Kes
Nyeri merupakan Perasaan tidak nyaman, baik
ringan maupun berat.yang hanya dapat
dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat
dirasakan oleh orang lain, mencakup pola fikir,
aktifitas seseorang secara langsung, dan
perubahan hidup seseorang.
2. Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak
berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru
lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo
laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).
3. Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon
terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan
bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka
melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
4. Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri
dan bagaimana mengatasinya.
5. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang
meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan
upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.
Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi
nyeri.
6. Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa
menyebabkan seseorang cemas.
7. Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau,
dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah
mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri
tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
8. Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi
nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan
menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
9. Support keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada
anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh
dukungan dan perlindungan
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat
subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas
yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang
berbeda oleh dua orang yang berbeda.
Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling
mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap
nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga
tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu
sendiri(Tamsuri, 2007).
b. Central Pain
Terjadi karena perangsangan pada susunan saraf
pusat, spinal cord, batang otak dll
c. Psychogenic Pain
Nyeri dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi
akibat dari trauma psikologis.
d. Phantom Pain
Phantom Pain merupakan perasaan pada bagian
tubuh yang sudah tak ada lagi, contohnya pada
amputasi. Phantom pain timbul akibat dari stimulasi
dendrit yang berat dibandingkan dengan stimulasi
reseptor biasanya. Oleh karena itu, orang tersebut
akan merasa nyeri pada area yang telah diangkat.
e. Radiating Pain
Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas
ke jaringan sekitar.
2. Menurut Sifat
a. Insidentil : timbul sewaktu-waktu dan kemudian
menghilang
b.Steady : nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam
waktu yang lama
c. Paroxysmal : nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan
kuat sekali dan biasanya menetal 10 – 15 menit, lalu
menghilang dan kemudian timbul kembali.
d. Intractable Pain : nyeri yang resisten dengan diobati
atau dikurangi. Contoh pada arthritis, pemberian
analgetik narkotik merupakan kontraindikasi akibat dari
lamanya penyakit yang dapat mengakibatkan
kecanduan.
3. Menurut Berat Ringannya
a. Nyeri ringan : dalam intensitas rendah
b. Nyeri sedang : menimbulkan suatu reaksi fisiologis
dan psikologis
c. Nyeri Berat : dalam intensitas tinggi
4. Menurut Waktu Serangan
Terdapat beberapa cara untuk mengklasifikasikan tipe
nyeri. Pada tahun 1986, The National Institutes of Health
Concencus Conference of Pain mengkategorikan nyeri
menurut penyebabnya.
Partisipan dari konferensi tersebut mengidentifikasi 3
(tiga) tipe dari nyeri : akut, Kronik Malignan dan Kronik
Nonmalignan.
Nyeri akut timbul akibat dari cedera akut, penyakit atau
pembedahan.
Nyeri Kronik Nonmalignan diasosiasikan dengan cedera
jaringan yang tidak progresif atau yang menyembuh.
Nyeri yang berhubungan dengan kanker atau penyakit
progresif disebut Chronic Malignant Pain
dua tipe nyeri dalam prakteknya yaitu akut dan
kronis :
1. Nyeri Akut
Nyeri akut biasanya berlangsung singkat,
misalnya nyeri pada fraktur. Klien
yang mengalami nyeri akut baisanya
menunjukkan gejala-gejala antara lain :
perspirasi meningkat, Denyut jantung dan
Tekanan darah meningkat, dan pallor
2.Nyeri Kronis
Nyeri kronis berkembang lebih lambat dan
terjadi dalam waktu lebih lama dan klien sering
sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai
dirasakan.
Tindakan Farmakologis
Umumnya nyeri direduksi dengan cara pemberian terapi farmakologi. Nyeri
ditanggulangi dengan cara memblokade transmisi stimulant nyeri agar
terjadi perubahan persepsi dan dengan mengurangi respon kortikal
terhadap nyeri
Adapun obat yang digunakan untuk terapi nyeri adalah :
1. Analgesik Narkotik
Opiat merupakan obat yang paling umum digunakan untuk mengatasi
nyeri pada klien, untuk nyeri sedang hingga nyeri yang sangat berat.
Pengaruhnya sangat bervariasi tergantung fisiologi klien itu sendiri.
Klien yang sangat muda dan sangat tua adalah yang sensitive terhadap
pemberian analgesic ini dan hanya memerlukan dosisi yang sangat
rendah untuk meringankan nyeri (Long,1996).
Narkotik dapat menurunkan tekanan darah dan menimbilkan depresi
pada fungsi – fungsi vital lainya, termasuk depresi respiratori, bradikardi
dan mengantuk. Sebagian dari reaksi ini menguntungkan contoh :
hemoragi, sedikit penurunan tekanan darah sangan dibutuhkan. Namun
pada pasien hipotensi akan menimbulkan syok akibat dosis yang
berlebihan.
2. Analgesik Lokal
Analgesik bekerja dengan memblokade
konduksi saraf saat diberikan langsung ke
serabut saraf.
3. Analgesik yang dikontrol klien
Sistem analgesik yang dikontrol klien terdiri
dari Infus yang diisi narkotik menurut resep,
dipasang dengan pengatur pada lubang
injeksi intravena. Penggunaan narkotik yang
dikendalikan klien dipakai pada klien dengan
nyeri pasca bedah, nyeri kanker, krisis sel.
4. Obat – obat nonsteroid
Obat – obat nonsteroid antiinflamasi bekerja
terutama terhadap penghambatan sintesa
prostaglandin. Pada dosis rendah obat – obat ini
bersifat analgesic. Pada dosis tinggi, obat obat
ini bersifat antiinflamatori sebagai tambahan dari
khasiat analgesik.
Prinsip kerja obat ini adalah untuk
mengendalikan nyeri sedang dari dismenorea,
arthritis dan gangguan musculoskeletal yang
lain, nyeri postoperative dan migraine.
NSAID digunakan untuk menyembuhkan nyeri
ringan sampai sedang.
Tindakan Non Farmakologis
Menurut Tamsuri (2006), selain tindakan farmakologis untuk
menanggulangi nyeri ada pula tindakan nonfarmakologis untuk
mengatasi nyeri terdiri dari beberapa tindakan penaganan
berdasarkan :
1. Penanganan fisik/stimulasi fisik meliputi :
Stimulasi Kulit (Cutaneus)
Kompres hangat
Dapat dilakukan dengan menempelkan kantong karet yang diisi
air hangat atau handuk yang telah direndam di dalam air hangat,
ke bagian tubuh yang nyeri.
Sebaiknya diikuti dengan latihan pergerakan atau pemijatan.
Dampak fisiologis dari kompres hangat adalah pelunakan
jaringan fibrosa, membuat otot tubuh lebih rileks, menurunkan
atau menghilangkan rasa nyeri, dan memperlancar pasokan
aliran darah
Kompres dingin
Yang digunakan adalah kantong berisi es batu (cold
pack), bisa juga berupa handuk yang dicelupkan ke
dalam air dingin.
Dampak fisiologisnya
adalah vasokonstriksi (pembuluh darah penguncup)
dan penurunan metabolik, membantu mengontrol
perdarahan dan pembengkakan karena trauma,
mengurangi nyeri, dan menurunkan aktivitas ujung
saraf pada otot.
Melakukan kompres harus hati-hati karena dapat
menyebabkan jaringan kulit mengalami nekrosis
(kematian sel). Untuk itu dianjurkan melakukan
kompres dingin tidak lebih dari 30 menit.
Massase
Massase kulit memberikan efek penurunan kecemasan dan
ketegangan otot. Rangsangan masase otot ini dipercaya
akan merangsang serabut berdiameter besar, sehingga
mampu mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri
Hipnotis
Membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai sedang.
Distraksi visual (melihat TV atau pertandingan bola), distraksi audio (mendengar
musik), distraksi sentuhan (massase, memegang mainan), distraksi intelektual
(merangkai puzzle, main catur)
Beberapa teknik distraksi, antara lain :
Nafas lambat, berirama
Active Listening
Guided Imagery (Imajinasi terbimbing)
Meminta klien berimajinasi membayangkan
hal-hal yang menyenangkan, tindakan ini
memerlukan suasana dan ruangan yang
tenang serta konsentrasi dari klien. Apabila
klien mengalami kegelisahan, tindakan harus
dihentikan. Tindakan ini dilakukan pada saat
klien merasa nyaman dan tidak sedang nyeri
akut.