharga untuk peneliti yang
berfokus pada normalitas kelompok atau dinamika seputar isu yang ingin diteliti (Afiyanti
dan Imami, 2014).
3.5.3.2 Langkah-Langkah Wawancara
Terdapat tujuh langkah dalam melakukan metode wawancara. Langkah-langkah
tersebut perlu dilakukan peneliti dalam melakukan wawancara. Berikut langkah-langkah
tersebut (Afiyanti dan Imami, 2014).
3.5.3.2.1 Rencanakan wawancara dengan menyeleksi individu yang akan
diwawancarai.
3.5.3.2.2 Lakukan wawancara sesuai dengan pedoman wawancara yang
telah dibuat secara sistematik. Waktu yang diperlukan tiap wawancara sekitar 45-60 menit
dengan menggunakan alat recording.
3.5.3.2.3 Buat segera transkrip hasil wawancara sesegera mungkin setelah
wawancara.
3.5.3.2.4 Lakukan analisis dari transkrip yang telah dibuat dengan
membuat kategorisasi.
3.5.3.2.5 Lakukan verifikasi dan konfirmasi hasil wawancara yang telah
dilakukan dengan dengan para partisipan.
3.5.3.2.6 Buat laporan hasil wawancara.

3.5.4 Observasi
Pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati pasien untuk memperoleh data
tentang masalah kesehatan pasien hipertensi. Observasi pada pasien hipertensi dilakukan
dengan menggunakan alat pengukur tekanan darah, penglihatan dan alat indera lainnya,
melalui rabaan, sentuhan dan pendengaran.
40
Tujuan dari melakukan observasi adalah mengkonfirmasi semua yang diamati oleh
peneliti atau observer secara deskriptif dan informatif. Kegiatan observasi meliputi
memerhatikan dengan saksama, termasuk mendengarkan, mencatat, dan mempertimbangkan
hubungan antaraspek pada fenomena yang sedang diamati. Untuk memperoleh hasil
observasi yang akurat dan tepat, peneliti diwajibkan memiliki keterampilan dalam melakukan
observasi dan mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan pendalaman dalam situasi
yang akan diteliti (Afiyanti dan Imami, 2014).

3.5.5 Studi dokumentasi


Peneliti menggunakan pengumpulan data dengan metode studi dokumen karena
dokumen dapat memberi informasi tentang situasi yang tidak dapat diperoleh langsung
melalui observasi langsung atau wawancara. Media yang termasuk studi dokumentasi, antara
lain yaitu buku harian pribadi, surat, otobiografi dan biografi serta dokumen dan berbagai
laporan dinas. Sumber dokumen bisa dari yang informal sampai formal. Penelitian
keperawatan bisa menggunakan jadwal, laporan, dan catatan kasus, standar asuhan dan
lainnya sebagai sumber. Peneliti memperlakukan sumber tersebut layaknya transkrip
wawancara atau hasil catatan hasil observasi, yang nanti dapat dianalisis dengan memberikan
kode dan kategori (Afiyanti dan Imami, 2014).

3.5.6 Angket/kuesioner
Angket merupakan alat ukur berupa angket atau kuesioner dengan beberapa
pertanyaan. Alat ukur ini digunakan bila responden jumlahnya besar dan tidak buta huruf.
Selain itu, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner mampu menggali hal-hal
yang bersifat rahasia. Pembuatan kuesioner ini mengacu pada parameter yang sudah dibuat
oleh peneliti sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan (Afiyanti dan Imami, 2014).

3.5.7 Pemeriksaan fisik

41
Dalam melakukan obsevasi dan pemeriksaan fisik, yaitu pemeriksaan fisik secara
umum yaitu :
1) Mengukur tekanan darah
2) Inspeksi
3) Palpasi
4) Perkusi
5) Auskultasi

3.6 Uji Keabsahan Data


Kredibilitas data atau ketepatan atau keabsahan data dan keakurasian suatu data yang
dihasilkan dari studi kualitatif menjelaskan derajat atau nilai kebenaran dari data yang
dihasilkan termasuk proses analisis data tersebut dari penelitian yang dilakukan. Suatu hasil
penelitian dikatakan memiliki kredibilitas yang tinggi atau baik ketika hasil-hasil temuan
pada penelitian tersebut dapat dikenali dengan baik oleh para partisipannya dalam konteks
sosial mereka (Afiyanti dan Imami, 2014).
Uji keabsahan data dalam asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan masalah
keperawatan penurunan curah jantung di Ruang Melati RSUD Dr. Haryoto Lumajang
dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau informasi yang diperoleh sehingga
menghasilkan data dengan validitas tinggi serta reliabilitas tinggi.
Validitas tinggi, proses pengukuran dan pengamatan yang berprinsip pada ke
handalan instrument dalam mengumpulan data. Ada dua hal penting yang harus dipenuhi
yaitu relevan isi (agar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur) serta relevan sasaran
subjek dan cara pengukuran (instrument yang disusun harus dapat memberikan gambaran
terhadap perbedaan subjek penelitian. Dalam prinsip validitas tinggi, peniliti atau penulis
harus dapat mempertimbangkan kepada siapa is harus bertanya.
Reliabilitas tinggi, kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau
kenyataan yang diukur dan diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Dengan
memperhatikan 3 prinsip dalam reliabilits tinggi yaitu stabilitas (memiliki kesamaan bila
dilakukan berulang-ulang dalam waktu yang berbeda), ekuivalen (pengukuran memberikan
hasil yang sama pada kejadian yang sama), dan homogenitas (kesamaan instrument yang
digunakan harus mempunyai isi yang sama).

3.6.1 Transferabilitas atau Keteralihan Data (Applicability, Fittingness)

42
Seberapa mampu suatu hasil penelitian kualitatif dapat diaplikasikan dan dialihkan
pada keadaan atau konteks lain atau kelompok atau partisipan lainnya merupakan pertanyaan
untuk menilai kualitas tingkat keterlaihan atau transferabilitas. Istilah transferabilitas dipakai
pada penelitian kualitatif untuk menggantikan konsep generalisasi yang digunakan pada
penelitian kuantitatif (Afiyanti dan Imami, 2014).

3.6.2 Dependabilitas (Ketergantungan)


Dependabilitas mempertanyakan tentang konsistensi dan reliabilitas suatu instrumen
yang digunakan lebih dari sekali penggunaan. Masalah yang ada pada studi kualitatif adalah
instrumen penelitian dan peneliti sendiri sebagai manusia yang memiliki sifat-sifat tidak
dapat konsisten dan dapat diulang. Antara peneliti satu dengan peneliti lain memiliki fokus
penekanan yang berbeda dalam mengintepretasikan dan menyimpulkan hasil temuannya
(Afiyanti dan Imami, 2014).

3.6.3 Konfirmabilitas
Konfirmabilitas (confirmability) menggantikan aspek objektivitas pada penelitian
kuantitatif, namun tidak persis sama arti keduanya, yaitu kesediaan peneliti untuk
mengungkap secara terbuka proses dan elemen-elemen penelitiannya. Cara peneliti
mengintepretasikan, mengimplikasikan, dan menyimpulkan konfirmabilitas temuannya dapat
melalui audit trial dan menggunakan teknik pengambilan sampel yang ideal. Peneliti
mengenali pengalamannya dan pengaruh subjektif dari intepretasi yang telah dibuatnya,
sehingga pembaca mengetahui proses refleksivitas yang dibuat peneliti. Selanjutnya, untuk
memperoleh hasil penelitian kualitatif yang objektif, peneliti perlu menggunakan teknik
pengambilan sa,pel dengan cara memaksimalkan variasi sampelnya, cara ini dapat
mengurangi bias hasil penelitian (Afiyanti dan Imami, 2014).

3.6 Analisa Data


Dalam analisa data, penulis menggunakan teknik analisa data dengan cara
menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara yang
dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisa selanjutnya yang digunakan
adalah melakukan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya
diinterpretasikan dan dibandingkan dengan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan
rekomendasi dalam intervensi.
Urutan analisa data yang nantinya akan digunakan oleh penulis, diantaranya adalah :
43
3.6.1 Pengumpulan data, dengan menggunakan hasil WOD (Wawancara, Observasi, dan
Studi Dokumentasi). Hasil tersebut ditulis dalam bentuk catatan lapangan yang
nantinya disalin dalam bentuk transkip atau catatan terstuktur.
3.6.2 Mereduksi data, dari hasil wawancara dijadikan satu dalam bentuk transkip dan
dikelompokkan menjadi data subjektif dan data objektif, kemudian dianalisa
berdasakan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan dengan nilai
normal.
3.6.3 Penyajian data, dilakukan dalam bentuk tabel dengan memperhatikan prinsip
kerahasiaan. Kerahasiaan klien pelu dijaga dengan cara mengaburkan identitas klien.
3.6.4 Kesimpulan, data yang telah disajikan kemudian data dibahas dan dibandingkan
dengan hasil-hasil penulisan terdahulu dan secaa teoritis dengan perilaku kesehatan.
Sedangkan penaikkan kesimpulan dilakukan dengan cara menginduksi data yang
tekait dengan data pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

3.7 Etika Penulisan


Masalah etika dalam penulisan keperawatan merupakan masalah yang sangat penting
dalam penelitian mengingat penelitian keperawatan akan berhubungan langsung dengan
manusia, maka segi etika penilaian harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi
dalam kegiatan penelitian. Masalah etika dalam keperawatan meliputi :

3.7.1 Prinsip Menghargai Harkat dan Martabat Partisipan


Penerapan prinsip ini bisa dilakukan peneliti untuk memenuhi hak-hak partisipan
dengan cara menjaga kerahasiaan identitas partisipan (anonimity), kerahasiaan data
(confidentiality), menghargai privacy dan dignity, dan menghormati otonomi (respect for
autonomy).
3.7.1.1 Lembar Persetujuan Penelitian (informed consent )
Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (informed concent). Informed concent
tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan
untuk menjadi respoden. Tujuan informed concent adalah agar subyek mengerti maksud dan
tujuan penelitian, mengetahui dampaknya, jika subyek bersedia maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia maka peneliti harus
menhormati hak-hak pasien.
3.7.1.2 Anonimity (tanpa nama)
44
Merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak
memberikan nama responden pada lembar alat ukur hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data.
3.7.1.3 Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika yang menjamin kerahasiaan dari hasil
penelitian hak informasi maupun masalah-masalah lainnya, semua informasi yang telah
dikumpulakan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang kan
dilaporkan pada hasil riset.
3.7.1.4 Menghargai Privacy dan Dignity
Selama proses pengumpulan data secara kualitatif, berisiko memunculkan dilema
etik ketika mengungkap berbagai pengalaman responden yang bersifat sangat rahasia bagi
pribadinya. Strategi mengatasi dilema etik ini, di antaranya, peneliti dapat menginformasikan
bahwa partisipan berhak untuk tidak menjawab pertanyaan wawancara yang dapat
menimbulkan rasa tidak nyaman bagi dirinya untuk menceritakan pengalamannya yang tidak
ingin diketahui oleh orang lain. Jika responden merasa tidak nyaman untuk berpartisipasi
lebih lanjut, partisipan dengan sukarela dapat mengundurkan diri dari proses pengumpulan
data kapanpun sesuai keinginan responden (Afiyanti dan Imami, 2014).
3.7.1.5 Menghormati Otonomi (Respect of Autonomy)
Menghormati otonomi responden adalah pernyataan bahwa setiap responden
memiliki hak menentukan dengan bebas, secara sukarela, atau tanpa paksaan untuk
berpartisipasi dalam pengumpulan data yang dilakukan. Penulis harus memberikan informasi
lengkap tentang tujuan, manfaat, dan proses pengumpulan data yang akan dilakukan,
sehingga responden memahami seluruh proses pengumpulan data yang akan diikuti (Afiyanti
dan Imami, 2014).
Prinsip memerhatikan kesejahteraan responden menyatakan bahwa setiap
pengumpulan data harus mempertimbangkan dapat memberikan kemanfaatan yang lebih
besar daripada risiko/bahaya yang dapat ditimbulkan dari kegiatan yang dilakukan. Setiap
penulis harus harus meyakinkan dan memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan tidak hanya
untuk kepentingan penulis, tetapi memastikan juga tidak menimbulkan risiko bahaya apapun
terhadap responden. Penerapan prinsip ini dilakukan penulis dengan cara memberikan
penjelasan secara lengkap tentang kegiatan yang akan dilakukan, tujuan, manfaat, dan
kemungkinan bahaya yang dapat dialami responden (Afiyanti dan Imami, 2014).
3.7.2 Prinsip Memperhatikan Kesejahteraan Partisipan

45
Memperhatikan kesejahteraan partisipan, yaitu peneliti memenuhi hak-hak partisipan
dengan cara memperhatikan kemanfaatan (beneficience), dan meminimalkan resiko
(nonmaleficience) dari kegiatan penulisan yang dilakukan dengan memperhatikan kebebasan
dari bahaya (free from harm), eksploitasi (free from exploitation) dan ketidaknyamanan (free
from discomfort).
3.7.2.1 Kemanfaatan (Beneficience)
Prinsip kemanfaatan yaitu setiap penulis wajib meyakinkan kegiatan yang
dilakukantidak menimbulkan bahaya, tidak mengeksploitasi, dan tidak mengganggu
kenyamanan pasien, baik dari bahaya fisik maupun bahay psikologis (Afiyanti dan Imami,
2014).
3.7.2.2 Meminimalkan Risiko (Nonmaleficience)
Pinsip meminimalkan risiko menyatakan bahwa responden memiliki hak untuk
diberi penjelasan tentang bahaya atau risiko yang dapat ditimbulkan selama kegiatan
dilakukan (Afiyanti dan Imami, 2014).
3.7.2.3 Kebebasan dari Bahaya (Free From Harm) dan Ketidaknyamanan (Free From
Discomfort)
Kedua prinsip ini saling berkaitan untuk mencapai hak responden. Responden diberi
informasi jika kegiatan yang dilakukan menyebabkan ketidaknyamanan, maka responden
memiliki hak untuk tidak melanjutka partisipasinya dalam legiatan yang dilakukan. Hak
bebas dari ketidaknyamanan atau bebas dari bahaya (free from harm), seperti secara fisik
dapat mengalami kelelahan, secara psikologis dapat mengalami stres dan rasa takut, dan
secara sosial dapat mengalami kehilangan teman, atau secara ekonomi dapat kehilangan
penghasilan, makan penulis harus meminimalisasi risiko terjadinya berbagai
ketidaknyamanan tersebut dengan besarnya manfaat yang diperoleh responden(Afiyanti dan
Imami, 2014).
3.7.2.4 Eksploitasi (Free From Exploitation)
Hak bebas dari eksploitasi (Free From Exploitation) menyatakan bahwa keterlibatan
para respondendalam kegiatan pengumpulan data yang dilakukan tidak boleh merugikan
responden atau membuat responden terpapar situasi yang membuat responden tidak siap
karena merasa tereksploitasi untuk menjawab pertanyaan yang sangat pribadi. Responden
harus dipastikan bahwa informasi yang telah responden berikan, tidak digunakan untuk balik
menentangnya (Afiyanti dan Imami, 2014).

3.7.3 Prinsip Keadilan (Justice) untuk Semua Partisipan

46
Hak ini memberikan semua partisipan hak yang sama untuk dipilih atau berkontribusi
dalam penelitian tanpa diskriminasi. Semua partisipasi memperoleh perlakuan dan
kesempatan yang sama dengan menghormati seluruh persetujuan yang disepakati. Prinsip ini
menyatakan bahwa setiap partisipan penelitian memiliki hak utnuk diperlakukan adil dan
tidak dibeda-bedakan di antara mereka selama kegiatan riset dilakukan. Setiap peneliti
memberi perlakuan dan penghargaan yang sama dalam hal apa pun selama kegiatan riset
dilakukan tanpa memandang suku, agama, etnis, dan kelas sosial (Afiyanti dan Imami, 2014).

3.7.4 Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)


Informed Consent seperti yang biasanya digunakan pada penelitian kuantitatif akan
menjadi masalah karena sifat penelitian kualitatif yang tidak menekankan tujuan yang
spesifik di awal. Seperti yang dijelaskan pada bagan sebelumnya, penelitian kualitatif bersifat
fleksibel, dan mengakomodasi berbagai ide yang tidak direncanakan sebelumnya yang timbul
selama proses penelitian. Peneliti tidak mungkin menjelaskan keseluruhan studi yang akan
dilakukan di awal, maka perlu adanya Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) dari manusia
sebagai subjek atau partisipan yang dipelajari. Persetujuan partisipan merupakan wujud dari
penghargaan atas harkat dan martabat dirinya sebagai manusia. PSP merupakan proses
memperoleh persetujuan dari subjek/partisipan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian
yang dilakukan (Afiyanti dan Imami, 2014).

47

Anda mungkin juga menyukai