PENDAHULUAN
Ilmu Keperawatn berlandaskan pada suatu teori yang sangat luas. Proses keperawatan
adalah metode dimana suatu konsep keperawatan diterapkan dalam praktik keperawatan. Hal in
dapat disebut sebagai suatu pendekatan guna untuk memecahkan masalah yang memerlukan
ilmu, Teknik, dan keterampilan interpersonal perawat yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan klien, keluarga, dan masyarakat. Proses keperawatn terdiri dari atas lima tahap yang
berurutan dan saling berhubungan yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi keperawatan. Proses keperwatan merupakan metode ilmiah yang dipakai dalam
memberikan asuhan keperawatan yang professional. Perawat dimana saja ia bertugas,
menghadapi klien dengan segala macam kasus, dan melayani klien pada semua tingkat usia juga
harus menggunakan proses keperawatan. Perawat diharapkan memahami tentang konsep proses
keperawatan dan mampu menerapkan serta menyusunnya dalam sebuah dokumen status
Kesehatan klien (Rohmah, N dan Walid, S 2009).
Pengkajian adalah usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan dari
klien meliputi usaha pengumpulan data tentang status Kesehatan seorang klien secara sistematis,
menyeluruh akurat,singkat dan berkesinambungan ( Muttagin, Arief 2010).
Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesui
dengan kebutuhan individu (klien). Oleh karena itu pengkajian yang benar dan akurat, lengkap
dan sesuai dengan kenyatan sangat penting dalam merumuskan diagnosi keperawatan dan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu untuk kesembuhan klien.
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu prses
pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status Kesehatan klien(Iyer et al,1996).
Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan untuk
menentukan status kesehatan dan fungsional klie pada saat ini dan waktu sebelumnya, serta
untuk menentukan pola respon klien saat ini dan waktu sebelumnya. (Potter Perry,2009 :838).
Pengkajian adalah usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan dari
klien meliputi usaha pengumpulan data tentang status Kesehatan seorang klien secara sistematis,
menyeluruh,,akurat,singkat dan berkesinambungan (Muttagtgin, Arif : 2010). Pengkajian yang
sitematis dalam keperawatan dibagi dalam empat tahapkegiatan yang meliputi pengumpulan
data, analisis dta sistematika data dan penentuan masalah. Ada pula yang menambahkannya
dengan kegiatan dokumentasi data.
Tujuan dari tahap pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan juga membuat data
dasar klien, mengidentifikasi dan mengenali masalah-masalah yang dihadapi klien. Menurut
American Nurses Association (ANA) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukanpengkajian keperawatan, yaitu sebagai berikut (Delaune dkk,2002):
1. Pengkajian harus relevan dengan kebutuhan klien
2. Dikumpulkan dari berbagai macam sumber
3. Dikumpulkan dari berbagai macam teknik
4. Disususn secara sistematis
5. Didokumentasikan dalam format yang baik dan benar
Data adalah suatu informasi yang harus dikumpulkan untuk keperluan dalam
menganalisis dan merumuskan diagnose keperawatan.
Menurut (Kozier & Erb 2004) Teknik (metode utama yang dapat digunakan dalam
pengumpulan data adalah wawancara,observasi, dan pemeriksaan fisik dan diagnostik.
Sumber data ada dua macam yaitu data primer dan data sekunder
1. Sumber data primer
Sumbernya adalah klien itu sendiri. Jika klien tidak sadar atau masih bayi perawat dapat
menggunakan data objektif untuk menegakkan diagnosis.
2. Sumber data sekunder
sumbernya adalah keluaraga, orang terdekat, dan orang lain yang tahu tentang status
Kesehatan klien. Selain itu tenaga Kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi, laboratorium
dll.
a. Data Dasar
Informasi mengenai status Kesehatan klien seperti : data umum, data demografi, dan
Riwayat keperawatan.
b. Data Fokus
Seperti ungkapan klien maupun hasil pemeriksaan langsung dari perawat, jika pasien
tidak sadar dapat diambil dari data hasil pemeriksaan.
Klasifikasi Data
c. Data Subjektif
Merupakan data yang diperoleh dari keluhan yang disampaikan oleh klien secara
langsung dan dapat diperoleh dari orang lain yang mengetahui keadaan klien secara
langsung. Contoh merasa pusing, mual, nyeri dada dll.
d. Data Objektif
Merupakan data ya ng diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan
menggunakan standar yang diakui. Seperti data yang diperoleh dari perawat secara
langsung melalui observasi dan pemeriksaan pada klien. Warna kulit tanda tanda
vital,tingkat kesadaran, pemeriksaan laboratorium dll.
2.4. Teknik Anamnesa
Anamnesa
Anamnesa adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik langsung pada
pasien (Auto anamnesa) atau pada orang tua keluarga atau sumberlain (Allo anamnesa.80%
untuk menegakkan diagnose didapat dari anamnesa.
Tujuan Anamnesa adalah untuk mendapatkan keterangan sebanyak-banyaknya mengenai
penyakit pasien , membantu menegakkan diagnose sementara, Ada beberapa penyakit yang
sudah dapat ditegaskan dengan anamnesa saja, menetapkan diagnose bandin, membantu
menentukan penatalaksanaan selanjutnya.
Identitas pasien
- Nama
- Umur
- Jenis Kelamin
- Nama orang tua
- Alamat
- Umur,penduduk,pekerjaan
- Agama dan suku bangsa
Keluhan Utama
Gangguan terpenting yang dirasakan klien sampai perlu pertolongan, dan menyebabkan
penderita?klien dating berobat kemudian ditanya keluhan tambahan.
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada
setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan
perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan
terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005)
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan
keperawatan yang tepat bagi klien. (Dewi Sartika, 2010)
Adapun teknik-teknik pemeriksaan fisik yang digunakan adalah:
1. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan
penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran
atau kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian
maju ke suatu inspeksi local yang berfokus pada suatu system tunggal atau bagian dan
biasanya mengguankan alat khusus seperti optalomoskop, stetoskop, speculum dan lain-
lain. (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997) Inspeksi adalah pemeriksaan yang
dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan (mata
atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010)
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi,
kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan.setelah inspeksi perlu dibandingkan
hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.
2. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan meletakkan
tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan. Laura A.Talbot dan Mary
Meyers,
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ; tangan dan jari-
jari, untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan,
bentuk, ukuran, kelembaban dan penonjolan.(Dewi Sartika,2010)
Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau
massa, edema, krepitasi dan sensasi.
3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk
menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas, lokasi,
dan posisi struktur di bawahnya.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu
untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan
suara, yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/ lokasi dan konsistensi jaringan. Dewi
Sartika, 2010)
4. Auskultasi
Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh bermacam-
macam organ dan jaringan tubuh.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara
yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop.
Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.(Dewi
Sartika, 2010)
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada prinsip-prinsip yang harus di perhatikan, yaitu sebagai
berikut:
a. Kontrol infeksi
Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan steril, memasang masker, dan
membantu klien mengenakan baju periksa jika ada.
b. Kontrol lingkungan
Yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan
untuk melakukan pemeriksaan fisik baik bagi klien maupun bagi pemeriksa itu sendiri.
Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien
1. Komunikasi (penjelasan prosedur)
2. Privacy dan kenyamanan klien
3. Sistematis dan konsisten ( head to toe, dr eksternal ke internal, dr normal ke abN)
4. Berada di sisi kanan klien
5. Efisiensi
6. Dokumentasi
Persiapan
a. Alat
Meteran, Timbangan BB, Penlight, Steteskop, Tensimeter/spighnomanometer,
Thermometer, Arloji/stopwatch, Refleks Hammer, Otoskop, Handschoon bersih (jika
perlu), tissue, buku catatan perawat.
Alat diletakkan di dekat tempat tidur klien yang akan di periksa.
b. Lingkungan
Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan. Misalnya
menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien
c. Klien (fisik dan fisiologis)
Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan anjurkan klien untuk rileks.
2.7. Teknik dan Prosedur Pemeriksaan Fisik Head To TOe
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur
3. Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di sebelah kanan klien dan pasang handschoen bila
di perlukan
4. Pemeriksaan umum meliputi : penampilan umum, status mental dan nutrisi.
Posisi klien : duduk/berbaring
Cara: inspeksi
1. Kesadaran, tingkah laku, ekspresi wajah, mood. (Normal: Kesadaran penuh, Ekspresi
sesuai, tidak ada menahan nyeri/ sulit bernafas)
2. Tanda-tanda stress/ kecemasan (Normal :)Relaks, tidak ada tanda-tanda cemas/takut)
3. Jenis kelamin
4. Usia dan Gender
5. Tahapan perkembangan
6. TB, BB (Normal: BMI dalam batas normal)
7. Kebersihan Personal (Normal: Bersih dan tidak bau)
8. Cara berpakaian (Normal: Benar/ tidak terbalik)
9. Postur dan cara berjalan
10. Bentuk dan ukuran tubuh
11. Cara bicara. (Relaks, lancer, tidak gugup)
12. Evaluasi dengan membandingkan dengan keadaan normal.
13. Dokumentasikan hasil pemeriksaan
Tujuan
1) Mengetahui kondisi kulit dan kuku
2) Mengetahui perubahan oksigenasi, sirkulasi, kerusakan jaringan setempat, dan hidrasi.
Persiapan
1) Posisi klien: duduk/ berbaring
2) Pencahayaan yang cukup/lampu
3) Sarung tangan (utuk lesi basah dan berair)
Prosedur Pelaksanaan
1) Pemeriksaan kulit
Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasi,lesi/perlukaan, pucat, sianosis, dan ikterik.
Normal: kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.
Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan, turgor kulit, dan edema.
Normal: lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema.
Setelah diadakan pemeriksaan kulit dan kuku evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan
dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
2) Pemeriksaan kuku
Inspeksi : kebersihan, bentuk, dan warna kuku
Normal: bersih, bentuk normaltidak ada tanda-tanda jari tabuh (clubbing finger), tidak
ikterik/sianosis.
Palpasi : ketebalan kuku dan capillary refile ( pengisian kapiler ).
Normal: aliran darah kuku akan kembali < 3 detik.
Setelah diadakan pemeriksaan kuku evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan
keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
2. Pemeriksaan wajah
Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.
Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat/ikterik, simetris
Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang
Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.
setelah diadakan pemeriksaan wajah evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan
keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
3. Pemeriksaan mata
Tujuan
a) Mengetahui bentuk dan fungsi mata
b) Mengetahui adanya kelainan pada mata.
Persiapan alat
a) Senter Kecil
b) Surat kabar atau majalah
c) Kartu Snellen
d) Penutup Mata
e) Sarung tangan
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata, kesimestrisan, bola
mata, warna konjunctiva dan sclera (anemis/ikterik), penggunaan kacamata / lensa kontak,
dan respon terhadap cahaya.
Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva pink, dan sclera
berwarna putih.
4. Pemeriksaan telinga
Tujuan
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan fungsi pendengaran.
Persiapan Alat
a) Arloji berjarum detik
b) Garpu tala
c) Speculum telinga
d) Lampu kepala
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi telinga, warna, liang
telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar.
Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna sama dengan kulit
lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar.
Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
Normal: tidak ada nyeri tekan.
setelah diadakan pemeriksaan telinga evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan
keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
Pemeriksaaan Telinga Dengan Menggunakan Garpu Tala
a. Pemeriksaan Rinne
1. Pegang agrpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku jari tangan yang
berlawanan.
2. Letakkan tangkai garpu tala pada prosesus mastoideus klien.
3. Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan getaran lagi.
4. Angkat garpu tala dan dengan cepat tempatkan di depan lubang telinga klien 1-2 cm
dengan posisi garpu tala parallel terhadap lubang telinga luar klien.
5. Instruksikan klien untuk member tahu apakah ia masih mendengarkan suara atau tidak.
6. Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.
b. Pemeriksaan Webber
1. Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku jari yang
berlawanan.
2. Letakkan tangkai garpu tala di tengah puncak kepala klien .
3. Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua telinga atau lebih
jelas pada salah satu telinga.
4. Catat hasil pemeriksaan dengan pendengaran tersebut
7. Pemeriksaan leher
Tujuan
a) Menentukan struktur integritas leher
b) Mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan
c) Memeriksa system limfatik
Persiapan Alat
Stetoskop
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris.
Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak ada
pembesaran kelenjer gondok.
Inspeksi dan auskultasi arteri karotis: lokasi pulsasi
Normal: arteri karotis terdengar.
Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid (nodus/difus, pembesaran,batas, konsistensi, nyeri,
gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjer limfe (letak, konsistensi, nyeri, pembesaran),
kelenjer parotis (letak, terlihat/ teraba)
Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri, tidak ada pembesaran
kel.limfe, tidak ada nyeri.
Auskultasi : bising pembuluh darah.
Setelah diadakan pemeriksaan leher evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan
dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
Normal: terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi jantung II/S2 (dub), tidak ada bunyi
jantung tambahan (S3 atau S4).
Setelah diadakan pemeriksaan system kardiovaskuler evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat
tersebut.
12. Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan kaki dan telapak kaki)
Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan, integritas kulit, posisi dan
letak, ROM, kekuatan dan tonus otot
Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh
Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis: denyutan
Normal: teraba jelas
Tes reflex :tendon patella dan archilles.
Normal: reflex patella dan archiles positif
Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas bawah evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandingkan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat
tersebut.
Tujuan:
a) Melihat dan mengetahui organ-organ yang termasuk dalam genetalia
b) Mengetahui adanya abnormalitas pada genetalia, misalnya varises, edema, tumor/ benjolan,
infeksi, luka atau iritasi, pengeluaran cairan atau darah
c) Melakukan perawatan genetalia
d) Mengetahui kemajuan proses persalinan pada ibu hamil atau persalinan.
Alat :
a) Lampu yang dapat diatur pencahayaannya
b) Sarung tangan
Pemeriksaan rectum
Tujuan :
a) Mengetahui kondisi anus dan rectu
b) Menentukan adanya masa atau bentuk tidak teratur dari dinding rektal
c) Mengetahui intregritas spingter anal eksternal
d) Memeriksa kangker rectal dll
Alat :
a) Sarung tangan sekali pakai
b) Zat pelumas
c) Penetangan untuk pemeriksaan
Prosedur Pelaksanaan
1. Wanita:
Inspeksi genitalia eksternal: mukosa kulit, integritas kulit, contur simetris, edema,
pengeluaran.
Normal: bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik, semetris tidak ada edema dan tanda-tanda
infeksi (pengeluaran pus /bau)
Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa, pengeluaran
Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran, konsistensi dan, massa
Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa edema, haemoroid, fistula ani pengeluaran
dan perdarahan.
Normal: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-tanda infeksi dan
pendarahan.
Setelah diadakan pemeriksaan di adakan pemeriksaan genitalia evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.
2. Pria:
Inspeksi dan palpasi penis: Integritas kulit, massa dan pengeluaran
Normal: integritas kulit baik, tidak ada masa atau pembengkakan, tidak ada pengeluaran
pus atau darah
Inspeksi dan palpassi skrotum: integritas kulit, ukuran dan bentuk, turunan testes dan
mobilitas, massa, nyeri dan tonjolan
Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, massa, edema, hemoroid, fistula ani,
pengeluaran dan perdarahan.
Normal: tidak ada nyeri , tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-tanda infeksi dan
pendarahan.
Setelah diadakan pemeriksaan dadadan genitalia wanita evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat
tersebut..
Evaluasi
Perawat bertanggung jawab untuk asuhan keperawatan yang mereka berikan dengan
mengevaluasi hasil intervensi keperawatan. Keterampilan pengkajian fisik meningkatkan
evaluasi tindakan keperawatan melalui pemantauan hasil asuhan fisiologis dan perilaku.
Keterampilan pengkajian fisik yang sama di gunakan untuk mengkaji kondisi dapat di gunakan
sebagai tindakan evaluasi setelah asuhan diberikan.
Perawat membuat pengukuran yang akurat, terperinci, dan objektif melalui pengkajian
fisik. Pengukuran tersebut menentukan tercapainya atau tidak hasil asuhan yang di harapkan.
Perawat tidak bergantung sepenuhnya pada intuisi ketika pengkajian fisik dapat digunakan untuk
mengevaluasi keefektifan asuhan.
Dokumentasi
Perawat dapat memilih untuk mencatat hasil dari pengkajian fisik pada pemeriksaan atau pada
akhir pemeriksaan. Sebagian besar institusi memiliki format khusus yang mempermudah
pencatatan data pemeriksaan. Perawat meninjau semua hasil sebelum membantu klien
berpakaian, untuk berjaga-jaga seandainya perlu memeriksa kembali informasi atau
mendapatkan data tambahan. Temuan dari pengkajian fisik dimasukkan ke dalam rencana
asuhan.
Data di dokumentasikan berdasarkan format SOAPIE, yang hampir sama dengan langkah-
langkah proses keperawatan.
Format SOAPIE, terdiri dari:
1. Data (riwayat) Subjektif, yaitu apa yang dilaporkan klien
2. Data (fisik) Objektif, yaitu apa yang di observasi, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
oleh perawat.
3. Assessment (pengkajian) , yaitu diagnose keperawatan dan pernyataan tentang kemajuan
atau kemunduran klien
4. Plan (Perencanaan), yaitu rencana perawatan klien
5. Implementation (pelaksanaan), yaitu intervensi keperawatan dilakukan berdasarkan
rencana
6. Evaluation (evaluasi), yaitu tinjauan hasil rencana yang sudah di implementasikan.
KESIMPULAN
Peengkajian keperawatan adalah proses awal dari pengumpulan data, Verifikasi, dan
komunikasi data yang paling mendasar dari klien. Tahap pengkajian ini merupakan tahap
penentu bagi tahap-tahap selanjutnya. Pengkajian meliputi beberapa data dan sumber data yaitu
data objektif dan data subjektif. Data subjektif yaitu data yang di dapat lansung dari keluhan
klien. Data objektif yaitu data yang di dapat dari hasil observasi perwat terhadap klien. Metode
pengkajian diurutkan dari prosesnya mulai dari tahap observasi, wawancara, pemeriksaan fisik
Riwayat Kesehatan, hingga pemeriksaan penujang lainnya. Adapun tipe pendekatan pada proses
pengkajian yaitu pemeriksaan head to toe,pendekatan system tubuh pendekatn pengkajian
menurut Gordon.
DAFTAR PUSTAKA
Rohman Nikma, S.Kep., Ns. Walia Saiful, S. Kep., Ns. 2009. Proses Keperawatan Teori
dan Aplikasi. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA
Mosby. 1997. Fundamentals of Nursing: Concepts, Process and Practice, vol. 4. Jakarta:
Buku Kedokteram EGC