PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit jantung koroner adalah gangguan yang terjadi pada jantung akibat
suplai darah ke Jantung yang melalui arteri koroner terhambat. Penyakit jantung
koroner merupakan pembunuh nomor satu di negara-negara maju dan dapat juga
terjadi di negara-negara berkembang. Organisasi kesehatan duina (WHO) telah
mengemukakan fakta bahwa penyakit jantung koroner (PJK) merupakan epidemi
modern dan tidak dapat dihindari oleh faktor penuaan. Ketidaksiapan pasien PJK
pulang dari rumah sakit akan berdampak terhadap rawatan ulang sebagai akibat dari
pelaksanaan program discharge planning yang belum efektif selama dirawat.
discharge planning yang baik dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan dan kualitas hidup pasien penyakit jantung koroner.
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi
hampir semua pasien.berbagai kemungkinan buruk yang akan membahayakan bagi
pasien bisa saja terjadi sehingga diperlukan peran penting perawat dalam setiap
tindakan keperawatan dengan melakukan intervensi keperawatan yang tepat untuk
mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis.
Oleh karena itu perlu diberikan informasi kepada pasien agar mampu
mengenali tanda bahaya untuk dilaporkan kepada tenaga medis. Sebelum pemulangan
pasien dan keluarganya harus mengetahui bagaimana cara memanajemen pemberian
perawatan di rumah dan apa yang diharapkan di dalam memperhatikan masalah fisik
yang berkelanjutan karena kegagalan untuk mengerti pembatasan atau implikasi
masalah kesehatan (tidak siap menghadapi pemulangan) dapat menyebabkan pasien
meningkatkan komplikasi (Perry & Potter, 2006).
TUJUAN
1. Mahasiswa Mampu Memahami tentang Discharge planning, Tahap-tahapnya,
metode pelaksanaannya, dan Kriteria Discharge planning
2. Mahasiswa Mampu memahami tentang Rehabilitasi pada pasien Kardiovaskuler
dan mengetahui proses dan pelaksanaannya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
Penyakit jantung koroner adalah gangguan yang terjadi pada jantung akibat
suplai darah ke Jantung yang melalui arteri koroner terhambat. Kondisi ini
terjadi karena arteri koroner (pembuluh darah di jantung yang berfungsi
pasokan
darah
karena
penyempitan
arteri
koroner
menimbulkan rasa nyeri di dada (gejala ini dikenal dengan istilah angina).
Umumnya hal ini terjadi setelah penderita melakukan aktivitas fisik yang berat
atau saat mengalami stress. Bila arteri koroner tersumbat dan darah sama
sekali tidak bisa mengalir ke jantung, penderita bisa mengalami serangan
jantung, dan ini dapat terjadi kapan saja, bahkan ketika penderitanya dalam
keadaan tidur.
Penyakit jantung koroner menyebabkan kemampuan jantung memompa
darah ke seluruh tubuh melemah. Dan jika darah tidak mengalir secara
sempurna ke seluruh tubuh, maka penderitanya akan merasa sangat lelah,
sulit bernafas (paru-paru dipenuhi cairan), dan timbul bengkak-bengkak di
kaki dan persendian.
perawatan terhadap diri sendiri mencapai keseiapan fisik, psikis, dan social (Potter &
Perry, 2006).
Pasien pasca serangan jantung yang disiapkan kepulangannya dengan diberikan
konseling dan pendidikan kesehatan serta berbagi pengalaman penyakit yang diatur
dalam bentuk grup konseling saat awal di rumah sakit sampai pulang ternyata efektif
meningkatkan kesiapan pulang pasien secara fisik,psikis, social dan spiritual.
Kesiapan tersebut secara langsung meningkatkan kualitas hidup pasien PJK karena
pasien paska serangan jantung sering mengalami penurunan kualitas hidup dapat
berdampak terhadap penurunan kesehatan jantung (Bagheri, Memarian & Alhani,
2007).
A. Pemberi Layanan Discharge planning
Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator asuhan
berkelanjutan (continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit
berfungsi sebagai konsultan untuk proses
discharge planning
yang
bersamaan
discharge
untuk
melakukan
discharge planning
pelayanan
discharge planning
lainnya
(The
Royal
Marsden
Hospital,
2004).
meninggalkan
rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry & Potter, 2006). Hal ini dapat dilihat dari
kesiapan pasien untuk menghadapi pemulangan, yang diukur dengan kuesioner.
F. Kesiapan Pasien Menghadapi Pemulangan
1. Status personal
5
Status personal yang dirasakan oleh pasien diukur meliputi keyakinan pasien
untuk pulang, kesiapan fisik, nyeri, kekuatan, energi, kesiapan emosional, dan
stress. Program discharge planning juga terdapat tentang rehabilitasi jantung fase
satu yaitu adanya pemberian pendidikan kesehatan PJK termasuk konseling,
pengaturan diet, modifikasi factor resiko dan manajemen stress ditambah dengan
latihan fisik. Rehabilitasi jantung terutama latihan fisik pada pasien PJK akan
membantu menurunkan kadar total kolesterol dan LDL kolesterol penyebab
utama terjadinya PJK. Penurunan kolesterol membantu untuk mengurangi
penyumbatan arteri koroner, dimana penyumbatan yang berkurang tersebut dapat
menyebabkan suplai oksigen menjadi adekuat. Kemudian, dilanjutkan dengan
pengurangan kerusakan sel otot jantung yang mengakibatkan nyeri dada
berkurang, suplai oksigen ke jaringan jadi adekuat juga. Kelelahan dan
kelemahan yang terasa berubah jadi bertenaga dan lebih berenergi. Dengan
demikian, rehabilitasi jantung fase satu diyakini dapat mengurangi nyeri, menjadi
bertenagan dan berenergi, dan mempengaruhi kesiapan fisik dan kesiapan pulang
pasien (Yahya, 2010).Pengaruh dari rehabilitasi jantung tidak hanya mengurangi
gejala fisik melainkan mempengaruhi pengurangan gejala secara psikososial
seperti cemas dan stress akibat dari serangan PJK. Latihan fisik yang dilakukan
secara efektif dapat meningkatkan pelepaan opioid endogen yang menciptakan
perasaan sejahtera untuk mengurangi rasa cemas dan stress (Potter & Perry,
2005).
2. Pengetahuan
Khan, et al. (2006) mengemukakan bahwa pasien yang mengalami serangan
jantung sebagian besar kurang pengetahuan tentang gejala akan terjadinya
serangan jantung, nyeri dada, palpitasi, diforesis dengan angka statistik sebesar
63% dari 720 orang ehingga terlambat dibawa ke rumah sakit sampai
menyebabkan kematian mendadak. Khan, et al (2006) juga melakukan penelitian
terjadinya PJK didapatkan 68% pasien memiliki pengetahuan yang rendah. Saran
dari kedua hasil penelitian ini , Khan et al. menyarankan bahwa agar pasien
diberikan pengetahuan tentang PJK. Discharge planning merupakan stimulus
yang diberikan melalui media yang melibatkan indra pengelihatan dan
pendengaran setelah itu stimulus ditransfer dalam otak unruk melakukan proses
berfikir dan mempertimbangkan terhadap stimulus. Stimulus yang diterima
kemudian dicoba untuk dilakukan sehingga timbul keyakinan terjadinya
G. Kriteria Pemulangan
Capernito (1999) mengatakan bahwa sebelum pulang pasien pasca bedah
dan keluarga akan mampu menggambarkan pembatasan aktivitas di
menggambarkan penatalaksanaan luka dan nyeri di rumah,
rumah,
mendiskusikan
kebutuhan cairan dan nutrisi untuk pemulihan luka, menyebutkan tanda dan
gejala yang harus dilaporkan pada tenaga
perawatan lanjutan yang diperlukan.
meninggalkan
rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry & Potter, 2006). Oleh karena itu pasien
dinyatakan siap menghadapi pemulangan apabila pasien
mengetahui
perawatan
lanjutan di rumah (The Royal Marsden Hospital, 2004). Pasien dan keluarga
memahami diagnosa, antisipasi tingkat fungsi, obat-obatan
dan tindakan
BAB III
PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING
3.1 PROSES PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING
Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien, psikologis,
sosial, budaya, dan ekonomi. Perry dan Potter (2006) membagi proses discharge
planning atas tiga fase, yaitu akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan. Pada
fase akut, perhatian utama medis berfokus
pada usaha
discharge planning .
Sedangkan pada fase transisional, kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat, tetapi
tingkat urgensinya semakin berkurang dan pasien mulai dipersiapkan untuk pulang
dan merencanakan
berkelanjutan,
1. Sejak
pasien
masuk,
kaji
kebutuhan
pemulangan
pasien
dengan
kesehatan
faktor
perawat klinik
rumah). Tentukan
individual
care giver
mampu menjelaskan
lain),
penatalaksanaan
atau
pengobatan
apa
yang
dapat
dibedakan
dalam
dua
bagian,
yaitu
10
tentang
sumber-sumber
pelayanan
kesehatan
perawatan
oleh
dapat
respon
pasien
dan
keluarga
terhadap
untuk
mendemonstrasikan
kemampuan
juga
bermanfaat.
Periksa instruksi pemulangan dokter, masukkan dalam terapi,
atau kebutuhan akan alat-alat medis yang khusus. (Instruksi
harus dituliskan sedini mungkin) Persiapkan kebutuhan dalam
perjalanan dan sediakan alat-alat yang dibutuhkan sebelum
11
follow up
ke
kantor dokter.
Hubungi kantor agen bisnis untuk menentukan apakah pasien
membutuhkan daftar pengeluaran untuk kebutuhan pembayaran.
Anjurkan pasien dan keluarga mengunjungi kantornya.
Dapatkan kotak untuk memindahkan barang-barang pasien.
Kursi roda untuk pasien yang tidak mampu ke mobil ambulans.
Pasien yang pulang dengan menggunakan ambulans diantarkan
oleh usungan ambulans.
Bantu pasien menuju kursi roda atau usungan dan gunakan sikap
tubuh dan teknik pemindahan yang sopan. Dampingi pasien
memasuki unit dimana transportasi yang dibutuhkan
sedang
barang-barang
pribadi
pasien
ke
dalam
kendaraan.
12
pendaftaran/penerimaan.
Ingatkan
bagian
menganjurkan perbaikan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Penyakit
jantung koroner (PJK) adalah penyakit yng
menyerang organ jantung. Gejala dan keluhan dari PJK hampir sama
dengan gejala yang dimiliki oleh penyakit jantung secara umum.
Penyakit jantung koroner juga salah satu penyakit yang tidak
13
14
15