Anda di halaman 1dari 57

METODOLOGI

KEPERAWATA
N
KRISTIANA PUJP P.,
S.Kp., M.Kes
Definisi Proses
Keperawatan
 Menurut Kozier (1991) proses keperawatan adalah suatu metode
pemberi asuhan keperawatan yang sistematis dan rasional. Sementara
itu, menurut Rosalinda (1986), proses keperawatan adalah metode
pemberian asuhan keperawatan yang sistemtis dan terorganisasi,
yang berfokus pada respons yang unik dari individu terhadap masalah
kesehatan yang aktual dan potensial.
 Hal senada juga disampaikan oleh Schultz dan Videbeck. Mereka
berpendapat bahwa proses keperawatan adalah suatu aktivitas yang
dinamis dan berkelanjutan yang meliputi interaksi antara perawat
dengan klien dan proses pemecahan masalah.
 Pendapat yang hampir sama juga dinyatakan oleh Yura dan Wals
(1983). Menurut mereka, proses keperawatan adalah suatu metode
yang sistematis dan ilmiah yang digunakan oleh perawat dalam
mencapai atau mempertahankan keadaan bio-psiko-sosio-spiritual
yang optimal melalui tahap pengkajian, identifikasi, diagnosis
keperawatan, penentuan rencana perawatan, implementasi tindakan
keperawatan, dan evaluasi.
Definisi Proses
Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu
metode yang sistematis untuk
mengkaji respons manusia terhadap
masalah-masalah kesehatan dan
membuat rencana keperawatan yang
bertujuan unuk mengatasi masalah-
masalah tersebut. Masalah-masalah
kesehatan dapat berkaitan dengan
klien, keluarga, orang terdekat atau
mayarakat.
manfaat dari proses keperawatan
adalah sebagai berikut
1.Perawat dapat merencanakan asuhan
keperawatan dan membantu
mengembangkannya melalui hubungan
profesional
2.Memberikan kepuasan bagi pasien dan
perawat
3.Memberikan kerangka kerja bagi perawat
dalam melaksanakna asuhan keperawatan
4.Membuat perawat mawas diri dalam
keahlian dan kemampuan merawat pasien
Kerugian Jika Tidak Melakukan
Proses Keperawatan
1. Tidak meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
 Bila tidak dilakukan proses keperawatan maka semua kebutuhan klien tidak
dapat dipenuhi seutuhnya, tentu akan dapat memperlambat proses
penyembuhan klien dan tidak kepuasan bagi klien akan pelayanan keperawatan
yang diberikan. Dengan demikian, mutu asuhan keperawatan akan menurun.
2. Kurang meningkatnya citra keperawatan dan tenaga keperawatan.
 Jalan yang paling tepat untuk meningkatkan citra keperawatan dan profesi
keperawatan adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan salah
satunya dengan proses keperawatan. Jika proses keperawatan tidak dilakukan
maka yang seharusnya citra keperawatan meningkat maka tidak akan
meningkat.
3  Kurang meningkatnya rasa solidaritas.
 Kesamaan metode praktek keperawatan yang digunakan oleh semua tenaga
keperawatan akan memperkuat persatuan serta menggambarkan otonomi dan
identitas keperawatan. Jika proses keperawatan tidak dilakukan, maka akan
kurang kekuatan persatuan tenaga keperawatan kurang.
4  Kurangnya rasa percaya diri dalam memberikan asuhan keperawatan
5  Kurang terhindar dari mal-praktik
Tujuan dan Fungsi Proses Keperawatan

1. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis


dan ilmiah bagi tenaga keperawatan dalam memecahkan
masalah klien melalui asuhan keperawatan

2. Memberi ciri profesionalisme asuhan keperawatan


melalui pendekatan, pemecahan masalah dan pendekatan
komunikasi yang efektif dan efisien.

3. Perawat dapat mempraktikkan metode pemecahan


masalah dalam praktik keperawatan dengan
menggunakan standar praktik keperawatan, memperoleh
metode yang baku, rasional, dan sistematis sehingga
mencapai hasil asuhan keperawatan yang efektif
Tujuan dan Fungsi Proses Keperawatan

4. Memberi kebebasan kepada klien untuk mendapat


pelayanan yang optinal sesuai dengan kebutuhan
dalam kemandiriannya dibidang kesehatan

5. Mempertahankan kesehatan klien dan mencegah


sakit yang lebih parah atau penyebaran penyakit

6. Membantu pemulihan kondisi klien setelah sakit


7. Mengembalikan fungsi maksimal tubuh
8. Membantu klien untuk meninggal dengan damai
dan tenang
 
Tahapan Proses
Keperawatan
Lima tahap proses keperawatan:
 TAHAP 1: PENGKAJIAN
 TAHAP 2: DIAGNOSA KEPERAWATAN
 TAHAP 3: PERENCANAAN
 TAHAP 4: IMPLEMENTASI
 TAHAP 5: EVALUASI
Pengkajian
Definisi Pengkajian
 Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara
sistematis yang bertujuan untuk menentukan status
kesehatan dan fungsional klien pada saat ini dan
sebelumnya, serta menentukan pola respon klien
saat ini dan waktu sebelumnya.
 Pengkajian keperawatan ditujukan pada respon klien
terhadap masalah-masalah kesehatan yang
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar
manusia. Misalnya dapatkah klien melakukan
aktivitas sehari-hari, sehingga fokus pengkajian klien
adalah respon klien yang nyata maupun potensial
terhadap masalah-masalah aktifitas harian.
 Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari
informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah
yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk
menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta
tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien.

 Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk ke rumah sakit (initial


assessment), selama klien dirawat secara terus-menerus (ongoing assessment),
serta pengkajian ulang untuk menambah / melengkapi data (re-assessment).
 Mengumpulkan dan verifikasi data dari sumber primer (klien) dan sumber
sekunder (keluarga, tenaga kesehatan, rekam medis)

 Metode pengumpulan data adalah melalui wawancara, observasi, pemeriksaan


fisik, studi dokumentasi.
 Analisis seluruh data sebagai dasar untuk menegakkan diagnose keperawatan,
mengidentifikasi berbagai masalah yang saling berhubungan dan
mengembangkan rencana keperawatan yang sifatnya individual.
Tujuan Pengkajian

Tujuan dari pengkajian adalah


menyusun data dasar mengenai kebutuhan,
masalah kesehatan, dan respon klien
terhadap masalah:
 Memperoleh informasi tentang keadaan
kesehatan klien.
 Untuk menentukan masalah keperawatan dan
kesehatan klien.
 Untuk menilai keadaan kesehatan klien.
 Untuk membuat keputusan yang tepat dalam
menentukan langkah-langkah berikutnya.
Komponen Tahap Pengkajian:

 1.      Pengumpulan Data


 2.      Validasi Data
 3.      Identifikasi Pola atau Divisi
Metode pengumpulan data :

 a.       Observasi: Metode pengumpulan data di mana data


dikumpulkan melalui observasi visual
 b.      Wawancara: Metode pengumpulan data di mana
pewawancara, perawat, mendapatkan respons dari klien
dengan tatap muka
 c.        Konsultasi: Seorang spesialis diminta untuk
mengidentifikasi cara-cara untuk pengobatan dan
menangani masalah-masalah klien
 d.      Pemeriksaan: Proses inspeksi tubuh dan sistem
tubuh untuk menentukan ada atau tidaknya penyakit yang
didasarkan pada temuan berikut ini: empat prosesdur yang
digunakan adalah inspeksi palpasi, perkusi dan auskultasi,
Laboratorium; urinarisis, pemeriksaan darah dan kultur,
Rontgen; visualisasi bagian tubuh dan fungsiya
 Data klinik dikategorikan sebagai data subjektif atau
data objektif.
Data Subjektif
 Data subjektif menunjukkan persepsi dan sensai klien
tentang masalah kesehatan. Klien mengungkapkan
persepsi dan perasaan subjektif seperti harga diri atau
nyeri.
 Data subjektif adalah informsi yang diucapkan klien
kepada perawat selama wawancara pengkajian
keperawatan, yaitu komentar yang didengar oleh
perawat.
 Data subjektif atau gejala adalah fenomena yang dialami
oleh klien dan mungkin suatu permulaan kebiasaan dari
sensasi normal klien.
 Data Objektif
 Data objektif didasarkan pada fenomena yang dapat
diamati dan dipertunjukkan secara faktual. Fenomena
yang dapat diamati dikumpulkan oleh seorang selain
daripada pasien.
 Data objektif dapat diamati dan diukur.
 Data objektif merupakan informasi yang dikumpulkan
perawat melalui indera perawat.
 Data objektif adalah informasi dimana perawat dapat
(a) melihat (observasi)(inspeksi), (b) merasakan
(palpasi), (c) mendengar (auskultasi)(perkusi) atau
(d) menghidu.
 Data objektif dapat disebut tanda.
 Definisi:
 a.       Observasi: melihat klien dan melaporkan apa yang dilihat
oleh perawat
 b.      Inspeksi: pemeriksaan secara visual terhadap permukaan
tubuh eksternal, pergerakan dan postur
 c.       Palpasi: proses memeriksa dengan menggunakan tangan
atau jari tangan pada permukaan eksternal tubuh untuk
mendeteksi adanya bukti abnormalitas pada berbagai organ
 d.      Auskultasi: proses mendengarkan suara dalam tubuh,
biasanya bunyi toraks atau visera abdominal untuk mendeteksi
adanya abnormalitas. Alat yang digunakan adalah stetoskop
 e.       Perkusi: penggunaan jari tangan untuk mengetuk tubuh
dengan ringan untuk menentukan posisi, ukuran dan
konsistensi struktur yang mendasari dan adanya cairan atau
pus pada sebuah rongga.
 Validasi Data: Apakah data klien mencerminkan
nilai dan standar yang normal atau abnormal?
Apakah data objektif menegaskan dan
mendukung data subjektif? Apakah informasi
yang dikumpulkan akurat?
 Validasi data merupakan perbandingan data
subjektif dan data objektif yang dikumpulkan
dari sumber primer (klien) dan sekunder (mis,
catatan kesehatan) dengan standar dan nilai
normal yang diterima.
 Suatu standar atau nilai merupakan aturan atau
ukuran yang lazim dipakai.
Identifikasi Pola atau Divisi: Data apa
yang berhubungan? Dalm pola atau
divisi mana data harus
dikelompokkan? Pola-pola apa yang
disfungsional didasarkan pada nilai-
nilai abnormal?
Manfaat catatan pengkajian:

 1.      Untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien yang unik dan


respons pasien terhadap masalah-masalah dinyatakan
sebagai diagnosis keperawatan yang mempengaruhi tindakan
rencana keperawatan yang diperlukan
 2.      Untuk menggabungkan dan mengorganisir informasi
yang dikumpulkan dari beberapa sumber menjadi satu
sumber umum, sehingga pola-pola kesehatan pasien dapat
dianalisa dan masalah-masalah dapat di identifikasi.
 3.      Untuk meyakinkan garis dasar informasi yang ada dan
untuk bertindak sebagai point referensi dan untuk mengukur
perubahan-perubahan pada kondisi pasien.
 4.      Untuk mensuplai data yang cukup, guna memberikan
alasan akan kebutuhan pasien untuk perawatan keperawatan.
 
Pengkajian Pola Fungsi Gordon

1.POLA MANAJEMEN KESEHATAN DAN PERSEPSI KESEHATAN


2. POLA METABOLIK – NUTRISI
3. POLA ELIMINASI
4. POLA AKTIVITAS – LATIHAN
5. POLA ISTIRAHAT – TIDUR
6. POLA PERSEPSI – KOGNITIF
7. POLA KONSEP DIRI – PERSEPSI DIRI
8. POLA HUBUNGAN – PERAN
9. POLA REPRODUKSI – SEKSUALITAS
10.POLA TOLERANSI TERHADAP STRESS – KOPING
11. POLA KEYAKINAN – NILAI

Pengkajian Head To Toe


Penentuan Masalah Keperawatan
(pathway)

Definisi Pathway
 Pathway merupakan suatu bagan yang
menggambarkan tentang
prosesterjadinya penyakit pada klien
yang memunculkan masalah
keperawatan.
 Komponen yang menyusun pathway
yaitu etiologi, manifestasi klinik (tanda
dangejala), dan masalah keperawatan.
Penentuan Diagnosa Keperawatan
 Definisi diagnosa keperawatan
 Menurut NANDA (The North American Nursing
Diagnosis Association), diagnosis keperawatan
adalah penilaian atau keputusan klinik mengenai
respons klien, keluarga, dan respons komunitas
terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual dan potensial.
 Berdasarkan pendidikan dan pengalamannya,
perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga, menurunkan,
membatasi, mencegah, dan mengubah status
kesehatan klien.
 Ada tiga komponen penting dalam suatu diagnosis keperawatan yang
disingkat menjadi PES. “P” berarti masalah atau problem kesehatan.
“E” menunjukkan etiologi atau penyebab dari problem. “S”
menggambarkan sekelompok tanda dan gejala, atau sesuatu yang
dikenal sebagai “batasan karakteristik”. Ketiga paduan itu dipadukan
dalam suatu pernyataan dengan menggunakan “yang berhubungan
dengan”.
 Problem dapat didefinisikan sebagai respons manusia terhadap
masalah-masalah kesehatan yang aktual atau potensial sesuai dengan
data-data yang didapat dari pengkajian yang dilakukan oleh perawat.
 Sedangkan etiologi ditunjukkan melalui pengalaman-pengalaman 
individu yang telah lalu, pengaruh genetika, faktor-faktor lingkungan
yang ada saat ini, atau perubahan-perubahan patofisiologis.
 Tanda dan gejala menggambarkan sesuatu yang dikatakan oleh klien
dan sesuatu yang diobservasi oleh perawat yang mengidentifikasi
adanya masalah tertentu.
 Sementara itu menurut NANDA, ada tiga tipe diagnosis
keperawatan.
 Pertama, diagnosis keperawatan aktual, yaitu respons manusia
terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan yang
didukung oleh sekelompok batasan karakteristik, termasuk
faktor yang berhubngan (etiologi) yang mempunyai kontribusi
terhadap perkembangan atau pemeliharaan kesehatan.
 Kedua, diagnosis keperawatan risiko, yaitu menunjukkan
respons manusia yang dapat timbul pada seseorang atau
kelompok yang rentan dan ditunjang dengan faktor risiko yang
memberi kontibuasi terhadap peningkatan kerentanan.
 Ketiga, diagnosis keperawatan kesejahteraan, yaitu
menguraikan respons manusia terhadap tingkat kesehatan
individu atau kelompok yang mempunyai potensi peningkatan
derajat kesehatan yang lebih tinggi.
            Manfaat diagnosis:

 1.      Untuk menemukan atau


mengidentifikasi kelemakan atau penyakit
(disease) apa yang di alami seseorang.
 2.      Untuk menemukan karakteristik atau
kesalahan-kesalahan atas gejala-gejala atau
fakta tentang suatu hal.
 3.      Sebagai pertimbangan dalam upaya
pengendalian penyakit dilapangan.
 4.      Salah satu cara untuk menanggulangi
penyebaran suatu penyakit atau wabah.
 
Prinsip-prinsip pengkajian keperawatan yang
dikaitkan dengan analisis diagnostic meliputi

 Hipotesis diagnostik dipertimbangkan melalui


proses pengkajian dandilakukan bersamaan
dengan pengkajian formal untuk
menghasilkan data yang diperlukan untuk
menegakkan diagnosis.
 Dalam pengkajian komprehensif, diagnosis
tidak akan ditegakkan sampai pengkajian
selesai. Pengkajian dari tiap pola
menginformasikan perawat dan pasien
mengenai hipotesis diagnosis.
 Apabila memungkinkan individu, keluarga dan
komunitas dilibatkan mulai dariawal sampai
akhir dari proses pengkajian dan diagnostik.
Perencanaan Keperawatan Tujuan
Dan Kriteria Hasil

Definisi Perencanaan Keperawatan (NOC)


 Langkah yang ketiga setelah pengkajian dan penentuan
diagnosa keperawatan adalah menyusun perencaan
keperawatan.
 Perencanaan keperawatan merupakan kategori dari
proses keperawatan dimana tujuan yang ingin dicapai
mengacu pada pasien dan hasil yang ingin dicapai juga
disusun serta intervensi keperawatan dipilih untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan dari
perawatan pasien.
 Dalam tahap perencanaan, dibuat prioritas yang
digunakan untuk membantu perawat memilih intervensi
keperawatan yang tepat pada pasien dengan berbagai
masalah.
Kegiatan dalam tahap perencanaan

 Menentukan prioritas masalah keperawatan


 Menentukan prioritas diagnosa keperawatan
dimaksudkan menentukan masalah yang akan untuk
menjadi skala prioritas untuk diselesaikanterlebih
dahulu.
Beberapa teknik membuat skala prioritas
 Berdasarkan standar asuhan keperawatan :
 Mengancam kehidupan,
 Mengancam kesehatan
 Mempengaruhi perilaku manusia

Berdasarkan DEPKES RI:


 Actual
 Potensial/resiko
Beberapa teknik
membuat skala prioritas

Berdasarkan Maslow:
 Fisiologis,
 Aman dan nyaman,
 Cinta dan kasih sayang,
 Harga diri,
 Aktualisai diri

Pendekatan body system


 B1 (Breathing)
 B2 (Blood)
 B3 (Brain)
 B4 (Bladder)
 B5 (Bowel)
 B6 (Bone)
Menetapkan Tujuan Dan
Kriteria Hasil (Outcome)

 Tujuan adalah perubahan perilaku pasien yang


diharapkan oleh perawat. Setelah tindakan berhasil
dilakukan. Standar kriteria hasil dikembangkan
untuk mengukur hasil dari tindakan keperawatan
yang digunakan padasemua area keperawatan dan
semua klien (individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat).
 Tidak ada kriteria pasien sembuh. Kematian, dan
gejala kesakitan kesakitan ditentukan dengan
tradisional, yaitu dikira kira. Padatahun 1982,
NANDA menyeragamkan kriteria sembuh dalam
keperawatan dalam NursingOutcome Classification
(NOC).
Tujuan penyelarasan outcome antara
lain:

 Memudahkan pengaturan sistem


informasi keperawatan
 Memberikan definisi sama pada
setiap intepretasi data
 Mengukur kualitas asuhan
keperawatan
 Mengukur efektifitas asuhan
keperawatan
 Meningkatkan inovasi keperawatan
Komponen NOC antara lain:

 Label menunjukkan perilaku atau


status pasien
 Indicator mendeskripsikan perilaku
atau pasien status
 Five point scale menilai status
pasien di setiap indicator
Nursing outcome Classification mempunyai tujuh
domain yaitu fungsi kesehatan, fisiologi kesehatan,
kesehatan psikososial, pengetahuan dan perilaku
kesehatan, persepsi kesehatan, kesehatan keluarga
dan kesehatan masyarakat.
Nursing outcome classification (NOC) menggambarkan
respon pasien terhadap tindakan keperawatan. Noc
mengevaluasi hasil pelayanan keperawatan sebagai
bagian dari pelayanan kesehatan.
Standar kriteria hasil pasien sebagai dasar untuk
menjamin keperawatan sebagai partisipan penuh
dalam evaluasi klinik bersama dengan disiplin ilmu
kesehatan lain
Selain terdiri dari tujuh domain, NOC edisi kelima
terdiri dari 32 kelas dan 385 kriteria hasil.
Pengukuran Noc menggunakan skala likert
dengan rentang 1 sampai dengan 5.
Nilai 1 adalah nilai yang paling rendah (paling
tidak diinginkan)
nilai 2 masih ada keterbatasan
nilai 3 mempunyai arti sedang
nilai 4 hampir mencapai nilai maksimal
nilai 5 adalah pencapaian pada skala paling
tinggi atau paling diinginkan
Tujuan yang dicapai biasanya dinyatakan
dalam prinsip SMART (spesifik
Measurable, Achievable, Rational,
dan Timeline). Indicator juga dinyatakan
dalam penilaian skala sebagai berikut (1)
tidak dilakukan, (2) jarang dilakukan, (3)
kadang dilakukan, (4) sering dilakukan,
dan (5) selalu dilakukan.
Langkah-langkah menyusun
tujuan keperawatan
menggunakan buku NOC adalah
sebagai berikut.

a.Setelah kita menentukan masalah


keperawatan dalam buku NANDA, makakita
melihat masalah keperawatan yang telah
ditentukan dalam buku NOC untuk melihat
tujuan apa yang harus kita buat.
Misalkan pada masalah kurang
pengetahuan tentang menyusui pada ibu
postpartum. Maka masalah keperawatan
yang muncul adalah "kurang pengetahuan',
maka buka "Deficit Knowledge
b. Outcomes dalam dokumentasi asuhan keperawatan
tidak dituliskan dalam bentuk table seperti di atas namun
harus bisa SMART (spesifik, Measurable, Achievable,
Rational, dan Timeline) dalam penyusunan tujuannya.
Tujuan tersebut harus memuat waktu dan skala yang
akan kita ukur.
Misalkan dalam kasus tersebut latar belakang pendidikan
pasien adalah SMP dan sangat sulit dalam akses
informasi.
Maka contoh penulisan tujuan adalah sebagai
berikut :"Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam 1
x 24 jam, masalah kurang pengetahuan dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
Perencanaan keperawatan : Intervensi
Keperawatan (NIC)

Definisi Intervensi Keperawatan


 Intervensi keperawatan adalah serangkaian
tindakan untuk menuju tujuan (outcomes) yang
diharapkan. Dalam intervensi keperawatan,
 Intervensi yang dipilih harus berdasarkan data
dan diagnosa untukmencapai tujuan yang telah
kita susunsebelumnya.
 Diagnosa keperawatan yang sesuai akan
membuat kita memahami tujuan (outcomes)
yang sesuai dan intervensi yang tepat untuk
masalah keperawatan pasien.
Tipe intervensi
keperawatan (ONEC)
Observation
 Rencana tindakan untuk mengkaji atau melakukan observasi
terhadap kemajuan klien dengan pemantauan secara langsung yang
dilakukan kontinu.
Nursing treatment
 Rencana tindakan berupa intervensi mandiri perawat yang
bersumber dari ilmu, kiat dan seni keperawatan
Education Health education/ Pendidikan kesehatan.
 Rencana tindakan keperawatan berbentuk pendidikan kesehatan
yang bertujuan untuk meningkatkan perawatan diri klien dengan
penekanan pada partisipasi klien untuk bertanggungjawab terhadap
perawatan diri.
Collaboration/ Kolaborasi Medical treatment
 Rencana tindakan berbentuk tindakan medis yang dilimpahkan
perawat. Masalah yang berhubungan dengan perubahan fungsi
tubuh sekali memerlukan rencana kolaboratif.
Perumusan intervensi keperawatan
dengan pendekatan NIC

Komponen Nic antara lain


(1) nama atau label
(2) Definisi
(3) rencana tindakan atau intervensi
keperawatan.
Dalam menentukan intervensi ini
tetap tidak lepas dari diagnosa yang
sudah kita tentukan
Ada beberapa kriteria yang harus anda pahami dalam menentukan
kesesuaian intervensi dengan diagnosa berdasarkan NIC:
 Gunakan NIC dan NANDA
 Lihat kesesuaian antara definisi diagnosa keperawatan NANDA dengan
definisi intervensi keperawatan NIC.
 Berpikir diagnosis secara terpisah, hindari berpikir mengatasi kumpulan
sindrom atau hindari mengatasi diagnosis keperawatan yang terjadi
bersamaan pada pasien yang spesifik dengan satu intervensi saja.
 Masukkan intervensi keperawatan yang mengatasi tanda dan gejala dari
diagnosis keperawatan.
 Masukkan intervensi primer dan sekunder untuk tiap diagnosis
keperawatan
 Langkah menyusun intervensi keperawatan
 Mencari diagnosa keperawatan yang telah kita tentukan sebelumnya
pada buku NIC. Misalkan kita menggunakan diagnosa "kurang
pengetahuan maka dibuka halaman buku NIC tentang deficit knowledge
atau knowledge deficient.
Setelah menentukan label intervensi yang akan digunakan, buka
indeks intervensi dan pilih intervensi yang paling tepat. Misalkan
untuk masalah keperawatan kurang pengetahuan pada ibu
postpartum tentang menyusui, kita buka indeks Lactation Counseling.

Menuliskan intervensi yang kita pilih dalam kolom intervensi


keperawatan.
Misalnya :
 LACTATION COUNSELING
 Berikan informasi tentang manfaat menyusui dari segi fisiologis dan
psikologis.
 Berikan materi pendidikan jika diperlukan
 Bantu pasien dalam melakukan perlekatan bayi pada putting ibu

 
Implementasi keperawatan

Definisi implementasi keperawatan


 Implementasi keperawatan adalah tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dari asuhan keperawatan.
 Implementasi keperawatan dapat pula didefinisikan sebagai
tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai
strategi tindakan keperawatan yang telah direncanakan
sebelumnya dalam intervensi keperawatan.
 Tindakan dalam tahap implementasi keperawatan dibedakan
menjadi dua, yaitu
(1)Direct Care Interventions, intervensi yang dilakukan langsung
kepada klien, contohnya medikasi, dan
(2) Indirect Interventions, intervensi yang dilakukan tidak
langsung pada klien tetapi ada hubungannya dengan pasien dan
kelompok, misalnya control infeksi dengan mengisolasi pasien dari
pasien yang lain.
Tujuan implementasi keperawatan

 Membantu klien mencapai tujuan


yang telah ditetapkan
 Mencakup peningkatan kesehatan
 Mencakup pencegahan penyakit
 Mencakup pemulihan kesehatan
 Memfasilitasi koping klien
Tahap implementasi keperawatan

Tahap Pertama : Persiapan


A.Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada
tahap perencanaan.Tindakan keperawatan disusun untuk
promosi, mempertahankan dan memulihkan kesehatan
klien. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi antara lain :
 Konsisten sesuai dengan rencana tindakan
 Berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah
 Ditujukan kepada individu sesuai dengan kondisi klien.
 Digunakan untuk menciptakan lingkungan yang
terapeutik dan aman.
 Memberikan penyuluhan dan pendidikan kepada klien.
 Penggunaan sarana dan prasarana yang memadai.
B. Menganalisa pengetahuan dan
keterampilankeperawatan yang
diperlukan. Perawat menentukan siapa
orang yang tepat untuk melakukan
tindakan keperawatan.
C. Mengetahui komplikasi dari tindakan
keperawatan yang mungkin timbul.
Prosedur tindakan mungkin berakibat
terjadinya risiko tinggi kepada klien.
D. Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang
diperlukan. Meliputi pertimbangan berupa:
 Waktu perawat harus secara selektif dalam
menentukan waktu pada tindakan keperawatan
yang spesifik.
 Tenaga (personil) Perawat harus memperhatikan
kuantitas dan kualitas
 tenaga yang ada dalam melakukan tindakan
keperawatan.
 Alat Perawat harus mengidentifikasi peralatan
yang diperlukan pada tindakan. Hal ini bisa
mengantisipasi alat-alat apa yang diperlukan
E. Mempersiapkan lingkungan yang kondusif
sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan.
Keberhasilan suatu tindakan keperawatan sangat
ditentukan oleh perasaan klien yang aman dan
nyaman. Lingkungan yang nyaman mencakup
komponen fisik dan psikologis.
F. Mengidentifikasi aspek hukum dan etik
terhadap risiko dari tindakan. Pelaksanaan
tindakan keperawatan harus memperhatikan
unsur-unsur meliputi hak dan kewajiban klien,
hak dan kewajiban perawat atau dokter kode etik
keperawatan dan hukum keperawatan
Tahap II : Intervensi
Inisiatif rencana tindakan untuk mencapai tujuan. Jenis
intervensi keperawatan meliputi :
 Independen : Dilaksanakan perawat tanpa perintah dari
tim kesehatan lain. Tindakan yang dilakukan dapat
berupa tindakan diagnostik (pengkajian), tindakan
terapeutik (mengurangi, mencegah, mengatasi), tindakan
edukatif
(penyuluhan), dan tindakan merujuk.
 Interdependen : Tindakan bekerja sama dengan tim
kesehatan lain, misalnya fisioterapis, ahli gizi, dan dokter
 Dependen : Tindakan yang berhubungan dengan tindakan
medis
Tahap III : Dokumentasi
 Dalam pendokumentasian
implementasi keperawatan,
diperlukan modifikasi kata-kata
yang membuatnya berbeda dengan
intervensi
Intervensi
keperawatan.
Implementasi

Laksanakan… Melaksanakan…

Kaji… Mengkaji…

Jelaskan, Ajarkan… Menjelaskan, Mengajarkan…

Observasi….. Mengobservasi…
Evaluasi keperawatan
Definisi evaluasi keperawatan
 Evaluasi adalah penilaian dengan cara
membandingkan perubahan keadaan pasien
(hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
 Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan
dan perbaikan. Dalam evaluasi, perawat
menilai reaksi klien terhadap intervensi yang
telah diberikan dan menetapkan apa yang
menjadi sasaran dari rencana keperawatan
dapat diterima
Evaluasi keperawatan dibedakan menjadi dua,
yaitu :
Evaluasi formatif
 Evaluasi dilaksanakan setiap selesai
melaksanakan tindakan keperawatan.Sering
disebut juga evaluasi proses. Evaluasi formatif
biasanya berupa catatan perkembangan pasien
Evaluasi sumatif
 Merupakan evaluasi yang berisi rekapan terakhir
secara paripurna dari proseskeperawatan.
Biasanya berbentuk catatan naratif dan
dilakukan saat pasien pulang ataupun pindah.
Tujuan evaluasi keperawatan
 Mengakhiri rencana tindakan
keperawatan
 Memodifikasi rencana tindakan
keperawatan
 Meneruskan rencana tindakan
keperawatan
Proses evaluasi keperawatan

Mengukur pencapaian tujuan


Tujuan dari aspek kognitif. Dapat dilakukan dengan
cara :
Interview/ Tanya jawab
 Menanyakan kembali apa yang telah dijelaskan
perawat untuk mengklarifikasi pemahaman klien dan
atau keluarga terhadap pengetahuan yang diberikan.
Tulis
 Teknik evaluasi ini jarang digunakan pada pendidikan
kesehatan individual. Umumnya dipakai untuk
mengevaluasi tindakan pendidikan kesehatan pada
kelompok.
Tujuan dari aspek afektif
Untuk mengukur pencapaian tujuan dari aspek afektif.
 Observasi. Melakukan pengamatan secara langsung pada
perubahan emosional klien.
 Feed back dari tim kesehatan lain berupa umpan balik,
masukan, dan pengamatan dari staf lain dapat juga
dipakai sebagai salah satu informasi tentang aspek afektif
klien.
 Psikomotor, yaitu pengukuran perubahan aspek psikomotor
dapat dilakukan melalui observasi secara langsung
terhadap perubahan perilaku klien.
 Perubahan fungsi tubuh. Untuk mengukur perubahan
fungsi tubuh dilakukan dalam 3 cara, yaitu observasi,
interview, dan pemeriksaan fisik.
Penentuan keputusan
 Klien telah mencapai hasil yang telah ditentukan
dalam tujuan. Kondisi ini akan dicapai apabila
semua data yang ditentukan dalam kriteria hasil
sudah terpenuhi.
 Klien masih dalam proses mencapai hasil yang
ditentukan. Kondisi ini dicapai apabila sebagian
saja dari kriteria hasil yang ditentukan terpenuhi.
 Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah
ditentukan. Kondisi ini ditentukan apabila hanya
sebagian kecil atau tidak ada sama sekali dari
kriteria hasil yang dapat dipenuhi.
Komponen evaluasi keperawatan
S: Subjective
 Data subjektif, berupa keluhan pasien yang masih dirasakan
setelah dilakukan tindakan keperawatan.
O : Objective
 Data objektif, data berdasarkan hasil pengukuran atau
observasi perawat langsung pada klien setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
A : Analisis
 Intrepretasi dari data subjektif dan data objektif

P : Planning
 Perencanaan keperawatan yang dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi atau ditambahkan dari rencana tindakan
keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya

Anda mungkin juga menyukai