Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PEMBERIAN OBAT ORAL

Disusun oleh kelompok 2 :


Endang Nur Piyah Ningsih
Faiq Salman Yafie
Firman Arif Marzuki
Gilang Apria Aji
Hikmatul Fauziyah
Indah Pujiati
Irkham Hidayat
Isna Maratus Sholiha
Khaerun Nisa
Kurnia Meilana Putri
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan dasar 2

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Mandala Husada Slawi

Jln. Cut Nyak Dien No. 16, Desa Kalisapu, Kec. Slawi – Kab. Tegal 52416

Telp. (0283) 6197571 Fax. (0283) 6198450 Homepage.

http://stikesbhamada.ac.id email:stikes_bhamada@yahoo.com
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan

pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang

diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat

diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi. Obat oral adalah rute

pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling

nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau

bukal).

Pemberian obat secara oral yaitu obat yang cara pemberiannya melalui mulut. Untuk cara

pemberian obat ini relatif aman, praktis dan ekonomis. Kelemahan dari pemberian obat

secara oral adalah efek yang timbul biasanya lambat, tidak efektif jika pengguna sering

muntah-muntah, diare, tidak sabar, tidak kooperatif, kurang disukai jika rasanya pahit.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa pengertian pemberian obat oral?

2. Apa tujuan dari pemberian obat melalui oral?

3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi untuk pemberian obat oral?

4. Apa saja prinsip-prinsip pemberian obat oral?

5. Apa saja jenis-jenis pemberian obat oral?

6. Bagaimana cara pelaksanaan pemberian obat melalui oral?


7. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat oral?

8. Apa saja kuntungan dan kelemahan dalam pemberian obat melalui oral?

1.3 Tujuan penulisan

1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian dari pemberian obat melalui oral.

2. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan dari pemberian obat melalui oral.

3. Mahasiswa mampu mengetahui indikasi dan kontraindikasi dalam pemberian obat

melalui oral.

4. Mahasiswa mampu memahami prinsip-prinsip pemberian obat oral.

5. Mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis obat yang diberikan melalui oral.

6. Mahasiswa mampu mengetahui dan mempraktikan cara pelaksanaan pemberian obat

melalui oral.

7. Mahasiswa mampu mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam memberikan

obat secara oral.

8. Mahasiswa mampu mengetahui keuntungan dan kelemahan dalam memberikan obat

secara oral.

1.4 Manfaat

1. Menambah pengetahuan tentang pemberian obat melalui oral yang meliputi definisi,

tujuan, prinsip-prinsi, jenis obat oral, indikasi dan kontraindikasinya.

2. Menambah pemahaman tentang cara pelaksanaan pemberian obat melalui oral.


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian pemberian obat oral

Pemberian obat per oral adalah memberikan obat yang dimasukkan melalui mulut.

Memberikan obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan

dengan cara memberikan obat-obatan melalui mulut sesuai dengan program

pengobatan dari dokter.

Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai karena ini

merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagai

bentuk obat dapat di berikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau

puyer. Untuk membantu absorbsi , maka pemberian obat per oral dapat di sertai

dengan pemberian setengah gelas air atau cairan yang lain.

2.2 Tujuan pemberian obat oral

1. Untuk memudahkan dalam pemberian.

2. Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari obat

tersebut dapat   segera diatasi.

3. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri.

4. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan

pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter.

5. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian

obat.
2.3 Indikasi dan kontraindikasi pemberian obat oral

1. Indikasi

a. Pada pasien yang tidak membutuhkan absorbsi obat secara cepat.

b. Pada pasien yang tidak mengalami gangguan pencernaan.

2. Kontraindikasi

Pasien dengan gangguan pada sistem pecernaan, seperti kanker oral, gangguan

menelan, dsb.

2.4 Prinsip-prinsip pemberian obat oral

1. Benar Pasien

Benar pasien obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang di

programkan dengan cara mencocokan program pengobatan pada pasien, nama, nomor

register, alamat untuk mengidentifikasi untuk kebenaran obat . Hal ini penting untuk

membedakan dua klien dengan nama yang sama, karena klien berhak menolak

penggunaan suatu obat, dan klien berhak untuk mengetahui alasan penggunaan suatu

obat.

2. Benar Obat

Obat memiliki nama dagang dan nama generik dan pasien harus mendapatkan

informasi tersebut atau menghubungi apotek tertentu menanyakan nama benarnya dari

nama dagang obat yang asli. Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus

memeriksanya lagi dan perawat harus mengingat nama dan kerja obat dari obat yang

diberikan. Sebelum mempersiapkan obat ditempatnya, perawat harus memperhatikan

kebenaran obat sebanyak tiga kali yaitu saat pengambilan obat ketempat

penyimpanan, saat obat di programkan dan ketika memindahkan dari tempat


penyimpanan obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus

dikembalikan kebagian farmasi.

3. Benar Dosis

Untuk menghindari kesalahan pemberian obat dan agar perhitungan obat benar untuk

diberikan kepada pasien maka menentukan dosis harus diperhatikan dengan

mnggunakan alat standar seperti alat untuk membelah tablet, spuit/sendok khusus,

gelas ukur, obat cair harus dilengkapi alat tetes.

4. Benar Cara Pemberian

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda dan rute obat yang diberikan

diantaranya inhalasi, rectal, topical, parental, parenteral, sublingual, dan peroral.

Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh tempat kerja obat

yang diinginkan, sifat fisik dan kimiawi obat, kecepatan respon yang diinginkan dan

keadaan umum pasien.

5. Benar Waktu

Untuk dapat menimbulkan efek terapi dari obat dan berhubungan dengan kerja obat

itu sendiri, maka pemberian obat harus benar benar sesuai waktu yang diprogramkan.

6. Benar Dokumentasi

Pemberian obat harus sesuai dengan standar prosedur yang berlaku diRumahSakit.

Perawat harus selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah

diberikan serta respon klien terhadap pengobatan. Perawat harus mendokumentasikan

kepaa siapa obat diberikan, waktu, rute, dan dosis setelah obat itu diberikan.

7. Benar Evaluasi

Setelah pemberian obat, perawat selalu memantau/memeriksa efek kerja obat tersebut.

8. Benar Pengkajian

Sebelum pemberian obat, perawat harus selalu memeriksa tanda tanda vital.
9. Benar Reaksi Dengan Obat Lain

Pada penyakit kritis, penggunaan obat seperti omeprazol diberikan dengan

chloramphenicol.

10. Benar Reaksi Terhadap Makanan

Pemberian obat harus memperhatikan waktu yang tepat karena akan mempengaruhi

efektifitas obat tersebut. Untuk memperoleh kadar yang diperlukan, ada obat yang

harus diminum setelah makan misalnya indometasindan ada obat yang harus diminum

sebelum makan misalnya tetrasiklin yang harus diminum satu jam sebelum makan.

11. Hak Klien Untuk Menolak

Perawat harus memberikan informasi dalam pemberian obat pada klien dan klien

memiliki hak untuk menolak pemberian obat tersebut.

12. Benar pendidikan kesehatan perihal Edukasi klien

Perawat memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan kesehatan

khususnya yang berkaitan dengan obat kepada klien, keluarga klien, dan masyaraket

luas diantaranya mengenai perubahan perubahan yang diperlukan dalam menjalankan

aktifitas sehari hari selama sakit, interaksi obat dengan obat dan interaksi obat dengan

makanan, efek samping dan reaksi yang merugikan dari obat, hasil yang diharapkan

setelah pemberian obat, alasan terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh,

penggunaan obat yang baik dan benar, dan sebagainya.

2.5 Jenis-jenis obat oral

1. Obat tablet

Tablet adalah sedian farmasi yang padat, berbentuk bundar dan pipih atau

cembung rangkap.

Jenis-jenis tablet :
a. Tablet biasa

Yaitu tablet yang dicetak, tidak disalut diabsorpsi disaluran cerna dan pelepasan

obatnya cepat untuk segera memberikan efek terapi. Contoh : tablet paracetamol.

b. Tablet kompresi

Yaitu tablet yang dibuat dengan sekali tekanan menjadi berbagai bentuk tablet dan

ukuran, biasanya kedalam bahan obatnya diberi tambahan sejumlah bahan

pembantu. Contoh : Bodrexin.

c. Tablet kompresi ganda

Yaitu tablet kompresi berlapis, dalam pembuatannya memerlukan lebih dari satu

kali tekanan. Contoh : Decolgen.

d. Tablet trikurat

Yaitu tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris dan biasanya

mengandung sejumlah kecil obat keras. Sudah jarang ditemukan.

e. Tablet hipodermik

Yaitu tablet yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna

dalam air. Contoh : Atropin Sulfat.

f. Tablet sublingual

Dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan meletakkan tablet

dibawah lidah. Contoh : Tablet Isosorbit dinitrat, Nitroglicerin.

g. Tablet bukal

Tablet yang digunakan dengan meletakkan diantara pipi dan gusi. Contoh :

progesterone.

h. Tablet efervescen

Yaitu tablet berbuih dilakukan dengan cara kompresi granulasi yang mengandung

garam-garam effer adalah bahan bahan lain yang mampu melepaskan gas ketika
bercampur dengan air. Harus dikemas dalam wadah tertutup rapat atau kemasan

tahan lembab. Pada etiket tertulis “tidak langsung untuk ditelan”. Contohnya :

CDR.

i. Tablet diwarnai coklat

Tablet ini menggunakan coklat untuk menyalut dan mewarnai tablet, misalnya

dengan menggunakan oksida besi yang dipakai sebagai warna tiruan coklat.

j. Tablet kunyah

Tablet yang cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa tidak enak di

rongga mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak,

biasanya digunakan untuk tablet anak atau pada beberapa multivitamin. Contoh :

Fitkom, Antasida.

k. Tablet salut gula

Merupakan tablet kempa yang terdiri dari penyalut gula. Tujuan penyalutan ini

adalah untuk melindungi obat dari udara dan kelembapan serta memberi rasa atau

untuk menghindarkan gangguan dalam pemakaiannya akibat rasa atau bau bahan

obat. Contoh : Pahezon, Arcalion.

l. Tablet salut selaput

Tablet ini disalut dengan selaput yang tipis yang akan larut atau hancur di daerah

lambung atau usus. Contoh : Fitogen.

m. Tablet hisap

Digunakan untuk pengobatan lokal disekitar mulut. Contoh : Ester C, Biovision

Kids.

n. Tablet salut enteric

Tablet yang disalut dengan lapisan yang tidak atau hancur dilambung tapi di usus.

Contoh : Voltaren 50 mg, Enzymfort.


 Kelebihan dan kekurangan tablet

a. Kelebihan :

 Lebih mudah disimpan.

 Memiliki usia pakai yang lebih panjang disbanding bentuk obat lainnya.

 Bentuk obatnya lebih praktis.

 Konsentrasi yang bervariasi.

 Dapat dibuat tablet kunyah dengan bahan mentol dan gliserin yang dapat larut

dan rasa yang enak, dimana dapat diminum, atau memisah dimulut.

 Untuk anak-anak dan orang-orang secara kejiwaan, tidak mungkin menelan

tablet, maka tablet tersebut dapat ditambahkan penghancur, dan pembasah

dengan air lebih dahulu untuk pengolahannya.

 Tablet oral mungkin mudah digunakan untuk pengobatan tersendiri dengan

bantuan segelas air.

 Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di

tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya

tablet tidak segera terjadi.

 Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuataannya paling rendah.

 Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan

yang terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta

variabilitas kandungan yang paling lemah.

 Secara umum, bentuk mengobatan dengan menggunakan tablet lebih disukai

karena bersih, praktis dan efisien.

 Sifat alamiah dari tablet yaitu tidak dapat dipisahkan, kualitas bagus dan dapat

dibawa kemana-mana, bentuknya kompak , fleksibel dan mudah pemberiannya.

 Tablet tidak mengandung alkohol.


 Tablet dapat dibuat dengan berbagai dosis.

b. Kekurangan :

 Warnanya cenderung memberikan bahaya.

 Tablet dan semua obat harus disimpan diluar jangkauan anak-anak untuk

menjaga kesalahan menurut mereka tablet tersebut adalah permen.

 Orang yang sukar menelan atau meminum obat/

 Keinginan konsumen berbeda dengan yang kita buat/produk.

 Beberapa obat tidak dapat dikepek menjadi padat dan kompak.

2. Obat kapsul

Yaitu obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang dapat

dibuat dari bahan gelatin, atau bahan lainnya yang sesuai.

 Kelebihan dan kekurangan obat kapsul

a. Kelebihan :

 Cukup stabil dalam penyimpanan dan transportasi.

 Dapat menutupi rasa dan bau tidak enak.

 Tepat untuk obat yang teroksidasi dan mempunyai bau dan rasa yang tidak

enak.

 Bentuk kaplus lebih mudan ditelan daripada bentuk tablet.

 Bentuknya lebih praktis dan menarik.

 Bahan obat dapat cepat hancur dan larut di dalam perut sehingga dapat segera

diabsorpsi.

 Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari.


 Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang

berbeda-beda sesuai kebutuhan pasien.

 Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan tambahan

/pembantu seperti pada pembuatan pil dan tablet.

b. Kekurangan :

 Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori

kapsul tidak dapat menahan penguapan.

 Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab).

 Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang

kapsul.

 Tidak dapat digunakan untuk balita.

 Tidak bisa dibagi-bagi.

3. Obat kaplet

Kaplet (kapsul tablet) adalah bentuk tablet yang dibungkus dengan lapisan gula dan

biasanya diberi zat warna yang menarik. Bentuk dragee ini selain supaya bentuk

tablet lebih menarik juga untuk melindungi obat dari pengaruh kelembapan udara

atau untuk melindungi obat dari keasaman lambung. Kaplet pun merupakan sedian

padat kompak dibuat secara kempa cetak, bentuknya oval seperti kapsul.

 Kelebihan dan kekurangan kaplet

a. Kelebihan :

 Bentuk tablet lebih menarik.

 Kaplet mungkin mudah digunakan untuk pengobatan tersendiri dengan bantuan

segelas air.
b. Kekurangan :

 Kaplet dan semua obat harus disimpan diluar jangkauan anak-anak untuk

menjaga kesalahan karena menurut mereka kaplet tersebut adalah permen.

 Orang sukar menelan atau meminum obat.

4. Obat cair

Merupakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut,

biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau

penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya. Cara

penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan laruan topical. Formula obat tidak

hanya mudah ditelan tapi juga bisa diberi tambahan rasa.

 Kelebihan dan kekurangan

a. Kelebihan :

 Bentuk obat ini lebih mudah diserap didalam saluran pencernaan,

 Mudah ditelan.

 Kerja obat lebih cepat.

 Penyerapan obat hampir sempurna.

 Bioavaibilitas tinggi.

 Mudah bercampur dengan cairan biologis (getah lambung saluran cerna).

 Merupakan campuran homogen.

 Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan.

 Kerja awal obat lebih cepat karena obat mudah diabsopsi.


 Mudah diberi pemanis, bau-bauan dan warna dan hal ini cocok untuk

pemberian obat pada anak-anak.

 Untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan.

b. Kekurangan :

 Stabilitas larutan kurang dibanding sediaan padat, contoh vitamin c.

 Kurang dapat menutupi rasa obat tidak enak.

 Relatif lebih mahal daripadaa sediaan padat.

2.6 Cara pelaksanaan pemberian obat oral

1. Persiapan alat

a. Baki berisi obat

b. Kartu atau buku berisi rencana pengobatan

c. Pemotong obat (bila diperlukan)

d. Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)

e. Gelas pengukur (bila diperlukan)

f. Gelas dan air minum

g. Sedotan

h. Sendok

i. Pipet

j. Spuit sesuai ukuran untuk mulut anak-anak

2. Prosedur kerja

1. Siapkan peralatan dan cuci tangan.


2. Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual, muntah,

adanya  program tahan  makan atau minum, akan dilakukan pengisapan lambung

dll).

3. Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan

cara pemberian)  periksa tanggal kedaluarsa obat, bila ada kerugian pada perintah

pengobatan laporkan pada perawat/bidan yang berwenang atau dokter yang

meminta.

4.  Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan ambil obat

yang diperlukan).

5. Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai

dengan dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan teknik

aseptik untuk menjaga kebersihan obat).

1) Tablet atau kapsul

a. Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposibel tanpa menyentuh

obat.

b. Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi obat sesuai

dengan dosis yang diperlukan.

c. Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan

menggunakan martil dan lumpang penggerus, kemudian campurkan dengan

menggunakan air. Cek dengan bagian farmasi sebelum menggerus obat,

karena beberapa obat tidak boleh digerus sebab dapat mempengaruhi daya

kerjanya.

2) Obat dalam bentuk cair


a. Kocok /putar obat/dibolak balik agar bercampur dengan rata sebelum

dituangkan, buang obat yang telah berubah warna atau menjadi lebih keruh.

b. Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas. Untuk menghindari

kontaminasi pada tutup botol bagian dalam.

c. Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak tangan, dan

tuangkan obat kearah menjauhi label. Mencegah obat menjadi rusak akibat

tumpahan cairan obat, sehingga label tidak bisa dibaca dengan tepat.

d. Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk obat berskala.

e. Sebelum menutup botol tutup usap bagian tutup botol dengan menggunakan

kertas tissue. Mencegah tutup botol sulit dibuka kembali akibat cairan obat

yang mengering pada tutup botol.

f. Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5 ml maka

gunakan spuit steril untuk mengambilnya dari botol.

g. Berikan obat pada waktu dan cara yang benar.

2.7 Hal yang perlu diperhatikan

1. Identifikasi klien dengan tepat.

2. Menjelaskan mengenai tujuan dan daya kerja obat dengan bahasa yang mudah

dimengerti oleh klien.

3. Atur pada posisi duduk, jika tidak memungkinkan berikan posisi lateral. Posisi ini

membantu mempermudah untuk menelan dan mencegah aspirasi.

4. Beri klien air yang cukup untuk menelan obat, bila sulit menelan anjurkan klien

meletakkan obat di lidah bagian belakang, kemudian anjurkan minum. Posisi ini

membantu untuk menelan dan mencegah aspirasi.


5. Catat obat yang telah diberikan meliputi nama dan dosis obat, setiap keluhan, dan

tanda tangan pelaksana. Jika obat tidak dapat masuk atau dimuntahkan, catat

secara jelas alasannya.

6. Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar, buang alat-alat

disposibel kemudian cuci tangan.

7. Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien.

2.8 Keuntungan dan kelemahan pemberian obat melalui oral

1. Keuntungan

Keuntungan Pemberian Obat Rute Oral diantaranya  cocok dan nyaman bagi

klien, Ekonomis, Dapat menimbulkan efek local atau sistemik, dan Jarang

membuat klien cemas.

2. Kelemahan

Kelemahan dari pemberian obat per oral adalah pada aksinya yang lambat

sehingga cara ini tidak dapat di pakai pada keadaan gawat. Obat yang di berikan

per oral biasanya membutuhkan waktu 30 sampai dengan 45 menit sebelum di

absorbsi dan efek puncaknya di capai setelah 1 sampai dengan 1 ½ jam. Rasa dan

bau obat yang tidak enak sering mengganggu pasien. Cara per oral tidak dapat di

pakai pada pasien yang mengalami mual-mual, muntah, semi koma, pasien yang

akan menjalani pangisapan cairan lambung serta pada pasien yang mempunyai

gangguan menelan.

Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi lambung dan menyebabkan

muntah (mislanya garam besi dan Salisilat). Untuk mencegah hal ini, obat di

persiapkan dalam bentuk kapsul yang diharapkan tetap utuh dalam suasana asam

di lambung, tetapi menjadi hancur pada suasana netral atau basa di usus. Dalam
memberikan obat jenis ini, bungkus kapsul tidak boleh di buka, obat tidak boleh

dikunyah dan pasien di beritahu untuk tidak minum antasaid atau susu sekurang-

kurangnya satu jam setelah minum obat.

Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian harus di lakukan

dengan cara yang paling nyaman khususnya untuk obat yang pahit atau rasanya

tidak enak. Pasien dapat di beri minuman dingin (es) sebelum minum sirup

tersebut. Sesudah minum sirup pasien dapat di beri minum, pencuci mulut atau

kembang gula.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemberian obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan

cara memberikan obat-obatan melalui mulut sesuai dengan program pengobatan dari

dokter. Tujuan dari pengobatan melalui oral antara lain mencegah, mengobati dan

mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat, dan menghindari

pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan. Sedangkan hal yang

harus diperhatikan meliputi indikasi, kontraindikasi, penggunaan prinsip benar, jenis obat,

serta memastikan bahwa pasien benar-benar meminum obat tersebut.

3.2 Saran

Bagi mahasiswa diharapkan untuk menambah wawasan dengan banyak membaca buku

dan terus mencari informasi tetang pengobatan melalui oral.


DAFTAR PUSTAKA

Https://anterior88.wordpress.com/2015/06/03/122/

Https://ndezzndezz.wordpress.com/2011/06/29/bentuk-obat-tablet-kapsul-kaplet-dan-cair/

Potter,Perry. 2000. Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa Ester

Monica, Penerbit buku kedokteran EGC.

Samba, Suharyati, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta. EGC

Uliyah, Musrfatul. 2009.Ktrampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta : salemba medika.

Anda mungkin juga menyukai