Anda di halaman 1dari 26

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERAWAT DAN HAK PASIEN

DALAM PEMBERIAN OBAT

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Farmakologi

Dosen Pembimbing: Erwanto,S.K.ep,Ns,MMRS

Disusun oleh:

KELOMPOK 2

1. Boni Pasius (AOA0190886)


2. Ishakar Augustien Christinasari (AOA0190903)
3. Redo (AOA0190910)
4. Restu Pamungkas (AOA0190911)
5. Riska Sri Puji Lestari (AOA0190912)
6. Ulfa Aliya Istiqomah (AOA0190918)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya persembahkan kepeda Allah Yang Maha Esa,berkat rahmat dan
karunia-Nya lah Saya dapat menyelesaikan tugas individu Makalah Farmakologi
yang di berikan kepeda Saya. Yang dimana makalah ini saya beri judul : TUGAS
DAN TANGGUNG JAWAB PERAWAT DAN HAK PASIEN DALAM
PEMBERIAN OBAT. Makalah ini saya susun dengan tujuan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah ” farmakologi” yang dibimbing oleh Bapak
Erwanto,S.K.ep,Ns,MMRS

Makalah ini juga saya harapkan dapat bermanfaat bagi orang yang berkesempatan
membacanya. Makalah ini saya susun dengan sebaik mungkin dengan
menggunakan beberapa referensi dari buku beberapa para ahli dalam bidang
Farmakologi.

Serta mengajak kita semua agar dapat mengetahui apa saja Peran Perawat Dalam
pemberian Obat .Untuk itu Saya sangat berharap agar makalah yang saya buat ini
dapat digunakan sabagai acuan,yang positif, serta bermanfaat bagi seluruh
masyarakat.

Malang, 15 Mei 2020

Penulis

2
DAPTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………i

KATA PENGANTAR……………………………………………………ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………….4

1.2 Tujuan………………………………………………………..5

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………6

2.1 Pengertian Perawat………………………………………………..6

2.2 Pengertian Obat…………………………………………………...6

2.3 Peran Perawat Dalam Pemberian Obat…………………………...7

2.4 Kesalahan Pemberian Obat………………………………………14

2.5 Pedoman KIE Perawat kepada Pasien atau Keluarga…………….15

2.6. Penatalaksanaan Obat……………………………………………..16

2.7 Tanggung Jawab Perawat………………………………………….18

BAB III PENUTUP……………………………………………………….24

3.1 Kesimpulan……………………………………………….24

3.2 Saran……………………………………………………...25

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..26

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan baik didalam


maupun diluar negeri sesuai dengan peraturan perundang- undangan (Permenkes,
2010) .

Perawat adalah seorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan


melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang
diperoleh melalui pendidikan keperawatan (UU kesehatan No 23 tahun 1992)

Pemberian obat menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling
penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada
pasien. Perawat bertanggung jawab pada obat itu diberikan dan memastikan
bahwa obat tersebut benar. Obat yang diberikan kepada pasien, menjadi bagian
integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan
dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan,
muntah atau tidak dapat minum obat karena alasan tertentu. Faktor gangguan
visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien
tidak bisa mengkonsumsi obat juga harus diperhatikan. Rencana tindakan
keperawatanan harus mencangkup rencana pemberian obat, pengetahuan tentang
kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja obat dan program dari dokter.

Tugas seorang perawat sebelum memberikan obat adalah harus memeriksa


identitas pasien yang meliputi : papan identitas di tempat tidur, gelang identitas
atau ditanyakan langsung kepada pasien dan keluarganya. Jika pasien tidak
sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien
mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan
mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan
langsung kepada keluarganya. Obat memiliki nama dagang dan nama generik.
Setiap obat dengan nama dagang harus diperiksa nama generiknya sebelum obat
tersebut diberikan oleh perawat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada

4
botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca
permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol
dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat.
Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan Tugas seorang perawat
adalah harus mengembalikan ke bagian farmasi.

Setelah obat diberikan, tugas seorang perawat adalah mendokumentasikan,


dosis, cara/ rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak
diberikan obat, atau obat itu tidak dapat dapat diberikan karena alasan tertentu,
perawat harus mencatat alasannya dan dilaporkan kepada dokter untuk tindakan
selanjutnya.

Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan yang aman .


Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan
mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis
yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan . Secara hukum perawat
bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya
tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan
klien . Sekali obat telah diberikan , perawat bertanggung jawab pada efek obat
yang diduga bakal terjadi. Buku-buku referensi obat seperti , Daftar Obat
Indonesia ( DOI ) , Physicians‘ Desk Reference (PDR), dan sumber daya manusia
, seperti ahli farmasi , harus dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas
mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan , kontraindikasi , dosis , efek samping
yang mungkin terjadi , atau reaksi yang merugikan dari pengobatan ( Kee and
Hayes, 1996 ).

1.2 Tujuan

a. Agar seorang perawat mengetahui peran apa saja yang harus dimiliki dalam
pemberian.

b. Supaya perawat dapat menghargai hak-hak pasien dalam pemberian obat.

c. Agar seorang perawat tidak salah lagi dalam pemberian obat.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perawat

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan baik didalam


maupun diluar negeri sesuai dengan peraturan perundang- undangan (Permenkes,
2010)

Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional


yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan berbasis ilmu dan kiat
keperawatan, yang berbentuk bio-psiko-sosio-spiritual komprehensif yang
ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun
sakit, yang mencakup keseluruhan proses kehidupan manusia (Lokakarya
keperawatan nasional, 1983)

Perawat adalah seorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan


melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang
diperoleh melalui pendidikan keperawatan (UU kesehatan No 23 tahun 1992)

Jadi perawat merupakan seseoarang yang telah lulus pendidikan perawat


dan memiliki kemampuan serta kewenangan melakukan tindakan kerpawatan
berdasarkan bidang keilmuan yang dimiliki dan memberikan pelayanan kesehatan
secara holistic dan professional untuk individu sehat maupun sakit, perawat
berkewajiban memenuhi kebutuhan pasien meliputi bio-psiko-sosio dan spiritual.

2.2 Pengertian Obat

Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit,
membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh.

Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan

6
badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau
memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional.

2.3 Peran Perawat Dalam Pemberian Obat

Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar
memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah
(parenteral), namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat
tersebut. Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting
dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan
dan mempertahankan kesehatan klien dengan mendorong klien untuk lebih
proaktif jika membutuhkan pengobatan. Perawat berusaha membantu klien dalam
membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan,
mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan dan turut serta bertanggungjawab
dalam pengambilan keputusa tentang pengobatan bersama dengan tenaga
kesehatan lain. Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan resep
obat yang diberikan harus tepat, hitungan yang tepat pada dosis yang diberikan
sesuai resep dan selalu menggunakan :

5 prinsip 12 benar, yaitu:

1.Benar Klien

1. Selalu dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dengan memeriksa


gelang identifikasi dan meminta menyebutkan namanya sendiri.

2. Klien berhak untuk mengetahui alasan obat

3. Klien berhak untuk menolak penggunaan sebuah obat

4. Membedakan klien dengan dua nama yang sama

2. Benar Obat

1. Klien dapat menerima obat yang telah diresepkaNn

2. Perawat bertanggung jawab untuk mengikuti perintah yang tepat

7
3. Perawat harus menghindari kesalahan, yaitu dengan membaca label obat
minimal tiga kali:

1. Pada saat melihat botol atau kemasan obat

2. Sebelum menuang/menghisap obat

3. Setelah menuang/ mengisap obat

a. Memeriksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah

b. Mengetahui alasan mengapa klien menerima obat tersebut

c. Memberikan obat-obatan tanda: nama obat, tanggal kadaluarsa

3. Benar Dosis Obat

a. Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien.

b. Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat


yang bersangkutan.

c. Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang
akan diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan/ diminta, pertimbangan
berat badan klien (mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosisi obat harus
dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain.

d. Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.

4. Benar Waktu Pemberian

a. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

b. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya
seperti dua kali sehari, tiga kali sehat, empat kali sehari dan 6 kali sehari
sehingga kadar obat dalam plasma tubuh dapat dipertimbangkan.

c. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½ ). Obat yang
mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat

8
yang memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada
selang waktu tertentu.

d. Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah


makan atau bersama makanan

e. Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat


mengiritasi mukosa lambung bersama-sama dengan makanan.

f. Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah


dijadwalkan untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang
merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.

5. Benar Cara Pemberian (rute)

a. Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan


memadai.

b. Memperhatikan kemampuan klien dalam menelan sebelum memberikan


obat-obat peroral.

c. Menggunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat melalui rute


parenteral

d. Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama dengan klien
sampai obat oral telah ditelan.

e. rute yang lebih sering dari absorpsi adalah :

1. Oral ( melalui mulut ): cairan , suspensi ,pil , kaplet , atau kapsul .

1. Sublingual ( di bawah lidah untuk absorpsi vena ) ;

2. bukal (diantara gusi dan pipi)

3. topikal ( dipakai pada kulit ) ;

4. inhalasi ( semprot aerosol ) ;

5. instilasi ( pada mata, hidung, telinga, rektum atau vagina )

9
6. parenteral : intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena.

6. Benar Dokumentasikan.

Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah


sakit. Dan selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah
diberikan serta respon klien terhadap pengobatan.

7. Benar pendidikan kesehatan perihal medikasi klien

Perawat mempunyai tanggungjawab dalam melakukan pendidikan


kesehatan pada pasien, keluarga dan masyarakat luas terutama yang berkaitan
dengan obat seperti manfaat obat secara umum, penggunaan obat yang baik dan
benar, alasan terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh, hasil yang diharapkan
setelah pembeian obat, efek samping dan reaksi yang merugikan dari obat,
interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan, perubahan-perubahan yang
diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari selama sakit.

8. Hak klien untuk menolak

Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus memberikan
Inform consent dalam pemberian obat.

9. Benar pengkajianiksa TTV (Tanda-tanda vital) sebelum pemberian obat.

10. Benar evaluasi

Perawata selalu melihat/ memantau efek kerja dari obat setelah pemberiannya.

11. Benar reaksi terhadap makanan

Obat memiliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika obat
itu harus diminum sebelum makan (ante cimum atau a.c) untuk memperoleh kadar
yang diperlukan harus diberi satu jam sebelum makan misalnya tetrasiklin, dan
sebaiknya ada obat yang harus diminum setelah makan misalnya indometasin.

10
12. Benar reaksi dengan obat lain

Pada penggunaan obat seperti chloramphenicol diberikan dengan


omeprazol penggunaan pada penyakit kronis. Perawat mempunyai tanggung
jawab dalam sampainya obat keada pasien dan digunakannya obat oleh pasien
sehingga obat tersebut efektif dala membantu mengatasi masalah pasien. Secara
terperinci peran perawat dalam penatalaksanaan obat di rmah sakit jiwa adalah :

1. Mengumpulkan data sebelum pengobatan

Dalam pelaksanaan peran ini perawat di dukung oleh latar belakang


pengetahuan biologis dan perilaku. Data yang perlu dikumpulkan antara
lainriwayat penyakit diagnosa medis riwayat engobatan hasil laboratorium jenis
obat yang akan digunakan dan perawat perlu mengetahui program terapi lain bagi
pasien. Pengumpulan data ini digunakan agar asuhan keperawatan yang diberikan
bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan.

2. Mengkoordinasikan obat dengan terapi modalitas

Pemilihan terapi yang tepat sesuai dengan program pengobatan pasien


akan memberikan hasil yang lebih baik.

3. Pendidikan Kesehatan

Pasien di rumah sakit jiwa sangat membutuhkan pendidikan kesehatan


tentang obat yang diperolehnya karena pasien sering tidak mau minum obat yang
dianggap tidak ada manfaatnya. Contoh pada klien curiga yang menganggap obat
sebagai racun. Selain itu pendidikan kesehatan juga diperlukan keluarga karena
adanya anggapan jika pasien sudah ulang kerumah maka tidak perlu lagi minum
obat padahal hal ini menyebabkan risiko kanker kambuh dan dirawat kembali.

4. Memonitor efek samping obat

Selain efek yang diharapkan, perawat juga harus memonitor efek samping
obat dan reaksi-reaksi lain yang kurang baik setelah minum obat. Karena obat
dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah
satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam

11
proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa
obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.

Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian
integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan
dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan,
muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor
gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin
menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan.

Rencana perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat,


bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat,
efek samping, lama kerja, dan program dokter.

5 Prinsip Enam Benar

1.Benar Pasien

Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas


di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau
keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal
dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara
identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi
harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.

2.Benar Obat

Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama
dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama
generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau
kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau
kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan
botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang
diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya
tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.

12
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi
obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat
nama obat dan kerjanya.

3.Benar Dosis

Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu,


perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker
sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus
memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis
yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya
berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8
mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus
tetap hati-hati dan teliti !

4.Benar Cara/Rute

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja
yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal,
rektal, inhalasi.

Oral , adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai,
karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui
rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.

Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron
berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna,
yaitu melalui vena (perset / perinfus).

Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya
salep, losion, krim, spray, tetes mata.

Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang
akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh

13
efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang
tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang
lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya
tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.

Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki
epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian
obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent,
berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.

5. Benar Waktu

Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung


untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus
diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi
satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh
diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu
sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk
menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.

6.Benar Dokumentasi

Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan
oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat
itu tidak dapat diminum, harus dicatat

2.4 Kesalahan Pemberian Obat

Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup


faktor lain yang mengubah terapi obat yang direncanakan, misalnya lupa
memberi obat, memberi obat dua sekaligus sebagai kompensasi, memberi obat
yang benar pada waktu yang salah, atau memberi obat yang benar pada rute yang
salah.

14
Jika terjadi kesalahan pemberian obat, perawat yang bersangkutan harus
segera menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat yang senior
segera setelah kesalahan itu diketahuinya.

2.5 Pedoman KIE Perawat kepada Pasien atau Keluarga

Kepatuhan terjadi bila aturan pakai obat yang diresepkan serta


pemberiannya di rumah sakit diikuti dengan benar. Jika terapi ini akan dilanjutkan
setelah pasien pulang, penting agar pasien mengerti dan dapat meneruskan terapi
itu dengan benar tanpa pengawasan. Ini terutama penting untuk penyakit-penyakit
menahun, seperti asma, artritis rematoid, hipertensi, TB, diabetes melitus, dan
lain-lain.

Terapi obat yang efektif dan aman hanya dapat dicapai bila pasien
mengetahui seluk beluk pengobatan serta kegunaanya. Untuk itu sebelum pasien
pulang ke rumah, perawat perlu memberikan KIE kepada pasien maupun keluarga
tentang :

1. Nama obatnya.

2. Kegunaan obat itu.

3. Jumlah obat untuk dosis tunggal.

4. Jumlah total kali minum obat.

5. Waktu obat itu harus diminum (sebelum atau sesudah makan, antibiotik
tidak diminum bersama susu)

6. Untuk berapa hari obat itu harus diminum.

7. Apakah harus sampai habis atau berhenti setelah keluhan menghilang.

8. Rute pemberian obat.

9. Kenali jika ada efek samping atau alergi obat dan cara mengatasinya

10. Jangan mengoperasikan mesin yang rumit atau mengendarai kendaraan


bermotor pada terapi obat tertentu misalnya sedatif, antihistamin.

15
11. Cara penyimpanan obat, perlu lemari es atau tidak

12. Setelah obat habis apakah perlu kontrol ulang atau tidak

2.6. Penatalaksanaan Obat

Dalam membahas tentang penatalaksaan obat dibagi menjadi 2 yaitu pemberian


obatlangsung ke pasien dan pengelolaan atau penyimpanan obat di ruangan.

1. Pemberian obat ke pasien

a. Prinsip-prinsip peberian obat

Dalam membahas tentang prinsip peberian obat hal ini dibagi menjadi 3 yaitu
persiaan peberian dan evaluasi.

1) Persiapan

Peratama erawat harus melihat obat apa yang akan di berikan. Kemudian
mengkaji obat (tujuan peberian cara kerja efek samping dosis dan lainnya).
Setelah itu elakukan persiapan yang berkaitan dengan pasien yaitu mengkaji
riwayat pengobatan pasien, pengetahuan pasien dan kondisi sebelum pengobatan.

2) Pemberian

Ada 6 tahap yang harus diperhatikan perawat dalam pemberian obat :

- benar obat

- benar dosis

- benar pasien,

- benar waktu pemberian

- benar cara pemberian

- benar pendokumentasian

16
3) Evaluasi

Perawat bertanggung jawab untuk memonitor respon pasien terhada


pengobatan. Untuk obat-obatan yang sering digunakan di rumah sakit jiwa efek
samping biasanya terlihat sampai 1 jam setelah pemberian.

b. Metode pendekatan khusus dalam pemberian obat

Pemberian obat untuk pasien gangguan jiwa memerlukan pendekatan


khusus sesuai dengan kasusnya seperti pada kasus pasien curiga pasien bunuh diri
dan pasien yang ketergantungan obat.

1) . Pendekatan khusus kepada pasien curiga

Pada pasien curiga tidak mudah percaya terhadap suatu tindakan atau
pemberian yang diberikan padanya. Perawat harus meyakinkan bahwa tindakan
treatment yang dilakukan ke pasien tidaklah berbahaya dan bermanfaat bagi
pasien. Secara verbal dan non verbal, erawat harus dapat mengontrol perilakunya
agar tidak menimbulkan keraguan pada diri pasien karena tindakan ragu-ragu dari
perawat akan menimbulkan kecurigaan pasien.

Berikan obat dala bentuk dan kemasan yang sama setiap emberi obat agar
pasien tidak bingung, ceas dan curiga. Jika ada perubahan dosis diskusikan
terlebih dahulu keada pasien sebelum einta pasien untuk meminumnya. Yakinkan
obat benar-benar diminum dan ditelan dengan cara meminta pasien membuka
mulut dan gunakan spatel untuk melihat aakah obat disebunyikan. Hal ini terutaa
pada pasien yang mempunyai riwayat menyembunyikan obat di bawah lidah dan
membuangnya. Untuk pasien yang benar-benar menolak minum obat walaupun
sudah dilakukan pendekatan aka emberian obat dilakukan melalui injeksi sesuai
dengan instruktur dokter dengan memperhatikan aspek legal dan hak pasien untuk
menolak pengobatan dalam keadaan darurat.

2) Pendekatan khusus kepada pasien yang potensial bunuh diri.

Pada pasien bunuh diri masalah yang sering timbul adalah penolakan
pasien untuk minum obat dengan maksud pasien untuk merusak dirinya. Perawat

17
harus bersikap tegas dala pengawasan pasien untuk minum obat karena pasien
pada tahap ini berada dalam fase ambivalen antara keinginan hidup dan mati.
Perawat menggunakan kesempatan treatment pada saat pasien memunyai
keinginan hidup, agar keraguan pasien untuk mengakhiri hidupnya berkurang
karena pasien merasa diperhatikan.

Perhatian Perawat merupakan stimulus penting bagi pasien untuk


meningkatkan motivasi hidup. Dala hal ini peran erawat dalam memberikan obat
diintegrasikan dengan pendekatan keperawatan diantaranya untuk meningkatkan
harga diri pasien.

3) Pendekatan khusus pada pasien ketergantungan obat

Pada pasien yang mengalai ketegantungan obat biasanya menganggap


bahwa obat adalah segala-galanya dalam menyelesaikan masalah. Sehingga
perawat perlu memberikan penjelasan kepada pasien tentang manfaat obat dan
obat bukanlah satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah. Terapi obat harus
disesuaikan dengan terapi modalitas lainnya seperti penjelasan cara-cara elewati
proses kehilangan.

c. Pendidikan Kesehatan

Secara moral perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan


kesehatan pada pasien dan keluarga. Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan
mencakup informasi tentang penyakit kemajuan pasien, obat, cara merawat
pasien. Pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan peberian obat yaitu informasi
tentang obat efek samping cara minum obat waktu dan dosis.

2.7 Tanggung Jawab Perawat Dalam Pemberian Obat

Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan yang aman .


Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan
mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis
yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan .

18
Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat
yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan
kontraindikasi bagi status kesehatan klien . Sekali obat telah diberikan , perawat
bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi. Buku-buku referensi
obat seperti , Daftar Obat Indonesia ( DOI ) , Physicians‘ Desk Reference (PDR),
dan sumber daya manusia , seperti ahli farmasi , harus dimanfaatkan perawat jika
merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan , kontraindikasi ,
dosis , efek samping yang mungkin terjadi , atau reaksi yang merugikan dari
pengobatan (Kee and Hayes, 1996 ).

Enam Hal yang Benar dalam Pemberian Obat

Supaya dapat tercapainya pemberian obat yang aman , seorang perawat


harus melakukan enam hal yang benar : klien yang benar, obat yang benar, dosis
yang bena, waktu yang benar, rute yang benar, dan dokumentasi yang benar.

Pada waktu lampau, hanya ada lima hal yang benar dalam pemberian
obat. Tetapi kini ada hal keenam yang dimasukkan yaitu dokumentasi. Dua hal
tambahan klien juga dapat ditambahkan : hak klien untuk mengetahui alasan
pemberian obat, hak klien untuk menolak penggunaan sebuah obat.

Klien yang benar dapat dipastikan dengan memeriksa identitas klien, dan
meminta klien menyebutkan namanya sendiri. Beberapa klien akan menjawab
dengan nama sembarang atau tidak berespon, maka gelang identifikasi harus
diperiksa pada setiap klien pada setiap kali pengobatan. Pada keadan gelang
identifikasi hilang, perawat harus memastikan identitas klien sebelum setiap obat
diberikan.

Dalam keadaan dimana klien tidak memakai gelang identifikasi (sekolah,


kesehatan kerja, atau klinik berobat jalan), perawat juga bertanggung jawab untuk
secara tepat mengidentifikasi setiap orang pada saat memberikan pengobatan.

Obat yang benar berarti klien menerima obat yang telah diresepkan.
Perintah pengobatan mungkin diresepkan oleh seorang dokter, dokter gigi, atau

19
pemberi asuhan kesehatan yang memiliki izin praktik dengan wewenang dari
pemerintah.

Perintah melalui telepon untuk pengobatan harus ditandatangani oleh


dokter yang menelepon dalam waktu 24 jam. Komponen dari perintah pengobatan
adalah : (1) tanggal dan saat perintah ditulis, (2) nama obat, (3) dosis obat, (4) rute
pemberian, (5) frekuensi pemberian, dan (6) tanda tangan dokter atau pemberi
asuhan kesehatan. Meskipun merupakan tanggung jawab perawat untuk mengikuti
perintah yang tepat, tetapi jika salah satu komponen tidak ada atau perintah
pengobatan tidak lengkap, maka obat tidak boleh diberikan dan harus segera
menghubungi dokter tersebut untuk mengklarifikasinya ( Kee and Hayes, 1996 ).
Untuk menghindari kesalahan, label obat harus dibaca tiga kali : (1) pada saat
melihat botol atau kemasan obat, (2) sebelum menuang / mengisap obat dan (3)
setelah menuang / mengisap obat. Perawat harus ingat bahwa obat-obat tertentu
mempunyai nama yang bunyinya hampir sama dan ejaannya mirip, misalnya
digoksin dan digitoksin, quinidin dan quinine, Demerol dan dikumarol, dst.

Dosis yang benar adalah dosis yang diberikan untuk klien tertentu. Dalam
kebanyakan kasus, dosis diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk
obat yang bersangkutan. Perawat harus menghitung setiap dosis obat secara
akurat, dengan mempertimbangkan variable berikut : (1) tersedianya obat dan
dosis obat yang diresepkan (diminta), (2) dalam keadaan tertentu, berat badan
klien juga harus dipertimbangkan, misalnya 3 mg/KgBB/hari.

Sebelum menghitung dosis obat, perawat harus mempunyai dasar


pengetahuan mengenai rasio dan proporsi. Jika ragu-ragu, dosis obat harus
dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain.

Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan harus
diberikan. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari, seperti
b.i.d ( dua kali sehari ), t.i.d ( tiga kali sehari ), q.i.d ( empat kali sehari ), atau q6h
( setiap 6 jam ), sehingga kadar obat dalam plasma dapat dipertahankan. Jika obat
mempunyai waktu paruh (t ½ ) yang panjang, maka obat diberikan sekali sehari.
Obat-obat dengan waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang

20
waktu yang tertentu . Beberapa obat diberikan sebelum makan dan yang lainnya
diberikan pada saat makan atau bersama makanan ( Kee and Hayes, 1996 ;
Trounce, 1997)

Implikasi dalam Keperawatan Mencakup :

1. Berikan obat pada saat yang khusus. Obat-obat dapat diberikan ½ jam sebelum
atau sesudah waktu yang tertulis dalam resep.

2. Berikan obat-obat yang terpengaruh oleh makanan seperti captopril, sebelum


makan

3. Berikan obat-obat, seperti kalium dan aspirin, yang dapat mengiritasi perut
( mukosa lambung ) bersama-sama dengan makanan.

4. Tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan


untuk pemeriksaan diagnostik, seperti endoskopi, tes darah puasa, yang
merupakan kontraindikasi pemberian obat.

5. Periksa tanggal kadaluarsa. Jika telah melewati tanggalnya, buang atau


kembalikan ke apotik ( tergantung peraturan ).

6. Antibiotika harus diberikan dalam selang waktu yang sama sepanjang 24 jam
( misalnya setiap 8 jam bila di resep tertulis t.i.d ) untuk menjaga kadar darah
terapeutik.

Rute yang benar perlu untuk absorpsi yang tepat dan memadai. Rute yang
lebih sering dari absorpsi adalah (1) oral ( melalui mulut ): cairan , suspensi ,pil ,
kaplet , atau kapsul . ; (2) sublingual ( di bawah lidah untuk absorpsi vena ) ; (3)
topikal ( dipakai pada kulit ) ; (4) inhalasi ( semprot aerosol ) ; (5)instilasi ( pada
mata , hidung , telinga , rektum atau vagina ) ; dan empat rute parenteral :
intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena.

Implikasi dalam keperawatan termasuk :

a. Nilai kemampuan klien untuk menelan obat sebelum memberikan obat – obat
per oral

21
b. Pergunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat . Teknik steril dibutuhkan
dalam rute parenteral .

c. Berikan obat- obat pada tempat yang sesuai .

d. Tetaplah bersama klien sampai obat oral telah ditelan.

Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan segera dari seorang


perawat untuk mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan
. Ini meliputi nama obat , dosis , rute , waktu dan tanggal , inisial dan tanda
tangan perawat . Respon klien terhadap pengobatan perlu di catat untuk
beberapa macam obat seperti (1) narkotik – bagaimana efektifitasnya dalam
menghilangkan rasa nyeri – atau (2) analgesik non-narkotik, (3) sedativa, (4)
antiemetik (5) reaksi yang tidak diharapkan terhadap pengobatan, seperti irigasi
gastrointestinal atau tanda – tanda kepekaan kulit. Penundaan dalam mencatat
dapat mengakibatkan lupa untuk mencatat pengobatan atau perawat lain
memberikan obat itu kembali karena ia berpikir obat itu belum diberikan (Taylor,
Lillis and LeMone, 1993 ; Kee and Hayes, 1996 ).

Hak – Hak Klien dalam Pemberian Obat

1. Hak Klien Mengetahui Alasan Pemberian Obat

Hak ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan setelah mendapatkan


informasi ( Informed concent ) , yang berdasarkan pengetahuan individu yang
diperlukan untuk membuat suatu keputusan .

2. Hak Klien untuk Menolak Pengobatan

Klien dapat menolak untuk pemberian suatu pengobatan . Adalah


tanggung jawab perawat untuk menentukan , jika memungkinkan , alasan
penolakan dan mengambil langkah – langkah yang perlu untuk mengusahakan
agar klien mau menerima pengobatan . Jika suatu pengobatan dtolak , penolakan
ini harus segera didokumentasikan. Perawat yang bertanggung jawab, perawat
primer, atau dokter harus diberitahu jika pembatalan pemberian obat ini dapat
membahayakan klien, seperti dalam pemberian insulin. Tindak lanjut juga

22
diperlukan jika terjadi perubahan pada hasil pemeriksaan laboratorium , misalnya
pada pemberian insulin atau warfarin ( Taylor, Lillis and LeMone, 1993 ; Kee
and Hayes, 1996 ).

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, jelaslah bahwa pemberian obat pada


klien merupakan fungsi dasar keperawatan yang membutuhkan ketrampilan teknik
dan pertimbangan terhadap perkembangan klien. Perawat yang memberikan obat-
obatan pada klien diharapkan mempunyai pengetahuan dasar mengenai obat dan
prinsip-prinsip dalam pemberian obat.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemberian obat menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling
penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada
pasien. Perawat bertanggung jawab pada obat itu diberikan dan memastikan
bahwa obat tersebut benar. Obat yang diberikan kepada pasien, menjadi bagian
integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan
dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan,
muntah atau tidak dapat minum obat karena alasan tertentu. Faktor gangguan
visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien
tidak bias mengkonsumsi obat juga harus diperhatikan. Rencana tindakan
keperawatanan harus mencangkup rencana pemberian obat, pengetahuan tentang
kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja obat dan program dari dokter.

Tugas seorang perawat sebelum memberikan obat adalah harus memeriksa


identitas pasien yang meliputi : papan identitas di tempat tidur, gelang identitas
atau ditanyakan langsung kepada pasien dan keluarganya. Jika pasien tidak
sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien
mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan
mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan
langsung kepada keluarganya. Obat memiliki nama dagang dan nama generik.
Setiap obat dengan nama dagang harus diperiksa nama generiknya sebelum obat
tersebut diberikan oleh perawat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada
botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca
permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol
dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat.
Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan Tugas seorang perawat
adalah harus mengembalikan ke bagian farmasi.

Setelah obat diberikan, tugas seorang perawat adalah mendokumentasikan,


dosis, cara/ rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak

24
diberikan obat, atau obat itu tidak dapat dapat diberikan karena alasan tertentu,
perawat harus mencatat alasannya dan dilaporkan kepada dokter untuk tindakan
selanjutnya.

3.2 Saran

Perawat harus memahami betul apa saja peran yang harus dimilikinya
dalam pemberian obat kepada pasien,agar tidak terjadi kesalahan .

Dan Jika terjadi kesalahan dalam pemberian obat, perawat yang bersangkutan
harus segera menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat yang
senior segera setelah kesalahan itu diketahuinya, agar segera di atasi.

25
DAFTAR PUSTAKA

Ramdan P Yusup.2012.Pengetahuan Dasar Obat Untuk Perawan.Bandung:LCN


Press Entrepreneur

26

Anda mungkin juga menyukai