Anda di halaman 1dari 9

RENCANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KLINIK

MATA KULIAH : PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN I


TINGKAT/SEMESTER : II/VI
BEBAN STUDI : 5 SKS (P)
ALOKASI WAKTU : 1 X 25 MENIT

Capaian pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan keterampilan klinik dalam lingkup layanan kebidanan

Kompetensi dasar
Menerapkan pemberian obat secara intra musculer

Indicator
Melakukan pemberian obat secara intra musculer

A. Tujuan pembelajaran
Setelah selesai kegiatan pembelajaran, diharapkan mahasiswa dapat :
1. Menerapkan prinsip 10 benar pemberian obat
2. Mendemontrasikan langkah-langkah pelaksanaan prosedur pemberian obat
secara intra muscular

B. Materi
1. Prinsip 10 benar pemberian obat
2. Prosedur pemberian injeksi intramuscular

C. Metoda
Bed side teaching (observasi)

D. Langkah-langkah pembelajaran
1. Pre round (5 menit)
 Megucapkan salam
 Menyepakati tujuan belajar
 Mengecek pengetahuan (prinsip, langkah kerja dll) terkait tindakan dan
tujuan belajar yang ingin dicapai
 Memilih pasien yang spesifik dan sesuai dengan kriteria serta target
kompetensi
 Mengalokasikan peran dan aturan selama bedside teaching berlangsung
 Membuka diskusi jika ada hal yang kurang dipahami mahasiswa dan
membangun rasa percaya diri mahasiswa
2. Round (10 menit)
 Mengucapkan salam dan melakukan indentifikasi pasien
 Memperkenalkan diri dan mahasiswa kepada pasien
 Menyampaikan tujuan dan meminta persetujuan pasien
 Memberikan kesempatan kepada praktikan untuk melakukan tindakan
kepada pasien sesuai tujuan belajar
 Mengamati langkah demi langkah tindakan yang dilakukan praktikan
 Memberikan kode/intruksi sesaui kesepakatan jika praktikan melakukan
kesalahan
 Mengambil alih tindakan jika tindakan yang dilakukan praktikan
membahayakan pasien
 Membantu mahasiswa dalam menyimpulkan hasil kegiatan yang telah
dilakukan pada pasien
 Melakukan pengakhiran sesi bersama pasien: mengucapkan terimakasih
telah berpatrisipasi dalam BST, menyepakati pertemuan berikutnya atau
jika pasien memerlukan bidan

3. Post round (10 menit)


 Meminta pendapat/kesan praktikan tentang tindakan yang telah dilakukan
 Menanyakan kesulitan yang masih dirasakan
 Memberikan umpan balik positif, dorongan, penguatan, pujian
 Memberikan feed back terhadap keterampilan klinis yang dilakukan
 Melakukan klrifikasi terhadap pertanyaan ataupun tindakan yang perlu
mendapat perbaikan
 Mecari solusi terhadap permasalahan yang ditemui dan saran perbaikan
untuk praktik mendatang
 Merencanakan tujuan belajar selanjutnya
 Melakukan pengakhiran sesi

E. Media Pembelajaran
Penuntun belajar injeksi IM
F. Bahan dan alat
Suit 3 cc, alcohol swab, obat (DMPA), bengkok, hand rub, APD, tempat sampah

G. Sumber

Fatimah, F.S. and Rosa, E.M., 2016. Efektivitas Pelatihan patient safety;
komunikasi s-bar pada perawat dalam menurunkan kesalahan
pemberian obat injeksi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Unit II. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia, 2(1), pp.32-41.
Mahfudhah, A.N., 2018. Pemberian obat oleh perawat diruang rawat inap Rumah
Sakit Umum Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas
Keperawatan, 3(4).

Mengetahui, Denpasar,
Dosen Pembimbing Calon Pembimbing Llinik

…………………………………….. ……………………………………….
LAMPIRAN MATERI

SEPULUH BENAR PEMBERIAN OBAT


Keselamatan pasien merupakan salah satu indicator mutu layanan di fasilitas
kesehatan. Insiden keselamatan pasien yang paling banyak terjadi di Indonesia
adalah kesalahan pemberian obat. Insiden ini mengakibatkan memperpanjang hari
rawat inap, menambah biaya perawatan, serta yang terburuk bisa mehilangkan
nyawa pasien. Joint Commission International (JCI) & Wolrd Health Organitation
(WHO) melaporkan terjadi insiden kesalahan pengobatan dan sampai menimbulkan
cacat permanen pada pasien.
Kesalahan pemberian obat dapat terjadi jika petugas kesehatan tidak menerapkan
prinsip benar dalam pemberian obat. Menurut Tambayong, Berman et al, Potter &
Perry pemberian obat meliputi prinsip 10 benar yaitu :
1. obat,
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang
yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila
perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat.
Untuk menghindari kesalahan, sebelum memberi obat kepada pasien, label obat
harus dibaca tiga kali : (1) pada saat melihat botol atau kemasan obat, (2) sebelum
menuang/ mengisap obat dan (3) setelah menuang/mengisap obat. Jika labelnya
tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Perawat harus ingat bahwa obat-obat tertentu mempunyai nama yang bunyinya
hampir sama dan ejaannya mirip, misalnya digoksin dan digitoksin, quinidin dan
quinine, Demerol dan dikumarol, dst. Bagaimana pelaksanaannya? periksa apakah
perintah pengobatan lengkap dan sah. Jika perintah tidak lengkap atau tidak sah,
beritahu perawat atau dokter yang bertangung jawab. Kedua, ketahui alasan
mengapa pasien mendapat terapi tersebut dan terakhir lihat label minimal 3 kali.
2. Dosis
Sebelum memberi obat, harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, berkonsultasi
dengan dokter yang menulis resep atau apoteker, sebelum dilanjutkan ke pasien. Ada
beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul
atau tabletnya. Misalnya, 1 tablet amplodipin dosisnya ada 5 mg, ada juga 10 mg.
3. Pasien
Klien yang benar dapat dipastikan dengan memeriksa identitas klien dan
meminta klien menyebutkan namanya sendiri. Sebelum obat diberikan, identitas
pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau
ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup
berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien
mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental
atau kesadaran, harus dicari cara identifikasiyang lain seperti menanyakan langsung
kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
4. Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja
yang diinginkan. Obat dapat diberikan melalui oral, sublingual, parenteral, topikal,
rektal, inhalasi. Yang harus dilakukan: a) Nilai kemampuan klien untuk menelan obat
sebelum memberikan obat-obat per oral, b). Pergunakan teknik aseptik sewaktu
memberikan obat. Teknik steril dibutuhkan dalam rute parenteral, c). Berikan obat-
obat pada tempat yang sesuai, d). Tetaplah bersama klien sampai obat oral telah
ditelan.
5. Waktu
Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan. Dosis
obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari misalnya dua kali sehari
atau tiga kali sehari, sehingga kadar obat dalam plasma dapat dipertahankan. Jika
obat mempunyai waktu paruh (t ½) yang panjang, maka obat diberikan sekali sehari.
Obat-obat dengan waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang
waktu yang tertentu. Beberapa obat diberikan sebelum makan dan yang lainnya
diberikan pada saat makan atau bersama makanan. Jika obat harus diminum sebelum
makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberikan satu jam sebelum
makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama
susu/produk susu karena kandungan kalsium dalam susu/produk susu dapat
membentuk senyawa kompleks dengan molekul obat sebelum obat tersebut diserap.
Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang
berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6. Informasi
Pasien harus mendapatkan informasi yang benar tentang obat yang akan diberikan
sehingga tidak ada lagi kesalahan dalam pemberian obat. Informasi yang diberikan
seperti manfaat obat secara umum, penggunaan obat yang baik dan benar, alasan
terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah pembeian
obat, efek samping dan reaksi yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat
dan obat dengan makanan, perubahan-perubahan yang diperlukan dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari selama sakit, dsb
7. Kadaluarsa
Benar expired pada prinsipnya, memperhatikan tanggal kadaluarsa obat kemudian,
perubahan warna, perubahan bentuk. Meninggat, Efek berbahaya dari obat
kadaluwarsa salah satunya efek terhadap tubuh manusia. Perubahan yang terjadi ada
hambatanya. Dimana, perawat merasa tugas untuk mengecek tanggal kadaluarsa
telah dilakukan oleh apoteker. Namun, harus diingat skreaning obat harus tetap
dilakukan sampai obat diterima pasien termasuk pemeriksaan expired obat.
8. Pengkajian
Pengkajian yang benar menuntun petugas menentukan maslah yang dihadapi pasien
secara tepat yang menuntunnya pada keputusan atau pemilihan obat yang paling
sesuai bagi pasien.
9. Evaluasi
Evaluasi terhadap efek pemberian obat biasanya 30 menit setelah pemberian obat .
Petugas kesehatan kembali lagi ke kamar pasien untuk mengevaluasi efek pemberian
obat. Perencanaan yang tepat harus disusun kembali jika ditemukan efek samping
obat yang diberikan sehingga meminimalkan risiko yang dialami pasien.
10. dokumentasi
Dokumentasi dilakukan setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis,
rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya
atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
PENUNTUN BELAJAR; INJEKSI INTRAMUSKULAR

Injeksi intramuscular merupakan cara yang dilakukan untuk memasukkan


sejumlah obat dalam bentuk cairan kedalam jaringan otot agar diserap tubuh. Injeksi
ini diabsorbsi lebih cepat dari injeksi subkutaneus karena suplay darah yang lebih
besar ke jaringan otot. Otot juga dapat menerima volume obat yang lebih besar tanpa
menimbulkan ketidaknyamanan dibandingkan dengan jaringan subkutaneus,
walaupun tergantung dari ukuran otot, lokasi serta jenis obat/cairan.
Pertimbangan utama dalam pemilihan lokasi injeksi intramuskuler yaitu jauh dari
pembuluh darah besar, saraf dan tulang. Beberapa lokasi untuk melakukan injeksi
intramuscular yaitu vestus lateralis, ventrogluteal, dorsogluteal dan deltoid.
Tujuannya:
Obat diabsorbsi tubuh dengan kecepatan tertentu dan obat dapat berfungsi sesuai
yang diharapkan.
Persiapan alat
1. spuit dan jarum disposable 3 cc atau 5 cc (sesuai dengan jumlah obat)
2. alcohol swab/kapas alkohol
3. bak instrument kecil
4. obat (dan pelarut sesuai dengan ketentuan/petunjuk obat)
5. bengkok
6. sarung tangan pemeriksaan
7. tempat sampah tajam, medis dan non medis
8. hand sanitizer berbasis alcohol atau sabun, air mengalir serta tissue
9. catatan dokumentasi

Langkah kerja
1 Hand hygiene (hand rub atau hand wash)
2 Memperkenalkan diri dan melakukan identifikasi pasien (minimal dengan 2
pertanyaan terbuka terkait identitas pasien dan mencocokkannya dengan gelang
identitas pasien)
3 Memberitahu klien tindakan yang akan dilakukan dan meminta persetujuan
pasien
4 Menyiapkan alat dan obat sesuai dengan prinsip 10 benar obat
5 Tempatkan spuit yang sudah berisi obat dalam bak instrumen kecil dan dekatkan
perlatan
6 Melakukan hand hygiene (hand rub) dan menggunakan sarung tangan

7 Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (tidur atau duduk)

8 Pilih area penusukan dan bebaskan dari pakaian


9 Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol dengan gerakan
sirkuler dan arah keluar dengan
diameter 5 cm. tunggu sampai kering
10 Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada tangan
non dominan
11 Buka tutup jarum
12 Tarik/merenggangkan kulit ke bawah ± 2,5 cm dibawah area penusukan dengan
tangan non dominan
13 Infokan akan dilakukan penyuntikan kepada pasien
14 Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus (sudut 90⁰) dengan tangan
dominan, sampai jaringan otot
15 Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan
tangan dominan menarik plunger
16 Observasi adanya darah pada spuit
17 Jika tidak ada darah masukkan obat secara perlahan-lahan
18 Jika ada darah :
a. tarik kembali jarum dari kulit
b. tekan tempat penusukan selama 2 menit dengan kapas alkohol
c. observasi adanya hematoma atau memar
d. jika perlu berikan plester
e. siapkan obat yang baru dan pilih area penusukan yang baru
19 Cabut jarum perlahan-lahan dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan,
sambil melakukan penekanan
dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan

20 Jika terdapat perdarahan, maka tekan area tersebut dengan menggunakan kassa
steril sampai darah berhenti. Amati reaksi pasien
21 Rapikan pasien
22 Rapikan dan Buang peralatan yang tidak diperlukan sesuai dengan
tempatnya masing-masing
23 Melepas sarung tangan dan melakukan hand hygiene
24 Lakukan pengakhiran sesi bersama pasien. Sepakati waktu kunjungan
selanjutnya atau cara menghubungi jika pasien memerlukan bantuan
25 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
Sikap yang ditunjukkan pada saat pelaksanaan injeksi intramuskuler adalah:
1. Berkomunikasi dengan pendekatan yang sesuai dengan kondisi pasien
2. Menghargai privacy dan budaya klien
3. Ramah dan tegas
4. Memperhatikan kenyamanan dan keamanan klien

Anda mungkin juga menyukai