Anda di halaman 1dari 12

Peran Perawat Dalam Pemberian Obat Pendahuluan Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat obatan yang aman

n . Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan . Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien . Sekali obat telah diberikan , perawat bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi. Buku-buku referensi obat seperti , Daftar Obat Indonesia ( DOI ) , Physicians Desk Reference (PDR), dan sumber daya manusia , seperti ahli farmasi , harus dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan , kontraindikasi , dosis , efek samping yang mungkin terjadi , atau reaksi yang merugikan dari pengobatan ( Kee and Hayes, 1996 ). A. Enam Hal yang Benar dalam Pemberian Obat Supaya dapat tercapainya pemberian obat yang aman , seorang perawat harus melakukan enam hal yang benar : klien yang benar, obat yang benar, dosis yang bena, waktu yang benar, rute yang benar, dan dokumentasi yang benar. Pada waktu lampau, hanya ada lima hal yang benar dalam pemberian obat. Tetapi kini ada hal keenam yang dimasukkan yaitu dokumentasi. Dua hal tambahan klien juga dapat ditambahkan : hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat, hak klien untuk menolak penggunaan sebuah obat. Klien yang benar dapat dipastikan dengan memeriksa identitas klien, dan meminta klien menyebutkan namanya sendiri. Beberapa klien akan menjawab dengan nama sembarang atau tidak berespon, maka gelang identifikasi harus diperiksa pada setiap klien pada setiap kali pengobatan. Pada keadan gelang identifikasi hilang, perawat harus memastikan identitas klien sebelum setiap obat diberikan. Dalam keadaan dimana klien tidak memakai gelang identifikasi (sekolah, kesehatan kerja, atau klinik berobat jalan), perawat juga bertanggung jawab untuk secara tepat mengidentifikasi setiap orang pada saat memberikan pengobatan.

Obat yang benar berarti klien menerima obat yang telah diresepkan. Perintah pengobatan mungkin diresepkan oleh seorang dokter, dokter gigi, atau pemberi asuhan kesehatan yang memiliki izin praktik dengan wewenang dari pemerintah. Perintah melalui telepon untuk pengobatan harus ditandatangani oleh dokter yang menelepon dalam waktu 24 jam. Komponen dari perintah pengobatan adalah : (1) tanggal dan saat perintah ditulis, (2) nama obat, (3) dosis obat, (4) rute pemberian, (5) frekuensi pemberian, dan (6) tanda tangan dokter atau pemberi asuhan kesehatan. Meskipun merupakan tanggung jawab perawat untuk mengikuti perintah yang tepat, tetapi jika salah satu komponen tidak ada atau perintah pengobatan tidak lengkap, maka obat tidak boleh diberikan dan harus segera menghubungi dokter tersebut untuk mengklarifikasinya ( Kee and Hayes, 1996 ). Untuk menghindari kesalahan, label obat harus dibaca tiga kali : (1) pada saat melihat botol atau kemasan obat, (2) sebelum menuang / mengisap obat dan (3) setelah menuang / mengisap obat. Perawat harus ingat bahwa obat-obat tertentu mempunyai nama yang bunyinya hampir sama dan ejaannya mirip, misalnya digoksin dan digitoksin, quinidin dan quinine, Demerol dan dikumarol, dst. Dosis yang benar adalah dosis yang diberikan untuk klien tertentu. Dalam kebanyakan kasus, dosis diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan. Perawat harus menghitung setiap dosis obat secara akurat, dengan mempertimbangkan variable berikut : (1) tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan (diminta), (2) dalam keadaan tertentu, berat badan klien juga harus dipertimbangkan, misalnya 3 mg/KgBB/hari. Sebelum menghitung dosis obat, perawat harus mempunyai dasar pengetahuan mengenai rasio dan proporsi. Jika ragu-ragu, dosis obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain. Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari, seperti b.i.d ( dua kali sehari ), t.i.d ( tiga kali sehari ), q.i.d ( empat kali sehari ), atau q6h ( setiap 6 jam ), sehingga kadar obat dalam plasma dapat dipertahankan. Jika obat mempunyai waktu paruh (t ) yang panjang, maka obat diberikan sekali sehari. Obat-obat dengan waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu yang tertentu . Beberapa obat diberikan sebelum makan dan yang lainnya diberikan pada saat makan atau bersama makanan ( Kee and Hayes, 1996 ; Trounce, 1997) Implikasi dalam keperawatan mencakup :

1. 2. 3. 4.

Berikan obat pada saat yang khusus. Obat-obat dapat diberikan jam sebelum atau sesudah waktu yang tertulis dalam resep. Berikan obat-obat yang terpengaruh oleh makanan seperti captopril, sebelum makan Berikan obat-obat, seperti kalium dan aspirin, yang dapat mengiritasi perut ( mukosa lambung ) bersama-sama dengan makanan. Tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan untuk pemeriksaan diagnostik, seperti endoskopi, tes darah puasa, yang merupakan kontraindikasi pemberian obat.

5. 6.

Periksa tanggal kadaluarsa. Jika telah melewati tanggalnya, buang atau kembalikan ke apotik ( tergantung peraturan ). Antibiotika harus diberikan dalam selang waktu yang sama sepanjang 24 jam ( misalnya setiap 8 jam bila di resep tertulis t.i.d ) untuk menjaga kadar darah terapeutik. Rute yang benar perlu untuk absorpsi yang tepat dan memadai. Rute yang lebih sering

dari absorpsi adalah (1) oral ( melalui mulut ): cairan , suspensi ,pil , kaplet , atau kapsul . ; (2) sublingual ( di bawah lidah untuk absorpsi vena ) ; (3) topikal ( dipakai pada kulit ) ; (4) inhalasi ( semprot aerosol ) ; (5)instilasi ( pada mata , hidung , telinga , rektum atau vagina ) ; dan empat rute parenteral : intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena. Implikasi dalam keperawatan termasuk : a. b. c. d. Nilai kemampuan klien untuk menelan obat sebelum memberikan obat obat per oral Pergunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat . Teknik steril dibutuhkan dalam rute parenteral . Berikan obat- obat pada tempat yang sesuai . Tetaplah bersama klien sampai obat oral telah ditelan. Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan segera dari seorang perawat untuk mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan . Ini meliputi nama obat , dosis , rute , waktu dan tanggal , inisial dan tanda tangan perawat . Respon klien terhadap pengobatan perlu di catat untuk beberapa macam obat seperti (1) narkotik bagaimana efektifitasnya dalam menghilangkan rasa nyeri atau (2) analgesik non-narkotik, (3) sedativa, (4) antiemetik (5) reaksi yang tidak diharapkan terhadap pengobatan, seperti irigasi

gastrointestinal atau tanda tanda kepekaan kulit. Penundaan dalam mencatat dapat mengakibatkan lupa untuk mencatat pengobatan atau perawat lain memberikan obat itu kembali karena ia berpikir obat itu belum diberikan (Taylor, Lillis and LeMone, 1993 ; Kee and Hayes, 1996 ). B. 1. Hak Hak Klien dalam Pemberian Obat Hak Klien Mengetahui Alasan Pemberian Obat Hak ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan setelah mendapatkan informasi ( Informed concent ) , yang berdasarkan pengetahuan individu yang diperlukan untuk membuat suatu keputusan . 2. Hak Klien untuk Menolak Pengobatan Klien dapat menolak untuk pemberian suatu pengobatan . Adalah tanggung jawab perawat untuk menentukan , jika memungkinkan , alasan penolakan dan mengambil langkah langkah yang perlu untuk mengusahakan agar klien mau menerima pengobatan . Jika suatu pengobatan dtolak , penolakan ini harus segera didokumentasikan. Perawat yang bertanggung jawab, perawat primer, atau dokter harus diberitahu jika pembatalan pemberian obat ini dapat membahayakan klien, seperti dalam pemberian insulin. Tindak lanjut juga diperlukan jika terjadi perubahan pada hasil pemeriksaan laboratorium , misalnya pada pemberian insulin atau warfarin ( Taylor, Lillis and LeMone, 1993 ; Kee and Hayes, 1996 ). Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, jelaslah bahwa pemberian obat pada klien merupakan fungsi dasar keperawatan yang membutuhkan ketrampilan teknik dan pertimbangan terhadap perkembangan klien. Perawat yang memberikan obat-obatan pada klien diharapkan mempunyai pengetahuan dasar mengenai obat dan prinsip-prinsip dalam pemberian obat.

Oral Adalah obat yang cara pemberiannya melalui mulut. Untuk cara pemberian obat ini relatif aman, praktis dan ekonomis. Kelemahan dari pemberian obat secara oral adalah efek yang timbul

biasanya lambat, tidak efektif jika pengguna sering muntah-muntah, diare, tidak sabar, tidak kooperatif, kurang disukai jika rasanya pahit. Sublingual Adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tujuannya adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit. Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari. Inhalasi Adalah obat yang cara pemberiannya melalui saluran pernafasan. Kelebihan dari pemberian obat dengan cara inhalasi adalah absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar obat dapat terkontrol, terhindar dari efek lintas pertama dan dapat diberikan langsung kepada bronkus. Untuk obat yang diberikan dengan cara inhalasi dalam bentuk gas atau uap yang akan diabsorpsi dengan cepat melalui alveoli paru-paru serta membran mukosa pada saluran pernapasan. Rektal Adalah obat yang cara pemberiannya melalui dubur atau anus. Maksudnya adalah mempercepat kerja obat serta bersifat lokal dan sistematik. Pervaginam Untuk obat ini bentuknya hampir sama atau menyerupai obat yang diberikan secara rektal, hanya saja dimasukan ke dalam vagina.

Parenteral

Adalah obat yang cara pemberiaannya tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran pencernaan) tetapi langsung ke pembuluh darah. Misalnya sediaan injeksi atau suntikan. Tujuannya adalah agar dapat langsung menuju sasaran. Kelebihannya bisa untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah dan tidak kooperatif. Akan tetapi cara pemberian obat dengan cara ini kurang aman karena jika sudah disuntikan ke dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan lagi jika terjadi kesalahan. 1.Persiapan pemberian obat melalui IV, IM, Sub kutan, dan intra kutan :

A.Persiapan pemberian obat melalui intravena (IV) Spoit dan jarum steril dalam tempatnya Obat-obatan yang diperlukan Nirbekken / bengkok Kapas aseptic Bak spoit steril Turnikel Tempat untuk menampung kotoran Perlak dan alasnya Gunting Plester Baskom berisi larutan desinfektan untuk mencuci tangan Handuk dan handscoen

B.Persiapan pemberian obat melalui intramuskuler (IM)

Spoit (ukuran beragam sesuai dengan volume obat yang akan diberikan) Jarum steril Kassa antiseptic Obat-obat yang diperlukan (ampul atau vial obat) Cairan pelarut, misalnya NaCl atau aquades Bak spoit steril yang tertutup Bengkok yang berisi larutan desinfektan

Tempat untuk menampung kotoran Perlak dan alasnya Baskom yang berisi larutan desinfektan untuk cuci tangan Handuk dan handscoen

C.Persiapan pemberian obat melalui sub cutan

Spoid dan jarum steril Obat yang diperlukan Kapas antiseptik steril Ampul atau vial dari obat yang steril Kasa steril untuk membuka ampul Nirbekken / bengkok Baskom berisi larutan desinfktanuntuk mencucui tangan Handuk dan handscoen

D.Persiapan pemberian obat melalui intra cutan

Spoit dan jarum steril Kasa antiseptic Obat yang diperlukan Bak spoit steril Bengkok Baskom berisi larutan desinfektan untuk mencuci tangan Handuk dan handscoen

2.Cara pemberian obat melalui IV, IM, Sub kutan, dan intra kutan : A.Pemberian obat melalui intravena (IV) Tempat injeksi intravena : - pada lengan (vena basilika dan vena sefalika)

- pada tungkai (vena safena) - pada leher (vena jugularis) - pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis) Pemberian obat dengan cara intravena bertujuan untuk : - Mendapat reaksi yang lebih cepat, sehingga sering digunakan pada pasien yang sedaang gawat darurat . - Menghindari kerusakan jaringan . - Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar Langkah langkah :
Pastikan adanya order pengobatan

Peralatan disiapkan
Yakinkan bahwa pasien benar, memberikan HE (healt education) dan beritahu pasien

tentang tindakan yang akan dilakukan, kemudian bantu mengatur posisi yang enak.
Cuci tangan kemudian gunakan handscoen Lakukan skin test jika ada alergi terhadap pasien maka batalkan pemberian obat tetapi jika

tidak ada alergi maka bisa dilanjutkan


Tentukan dan cari vena yang akan ditusuk Bila vena sudah ditemukan misalnya basilika, atur lengan lurus dan pasang turnikel sampai

vena benar-benar dapat dilihat dan diraba kemudian desinfeksi dengan menggunakan kapas alcohol
Siapkan spoit yang sudah berisi obat. Bila dalam tabung masih terdapat udara, maka udara

harus dikeluarkan Pelan tusukkan jarum kedalam vena dangan posisi jarum sejajar dengan vena dan lubang jarum menghadap keatas. Untuk mencegah vena tidak bergeser tangan yang tidak memegang spoit dapat digunakan untuk menaan vena sampai jarum masuk vena Lakukan aspirasi dengan cara menarik pengokang spoit. Bila terisap darah berarti sudah didalam vena, jika tidak terisap/keluar darah berarti belum didalam vena. Bila sudah didalam vena maka lepaskan turnikel dan masukkan obat perlahan-lahan sampai habis. Setelah obat masuk semua, segera cabut spuit dan buang ditempat pembuangan sesuai prosedur.

Rapikan pasien dan atur dalam posisi yang enak Observasi keadaan pasien dan catat semua tindakan anda kemudian tanda tangan (nama terang) B.Pemberian obat melalui intramuskuler (IM) Pemberian obat dengan cara ini dilakukan pada bagian tubuh yang berotot besar,agar tidak ada kemungkinan untuk menusuk syaraf, misalnya pada bagian bokong,dan kaki bagian atas,atau pada lengan bagian atas. Pemberian obat dengan intramuscular bertujuan agar absorpsi obat lebih cepat . Langkah langkah :
Pastikan adanya order pengobatan

Peralatan disiapkan
Siapkan obat dengan mengambil obat dari ampul atau vial. Periksa urutan medikasi

terhadap rute, dosis dan waktu pemberian


Yakinkan bahwa pasien benar, memberikan HE (healt education) dan beritahu pasien

tentang tindakan yang akan dilakukan, kemudian bantu mengatur posisi yang enak.
Cuci tangan kemudian gunakan handscoen Tentukan lokasi penyuntikan, pilih area yang bebas dari lesi, nyri tekan, bengkak dan

radang. Bersihkan kulit dengan pengusapan antiseptika secara melimgkar dari dalam kedalam keluar
Siapkan spoit yang sudah berisi obat, buka penutup jarumnya dengan hati-hati, dan

keluarkan udara dalam spoit


Gunakan tangan yang tidak memegang spuit untuk membentangkan kulit pada area yang

akan ditusuk, pegang spoit antara jempol dan jari-jari kemudian tusukkan jarum secara tegak lurus pada sudut 90o
Lakukan aspirasi untuk mengecek apakah jarum tidak mengenai pembuluh darah denga

cara menarik pengokang. Bila terisap darah, maka segera cabut spuit, buamg dan ganti yang baru. Bila tidak terisap darah, maka perlahan-lahan masukkan obat dengan cara mendorong pengokang spuit Bila obat sudah masuk semua, maka akan segera cabut spuit dan dan lakukan masage pada area penusukan

Rapikan pasien dan atur dalam posisi yang enak Buang spuit pada tempat yang telah disediakan, bereskan peralatan

Observasi keadaan pasien dan catat tindakan anda C.Pemberian obat melalui sub cutan Tempat yang dianjurkan untuk suntikan ini adalah lengan bagian atas,kaki bagian atas,dan daerah disekitar pusar. Pemberian obat subcutan bertujuan untuk memasukkan sejumlah toksin atau obat pada jaringan subcuta di bawah kulit untuk di absorbsi . Langkah langkah :
Cuci tangan kemudian gunakan handscoen

Peralatan disiapkan
Masukkan obat dari vial atau ampul kedalam tabung spuit dengan cara yang benar Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan dan atur dalam posisi yang nyaman

(jangan keliru pasien, bantu pasien pada posisi yang mana lengan, kaki, atau perut yang digunakan injeksi dapat rileks)
Pilih area tubuh yang akan disuntik, kemudian Bersihkan kulit dengan pengusapan

antiseptika secara melimgkar dari dalam kedalam keluar


Siapkan spuit, lepaskan penutup secara tegak lurus sambil dan keluarkan udara dari spuit

Pegang spoit dengan salah astu tangan antara jempol dan jari-jari pada area injeksi dengan telapak tangan menghadap kearah samping atau keatas untuk kemiringan 45o.
Gunakan tangan yang tidak memegang spoit untuk menghangkat dan merentangkan kulit,

lalu secara hati-hati dan mantap tangan yang lain menusukkan jarum. Lakukan aspirasi, bila muncul darah, maka segera cabut spoit untuk dibuang dan diganti dangan apoit yang baru pula. Bila tidak muncul darah, maka pelan-pelan dorong obat kedalam jaringan Cabut spoit lalu usap dan massage pada area injeksi. Bila tempat penusukan mengeluarkan darah maka tekan area tusukan dengan kasa steril kering sampai perdarahan berhenti
Buang spuit pada tempat yang telah disediakan, bereskan peralatan Rapikan pasien dan atur dalam posisi yang enak

Cuci tangan
Observasi keadaan pasien dan catat tindakan anda

Kaji keefektifan obat. D.Pemberian obat melalui intra cutan Tempat penting yang banyak dipakai untuk melakukan suntikan intrakutan adalah bagian atas dari lengan bawah. Pemberian obat dengan intracutan tujuannya yaitu : -Pasien mendapatkan pengobatb sesuai program pengobatan dokter. -Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat. -Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin tes). -Menghindarkan pasien dari efek alergi obat ( dengan skin test). Langkah langkah :
Cuci tangan kemudian gunakan handscoen

Peralatan disiapkan
Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan Pilih area tubuh yang akan disuntik,misalnya lengan kanan dan lakukan desinfeksi dengan

pengusapan antiseptika secara melimgkar dari dalam kedalam keluar


Pegang erat lengan pasien dengan tangan kiri anda dan tangan yang satunya memegang

spoit kearah klien


Tusukkan spoit dengan sudut 15o pada epidermis kemudian teruskan sampai dermis lalu

dorong cairan obatnya. Obat ini akan menimbulkan tonjolan dibawah permukaan kulit Cabut spoit, usaplah pelan-pelan arwa penyuntikan dengan kapas antiseptik tanpa memberikan massage(massage dapat menyebabkan oabt masuk kejaringan atau keluar melalui lubang bekas tusukan)
Buang spuit pada tempat yang telah disediakan, bereskan peralatan Rapikan pasien dan atur dalam posisi yang enak

Cuci tangan Observasi keadaan pasien dan catat tindakan anda

3.Cara perdokumentasian pemberian obat :


Jika hasil pengkajian menunjukkan bahwa perlu dilakukan pendidikan kesehatn maka

perawat harus membuat perdokumentasian khusus untuk pelaksanaan penyuluhan kesehatan pada klien dan keluarganya.
Pada saat klien telah diberikan informasi tentang mamfaat / fungsi dari pemberian obat

yang dilakukan,maka perawat segera membuat urat persetujuan tindakan medik (informedcontent) sebagai aspek legilitas dalam perlindungan hukum bagi perawat.
Catat semua alat yang digunakan, baik jenisnya, jumlahnya maupun dosisnya, sebagai

pertanggungjawaban adiministrasi pengobatan pada pihak R.S


Buat laporan dengan mencatat langkah-langkah prosedur pemberian obat Catat kapan pemberian obat dan obat oapa yang telah diberikan serta Catat perubahan yang

dirasakan oleh pasien setelah pemberian obat tersebut.


Dokumentasi harus segera dilakukan pada setiap pelaksanaan pemberian obat Pastikan kebenaran akan setiap pencatatan yang dilakukan

Mencatat nama perawat yang melakukan penyuntuikan serta tanda tangan

Anda mungkin juga menyukai