MAKALAH
Disusun oleh:
KELOMPOK 2
FAKULTAS KESEHATAN
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya persembahkan kepeda Allah Yang Maha Esa,berkat rahmat dan
karunia-Nya lah Saya dapat menyelesaikan tugas individu Makalah Farmakologi
yang di berikan kepeda Saya. Yang dimana makalah ini saya beri judul : TUGAS
DAN TANGGUNG JAWAB PERAWAT DAN HAK PASIEN DALAM
PEMBERIAN OBAT. Makalah ini saya susun dengan tujuan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah ” farmakologi” yang dibimbing oleh Bapak
Erwanto,S.K.ep,Ns,MMRS
Makalah ini juga saya harapkan dapat bermanfaat bagi orang yang berkesempatan
membacanya. Makalah ini saya susun dengan sebaik mungkin dengan
menggunakan beberapa referensi dari buku beberapa para ahli dalam bidang
Farmakologi.
Serta mengajak kita semua agar dapat mengetahui apa saja Peran Perawat Dalam
pemberian Obat .Untuk itu Saya sangat berharap agar makalah yang saya buat ini
dapat digunakan sabagai acuan,yang positif, serta bermanfaat bagi seluruh
masyarakat.
Penulis
2
DAPTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………i
KATA PENGANTAR……………………………………………………ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan………………………………………………………..5
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………6
3.1 Kesimpulan……………………………………………….24
3.2 Saran……………………………………………………...25
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..26
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pemberian obat menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling
penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada
pasien. Perawat bertanggung jawab pada obat itu diberikan dan memastikan
bahwa obat tersebut benar. Obat yang diberikan kepada pasien, menjadi bagian
integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan
dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan,
muntah atau tidak dapat minum obat karena alasan tertentu. Faktor gangguan
visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien
tidak bisa mengkonsumsi obat juga harus diperhatikan. Rencana tindakan
keperawatanan harus mencangkup rencana pemberian obat, pengetahuan tentang
kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja obat dan program dari dokter.
4
botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca
permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol
dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat.
Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan Tugas seorang perawat
adalah harus mengembalikan ke bagian farmasi.
1.2 Tujuan
a. Agar seorang perawat mengetahui peran apa saja yang harus dimiliki dalam
pemberian.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit,
membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh.
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan
6
badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau
memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional.
Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar
memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah
(parenteral), namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat
tersebut. Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting
dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan
dan mempertahankan kesehatan klien dengan mendorong klien untuk lebih
proaktif jika membutuhkan pengobatan. Perawat berusaha membantu klien dalam
membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan,
mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan dan turut serta bertanggungjawab
dalam pengambilan keputusa tentang pengobatan bersama dengan tenaga
kesehatan lain. Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan resep
obat yang diberikan harus tepat, hitungan yang tepat pada dosis yang diberikan
sesuai resep dan selalu menggunakan :
1.Benar Klien
2. Benar Obat
7
3. Perawat harus menghindari kesalahan, yaitu dengan membaca label obat
minimal tiga kali:
c. Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang
akan diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan/ diminta, pertimbangan
berat badan klien (mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosisi obat harus
dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain.
b. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya
seperti dua kali sehari, tiga kali sehat, empat kali sehari dan 6 kali sehari
sehingga kadar obat dalam plasma tubuh dapat dipertimbangkan.
c. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½ ). Obat yang
mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat
8
yang memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada
selang waktu tertentu.
d. Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama dengan klien
sampai obat oral telah ditelan.
9
6. parenteral : intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena.
6. Benar Dokumentasikan.
Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus memberikan
Inform consent dalam pemberian obat.
Perawata selalu melihat/ memantau efek kerja dari obat setelah pemberiannya.
Obat memiliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika obat
itu harus diminum sebelum makan (ante cimum atau a.c) untuk memperoleh kadar
yang diperlukan harus diberi satu jam sebelum makan misalnya tetrasiklin, dan
sebaiknya ada obat yang harus diminum setelah makan misalnya indometasin.
10
12. Benar reaksi dengan obat lain
3. Pendidikan Kesehatan
Selain efek yang diharapkan, perawat juga harus memonitor efek samping
obat dan reaksi-reaksi lain yang kurang baik setelah minum obat. Karena obat
dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah
satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam
11
proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa
obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.
Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian
integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan
dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan,
muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor
gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin
menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan.
1.Benar Pasien
2.Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama
dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama
generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau
kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau
kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan
botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang
diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya
tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
12
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi
obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat
nama obat dan kerjanya.
3.Benar Dosis
4.Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja
yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal,
rektal, inhalasi.
Oral , adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai,
karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui
rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron
berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna,
yaitu melalui vena (perset / perinfus).
Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya
salep, losion, krim, spray, tetes mata.
Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang
akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh
13
efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang
tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang
lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya
tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki
epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian
obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent,
berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
5. Benar Waktu
6.Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan
oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat
itu tidak dapat diminum, harus dicatat
14
Jika terjadi kesalahan pemberian obat, perawat yang bersangkutan harus
segera menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat yang senior
segera setelah kesalahan itu diketahuinya.
Terapi obat yang efektif dan aman hanya dapat dicapai bila pasien
mengetahui seluk beluk pengobatan serta kegunaanya. Untuk itu sebelum pasien
pulang ke rumah, perawat perlu memberikan KIE kepada pasien maupun keluarga
tentang :
1. Nama obatnya.
5. Waktu obat itu harus diminum (sebelum atau sesudah makan, antibiotik
tidak diminum bersama susu)
9. Kenali jika ada efek samping atau alergi obat dan cara mengatasinya
15
11. Cara penyimpanan obat, perlu lemari es atau tidak
12. Setelah obat habis apakah perlu kontrol ulang atau tidak
Dalam membahas tentang prinsip peberian obat hal ini dibagi menjadi 3 yaitu
persiaan peberian dan evaluasi.
1) Persiapan
Peratama erawat harus melihat obat apa yang akan di berikan. Kemudian
mengkaji obat (tujuan peberian cara kerja efek samping dosis dan lainnya).
Setelah itu elakukan persiapan yang berkaitan dengan pasien yaitu mengkaji
riwayat pengobatan pasien, pengetahuan pasien dan kondisi sebelum pengobatan.
2) Pemberian
- benar obat
- benar dosis
- benar pasien,
- benar pendokumentasian
16
3) Evaluasi
Pada pasien curiga tidak mudah percaya terhadap suatu tindakan atau
pemberian yang diberikan padanya. Perawat harus meyakinkan bahwa tindakan
treatment yang dilakukan ke pasien tidaklah berbahaya dan bermanfaat bagi
pasien. Secara verbal dan non verbal, erawat harus dapat mengontrol perilakunya
agar tidak menimbulkan keraguan pada diri pasien karena tindakan ragu-ragu dari
perawat akan menimbulkan kecurigaan pasien.
Berikan obat dala bentuk dan kemasan yang sama setiap emberi obat agar
pasien tidak bingung, ceas dan curiga. Jika ada perubahan dosis diskusikan
terlebih dahulu keada pasien sebelum einta pasien untuk meminumnya. Yakinkan
obat benar-benar diminum dan ditelan dengan cara meminta pasien membuka
mulut dan gunakan spatel untuk melihat aakah obat disebunyikan. Hal ini terutaa
pada pasien yang mempunyai riwayat menyembunyikan obat di bawah lidah dan
membuangnya. Untuk pasien yang benar-benar menolak minum obat walaupun
sudah dilakukan pendekatan aka emberian obat dilakukan melalui injeksi sesuai
dengan instruktur dokter dengan memperhatikan aspek legal dan hak pasien untuk
menolak pengobatan dalam keadaan darurat.
Pada pasien bunuh diri masalah yang sering timbul adalah penolakan
pasien untuk minum obat dengan maksud pasien untuk merusak dirinya. Perawat
17
harus bersikap tegas dala pengawasan pasien untuk minum obat karena pasien
pada tahap ini berada dalam fase ambivalen antara keinginan hidup dan mati.
Perawat menggunakan kesempatan treatment pada saat pasien memunyai
keinginan hidup, agar keraguan pasien untuk mengakhiri hidupnya berkurang
karena pasien merasa diperhatikan.
c. Pendidikan Kesehatan
18
Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat
yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan
kontraindikasi bagi status kesehatan klien . Sekali obat telah diberikan , perawat
bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi. Buku-buku referensi
obat seperti , Daftar Obat Indonesia ( DOI ) , Physicians‘ Desk Reference (PDR),
dan sumber daya manusia , seperti ahli farmasi , harus dimanfaatkan perawat jika
merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan , kontraindikasi ,
dosis , efek samping yang mungkin terjadi , atau reaksi yang merugikan dari
pengobatan (Kee and Hayes, 1996 ).
Pada waktu lampau, hanya ada lima hal yang benar dalam pemberian
obat. Tetapi kini ada hal keenam yang dimasukkan yaitu dokumentasi. Dua hal
tambahan klien juga dapat ditambahkan : hak klien untuk mengetahui alasan
pemberian obat, hak klien untuk menolak penggunaan sebuah obat.
Klien yang benar dapat dipastikan dengan memeriksa identitas klien, dan
meminta klien menyebutkan namanya sendiri. Beberapa klien akan menjawab
dengan nama sembarang atau tidak berespon, maka gelang identifikasi harus
diperiksa pada setiap klien pada setiap kali pengobatan. Pada keadan gelang
identifikasi hilang, perawat harus memastikan identitas klien sebelum setiap obat
diberikan.
Obat yang benar berarti klien menerima obat yang telah diresepkan.
Perintah pengobatan mungkin diresepkan oleh seorang dokter, dokter gigi, atau
19
pemberi asuhan kesehatan yang memiliki izin praktik dengan wewenang dari
pemerintah.
Dosis yang benar adalah dosis yang diberikan untuk klien tertentu. Dalam
kebanyakan kasus, dosis diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk
obat yang bersangkutan. Perawat harus menghitung setiap dosis obat secara
akurat, dengan mempertimbangkan variable berikut : (1) tersedianya obat dan
dosis obat yang diresepkan (diminta), (2) dalam keadaan tertentu, berat badan
klien juga harus dipertimbangkan, misalnya 3 mg/KgBB/hari.
Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan harus
diberikan. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari, seperti
b.i.d ( dua kali sehari ), t.i.d ( tiga kali sehari ), q.i.d ( empat kali sehari ), atau q6h
( setiap 6 jam ), sehingga kadar obat dalam plasma dapat dipertahankan. Jika obat
mempunyai waktu paruh (t ½ ) yang panjang, maka obat diberikan sekali sehari.
Obat-obat dengan waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang
20
waktu yang tertentu . Beberapa obat diberikan sebelum makan dan yang lainnya
diberikan pada saat makan atau bersama makanan ( Kee and Hayes, 1996 ;
Trounce, 1997)
1. Berikan obat pada saat yang khusus. Obat-obat dapat diberikan ½ jam sebelum
atau sesudah waktu yang tertulis dalam resep.
3. Berikan obat-obat, seperti kalium dan aspirin, yang dapat mengiritasi perut
( mukosa lambung ) bersama-sama dengan makanan.
6. Antibiotika harus diberikan dalam selang waktu yang sama sepanjang 24 jam
( misalnya setiap 8 jam bila di resep tertulis t.i.d ) untuk menjaga kadar darah
terapeutik.
Rute yang benar perlu untuk absorpsi yang tepat dan memadai. Rute yang
lebih sering dari absorpsi adalah (1) oral ( melalui mulut ): cairan , suspensi ,pil ,
kaplet , atau kapsul . ; (2) sublingual ( di bawah lidah untuk absorpsi vena ) ; (3)
topikal ( dipakai pada kulit ) ; (4) inhalasi ( semprot aerosol ) ; (5)instilasi ( pada
mata , hidung , telinga , rektum atau vagina ) ; dan empat rute parenteral :
intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena.
a. Nilai kemampuan klien untuk menelan obat sebelum memberikan obat – obat
per oral
21
b. Pergunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat . Teknik steril dibutuhkan
dalam rute parenteral .
22
diperlukan jika terjadi perubahan pada hasil pemeriksaan laboratorium , misalnya
pada pemberian insulin atau warfarin ( Taylor, Lillis and LeMone, 1993 ; Kee
and Hayes, 1996 ).
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemberian obat menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling
penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada
pasien. Perawat bertanggung jawab pada obat itu diberikan dan memastikan
bahwa obat tersebut benar. Obat yang diberikan kepada pasien, menjadi bagian
integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan
dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan,
muntah atau tidak dapat minum obat karena alasan tertentu. Faktor gangguan
visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien
tidak bias mengkonsumsi obat juga harus diperhatikan. Rencana tindakan
keperawatanan harus mencangkup rencana pemberian obat, pengetahuan tentang
kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja obat dan program dari dokter.
24
diberikan obat, atau obat itu tidak dapat dapat diberikan karena alasan tertentu,
perawat harus mencatat alasannya dan dilaporkan kepada dokter untuk tindakan
selanjutnya.
3.2 Saran
Perawat harus memahami betul apa saja peran yang harus dimilikinya
dalam pemberian obat kepada pasien,agar tidak terjadi kesalahan .
Dan Jika terjadi kesalahan dalam pemberian obat, perawat yang bersangkutan
harus segera menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat yang
senior segera setelah kesalahan itu diketahuinya, agar segera di atasi.
25
DAFTAR PUSTAKA
26