Anda di halaman 1dari 7

Bagaimana jika perawat salah memberikan obat ?

- Segera mengakui kesalahan


- Hubungi dokter / laporkan kepada institusi terkait
- Evaluasi (pribadi maupun institusi) untuk mencari kesalahan &tindakan pencegahan guna
mencegah terulangnya kesalahanyg sama / kesalahan lainnya.
- Dokumentasikan dg benar pd MR / form khusus kekeliruan :penjelasan kesalahan & langkah
yg sudah diambil untuk mengatasinya

B. KESALAHAN PEMBERIAN OBAT


1. DEFINISI OBAT
Obat adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi(PerMenKes
917/Menkes/Per/x/1993).
Menurut Kep. MenKes RI No. 193/Kab/B.VII/71, obat adalah suatu bahan atau paduan
bahan – bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah,
mengurangkan, menghilangkan, penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian
badan manusia.

2. KESALAHAN PEMBERIAN OBAT


Kesalahan pemberian obat adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang masih
berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau konsumen, dan
seharusnya dapat dicegah (Cohen, 1991).
Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup faktor lain yang
sekaligus sebagai kompensasi, memberi obat yang benar pada waktu yang salah atau memberi
obat yang benar pada rute yang salah, jika terjadi kesalahan pemberian obat, perawat yang
bersangkutan harus segera menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat senior
setelah kesalahan itu diketahuinya.
Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman.Perawat harus
mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah
tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang
direkomendasikan.Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang
diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status
kesehatan klien.Sekali obat telah diberikan, perawat bertanggung jawab pada efek obat yang
diduga bakal terjadi. Buku-buku referensi obat seperti , Daftar Obat Indonesia
(DOI), Physicians‘ Desk Reference (PDR), dan sumber daya manusia, seperti ahli farmasi, harus
dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan,
kontraindikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi, atau reaksi yang merugikan dari
pengobatan (Kee and Hayes, 1996).

3. FAKTOR PENYEBAB KESALAHAN PEMBERIAN OBAT


a. Kurang menginterpretasikan dengan tepat resep obat yang dibutuhkan.
Perawat juga sering tidak bertanggung jawab untuk melakukan interpretasi yang tepat
terhadap orde obat yang diberikan. Saat orde obat yang dituliskan tidak dapat dibaca,maka dapat
terjadi kesalahan interpretasi terhadap order obat yang akan diberikan.
b. Kurang tepat dalam menghitung dosis obat yang akan diberikan.
Dosis merupakan faktor penting, baik kekurangan atau kelebihan obat dapat
menyebabkan dan bisa membehayakan,sehingga perhitungan dosis yang kurang tepat dapat
membayakan klien.
c. Kurang tepat mengetahui dan memahami prinsip enam benar.
Dalam memberikan pengobatan,kita sebagai perawat sering melakukan kesalahan yang
fatal,hal tersebut bisa terjadi apabila kita kurang mengetahui dan memahami prinsip enam benar
yang tepat.
a. Tepat Obat : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, menanyakan ada tidaknya alergi
obat, menanyakan keluhan pasien sebelum dan setelah memberikan obat, mengecek label obat,
mengetahui reaksi obat, mengetahui efek samping obat,hanya memberikan obat yang di siapkan
diri sendiri.
b. Tepat dosis : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek hasil hitungan dosis
dengan dengan perawat lain, mencampur/mengoplos obat.
c. Tepat waktu : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek tanggal kadaluarsa
obat, memberikan obat dalam rentang 30 menit.
d. Tepat pasien : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, memanggil nama pasien yang
akan diberikan obat, mengecek identitas pasien pada papan/kardeks ditempat tidur pasien
e. Tepat cara pemberian : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek
cara pemberian pada label/kemasan obat.
f. Tepat dokumentasi : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mencatat nama pasien,
nama obat, dosis, cara, dan waktu pemberian obat (Kozier,2000).

4. CARA MENCEGAH KESALAHAN PEMBERIAN OBAT


a. Baca label obat dengan teliti. Banyak produk tersedia dalam kotak,warna dan bentuk yang sama.
b. Pertanyakan pemberian banyak tablet atau vial untuk dosis tunggal. Kebanyakan dosis terdiri
dari satu atau dua tablet atau kapsul atau satu vial dosis tunggal. Interprestasi yang salah terhadap
program obat dapat mengakibatkan pemberian dosis tinggi yang berlebihan.
c. Waspada obat-obatan bernama sama. Banyak nama obat yang terdengar sama(misalnya digoxin
dan digitoxin).
d. Cermati angka belakang koma. Beberapa obat tersedia dalam jumlah yang merupakan perkalian
satu sama lain(contoh:tablet cumadin dalam tablet 2,5 dan 25mg).
e. Pertanyakan peningkatan dosis yang tiba-tiba dan berlebihan. Kebanyakan dosis di programkan
secara bertahap supaya dokter dapat memantau efek teraupetik dan responnya.
f. Ketika suatu obat baru atau obat yang tidak lazim di programkan,konsultasikan kepada
sumbernya. Jika dokter tidak lazim dengan obat tersebut maka resiko pemberian dosis yang tidak
akurat menjadi lebih besar.
g. Jangan beri obat yang di programkan dengan nama pendek atau singkatan yang tidak
resmi.Banyak dokter menggunakan nama pendek atau singkatan tidak resmi untuk obat yang
sering di programkan.Apabila perawat atau ahli farmasi tidak mengenal singkatan tersebut obat
yang diberikan atau dikeluarkan bisa salah.
h. Jangan berupaya menguraikan dan mengartikan tulisan yang tidak dapat di baca.Apabila ragu
tanya ke dokter kesempatan terjadinya interprestasi kecuali,perawat mempertanyakan program
obat yang sulit di baca.
i. Kenali klien yang memiliki nama sama juga minta klien,menyebutkan nama lengkapnya,cermati
nama yang tertera pada tanda pengenalan.
j. Sering kali satu atau dua klien memiliki nama akhir yang sama atau mirip label khusus pada
buku,obat dapat memberi peringatan tentang peringatan masalah yang potensial.
k. Cermati ekuivalen.Saat tergesa-gesa salah baca ekuivalen mudah terjadi.Contoh:di baca
milligram padahal mililiter.

5. PENATALAKSANAAN OBAT
Dalam membahas tentang penatalaksaan obat dibagi menjadi 2 yaitu pemberian
obatlangsung ke pasien dan pengelolaan atau penyimpanan obat di ruangan.
1. Pemberian obat ke pasien
a. Prinsip-prinsip peberian obat
Dalam membahas tentang prinsip peberian obat hal ini dibagi menjadi 3 yaitu persiaan
peberian dan evaluasi.
1) Persiapan
Pertama perawat harus melihat obat apa yang akan di berikan. Kemudian mengkaji obat
(tujuan pemberian, cara kerja, efek samping, dosis dan lainnya). Setelah itu melakukan persiapan
yang berkaitan dengan pasien yaitu mengkaji riwayat pengobatan pasien, pengetahuan pasien
dan kondisi sebelum pengobatan.
2) Pemberian
Ada 6 benaryang harus diperhatikan perawat dalam pemberian obat.
3) Evaluasi
Perawat bertanggung jawab untuk memonitor respon pasien terhadap pengobatan. Untuk
obat-obatan yang sering digunakan di rumah sakit jiwa efek samping biasanya terlihat sampai 1
jam setelah pemberian.
b. Metode pendekatan khusus dalam pemberian obat
Pemberian obat untuk pasien gangguan jiwa memerlukan pendekatan khusus sesuai
dengan kasusnya seperti pada kasus pasien curiga pasien bunuh diri dan pasien yang
ketergantungan obat.
1) Pendekatan khusus kepada pasien curiga
Pada pasien curiga tidak mudah percaya terhadap suatu tindakan atau pemberian yang
diberikan padanya.Perawat harus meyakinkan bahwa tindakan treatment yang dilakukan ke
pasien tidaklah berbahaya dan bermanfaat bagi pasien. Secara verbal dan non verbal, perawat
harus dapat mengontrol perilakunya agar tidak menimbulkan keraguan pada diri pasien karena
tindakan ragu-ragu dari perawat akan menimbulkan kecurigaan pasien.
Berikan obat dala bentuk dan kemasan yang sama setiap emberi obat agar pasien tidak
bingung, cemas dan curiga. Jika ada perubahan dosis diskusikan terlebih dahulu keadaan pasien
sebelum meminta pasien untuk meminumnya. Yakinkan obat benar-benar diminum dan ditelan
dengan cara meminta pasien membuka mulut dan gunakan spatel untuk melihat apakah obat
disebunyikan. Hal ini terutama pada pasien yang mempunyai riwayat menyembunyikan obat di
bawah lidah dan membuangnya.Untuk pasien yang benar-benar menolak minum obat walaupun
sudah dilakukan pendekatan pemberian obat dilakukan melalui injeksi sesuai dengan instruktur
dokter dengan memperhatikan aspek legal dan hak pasien untuk menolak pengobatan dalam
keadaan darurat.
2) Pendekatan khusus kepada pasien yang potensial bunuh diri.
Pada pasien bunuh diri masalah yang sering timbul adalah penolakan pasien untuk
minum obat dengan maksud pasien untuk merusak dirinya.Perawat harus bersikap tegas dalam
pengawasan pasien untuk minum obat karena pasien pada tahap ini berada dalam fase ambivalen
antara keinginan hidup dan mati.Perawat menggunakan kesempatan treatment pada saat pasien
memunyai keinginan hidup, agar keraguan pasien untuk mengakhiri hidupnya berkurang karena
pasien merasa diperhatikan.
Perhatian Perawat merupakan stimulus penting bagi pasien untuk meningkatkan motivasi
hidup.Dalam hal ini peran perawat dalam memberikan obat diintegrasikan dengan pendekatan
keperawatan diantaranya untuk meningkatkan harga diri pasien.
3) Pendekatan khusus pada pasien ketergantungan obat
Pada pasien yang mengalami ketergantungan obat biasanya menganggap bahwa obat
adalah segala-galanya dalam menyelesaikan masalah. Sehingga perawat perlu memberikan
penjelasan kepada pasien tentang manfaat obat dan obat bukanlah satu-satunya cara untuk
menyelesaikan masalah. Terapi obat harus disesuaikan dengan terapi modalitas lainnya seperti
penjelasan cara-cara melewati proses kehilangan.
c. Pendidikan Kesehatan
Secara moral perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada pasien
dan keluarga. Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencakup informasi tentang penyakit
kemajuan pasien, obat, cara merawat pasien. Pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan
pemberian obat yaitu informasi tentang obat efek samping cara minum obat waktu dan dosis.

6. CONTOH STUDI KASUS


a. Kasus
Kasus An. Az. di Rumah Sakit S umur 3 tahun pada tanggal 14 februari 2012, pasien di
rawat di ruangan melati Rs. S padang dengan diagnosa Demam kejang . Sesuai order dokter
infus pasien harus diganti dengan didrip obat penitoin namun perawat yang tidak mengikuti
operan jaga langsung mengganti infuse pasien tanpa melihat bahwa terapi pasien tersebut
infusnya harus didrip obat penitoin. Beberapa menit kemudian pasien mengalami kejang-kejang,
untung keluarga pasien cepat melaporkan kejadian ini sehingga tidak menjadi tambah parah dan
infusnya langsung diganti dan ditambah penitoin.
b. Analisis
Dalam kasus ini terlihat jelas bahwa kelalaian perawat dapat membahayakan
keselamatan pasien. Seharusnya saat pergantian jam dinas semua perawat memiliki tanggung
jawab untuk mengikuti operan yang bertujuan untuk mengetahui keadaan pasien dan tindakan
yang akan dilakukan maupun dihentikan. Supaya tidak terjadi kesalahan pemberian tindakan
sesuai dengan kondisi pasien.
Pada kasus ini perawat juga tidak menjalankan prinsip 6 benar dalam pemberian obat.
Seharusnya perawat melihat terapi yang akan diberikan kepada pasien sesuai order, namun
dalam hal ini perawat tidak menjalankan prinsip benar obat.
Disamping itu juga, terkait dengan hal ini perawat tidak mengaplikasikan konsep patient
safety dengan benar, terbukti dari kesalahan akibat tidak melakukan tindakan yang seharusnya
dilakukan yang menyebabkan ancaman keselamatan pasien.

Anda mungkin juga menyukai