Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

Pemberian Obat

Oleh :
Hani Yusri Iqomah
NIM. 23106014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM


PROFESI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa :
Kasus Laporan Pendahuluan / Asuhan Kebidanan :
Ruang Praktik :
Rumah Sakit / Lahan Praktik :

Jember, November 2023

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

............................................ ............................................
NIK/NIDN NIK/NIDN

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya. Sehingga saya mampu mengerjakan laporan ini yang
membahas tentang pemberian obat.
Dalam rangka memenuhi target mata kuliah keterampilan dasar kebidanan
dan praktek klinik. Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada
1. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas dr. Soebandi Jember.
2. Pembimbing Akademik Universitas dr.Soebandi Jember.
3. Kepala Ruangan.
4. Pembimbing Klinik.
5. Semua pihak yang membantu terlaksananya kegiatan atau laporan
ini.
Tentunya laporan ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
sempurnaanya laporan ini.

Jember, November 2023

Hani Yusri Iqomah

3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
1.2Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Metode Penulisan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pemberian Obat
2.1.1 Pengertian Pemberian obat
2.2Prinsip 6 Benar Dalam Pemberian Obat
2.3 Jenis-Jenis Dalam Pemberian Obat
2.4 Pengertian Intra Kutan
2.5 Pemberian Obat Via Jaringan SubKutanPemberian Obat Via Intra Vena2.7.
Pemberian Obat Via Jaringan Intra Vena Secara tidak LangsungPemberian Obat
Via Intra MuskularAkibat Kesalahan dalam Pemberian Obat
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................23

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemberian obat secara aman merupakan perhatian utama ketika
melaksanakan pemberian obat kepada pasien. Sebagai petugas yang terlibat

4
langsung dalam pemberian obat, petugas harus mengetahui yang berhubungan
dengan peraturan dan prosedur dalam pemberian obat karena hampir semua
kejadian error dalam pemberian obat terkait dengan peraturan dan prosedur.
Petugas harus mengetahui informasi tentang setiap obat sebelum diberikan kepada
pasien untuk mencegah terjadinya kesalahan. Melaksanakan pemberian obat
secara benar dan sesuai instruksi dokter, mendokumentasikan dengan benar dan
memonitor efek dari obat merupakan tanggung jawab dari semua petugas yang
terlibat dalam pemberian obat. Jika obat tidak diberikan seperti yang seharusnya
maka kejadian medication error dapat terjadi. Kejadian medication error yang
memberi efek serius ataupun tidak harus dilaporkan (WHO, 2012).
Sampai saat ini medication error tetap menjadi salah satu permasalahan
kesehatan yang banyak menimbulkan berbagai dampak bagi pasien mulai dari
resiko ringan bahkan resiko yang paling parah yaitu menyebabkan suatu kematian
(Aronson, 2009).
The National Coordinating Council for Medication errors Reporting and
Prevention mendefenisikan medication error sebagai setiap kejadian yang dapat
dihindari yang menyebabkan atau berakibat pada pelayanan obat yang tidak tepat
atau membahayakan pasien ketika obat berada dalam pengawasan tenaga
kesehatan atau pasien. Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 35
tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek menyebutkan bahwa
medication error adalah kejadian yang merugikan pasien, yang diakibatkan
pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya
dapat dicegah (Depkes RI, 2014). Kesalahan pengobatan dapat terjadi dalam tiap
proses pengobatan, baik dalam proses peresepan (prescribing), pembacaan resep
(transcribing), penyiapan hingga penyerahan obat (dispensing), maupun dalam
proses penggunaan obat (administering). Kesalahan dalam peresepan (prescribing)
dan pemberian obat (dispensing) merupakan dua hal yang sering terjadi dalam
kesalahan pengobatan (Depkes RI, 2014).
Dari hasil pengamatan sampling resep di lapangan, hal-hal yang berpotensi
menimbulkan medication error adalah penulisan resep yang tidak jelas maupun
sukar dibaca dibagian nama obat, jumlah obat dalam resep racikan maupun

5
jumlah total obat, satuan yang digunakan, bentuk sediaan yang dimaksud, aturan
pakai dan penulisan jumlah juga penulisan resep yang tidak lengkap, seperti tidak
mencantumkan dosis obat, satuan metrik dan bentuk sediaan yang dimaksud oleh
penulisan resep, berpotensi menimbulkan medication error (Rahmawati, 2002).
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa pengertian pemberian obat ?
B. Apa aja 6 prinsip benar dalam pemberian obat?
C. Apa saja jenis dalam pemberian obat?
D. Apa saja akibat kesalahan dari pemberian obat?
1.3 Tujuan
A. Untuk mengetahui pengertian pemberian obat.
B. Untuk mengetahui 6 prinsip benar dalam pemberian obat.
C. Untuk mengetahui jenis-jenis dalam pemberian obat.
D. Untuk mengetahui akibat kesalahan dari pemberian obat.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan pengumpulan data dari berbagai sumber aplikasi yang
berkaitan dengan cara mencari, membaca dan mempelajari.

6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemberian Obat
2.1.1 Pengertian Pemberian Obat
Pemberian obat adalah suatu tindakan untuk membantu proses
penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan salah satunya melalui mulut
(oral) dan dengan injeksi (suntikan) lain sesuai dengan program pengobatan dari
dokter. Pemberian injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan
dengan menggunakan teknik steril. Obat adalah alat utama terapi yang digunakan
dokter untuk mengobati klien yang memiliki masalah kesehatan. Obat adalah
substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau
pengobatan, bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di
dalam tubuhnya.
Pemberian obat adalah salah satu bentuk kinerja perawat. Walaupun dalam
hal ini merupakan suatu bentuk tugas limpahan dari apoteker atau asisten
apoteker, namun kegiatan ini lebih sering dilakukan oleh perawat dan bahkan
seolah-olah merupakan tugas wajib perawat dibandingkan dengan peran dan
fungsi perawat yang lain (Robbins & Stephen, 2013). Pemberian obat high alert
harus teliti, hal tersbut dilakukan untuk meningkatkan keamanan obat high alert
adalah perawat harus melakukan pengecekan ganda (double check) terhadap
semua obat high alert sebelum diberikan kepada pasien. Persiapan dan
penyimpanan pun harus jelas (Kemenkes, 2014).

2.2 Prinsip 6 (Enam) Benar Dalam Pemberian Obat


A. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas
di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau
keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal
dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara

7
identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi
harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
B. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama
dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama
generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau
kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau
kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan
botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang
diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya
tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat
memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu
mengingat nama obat dan kerjanya.
C. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu,
perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker
sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus
memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis
yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya
berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8
mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus
tetap hati-hati dan teliti.
D. Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja
yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal,
rektal, inhalasi.

8
a. Oral
Adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai,
karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi
melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
b. Parenteral
Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron
berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran
cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).
c. Topikal
Yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya
salep, losion, krim, spray, tetes mata.
d. Rektal
Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria
yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk
memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid
(anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat
perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat
dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam
bentuk supositoria.
e. Inhalasi
Yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas
memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna
untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol
(ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat
misalnya terapi oksigen.
E. Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung
untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus
diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi
satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh
diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu

9
sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk
menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
F. Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan
oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat
itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

2.3 Jenis-Jenis Dalam Pemberian Obat


a. Secara Oral
Memberikan obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu proses
penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan melalui mulut sesuai dengan
program pengobatan dari dokte
b. Secara Parental
Pemberian obat secara parenteral merupakan pemberian obat melalui
injeksi atau infuse. Sediaan parenteral merupakan sediaan steril. Sediaan ini
diberikan melalui beberapa rute pemberian, yaitu Intra Vena (IV), Intra Spinal
(IS), Intra Muskular (IM), Subcutaneus (SC), dan Intra Cutaneus (IC). Obat yang
diberikan secara parenteral akan di absorbs lebih banyak dan bereaksi lebih cepat
dibandingkan dengan obat yang diberikan secara topical atau oral. Perlu juga
diketahui bahwa pemberian obat parenteral dapat menyebabkan resiko infeksi.
Resiko infeksi dapat terjadi bila perawat tidak memperhatikan dan
melakukan tekhnik aseptic dan antiseptic pada saat pemberian obat. Karena pada
pemberian obat parenteral, obat diinjeksikan melalui kulit menembus system
pertahanan kulit. Komplikasi yang seringv terjadi adalah bila pH osmolalitas dan
kepekatan cairan obat yang diinjeksikan tidak sesuai dengan tempat penusukan
sehingga dapat mengakibatkan kerusakan jaringan sekitar tempat injeksi.
2.3.1 Pada Umumnya Pemberian Obat Secara Parenteral Dibagi Menjadi
4, Yaitu:
1) Pemberian Obat Via Jaringan Intra Kutan
2) Pemberian Obat Via Jaringan Subkutan
3) Pemberian Obat Via Intra Vena : Intra Vena Langsung dan tak langsung

10
4) Pemberian Obat Via Intramuskular
5) Pemberian Obat Via Jaringan Intra Kutan

2.4 Pengertian Intra Kutan


Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit.
Intra kutan biasanya di gunakan untuk mengetahui sensivitas tubuh terhadap obat
yang disuntikkan.
2.4.1 Tujuan:
Pemberian obat intra kutan bertujuan untuk melakukan skintest atau tes
terhadap reaksi alergi jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat melalui
jaringan intra kutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis, secara umum
dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral.
2.4.2 Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Tempat injeksi
2. Jenis spuit dan jarum yang digunakan
3. Infeksi yang mungkin terjadi selama infeksi
4. Kondisi atau penyakit klien
5. Pasien yang benar
6. Obat yang benar
7. Dosis yang benar
8. Cara atau rute pemberian obat yang benar
9. Waktu yang benar
2.4.3 Indikasi dan Kontra Indikasi:
A. Indikasi : bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau
bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk di beri
obat secara oral, tidak alergi. Lokasinya yang ideal
adalah lengan bawah dalam dan pungguang bagian atas.
B. Kontra Indikasi : luka, berbulu, alergi, infeksi kulit
2.4.4 Alat dan Bahan:
a. Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
b. Obat dalam tempatnya

11
c. Spuit 1 cc/spuit insulin
d. Cairan pelarut
e. Bak steril dilapisi kas steril (tempat spuit)
f. Bengkok
g. Perlak dan alasnya.
2.4.5 Prosedur Kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.
3) Bebaskan daerha yang akan disuntik, bila menggunakan baju lengan
panjang terbuka dan keatasan.
4) Pasang perlak/pengalas di bawah bagian yang akan disuntik.
5) Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan dengan aquades.
Kemudian ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc dan
siapkan pada bak injeksi atau steril.
6) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan
suntikan.
7) Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan disuntik.
8) Lakukan penusukan dengan lubang jarum suntik menghadap ke atas
dengan sudut 15-20 derajat di permukaan kulit.
9) Suntikkkan sampai terjadi gelembung.
10) Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.
11) Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/tes obat, waktu, tanggal dan
jenis obat.
2.4.6 Daerah Penyuntikan :
I. Dilengan bawah : bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau
2/3 dari pergelangan tangan pada kulit yang sehat, jauh dari PD.
II. Di lengan atas : 3 jari di bawah sendi bahu, di tengah daerah muskulus
deltoideus.

12
2.5 Pemberian Obat Via Jaringan SubKutan
2.5.1 Pengertian:
Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan di bawah kulit yang
dapat dilakukan pada daerah lengan bagian atas sebelah luar atau sepertiga bagian
dairi bahu, paha sebelah luar, daerah dada dan sekitar umbilicus (abdomen).
2.5.2 Tujuan:
Pemberian obat melalui jaringan sub kutan ini pada umumnya dilakukan
dengan program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula
darah. Pemberian insulin terdapat 2 tipe larutan yaitu jernih dan keruh karena
adanya penambahan protein sehingga memperlambat absorbs obat atau juga
termasuk tipe lambat.
2.5.2 Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Tempat injeksi
2. Jenis spuit dan jarum suntik yang akan digunakan
3. Infeksi nyang mungkin terjadi selama injeksi
4. Kondisi atau penyakit klien
5. Apakah pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat
6. Obat yang akan diberikan harus benar
7. Dosisb yang akan diberikan harus benar
8. Cara atau rute pemberian yang benar
9. Waktu yang tepat dan benar.
2.5.3 Indikasi dan kontra indikasi:
A. Indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak
Mau bekerja sama, karena tidak memungkinkan di beri
obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan
parut, tonjolan tulang, otot atau saras besar di bawahnya,
obat dosis kecil yang larut dalam air.
B. Kontra indikasi : obat yang merangsang, obat dalam dosis besar dan tidak
larut dalam air atau minyak.
2.5.4 Alat dan bahan:
a. Daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat

13
b. Obat dalam tempatnya
c. Spuit insulin
d. Kapas alcohol dalam tempatnya
e. Cairan pelarut
f. Bak injeksi
g. Bengkok perlak dan alasnya
2.5.5 Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3) Bebaskan daerah yang akan disuntik atau bebaskan suntikan dari pakaian.
Apabila menggunakan pakaian, maka buka pakaian dan di keataskan.
4) Ambil obat dalam tempatnya sesuai dosis yang akan diberikan. Setelah itu
tempatkan pada bak injeksi.
5) Desinfeksi dengan kapas alcohol.
6) Regangkan dengan tangan kiri (daerah yang akan dilakukan suntikan
subkutan).
7) Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap ke atas dengan
sudut 45 derajat dari permukaan kulit.
8) Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah, suntikkan secara perlahan-lahan
hingga habis.
9) Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol dan spuit yang telah dipakai
masukkan ke dalam bengkok.
10) Catat hasil pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenis serta dosis
obat.
11) Cuci tangan.
2.5.6 Daerah Penyuntikan :
I. Otot Bokong (musculus gluteus maximus) kanan & kiri ; yang tepat adalah
1/3 bagian dari Spina Iliaca Anterior Superior ke tulang ekor (os
coxygeus).
II. Otot paha bagian luar (muskulus quadriceps femoris).
III. Otot pangkal lengan (muskulus deltoideus)

14
2.6 Pemberian Obat Via Intra Vena :
2.6.1 Pengertian:
Cara memberikan obat pada vena secara langsung. Diantaranya vena
mediana kubiti/vena cephalika (lengan), vena sephanous (tungkai), vena jugularis
(leher), vena frontalis/temporalis (kepala).
2.6.2 Tujuan:
Pemberian obat intra vena secara langsung bertujuan agar obat dapat
bereaksi langsung dan masuk ke dalam pembuluh darah.
2.6.3 Hal-hal yang diperhatikan:
1. Setiap injeksi intra vena dilakukan amat perlahan antara 50 sampai 70
detik lamanya.
2. Tempat injeksi harus tepat kena pada daerha vena.
3. Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
4. Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
5. Kondisi atau penyakit klien.
6. Obat yang baik dan benar.
7. Pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat dan benar.
8. Dosis yang diberikan harus tepat.
9. Cara atau rute pe harus benar.
10. Pemberian obat melalui injeksi
2.6.4 Indikasi dan kontra indikasi:
A. Indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak
mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk
diberikan obat secara oral dan steril.
B. Kontra indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau
menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.
2.6.5 Alat dan bahan:
a. daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat.
b. Obat dalam tempatnya.
c. Spuit sesuai dengan jenis ukuran
d. Kapas alcohol dalam tempatnya.

15
e. Cairan pelarut (aquades).
f. Bak injeksi.
g. Bengkok.
h. Perlak dan alasnya.
i. Karen pembendung.
2.6.6 Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3) Bebaskan daerah yang akan disuntik dengan cara membebaskan pakaian
pada daerah penyuntikan, apabila tertutup, buka dan ke ataskan.
4) Ambil obat pada tempatnya sesuai dosi yang telah ditentukan. Apabila
obat dalam bentuk sediaan bubuk, maka larutkan dengan aquades steril.
5) Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan injeksi.
6) Tempatkan obat yang telah di ambil ke dalam bak injeksi.
7) Desinfeksi dengan kapas alcohol.
8) Lakukan pengikatan dengan karet pembendung pada bagian atas daerah
yang akan dilakukakn pemberian obat atau minta bantuan untuk
membendung daerah yang akan dilakukan penyuntikan dan lakukan
penekanan.
9) Ambil spuit yang berisi obat.
10) Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan
memasukkan ke pembuluh darah.
11) Lakukan aspirasi, bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan
langsung semprotkan hingga habis.
12) Setelah selesai ambil spuit dengan menarik secara perlahan-lahan dan
lakukan masase pada daerah penusukan dengan kapas alcohol, spuit yang
telah digunakan di masukkan ke dalam bengkok.
13) Catat hasil pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.
14) Cuci tangan.

16
2.7 Pemberian Obat Via Jaringan Intra Vena Secara tidak Langsung.
2.7.1 Pengertian:
Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau
memasukkan obat ke dalam wadah cairan intra vena.
2.7.2 Tujuan:
Pemberian obat intra vena secara tidak langsung bertujuan untuk
meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapeutik dalam darah.
2.7.3 Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. injeksi intra vena secara tidak langsung hanya dengan memasukkan cairan
obat ke dalam botol infuse yang telah di pasang sebelumnya dengan hati-
hati.
2. Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
3. Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
4. Obat yang baik dan benar.
5. Pasien yang akan di berikan injeksi tidak langsung adalah pasien yang
tepat dan benar.
6. Dosis yang diberikan harus tepat.
7. Tidak langsung harus tepat dan benar.
8. Cara atau rute pemberian obat melalui injeksi
2.7.4 Indikasi dan kontra indikasi:
A. Indikasi : Bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak
mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk
diberikan obat secara oral dan steril.
B. Kontra indikasi : Tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau
menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.
2.7.5 Alat dan Bahan:
a. Spuit dan jarum sesuai ukuran
b. Obat dalam tempatnya.
c. Wadah cairan (kantung/botol).
d. Kapas alcohol dalam tempatnya..

17
2.7.6 Prosedur Kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3) Periksa identitas pasien dan ambil obat dan masukkan ke dalam spuit.
4) Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantung. Alangkah baiknya
penyuntikan pada kantung infuse ini dilakukan pada bagian atas
kantung/botol infuse.
5) Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol pada kantung/botol dan kunci
aliran infuse.
6) Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus
bagian tengah dan masukkan obat secara perlahan-lahan ke dalam
kantong/botol infuse/cairan.
7) Setelah selesai, tarik spuit dan campur larutan dengan membalikkan
kantung cairan dengan perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung yang lain.
8) Ganti wadah atau botol infuse dengan cairan yang sudah di injeksikan obat
di dalamnya. Kemudian gantungkan pada tiang infuse.
9) Periksa kecepatan infuse.
10) 2Cuci tangan.
11) Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu dan dosis pemberian.
2.7.7 Daerah Penyuntikan :
I. Pada Lengan (v. mediana cubiti / v. cephalika)
II. Pada Tungkai (v. Spahenous)
III. Pada Leher (v. Jugularis)
IV. Pada Kepala (v. Frontalis atau v. Temporalis) khusus pada anak – anak

2.8 Pemberian Obat Via Intra Muskular


2.8.1 Pengertian:
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi
penyuntikan dapat dilakukan pada daerah paha (vastus lateralis) dengan posisi
ventrogluteal (posisi berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas
(deltoid).

18
2.8.2 Tujuan:
Agar obat di absorbs tubuh dengan cepat.
2.8.3 Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Tempat injeksi.
2. Jenis spuit dan jarum yang digunak
3. Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
4. Kondisi atau penyakit klien.
5. Obat yang tepat dan benar.
6. Dosis yang diberikan harus tepat.
7. Pasien yang tepat.
8. Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar.
2.8.4 Indikasi dan Kontra indikasi:
A. Indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak
mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk
diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit,
jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saras besar di
bawahnya.
B. kontra indikasi : Infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot
atau saraf besar di bawahnya.
2.8.5 Alat dan bahan:
a. Daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat.
b. Obat dalam tempatnya.
c. Spuit da jarum suntik sesuai dengan ukuran. Untuk dewasa panjangnya
2,5-3 cm, untuk anak-anak panjangnya 1,25-2,5 cm.
d. Kapas alcohol dalam tempatnya.
e. Cairan pelarut.
f. Bak injeksi.
g. Bengkok.
2.8.6 Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

19
3) Ambil obat dan masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosisnya. Setelah
itu letakkan dalam bak injeksi.
4) Periksa tempat yang akan di lakukan penyuntikan (perhatikan lokasi
penyuntikan).
5) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan injeksi.
6) Lakukan penyuntikan :
(1) Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara, anjurkan pasien
untuk berbaring telentang dengan lutut sedikit fleksi.
(2) Pada ventrogluteal dengan cara, anjurkan pasien untuk miring,
tengkurap atau telentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang
akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi. cara, anjurkan
pasien untuk tengkurap.
(3) Pada daerah dorsogluteal dengan dengan lutut di putar kea rah
dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan diletakkan di depan
tungkai bawah.
(4) Pada daerah deltoid (lengan atas) dilakukan dengan pasien untuk
duduk atau berbaring mendatar lengan atas fleksi.
7) Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.
8) Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit, bila tidak ada darah yang
tertarik dalam spuit, maka tekanlah spuit hingga obat masuk secara
perlahan-lahan hingga habis.
9) Setelah selesai, tarik spuit dan tekan sambuil di masase daerah
penyuntikan dengan kapas alcohol, kemudian spuit yang telah di gunakan
letakkan dalam bengkok.
10) Catat reaksi pemberian, jumlah dosis, dan waktu pemberian.
11) Cuci tangan
2.8.7 Daerah Penyuntikan :
I. Bagian lateral bokong (vastus lateralis)
II. Butoks (bagian lateral gluteus maksimus)
III. Lengan atas (deltpid)

20
2.9 Akibat Kesalahan dalam Pemberian Obat
Menurut Kemenkes (2011) akibat kesalahan pemberian obat dibagi
menjadi dua yaitu:
1. Adverse drug event
Adverse drug event adalah suatu insiden dalam pengobatan yang dapat
menyebabkan kerugian pada pasien. Adverse drug event meliputi kerugian yang
bersifat intrisik bagi individu/pasien contoh :
a. Meresepkan obat NSAID pada pasien dengan riwayat pad pasien dengan
riwayat penyakit ulkus peptik yang terdokumentasi di rekam medis, yang
dapat menyebabkan pasien menggalami perdarahan saluran cerna.
b. Memberikan terapi antiepilepsi yang salah, dapat menyebabkan pasien
menggalami kejang
2. Adverse drug reaction
Adverse drug reaction merupakan respon obat yang dapat membahayakan dan
menimbulkan kesalahan dalam pemberian obat seperti hipersensitivitas, reaksi
alergi, toksisitas dan interaksi antar obat berdasarkan penelitian Nurinasari (2014)
sebagai berikut :
a. Hipersensitivitas
Reaksi yang muncul ketika klien sensitif terhadap efek obat karena tubuh
menerima dosis obat yang berlebihan. hipersensitivitas obat biasanya
terjadi sekitar 3 minggu hingga 3 bulan setelah pemberian obat, yang
ditandai oleh demam dan munculnya lesi pada kulit.
b. Alergi
Reaksi alergi obat adalah reaksi melalui mekanisme imunologi terhadap
masuknya obat yang dianggap sebagai benda asing dalam tubuh dan tubuh
akan membuat antibodi untuk mengeluarkan benda asing dari dalam tubuh.
c. Toksisitas
Akibat dosis yang berlebihan sehingga terjadi penumpukan zat didalam
darah karena gangguan metabolisme tubuh.

21
d. Interaksi antar obat
Reaksi suatu obat dipengaruhi oleh pemberian obat secara bersamaan,
sehingga terjadi interaksi obat yang kuat atau bertentangan terhadap efek
dari obat.

22
DAFTAR PUSTAKA

Sari, N.P. (2014). Pengaruh iklim kerja panas terhadap dehidrasi dan kelelahan
pada tenaga kerja bagian boiler di PT Albasia Sejahtera Mandiri
Kabupaten (Skripsi yang tidak dipublikasikan), Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Diakses dari eprints.ums.
ac.id/32329/1/HALAMAN%20DEPAN.pdf
Robbins, S. P., 2013, Perilaku
Organisasi, Jakarta: Salemba Empat.
Kemenkes (2014). Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta
Kemenkes R.I. (2011). Modul penggunaan obat rasional.
Jakarta.
Nurinasari, A. (2014). Determinan penerapan pemberian obat oleh perawat di
Instalasi Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. FKIK UMY.

23

Anda mungkin juga menyukai