Anda di halaman 1dari 8

TAHAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MELAKUKAN

INTERVENSI KEPERAWATAN
Putri Syalsabila Manullang
psbila@gmail.com

Latar Belakang
Pengambilan keputusan adalah proses untuk memilih satu jalan untuk berperilaku dari beberapa
pilihan jalan. Pengambilan keputusan dapat menentukan proses pemecahan masalah yang sedang
dihadapi. Untuk meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan, seseorang harus memahami
dirinya sendiri, nilai-nilai yang dimilikinya, dan kemampuan yang dimiliki. Nilai-nilai ini adalah
pendapat kita tentang sesuatu ”yang benar” dan sesuatu ”yang salah”. Hal ini merupakan
cerminan dari apa yang kita anggap penting dalam kehidupan. Nilai-nilai ini berkembang melalui
pengalaman di dalam keluarga, bersama teman, melalui ajaran agama, sekolah, organisasi, dan
masyarakat secara umum dimana kita berada.

Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari klien, dan
atau/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi dilakukan untuk membantu
klien mencapai hasil yang diharapkan (Deswani, 2009).

Seorang pengambil keputusan juga harus memiliki pengetahuan tentang lingkungannya, yaitu
kesempatan-kesempatan, keterbatasan-keterbatasan, dan kemungkinan-kemungkinan untuk
menuju perubahan. Jika seseorang hanya memiliki satu alternatif saja, atau tidak menerima lebih
dari satu jalan untuk melakukan sesuatu, orang tersebut tidak sedang melakukan proses
pengambilan keputusan. Bagaimanapun juga, bahkan dalam situasi dengan pilihan yang terbatas,
yaitu pilihan untuk melakukan atau tidak melakukan, proses pengambilan keputusan dibutuhkan.
Meskipun banyak sekali keputusan dibuat berdasarkan faktor kebiasaan, keputusan-keputusan
lain membutuhkan pertimbangan lebih dari satu alternatif.

Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan mendasar bagi praktisi
kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan dan kebidanan. Tidak hanya berpengaruh pada
proses pengelolaan asuhan keperawatan dan kebidanan, tetapi penting untuk meningkatkan
kemampuan merencanakan perubahan. Perawat dan bidan pada semua tingkatan posisi klinis
harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan yang efektif, baik
sebagai pelaksana/staf maupun sebagai pemimpin.

Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan bukan merupakan bentuk sinonim. Pemecahan
masalah dan proses pengambilan keputusan membutuhkan pemikiran kritis dan analisis yang
dapat ditingkatkan dalam praktek. Pengambilan keputusan merupakan upaya pencapaian tujuan
dengan menggunakan proses yang sistematis dalam memilih alternatif. Tidak semua
pengambilan keputusan dimulai dengan situasi masalah.
Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan keputusan, yang difokuskan
untuk mencoba memecahkan masalah secepatnya. Masalah dapat digambarkan sebagai
kesenjangan diantara “apa yang ada dan apa yang seharusnya ada”. Pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa individu harus memiliki kemampuan
berfikir kritis dan mengembangkan dirinya dengan adanya bimbingan dan role model di
lingkungan kerjanya.

Metode
Penulisan kajian artikel ilmiah ini dibuat menggunakan model metode membaca atau literasi,
menganalisa serta penelurusan ke berbagai referensi-referensi yang diantaranya yaitu jurnal (8
tahun terakhir), buku-buku teks, e-book, dan e-learning. Artikel ilmiah dalam kajian ini telah
diatur dan disusun sesuai dengan topik yang mengacu pada sumber-sumber terkait yang berfokus
pada tahapan pengambilan keputusan dalam melakukan intervensi keperawatan.

Hasil
Dari referensi dan sumber , hasil analisa yang didapatkan adalah Perawat pada semua tingkatan
posisi klinis harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan yang
efektif, baik sebagai pelaksana/staf maupun sebagai pemimpin. Dalam pengambilan keputussan
intervensi perawat harus mempertimbangkan diagnosa yang telah di tetapkan dan
menyesuaikannya agar dapat membuat efekktifitas pada kesembuhan pasien. Dengan intervensi
yang tepat dapat membuat rasa kepuasan dan kenyamanan pasien.

Kemampuan berpikir kritis sangat membantu untuk menentukan penilaian, tindakan, dan metode
yang terbaik dalam penyelesaian masalah dalam asuhan keperawatan yang dilakukan. Berpikir
kritis merupakan kemampuan berpikir yang harus dimiliki perawat dalam mengambil keputusan
dalam bertindak untuk melakukan intervensi keperawatan. Hubungan perawat klien adalah dasar
dari praktik keperawatan yang berfokus pada pasien (patient centered care). Keterlibatan pasien
merupakan inti dari proses keperawatan, sehingga partisipasi pasien dalam proses keperawatan
menjadi penting dalam penentuan kualitas dan efektifitas dalam pelayanan asuhan keperawatan.
Membina hubungan ini didasarkan pada hubungan yang percaya, menghormati dan hubungan
profesianal dengan mengedepankan nilai etik dan disiplin profesi. Selama praktek, profesional
keperawatan menghadapi sejumlah situasi yang berbeda melibatkan klien dan pemenuhannya
yang berbeda pula. Proses pengambilan keputusan klinis merupakan komponen penting dalam
proses keperawatan (Diana Catarina, 2009), sehingga dibutuhkan kemampuan perawatan karena
Keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki perawat dapat menghambat perawat
dalam mengambil keputusan mengenai perawatan yang akan diberikan kepada klien yang akan
berakibat fatal terhadap klien (Kozier et al, 2010). Beberapa konsep yang digunakan untuk
menggambarkan berpikir kritis dalam keperawatan adalah penalaran klinis, perumusan
diagnostik, pengambilan keputusan, penilaian, dan pemecahan masalah.
Penilaian dan keputusan klinis sangat dibutuhkan untuk mendapatkan kualitas pelayanan yang
optimal. Proses keperawatan hubungan perawat-klien sering rentan, karena perawat memiliki
kekuatan lebih dari klien. Perawat memiliki pengaruh, akses, informasi, dan pengetahuanserta
keterampilan khusus. Perawat memiliki kompetensi untuk mengembangkan hubungan terapeutik
dan menetapkan batas-batas yang sesuai dengan kebutuhan klien.

Pengambilan keputusan merupakan sebuah pola tertentu sama halnya dengan proses
keperawatan, jelas bahwa dalam setiap proses keperawatan perawat harus mampu mengambil
keputusan klinis. Sedangkan menutut Guyatt (Agung pranoto. 2013) menjelaskan bahwa asuhan
yang berdasarkan evidence base pengambilan keputusan harus melibatkan pasien. Sehingga
penting bagi perawat untuk mampu mengambil keputusan dengan baik, cepat dan akurat dalam
hal ini menurut Sumijatun (Samijatun 2009) perlu dipahami bagi perawat bahwa pengambilan
keputusan klinis dengan melibatkan klien akan erat hubungannya dengan nilai-nilai budaya yang
dianut oleh klien.

Pembahasan
Pemberian asuhan keperawatan harus berdasarkan nilai-nilai dan etika yang dianut oleh klien dan
nilai-nilai profesional asuhan keperawatan. Mengkombinasikan nilai profesional, etik dan nilai
yang di anut klien akan meningkatkan pelayanan, identifikasi kebutuhan dan masalah
keperawatan lebih sistematis sehingga meningkatkan pemahaman klien dalam pengambilan
keputusan asuhannya (Doheni. 1992, Potter. 2005, Jan florin. 2007).

Keputusan klinis adalah suatu proses yang meliputi diagnosis klinis, penilaian dan keputusan
tentang apa yang harus dilakukan (Ennis 1996). Proses pengambilan keputusan dalam praktik
klinik keperawatan dipahami sebagai serangkaian keputusan yang dibuat oleh perawat dalam
interaksinya dengan pasien mengenai jenis pengamatan yang akan dilakukan dalam situasi yang
di alami klien (pengkajian keperawatan), perumusan diagnosa keperawatan, rencana tindakan
keperawatan yang harus diambil, tindakan keperawatan yang akan diambil serta evaluasi (Dianan
Catarina. 2009, Jan Florin. 2007, Mehee, 2014). Perlu difahami bahwa istilah keputusan klinis
merupakan pilihan dianatara alternatif yang ada sebagai upaya pemecahan masalah (Dowei,
1993).

Pengambilan keputusan sangat penting keberadaannya dalam asuhan maupun dalam manajemen
keperawatan. Pengambilan keputusan merupakan suatu proses yang mencakup semua penilaian
kegiatan yang diperlukan guna membuktikan dan meperlihatkan pilihan terbaik dalam
menyelesaiakan suatu masalah tertentu. setiap keputusan adalah akibat dari sebuah proses
dinamis yang dipengaruhi oleh banyak kekuatan, pengambilan keputusan bukan merupakan
prosedur yang tetap akan tetapi sebuah proses yang beruntun. pengambilan keputusan adalah
proses yang melibatkan pendekatan sistemik yang harus diadaptasikan dengan lingkungan.

Hubungan perawat-klien adalah suatu hubungan interpersonal yang profesional dan terapeutik
dengan tujuan memenuhi kebutuhan klien. Hubungan profesional perawat dan klien didasarkan
pada pemahaman bahwa klien adalah orang yang paling tepat untuk membuat keputusan. Peran
utama tim kesehatan adalah memfasilitasi dan memberdayakan potensi internal klien. Dengan
demikian, hubungan yang terjadi haruslah menguntungkan klien dan tidak memiliki efek yang
negatif bagi klien. Dalam pengambilan keputusan seorang perawat harus berlandaskan etika
praktik keperawatan yang berdasarkan pada pemikiran kritis dan reflektif mengenai tanggung
jawab dan kewajiban seorang perawat terhadap klien ( Jan Florin, 2007 dan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Padjajaran, 2013). Kolaborasi perawat klien merupakan komponen
utama dalam pemberian asuhan keperawatan, pengambilan keputusan merupakan bagian dari
asuhan keperawatan, sehingga pengambilan keputusan dalam proses keperawatan harus
melibatkan pasien dan keluarganya.

Kompetensi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang tepat salah satunya adalah
pengambilan keputusan intervensi. Sebagai perawat panduan dalam menentukan intervensi
berstandarkan kepada ( NIC ) atau Nursing Intervenstion Classification. Dalam pengambilan
keputussan intervensi perawat harus mempertimbangkan diagnosa yang telah di tetapkan dan
menyesuaikannya agar dapat membuat efekktifitas pada kesembuhan pasien. Dengan intervensi
yang tepat dapat membuat rasa kepuasan dan kenyamanan pasien.

Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan :

1.Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan.

2.Pengambilan keputusan tidak dilakukan secara sembrono tapi harus berdasarkan pada
sistematika tertentu :
a. Tersedianya sumber-sumber untuk melaksanakan keputusan yang akan diambil.
b. Kualifikasi tenaga kerja yang tersedia
c. Falsafah yang dianut organisasi.
d. Situasi lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi administrasi dan
manajemen di dalam organisasi.

3.Masalah harus diketahui dengan jelas.

4.Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis.

5.Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang telah
dianalisa secara matang.

Apabila pengambilan keputusan tidak didasarkan pada kelima hal diatas, akan menimbulkan
berbagai masalah :

a. Tidak tepatnya keputusan.

b. Tidak terlaksananya keputusan karena tidak sesuai dengan kemampuan organisasi baik dari
segi manusia, uang maupun material.
c. Ketidakmampuan pelaksana untuk bekerja karena tidak ada sinkronisasi antara kepentingan
organisasi dengan orang-orang di dalam organisasi tersebut.

d. Timbulnya penolakan terhadap keputusan.

Perawat membutuhkan cara berpikir kritis dalam praktiknya. Berpikir kritis akan berguna untuk
pengambilan keputusan dalam menetapkan kondisi pasien atau klien perawat tersebut. Kesalahan
dalam menetapkan kondisi pasien akan mempengaruhi kualitas kan kuantitas perawatan yang
diberikan kepada pasien tersebut. Dalam bertugas, perawat juga menggunakan diagnosis
keperawatan agar perkembangan kondisi kesehatan pasien dapat lebih terdata dan dapat
ditetapkan pelayanan-pelayanan yang akan diberikan selanjutnya. Dalam menjalankan tugasnya,
perawat tentu akan dihadapkan pada suatu kondisi dimana perawat tersebut akan memutuskan
tentang kondisi kesehatan klien atau pasien yang ia tangani. Kondisi kesehatan pasien yaitu
terdiri dari pasien yang sehat dengan pasien yang sakit. Pemikiran kritis akan sangat dibutuhkan
karena menentukan skala kondisi kesehatan pasien tentu bukanlah hal yang mudah untuk
dilakukan. Mengambil keputusan secara tergesa-gesa ataupun tidak tepat akan mempengaruhi
kualitas serta kuantitas pelayanan kesehatan pasien. Apabila sang perawat tidak berhati-hati.
Terdapat kemungkinan pasien akan menerima perawatan yang tidak sesuai dengan apa yang
dibutuhkan. Untuk membantu perawat dalam mendata dan memutuskan kondisi kesehatan
pasien, perawat dibantu dengan sebuah catatan yang disebut diagnosa. Diagnosa berisi tentang
kondisi pasien secara spesifik. Diagnosa dapat dijadikan sebuah acuan bagi pelayanan yang akan
diberikan kepada pasien agar lebih cepat dan tepat.

Pengambilan keputusan adalah sebuah hasil dari pemecahan masalah, jawaban dari suatu
pertanyaan sebagai hukum situasi, dan merupakan pemilihan dari salah satu alternatif-alternatif
yang ada, serta pengakhiran dari proses pemikiran tentang masalah atau problema yang dihadapi,
adapun hasil dari pengambilan keputusan adalah keputusan(decision).

Proses Keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yang menekankan pada pengambilan
keputusan tentang keterlibatan perawat sesuai yang dibutuhkan pasien. Proses keperawatan terdiri
dari 5 tahapan yaitu : pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi dan evaluasi. Kemampuan membuat keputusan klinik oleh perawat merupakan inti
dari praktik keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat kepada pasien
menuntut perawat untuk mengambil keputusan dalam setiap tindakan dan proses keperawatan.
Perawat yang tidak terampil dalam mengambil keputusan klinik tentunya akan merugikan pasien
sebagai penerima perawatan. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran
tahapan pengambilan keputusan dalam pemberian asuhan keperawatan.

Keterlibatan klien yang dimaksud dalam pengambilan keputusan ini adalah sebagai upaya
pemberdayaan klien sehingga meningkatka tingkat kemandirian klien sebagaimana dijelaskan
dalam teori Dorothea Orem (1980): self care dimana konsep ini menekankan pada perawatan diri
secara mandiri, kemandirian dipandang sebagai bentuk praktik kebiasaan/tingkah laku yang
dilakukan oleh klien dalam mepertahankan kesehatan dan kondisinya (Jaan Florin 2007,
Samijatun 2009 dan Aligood, 2012). Tingkat kemandirian ini akan dicapai jika pasien dan
keluarga mampu mengambil keputusan dengan baik dan tepat dalam memilih assuhan dan
bantuan terkait kondisinya. Sehingga diperlukan peran aktif pasien dan keluarga daalam
pengambilan keputusan klinis tersebut. Dalam beberapa penilitian disebutkan bahwa tugas
perawat pada saat pengambilan proses pengambilan keputusan ini adalah sebagai fasilitator untuk
memberikan fasilitas dan dukungan pada klien (Jan Florin 2007 dan paaulina Bravo. 20115).
Pengambilan keputusan ini jika merujuk pada teori adaptasi amaka kan didapat setelah klien
mamu beradapsi dengan lingkungan dalam hal ini lingkungan perawatan klien. Perawat harus
mampu memberikan fassilitas buat klien untuk mampu mepelajari lingkungan perawatan reflektif
learning harus ditepkan oleh perawat kepada pasien.

Ketepatan pengambilan keputusan akan di pengaruhi oleh kompentisi perawat, kemampuan


berkomunikasi, lingkungan serta budaya. Penting bagi perawat untuk selalu meningkatkan
kapasitas dirinya dalam pemberian asuhan keperawatan hal ini akan meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap perawat yang selanjutnya akan meningkatkan profesionalisme perawat. Hal
ini bisa digunakan sebagai acuan dalam melakukan hubungan interdisiplin.

Pengambilan keputusan yang tepat akan meningkatkan kemandian klien dalam asuhannya serta
membantu klien untu menentukan pilihan bantuan yang tepat sesuai dengan kondisinya. Klien
yang mandiri akan menurunkan beban kerja perawat sehingga pelayanan keperawatan akan lebih
efektif dan efisien dalam penggunaan sumber daya. Untuk itu dibutuhkan banyak dukungan
dalam implementasi shared clinical decision making ini, misal dibuatkannya SPO pengambilan
keputusan klinis keperawatan, meningkatkan sumber daya perawat dengan menciptakan perawat
yang caring perawat yang peka budaya perawat memperhatikan etik, disiplin danbioteik
keperawatn dalam setiap asuhahhnya sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan
berkomunikasi memberikan dukungan kepada pasien, sehingga dubutuhkan PKB (Pendidikan
Keperawatan Berkelanjutan) atau dengan sistem preseptorship untuk membentuk perawat yang
kompeten, mempunyai kemampuan critical thinking dalam pengambilan keputusan intervensi
keperawatan.

Penutup
a. Kesimpulan
Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari klien,
dan atau/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Proses pengambilan keputusan
dalam praktik klinik keperawatan dipahami sebagai serangkaian keputusan yang dibuat
oleh perawat dalam interaksinya dengan pasien mengenai jenis pengamatan yang akan
dilakukan dalam situasi yang di alami klien (pengkajian keperawatan), perumusan
diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan yang harus diambil, tindakan
keperawatan yang akan diambil serta evaluasi (Dianan Catarina). setiap keputusan adalah
akibat dari sebuah proses dinamis yang dipengaruhi oleh banyak kekuatan, pengambilan
keputusan bukan merupakan prosedur yang tetap akan tetapi sebuah proses yang beruntun.
Dalam pengambilan keputusan seorang perawat harus berlandaskan etika praktik
keperawatan yang berdasarkan pada pemikiran kritis dan reflektif mengenai tanggung
jawab dan kewajiban seorang perawat terhadap klien ( Jan Florin, 2007 dan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Padjajaran, 2013).
Pengambilan keputusan adalah sebuah hasil dari pemecahan masalah, jawaban dari suatu
pertanyaan sebagai hukum situasi, dan merupakan pemilihan dari salah satu alternatif-
alternatif yang ada, serta pengakhiran dari proses pemikiran tentang masalah atau problema
yang dihadapi, adapun hasil dari pengambilan keputusan adalah keputusan(decision).
b. Saran
Berfikir kritis penting dilakukan sebelum mengambil keputusan dalam asuhan keperawatan
dan intervensi keperawatan karena merupakan salah satu metode ilmiah dalam
menyelesaikan masalah klien.

DAFTAR PUSTAKA

Arli. K.S, (2017). Critical Thinking and Caring in Nursing Students. International Journal Of
Caring Sciences, 10(1), 471-478.

Bambang S, dkk. (2017). Gambaran Kemampuan Berpikir Kritis Perawat Primer dalam
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Islam Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan
Indoensia, 10(1).

Candra Dewi Rahayu dan Sri Mulyani. (2020). Pengambilan keputusan klinis perawat. Jurnal
Ilmiah Kesehatan, Vol 10 No.1 (2020).

Imran Pashar dan Luky Dwiantoro. (2020). Pengaruh Empowerment Terhadap Pengambilan
Keputusan Perawat: Kajian Literature Review. JOURNAL OF HOLISTIC NURSING SCIENCE,
Vol. 7 No. 2 (2020) pp. 124-132.

Indriate. 2013. Berpikir Kritis Dalam Proses Keperawatan. Jurnal Keperawatan, 6 (2), 89-93.

Khairina, Ilfa. (2018). Faktor yang berhubungan dengan Pengambilan Keputusan Perawat
dalam Ketepatan Triase di Kota Padang. Indonesian Journal for Health Sciences, 2(1), 1-6.

Purwati, E. I. I., Nuryadi, Herawati, Y. T. 2017. Pengambilan Keputusan dalam Pelaksanaan


Rujukan Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. e-Jurnal Pustaka Kesehatan,
5 (2), 231-238.

Simamora, R. H. (2019). Menjadi perawat yang: CIH’HUY. Surakarta: Kekata Publisher.


Simamora, R. H. (2005). Hubungan Persepsi Perawat Pelaksana Terhadap Penerapan Fungsi
Pengorganisasian Yang Dilakukan Oleh Kepala Ruangan Dengan Kinerjanya Diruang Rawat
Inap RSUD Koja Jakarta Utara (Doctoral dissertation, Tesis FIK UI, Tidak dipublikasikan).

Try Ayu, dkk. (2018). Efektifitas Metode Pembelajaran Klinik Terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis dan Kepercayaan Diri Mahasiswa Keperawatan. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah,
3(2)

Verayanti A, dkk. (2019). Peran Pengambil Keputusan dalam Keterlambatan Rujukan Maternal.
Jurnal Kesehatan Primer, 4(1), 1-12.

Wilkinson, J., & Ahern, n. R. (2013). Buku Saku Diagnosis keperawatan edisi 9 Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai