Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


PADA An. A DENGAN ASTHMA
DI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI

DISUSUN OLEH :
RITA YULIANTIKA
17026

AKADEMI KEPERAWATAN
GIRI SATRIA HUSADA WONOGIRI
2019
KONSEP MEDIS

A. DEFINISI
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas
yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila
terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan
aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan
meningkatnya proses radang (Almazini, 2012).
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat
terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya asma
lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa
pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011).

Klasifikasi Asma:
Berdasarkan etiologinya Asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi
3 tipe, yaitu
1. Ekstrinsik (alergik) : Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan
oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga,
bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur.
Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi
genetik terhadap alergi.
2. Intrinsik (non alergik) : Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang
bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui,
seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi
saluran pernafasan dan emosi.
3. Asma gabungan : Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergi.
Berdasarkan Keparahan Penyakit :
1. Asma intermiten : Gejala muncul < 1 kali dalam 1 minggu.
2. Asma persisten ringan : Gejala muncul > 1 kali dalam 1 minggu tetapi <
1 kali dalam 1 hari.
3. Asma persisten sedang (moderate): Gejala muncul tiap hari, eksaserbasi
mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari terjadi >1 kali
dalam 1 minggu.
Asma persisten berat (severe) : Gejala terus menerus terjadi, eksaserbasi
sering terjadi, gejala asma malam hari sering terjadi, aktifitas fisik terganggu
oleh gejala asma, PEF dan PEV1 < 60%.

B. MANIFESTASI KLINIS
Gejala awal :
1. Batuk
2. Dispnea
3. Mengi (whezzing)
4. Gangguan kesadaran, hyperinflasi dada
5. Tachicardi
6. Pernafasan cepat dangkal

Gejala lain :
1. Takipnea
2. Gelisah
3. Diaphorosis
4. Nyeri di abdomen karena terlihat otot abdomen dalam pernafasan
5. Fatigue (kelelahan)
6. Tidak toleran terhadap aktivitas: makan, berjalan, bahkan berbicara.
7. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada
disertai pernafasan lambat.
8. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang disbanding inspirasi
9. Sianosis sekunder
10. Gerak-gerak retensi karbondioksida seperti : berkeringat, takikardia, dan
pelebaran tekanan nadi.

C. ETIOLOGI
a. Faktor Predisposisi
Genetik merupakan faktor predisposisi dari asma bronkhial.
b. Faktor Presipitasi
 Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contohnya:
debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan
polusi.
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contohnya: makanan dan
obat-obatan.
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contohnya:
perhiasan, logam, dan jam tangan.
 Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma.
 Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma. Stress
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada
 Lingkungan kerja
Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan sebab
terjadinya serangan asma.Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
 Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat.

D. PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang
menyebabkan sukar bernafas.Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada
asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang
alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE
abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan
alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut,
histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus.
Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik.
Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan
permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan
ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang
sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu
mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon
peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan
mukus, edema dan obstruksi aliran udara.

E. PATHWAY

F. KOMPLIKASI
4. Pneumo thoraks
5. Pneumomediastinum
6. Emfisema subkutis
7. Ateleltaksis
8. Aspergilosis
9. Gagal nafas
10. Bronchitis

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan sputum
2. Pemeriksaan darah
3. Foto rontgen
4. Pemeriksaan faal paru
5. Elektrokardiografi

H. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
b. Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang
penyakit asma
c. Menghindari faktor pencetus
d. Fisioterapi
2. Pengobatan farmakologik
a. Agonis beta.Contohnya : Alupent, metrapel
b. Metil Xantin.Contohnya : Aminophilin dan Teopilin
c. Kortikosteroid.Contohnya : Beclometason Dipropinate dengandosis
800 empat kali semprot tiap hari.
d. Kromolin. Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya
anak-anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e. Ketotifen. Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg
perhari. Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
f. Iprutropioum bromide (Atroven). Atroven adalah antikolenergik,
diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator.
3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus
a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20
menit dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan
dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f. Antibiotik spektrum luas
I. ASUHAN KEPERAWATAN
Riwayat kesehatan sekarang
1. Waktu terjadinya sakit : Berapa lama sudah terjadinya sakit
2. Proses terjadinya sakit : Kapan mulai terjadinya sakit, Bagaimana
sakit itu mulai terjadi
3. Upaya yang telah dilakukan : Selama sakit sudah berobat kemana,
Obat-obatan yang pernah dikonsumsi.
4. Hasil pemeriksaan sementara / sekarang : TTV meliputi tekanan
darah, suhu, respiratorik rate, dan nadi. Adanya patofisiologi lain
seperti saat diauskultasi adanya ronky,wheezing.
Riwayat kesehatan terdahulu
1. Riwayat merokok, yaitu sebagi penyebab utama kanker paru-
paru,emfisema, dan bronchitis kronis. Anamnesa harus mencakup :
Usia mulai merokok secara rutin. Rata-rata jumlah rokok yang
dihisap setiap hari. Usai menghentikan kebiasaan merokok.
2. Pengobatan saat ini dan masa lalu
3. Alergi
4. Tempat tinggal
Riwayat kesehatan keluarga
Tujuan pengkajian ini : Penyakit infeksi tertentu seperti TBC ditularkan
melalui orang ke orang. Kelainan alergi seperti asma bronchial,
menujukkan suatu predisposisi keturunan tertentu.Asma bisa juga terjadi
akibat konflik keluarga. Pasien bronchitis kronis mungkin bermukim di
daerah yang tingkatpolusi udaranya tinggi.Polusi ini bukan sebagai
penyebab timbulnyapenyakit tapi bisa memperberat.

Riwayat kesehatan lingkungan.


a. Pola Keseharian
1. Pola aktivitas dan latihan
Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan, mandi berpakaian,
eliminasi,mobilisaasi di tempat tidur, berpindah, ambulansi, naik tangga.
 Airway
Batuk kering/tidak produktif, wheezing yang nyaring, penggunaan
otot–otot aksesoris pernapasan ( retraksi otot interkosta)
 Breathing
Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi,
dypsnea,takypnea, taktil fremitus menurun pada palpasi, suara
tambahanronkhi, hiperresonan pada perkusi
 Circulation
Hipotensi, diaforesis, sianosis, gelisah, fatique, perubahan
tingkatkesadaran, pulsus paradoxus > 10 mm
2. Pola istirahat tidur
Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur
Kualitas dan kuantitas jam tidur
3. Pola nutrisi – metabolic
Berapa kali makan sehari
Makanan kesukaan
Berat badan sebelum dan sesudah sakit
Frekuensi dan kuantitas minum sehari
4. Pola eliminasi
Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
Nyeri
Kuantitas
5. Pola kognitif perceptual
Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra)
6. Pola konsep diri
Gambaran diri
Identitas diri
Peran diri
Ideal diri
Harga diri
Cara pemecahan dan penyelesaian masalah
7. Pola seksual – reproduksi
Adakah gangguan pada alat kelaminya.
8. Pola peran hubungan
Hubungan dengan anggota keluarga
Dukungan keluarga
Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
9. Pola nilai dan kepercayaan
Persepsi keyakinan
Tindakan berdasarkan keyakinan

Pemeriksaan Fisik
Data klinik, meliputi:
b. TTV
c. Keluhan Utama
Data hasil pemeriksaan yang mungkin ditemukan:
a. Kulit: Warna kulit sawo matang, turgor cukup.
b. Kepala: Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut.
c. Mata: Conjungtiva merah mudah, sclera putih, pupil bulat, isokor,
diameter 3 mm, reflek cahaya (+/+).
d. Telinga: Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal.
e. Hidung: simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah.
f. Mulut: gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering
g. Leher: trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar
tiroid tidak membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat.
h. Thorax :
Jantung: Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung
dalam batas normal, S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan.
Paru-paru: Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan-kiri, nyeri
tekan tidak ada, sonor seluruh lapangan paru, suara dasar vesikuler
seluruh lapang paru, tidak ada suara tambahan.
i. Abdomen
Inspeksi: Perut datar, tidak ada benjolan.
Auskultasi: Bising usus biasanya dalam batas normal.
Perkusi: Timpani seluruh lapang abdomen.
Palpasi: ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba massa.
j. Ekstremitas
Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot cukup.
Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema (-),
tonus otot cukup
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
11. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas
12. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler – alveolar
13. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan batuk persisten dan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh.

K. INTERVENSI
Diagnosa
No. Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan - NIC:
tidak efektif keperawatan selama 3 x 24 Airway Management
berhubungan dengan jam diharapkan bersihan - Bantu Pasien untuk
obstruksi jalan nafas jalan nafas klien efektif, mengatur posisi yang
dengan kriteria hasil: nyaman atau semi flower
1. Pasien mampu lingkungan yang bersih +
mengeluarkan sekret jauh dari polusi.
dengan mudah. - Bantu pasien untuk batuk
2. Penumpukan sekret efektif dan tarik nafas
berkurang. panjang.
3. Pasien tidak - Beri penyuluhan
mengeluh sasak nafas mengenai tekhnik
jangka panjang. penguapan
4. Pasien tidak sesak
lagi.

2 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan1. NIC:


gas berhubungan keperawatan selama 3 x 242. Airway Management
jam diharapkan klien
dengan perubahan 3. - Buka jalan nafas,
mampu:
membran kapiler – gunakan teknik chin lift
 Respiratory Status :
alveolar atau jaw thrust bila perlu
Gas exchange
 Respiratory Status 4.
: - Posisikan pasien untuk
ventilation memaksimalkan ventilasi
 Vital Sign Status
5. - Identifikasi pasien
Dengan kriteria hasil : perlunya pemasangan alat
1. Mendemonstrasikan jalan nafas buatan
peningkatan · - Pasang mayo bila perlu
ventilasi dan
oksigenasi ·
yang - Lakukan fisioterapi dada
adekuat jika perlu
2. Memelihara
· -Keluarkan sekret dengan
kebersihan paru paru
batuk atau suction
dan bebas dari tanda
tanda distress
· - Auskultasi suara nafas,
pernafasan catat adanya suara
3. Mendemonstrasikan tambahan
batuk efektif dan
suara nafas yang · -Lakukan suction pada
bersih, tidak ada mayo
sianosis dan
· - Berikan bronkodilator
dyspneu (mampu bial perlu
mengeluarkan
sputum, mampu · - Berikan pelembab udara
bernafas dengan
· Atur intake untuk cairan
-
mudah, tidak ada
mengoptimalkan
pursed lips)
keseimbangan.
4. Tanda tanda vital
dalam rentang
· - Monitor respirasi dan
normal status O2

3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan - NIC :


berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 Activity Therapy
jam diharapkan klien
batuk persisten dan - Kolaborasikan dengan
mampu:
ketidakseimbangan Tenaga Rehabilitasi
 Energy conservation Medik
antara suplai oksigen
 Activity tolerance dalammerencanakan
dengan kebutuhan  Self Care : ADLs progran terapi yang
tubuh. tepat.
Dengan Kriteria Hasil :
- Bantu klien untuk
1. Berpartisipasi dalam mengidentifikasi
aktivitas fisik tanpa aktivitas yang mampu
disertai peningkatan dilakukan
tekanan darah, nadi dan - Bantu untuk memilih
RR aktivitas konsisten
2. Mampu melakukan yang sesuai dengan
aktivitas sehari hari kemampuan fisik,
psikologi dan social
(ADLs) secara mandiri
- Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
- Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
- Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas disukai
- Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
- Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
- Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
- Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
- Monitor respon fisik,
emoi, social dan
spiritual
DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma


Berat.Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Carpenito, L.J. 2009. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6.Jakarta: EGC

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

GINA (Global Initiative for Asthma) 2010.;Pocket Guide for Asthma


Management and Prevension In Children. www. Dimuat
dalam www.Ginaasthma.org (diakses tanggal 13 Desember 2017 jam 12.00
WITA )

Johnson, M., et all. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition.New Jersey: Upper Saddle River.

Linda Jual Carpenito, 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta:
EGC

Mansjoer, A dkk. 2011. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

Mc Closkey, C.J., et all. 2010. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Purnomo.2009. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian


Asma Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro

Saheb, A. 2011.Penyakit Asma. Bandung: CV medika

Santosa, Budi. 2009. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.


Jakarta: Prima Medika

Anda mungkin juga menyukai