MEDIKAL MENTOSA
Disusun oleh:
Suci Meliyani 1810711008
Nur Fitria Firliani Pardi 1810711035
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya. Selawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi kita,
Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini ditulis bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Dasar II. Di makalah ini, kami membahas Medikamentosa
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus dan ikhlas telah memberikan
bantuan sehingga penulis dapat menyelasaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu. Sebagai penulis, kami menyadari bahwa banyak kekurangan dalam makalah
ini. Oleh karena itu, penulis meminta kritik dan saran pembaca terhadap makalah
ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau
kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk
memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk
obat tradisional.
Peran perawat dalam pemberian obat dan pengobatan telah berkembang
dengan cepat dan luas seiring dengan perkembangan pelayanan kesehatan.
Perawat diharapkan terampil dan tepat saat melakukan pemberian obat. Tugas
perawat tidak sekedar memberikan pil untuk diminum atau injeksi obat melalui
pembuluh darah, namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian
obat tersebut. Oleh karena itu, pengetahuan tentang manfaat dan efek samping
obat sangat penting untuk dimiliki perawat.
Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan
mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan
pengobatan. Dengan demikian, perawat membantu klien membangun
pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap
obat yang dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan
keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan lainnya.
Oleh karena itu kita harus selalu memperhatikan bagaimana obat itu
bekerja, dosis yang harus kita konsumsi, efek dari pemakaian obat tersebut, dan
keadaan dari obat itu sendiri apakah masih dalam keadaan baik atau sudah tidak
layak untuk digunakan. Sehingga kita akan terhindar dari hal-hal yang tidak
diinginkan sepertihalnya over dosis, atau malah menimbulkan kekebalan bagi
penyakit yang kita derita atau bahkan dapat menimbulkan kematian bila salah
dalam mengkonsumsi obat.
B. Rumusan masalah
1. Apa saja prinsip pemberian obat ?
2. Apa saja pertimbangan khusus dalam pemberian obat pada bayi dan anak ?
3. Apa saja bentuk dan rute pemberian obat ?
4. Bagaimana perhitungan dosis obat ?
5. Apa pengertian dan bagaimana cara pemberian obat secara oral ?
6. Apa perngertian pemberian obat secar parenteral ?
7. Apa pengertian pemberian obat secara IC dan bagaimana carnya ?
8. Apa pengertian pemberian obat secara IV dan bagaimana carnya ?
9. Apa pengertian pemberian obat secara IM dan bagaimana carnya ?
10. Apa pengertian pemberian obat secara SC dan bagaimana carnya ?
1
C. Tujuan
Dapat mengetahui prinsip dalam pemberian obat, bentuk dan rute pemberian
obat, serta cara pemberian obat sesuai dengan rutenya.
D. Manfaat
Penulis berharap para pembaca dari makalah ini dapat mengambil manfaat
serta menambah pengetahuannya terhadap perhitungan dosis dan dapat
menerapkannya didunia kerja.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip-prinsip Pemberian Obat
Memberikan obat kepada pasien adalah tanggung jawab keperawatan yang
penting dalam banyak pengaturan perawatan kesehatan, termasuk perawatan
rawat jalan, rumah sakit, fasilitas perawatan jangka panjang, dan rumah pasien.
Ada 6 persyaratan sebelum pemberian obat yaitu dengan prinsip 6 benar:
1. Benar Obat
Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya, perawat harus
memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu ketika memindahkan
obat dari tempat penyimpanan, saat obat diprogramkan dan saat
mengembalikan ke tempat penyimpanan. Obat memiliki nama dagang dan
nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang asing atau baru di
dengar, harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk
menanyakan nama generik atau kandungan obat. Sebelum memberi obat
kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali.
1) Saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat
2) Label botol dibandingkan dengan obat yang diminta
3) Saat dikembalikan ke rak obat
Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus
dikembalikan ke bagian farmasi. Jika pasien meragukan obatnya, perawat
harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat, perawat harus ingat untuk apa
obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
2. Benar Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis
harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus
dilengkapi alat tetes, gelar ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk
membelah tablet dan lain-lain sehingga perhitungan obat benar untuk
diberikan kepada pasien.
3. Benar Pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang
diprogramkan dengan cara mengidentifikasi kebenaran obat dengan
mencocokan nama, nomor register, alamat dan program pengobatan pasien.
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di
tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau
keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non
verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak
sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguang mental atau kesadaran,
maka harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan kepada
keluarga pasien. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
4. Benar Rute
3
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat
kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan melalui oral, parenteral, topikal,
rektal dan inhalasi.
5. Benar Waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang
diprogramkan, karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat
menimbulkan efek terapi dari obat. Ini sangat penting, khusunya bagi obat
yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar
darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk
memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan.
Dalam pemberian antibiotik tidak boleh diberikan bersama susu, karena susu
dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap tubuh. Ada
obat yang harus diminum setelah makan untuk menghindari iritasi yang
berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6. Benar Pendokumentasian
Setelah obat diberikan, perawat harus mendokumentasikan dosis, rute,
waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum
obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan
dilaporkan.
Syifa Putri Salsabila 1810711080
4
akan menyebabkan anak menjadi khawatir, terutama untuk prosedur yang
menyakitkan seperti penyuntikan. Perawat harus tetap memberikan obat
kepada anak walaupun anak tersebut menolak untuk bekerja sama walaupun
telah diberikan penjelasan dan dukungan. Jika hal ini terjadi berikan obat
dengan cepat dan hati – hati (Hockenberry dan Wilson 2007). Melibatkan
kemauan anak jika memungkinkan biasanya membuahkan hasil yang baik,
sebagai contoh, mengatakan “ini waktunya untuk minum obat apakah kamu
ingin meminumnya dengan air putih atau jus?” membuat anak menentukan
pilihannya. Jangan memberikan pilihan untuk tidak meminum obatnya.
Setelah memberikan obat pujilah anak atau berikan hadiah sederhana seperti
pintang atau kupon. Tips untuk pemberian obat pada anak :
1) Obat oral
Bentuk cair lebih aman untuk ditelan sehingga risiko aspirasi
berkurang
Gunakan penates untuk memberikan obat cair pada bayi: sedotan
dapat membantu anak yang lebih besar untuk menelan pil.
Tawarkan jus, minuman ringan, atau es buah setelah anak menelan
obatnya.
Minuman berkarbonasi yang dicampur es dapat mengurangi rasa
mual.
Jika mencampur obat dengan makanan, campurkan makanan sedikit
saja, anak biasanya menolak memakan campuran tersebut jika
terlalu banyak.
Hindari pencampuran obat dengan makanan atau minuman yang
disukainya karena anak tersebut bisa berubah jadi tidak
menyukainya.
Spuit adalah alat takar yang paling akurat untuk menyiapkan dosis
obat cair, terutama jika jumlahnya kurang dari 10ml.(
cangkir,sendok the, dan tetes tidak akurat.)
Saat memberikan obat cair, sendok, cangkir plastic atau spuit oral
tanpa jarum dapat juga digunakan.
2) Injeksi
Berhati – hatilah saat memilih area penyuntikan intramuscular
karena bayi dan anak kecil memiliki otot yang beym berkembang
sempurna.
Anak – anak terkadang tidak dapat duperkirakan dan tidak
kooperatif. Pastikan ada seseorang (lebih baik perawat lain) yang
membantu untuk menahan anak jika diperlukan, mintalah orang tua
sebagai pembuju; bukan penahan, jika anak tersebut memang perlu
ditahan.
5
Selalu bangunkan anak sebelum memberikan injeksi
Alihkan konsentrasi anak dengan cara memulai pembicaraan,
memberi balon, atau mainan untuk mengurangi persepsi nyeri.
Berikan suntikan dengan cepat, dan jangan melawan anak.
Jika ada waktu, gunakan krim anestesi campuran (eutectic mixture
of local anesthetics[EMLA]).
b. Lansia
Klien lanjut usia memiliki masalah – masalah yang khusus,
kebanyakan masalah ini berkaitan dengan perubahan fisiologi, pengalaman
masa lalu, dan sikap yang telah terbentuk terhadap obat. Perubahan fisiologi
pada lansia yang dapat memengaruhi pemberian dan efektivitas obat yaitu :
Gangguan mental
Gangguang penglihatan akut
Penurunan fungsi renal, mengakibatkan pelambatan eliminasi obat dan
peningkatan konsentrasi obat dalam aliran darah untuk periode yang
lebih lama.
Absorpsi yang kurang lengkap dan lebihh lambat di saluran
gastrointestinal
Peningkatan proporsi lemak terhadap massa tubuh tanpa lemak yang
memfasilitasi retensi obat larut lemak dan meningkatkan potensi
toksisitas
Penurunan fungsi hati yang menghambat biotransformasi obat.
Penurunan sensitivitas organ, yang berarti bahwa respons terhadap
konsentrasi obat yang sama disekitar rgan target berkurang pada
langsia dibandingkan saat muda
Banyak perubahan ini meningkatkan kemungkinan efek akumulasi dan
toksisitas, sebagai contoh, gangguan sirkulasi memperlambat kerja obat
yang diberikan melalui intramuscular atau subkutan. Digitalis, yang sering
digunakan oleh lansia, dapat berakumulasi hingga ke level toksik dan dapat
mematikan. Lansia sering kali mengonsumsi beberapa obat dalam satu hari.
Kemungkinan kesalahan meningka seiring pertambahan jumlah obat yang
dikonsumsi, bai yang diberikan sendiri dirumah atau diberikan di rumah
sakit. Jumlah obat yang lebih banyak juga menimbulkan masalah interaksi
obat. Pedoman umum yang harus diikuti adalah lansia harus mengonsumsi
obat sesedikit mungkin.
Lansia biasanya memerlukan dosis obat yang lebih kecil, terutama
sedative da depresan system saraf pusat lainnya. Reaksi lansia terhadap
obat, terutama sedative tidak dapat dipresikdi dan sering kali aneh. Tidak
jarang terlihat iritabilitas,konfusim disorientasi, gelisah dan inkontinensia
6
akibat pemberian sedative. Oleh karena itu, perawat perlu mengobservasi
klien dengan cermat terhadap reaksi yang tidak diharapkan. Dokter sering
kali mengikuti pedoman pemberian obat yang tak tertulis “mulai dengan
dosis rendah dan lanjutkan perlahan” ketika memprogramkan obat kepada
lansia. Dosis awal yang diberikan sering kali rendah dan kemudian secara
bertahap ditingkatkan dengan pemantauan ketat terhadap kerja dan efek
samping obat.
Sikap klien lansia terhadap perawatan medis dan obat sangat beragam.
Lansia cenderung memercayai kebijaksanaan dokter lebih cepat
dibandingkan orang yang masi muda. Beberapa lansia sering merasa
bingung terhadap resep beberapa obat dan menerima obat secara pasif dari
perawat tetapi tidak memakannya, meludahkan tablet atau kapsul setelah
perawat meninggalkan ruangan. Dengan demikian, perawat dianjurkan
untuk tetap bersama klien hingga mereka menelan obanya. Sedangkan yang
lainnya mungkin bersikap curiga terhadap obat dan secara aktif
menolaknya.
Lansia adalah orang dewasa yang memiliki penalaran. Oleh sebab itu,
perawat perlu menjelaskna alas an dan efek obat. Pendidikan ini dapat
mencegah klien melanjutkan penggunaan obat dalam jangka waktu yang
lama atau menghentikan konsumsi obat terlalu cepat. Sebagai contoh klien
sebaiknya mengetahui bahwa diuretic akan menyebabkan mereka berkemih
lebih sering dan dapat menurunkan edema tungkao. Instruksi tentang obat
perlu dinerikan kepada semua klien. Instruksi ini termasuk kapan obat
diminum, efek yang diharapkan dan bilamana harus berkonsultasi ke dokter.
Karena beberapa klien perlu minum beberapa obat setiap hari dan
karena ketajaman penglihatan dan memori mungkin terganggu, perawat
perlu mengembangkan rencana yang sederhana dan realistic yang akan
diterapkan klien di rumah. Sebaai contoh, mengingat untuk minum obat
mungkin sulit bagi kebanyakan orang terutama lansia. Apabila minm obat
dijadwalkan bersama makanan atau waktu tidur, klien tidak terlalu lupa.
Beberapa klien mungkin meminum obat mereka dan beberapa jam kemudia
lupa apakah mereka sudah minum obat atau belum. Satu solusi yang baik
adalah dengan menggunakan wadah atau gelas khusus obat. Gelas atau
wadah yang kosong menunjukan bahwa individu telah meminum obat.
Gangguang ketajaman penglihatan menimbulkan masalah yang dapat
diatasi dengan menuliskan rencana dengan huruf besar dan tebal yang cukup
dapat dibaca oleh klien. Pada beberapa situasi bantuan pasangan dan anak
dapat dimasukkan.
Lansia sering kali mengalami gangguan keterampilan manual akbiat
artrits atau kekakuan pada tangan dan jari – jari mereka akibat proses
penuaan. Gangguan ini menyebabkan klien kesulitan untuk membuka
wadah obat atau memberikan obat lainnya secara mandiri seperti tetes mata,
tetes telinga, injeksi insulin dan inhalasi. Perawat dapat membantu klien
7
membuat perubahan yang diperlukan atau mengatur bantuan orang lan
untuk membantu mereka menggunakan obat.
Pertimbangan khusus selama pemberian obat :
Sederhanakan rencana terapi obat jika dimungkinkan
Berikan instruksi dan sederhana,dan sediakan juga penjelasan secara
tertulisdengan huruf besar
Lakukan pengkajian status fungsional untuk menentukan apakah klien
perlu dibantu dalam menggunakan obatnya
Biarkan klien meminm sedikit air sebelum meminum obatnya untuk
memudahkan menelan dan sarankan klien untuk meminum setidaknya
5 – 6 ons cairan setelah menelan obat
Beberapa klien lansia sangat sensitive terhadap obat, terutama obat yang
bekerja pada system saraf pusat. Untuk itu perhatikan dengan cermat
respons klien terhadap pengobatan dan antisipasi apakah perlu
penyesuaian dosis
Jika klien memiliki kesulitan menelan kapsul atau tablet :
a) Mintalah dokter untuk mengganti ke obat cair jika memungkinkan
b) Minta klien untuk duduk tegak dan menundukkan dagunya agar
mengurangi risiko aspirasi
c) Beri tahu alternative selain obat, seperti diet yang seimbang daripada
vitamin dan latihan daripada obat laksatif
Lihat kembali riwayat penggunaan obat, termasuk penggunaan obat
bebas yang sering digunakan.
Maila Faiqoh Tsauroh (1810711085)
Putri Irayani (1810711086)
8
diminum. Jenis obat berbentuk tablet ini terbagi lagi menjadi beberapa jenis,
yaitu:
- Tablet Kempa
Jenis obat berbentuk tablet yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat. Obat berbentuk tablet ini dibuat sesuai dengan bentuk
cetakannya dan memiliki ukuran yang sangat bervariasi.
- Tablet Hipodermik
Jenis obat tablet hipodermik ini adalah obat tablet yang mudah larut di
dalam air. Proses pelarutannya juga terjadi secara sempurna.
- Tablet Effervescent
Jenis obat tablet effervescent ini memang sengaja dibuat agar mudah
larut di dalam air. Penggunaan jenis tablet ini adalah dengan
melarutkannya dahulu didalam air sebelum diminum. Tablet
Effervescent ini tidak boleh langsung anda telan atau dimakan sebelum
dilarutkan dalam air.
- Tablet Kunyah
Obat berbentuk tablet yang satu ini penggunaan dilakukan dengan cara
dikunyah. Biasanya, jenis obat tablet seperti ini memiliki rasa yang
lebih enak dibandingkan dengan obat – obat yang lainnya, karena
pemakaiannya yang harus langsung dimakan atau dikunyah.
9
o Bersifat disolusi atau cepat larut di dalam tubuh
o Tidak memerlukan banyak bahan tambahan
10
halnya obat berbentuk tablet pada umumnya, namun bentuk fisiknya
menyerupai kapsul.
Selain bentuknya yang lebih menarik, bentuk ini juga berfungsi
untuk melindungi obat dari pengaruh kelembapan udara atau untuk
melindungi obat dari keasaman lambung. Kaplet pun merupakan obat padat
yang dibuat secara kempa cetak sehingga bentuknya menjadi oval seperti
kapsul.
11
atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi
ukuran yang ditetapkan.
12
Obat jenis ini berbentuk cair
(larutan,emulsi atau suspensi) yang
disuntikkan ke tubuh penderita,
dengan tujuan agar kerja obat lebih
cepat dan untuk mengobati penderita
yang tidak bisa makan obat melalui
mulut.
2. Sublingual
Penempatan di bawah lidah memungkinkan obat tersebut
berdifusi kedalam anyaman kapiler dan karena itu secara langsung
masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pemberian suatu obat dengan rute
ini mempunyai keuntungan obat melakukan bypass melewati usus dan
hati dan obat tidak diinaktivasi oleh metabolisme.
13
3. Rektal
50% aliran darah dari bagian rektum memintas sirkulasi portal;
jadi, biotransformasi obat oleh hati dikurangi. Rute sublingual dan
rektal mempunyai keuntungan tambahan, yaitu mencegah
penghancuran obat oleh enzim usus atau pH rendah di dalam lambung.
Rute rektal tersebut juga berguna jika obat menginduksi muntah ketika
diberikan secara oral atau jika penderita sering muntah-muntah.
B. Parenteral
Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya
buruk melalui saluran cerna, dan untuk obat seperti insulin yang tidak
stabil dalam saluran cerna. Pemberian parenteral juga digunakan untuk
pengobatan pasien yang tidak sadar dan dalam keadaan yang memerlukan
kerja obat yang cepat.
Pemberian parenteral memberikan kontrol paling baik terhadap
dosis yang sesungguhnya dimasukkan kedalam tubuh.
1. Intravena (IV)
Suntikan intravena adalah cara pemberian obat parenteral yan
sering dilakukan. Untuk obat yang tidak diabsorbsi secara oral, sering
tidak ada pilihan. Dengan pemberian IV, obat menghindari saluran
cerna dan oleh karena itu menghindari metabolisme first pass oleh hati.
Rute ini memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang baik sekali
atas kadar obat dalam sirkulasi. Namun, berbeda dari obat yang terdapat
dalam saluran cerna, obat-obat yang disuntukkan tidak dapat diambil
kembali seperti emesis atau pengikatan dengan activated charcoal.
Suntikan intravena beberapa obat dapat memasukkan bakteri melalui
kontaminasi, menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan karena
pemberian terlalu cepat obat konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan
jaringan-jaringan. Oleh karena it, kecepatan infus harus dikontrol
dengan hati-hati. Perhatiab yang sama juga harus berlaku untuk obat-
obat yang disuntikkan secara intra-arteri.
2. Intramuskular (IM)
Obat-obat yang diberikan secara intramuskular dapat berupa
larutan dalam air atau preparat depo khusus sering berpa suspensi obat
dalam vehikulum non aqua seperti etilenglikol. Absorbsi obat dalam
larutan cepat sedangkan absorbsi preparat-preparat depo berlangsung
lambat. Setelah vehikulum berdifusi keluar dari otot, obat tersebut
mengendap pada tempat suntikan. Kemudian obat melarut perlahan-
lahan memberikansuatu dosis sedikit demi sedikit untuk waktu yang
lebih lama dengan efek terapetik yang panjang.
14
3. Subkutan
Suntikan subkutan mengurangi resiko yang berhubungan dengan
suntikan intravaskular. Contohnya pada sejumlah kecil epinefrin
kadang-kadang dikombinasikan dengan suatu obat untuk membatasi
area kerjanya. Epinefrin bekerja sebagai vasokonstriktor lokal dan
mengurangi pembuangan obat seperti lidokain, dari tempat pemberian.
Contoh-contoh lain pemberian obat subkutan meliputi bahan-bahan
padat seperti kapsul silastik yang berisikan kontrasepsi levonergestrel
yang diimplantasi unutk jangka yang sangat panjang.
C. Lain-lain
1. Inhalasi
Inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati
permukaan luas dari saluran nafas dan epitel paru-paru, yang
menghasilkan efek hampir sama dengan efek yang dihasilkan oleh
pemberian obat secara intravena. Rute ini efektif dan menyenangkan
penderita-penderita dengan keluhan pernafasan seperti asma atau
penyakit paru obstruktif kronis karena obat diberikan langsung ke
tempat kerja dan efek samping sistemis minimal.
2. IntranasaL
Desmopressin diberikan secara intranasal pada pengobatan
diabetes insipidus; kalsitonin insipidus; kalsitonin salmon, suatu
hormon peptida yang digunakan dalam pengobtana osteoporosis,
tersedia dalam bentuk semprot hidung obat narkotik kokain, biasanya
digunakan dengan cara mengisap.
3. Intratekal/intraventricular
Kadang-kadang perlu untuk memberikan obat-obat secara
langsung ke dalam cairan serebrospinal, seperti metotreksat pada
leukemia limfostik akut.
4. Topikal
Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat
diinginkan untuk pengobatan. Misalnya, klortrimazol diberikan dalam
bentuk krem secara langsung pada kulit dalam pengobatan
dermatofitosis dan atropin atropin diteteskan langsung ke dalam mata
untuk mendilatasi pupil dan memudahkan pengukuran kelainan
refraksi.
5. TransdermaL
Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan pemakaian
obat pada kulit, biasanya melalui suatu “transdermal patch”. Kecepatan
15
absorbsi sangat bervariasi tergantun pada sifat-sifat fisik kulit pada
tempat pemberian. Cara pemberian obat ini paling sering digunakan
untuk pengiriman obat secara lambat, seperti obat antiangina,
nitrogliserin.
Dinda Nur Aini 1810711084
16
Terdapat banyak rumus yang digunakan untuk menghitung dosis obat.
Gunakan rumus dasar dibawah ini untuk menyiapkan obat dalam bentuk
padat atau cairan :
Dosis yang dibutuhkan x jumlah yang tersedia = jumlah yang akan
diberikan (x)
Dosis yang tersedia
* Dosis yang dibutuhkan adalah jumlah obat yang diresepkan
* Dosis yang tersedia adalah dosis obat yang tersedia dari pabrik
(seperti mg, unit)
* Jumlah yang tersedia adalah unit dasar atau jumlah obat yang
mengandung dosis obat yang tersedia. Untuk obat padat, biasanya
dalam bentuk kapsul kalau cairan biasanya berupa ml atau l,
tergantung pada botol kemasan.
Contoh : heparin sering didistribusikan dalam larutan 10.000 unit per
mililiter dalam vial. Jika diprogramkan untuk 5000 unit, perawat dapat
menggunakan formula sebelumnya.
x = 5000
10.000
= ½ ml
Beberapa rumus dapat digunakan untuk menghitung dosis obat. Salah satu
rumus menggunakan rasio :
Dosis ditangan = dosis yang diinginkan
Jumlah di tangan jumlah yang diinginkan (x)
Contoh : diprogramkan eritromisin 500mg. Preparat yang tersedia dalam
bentuk cair mengandung 250 mg eritormisin dalam 5 ml. Untuk menghitung
dosis, perawat menggunakan rumus
Dosis ditangan (250 mg) = dosis yang diinginkan (500 mg)
Jumlah di tangan (5ml) jumlah yang diinginkan (x)
17
250 mg
= 10 ml Jadi dosis yang diberikan adalah 10 ml.
Dosis untuk anak-anak
Meskipun dosis telah ditulis di progrm obat, perawat harus memahami
tentang dosis aman untuk anak-anak. Tidak seperti dosis orang dewasa,
dosis anak-anak tidak selalu standar. Ukuran tubuh secara bermakna
memengaruhi dosis.
Luas permukaan tubuh
Luas permukaan tubuh ditentukan menggunakan nomogram dan tinggi
serta berat badan anak. Metode ini dianggap paling akurat dalam mengitung
dosis anak. Nomogram standar memberikan ukuran luas permukaan tubuh
menurut berat dan tinggi badan. Rumusnya adalah rasio luas permukaan
tubuh anak terhadap area permukaan tubuh rata-rata orang dewasa (1,7
meter kuadrat atau 1,7 ㎡ dikalikan dengan dosis obat dewasa normal :
Dosis anak-anak :
1,7㎡
Contoh : anak dengan berat badan 10 kg dan tinggi badan 50 cm memiliki
luas permukaan tubuh 0,4 ㎡ . oleh sebab itu, dosis tetrasiklin untuk anak
yang sama dengan 250 mg pada orang dewasa adalah :
1,7㎡
= 0,23x250 = 58,82 mg
Jihan Almira Dewi 1810711036
Murni 1810711040
18
absorbsi, maka pemberian obat per oral dapat di sertai dengan
pemberian setengah gelas air atau cairan lain.
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi lambung dan
menyebabkan muntah (misalnya garam besi dan salisilat). Untuk
mencegah hal tersebut, obat di persiapkan dalam bentuk kapsul yang
diharapkan tetap utuh dalam suasana asam di lambung, tetapi menjadi
hancur pada suasana netral atau basa di usus. Dalam memberikan obat
jenis ini, bungkus kapsul tidak boleh dibuka, obat tidak boleh dikunyah
dan pasien diberitahu untuk tidak minum antasida atau susu sekurang-
kurangnya satu jam setelah minum obat.
Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian harus di
lakukan dengan cara yang paling nyaman khususnya untuk obat yang
pahit atau rasanya tidak enak. Pasien dapat diberi minuman dingin (es)
sebelum minum sirup tersebut. Sesudah minum sirup pasien dapat diberi
minum pencuci mulut atau kembang gula.
19
Suatu obat dipersiapkan dalam bentuk kapsul dengan harapan agar
tetap utuh dalam suasana asam lambung tetapi menjadi hancur pada
suasana netral atau basa di usus. Dalam pemberian obat jenis kapsul,
bungkus kapsul tidak boleh dibuka, obat tidak boleh dikunyah dan
pasien diberitahu untuk tidak minum susu atau antacid sekurang-
kurangnya satu jam setelah minum obat.
6. Sirup
Disini menggunakan sendok pengukur, gelas pengukur
(yang kecil), atau botol tetesan. Terkadang sirup sebelum diminum
harus dikocok terlebih dahulu. Pemberiannya harus dilakukan
dengan cara yang paling nyaman khususnya untuk obat yang pahit
atau dengan rasa yang tidak enak. Pasien dapat diberi minum dingin
(es) sebelum minum sirup tersebut. Sesudah minum sirup, pasien
dapat diberi minum pencuci mulut atau kembang gula.
20
obat mencapai saluran lambung usus, ia akan mengalami disenegrasi
(pecah) menjadi agregat-agregat kecil sampai halus sambil melepas
senyawa obat.
21
- Dapat juga untuk mencapai efek lokal yang diinginkan dan
dikehendaki (contoh : obat cacing, obat untuk pemeriksaan
diagnostik sebagai pemotretan lambung-usus)
- Baik sekali untuk mengobati infeksi usus
- Bentuk sediaan oral diantaranya, yaitu : tablet, kapsul, obat
hisap, sirup dan tetesan.
22
Pada pemilihan rute pemberian obatm bergantung pada kandungan
obat dan efek yang diinginkan serta kondisi dan mental pasien. Perawat
sering terlibat dalam pemilihan rute pemberian obat. Hal itu terjadi
karena perawat terlibat dalam perawatan klien secara konsisten.
Pemberian obat secara sublingual dilakukan dengan cara diletakkan
dibawah lidah, kemudian larut sehingga mudah diabsorbsi. Obat yang
diberikan secara sublingual tidak boleh ditelan, jika obat ditelan maka
efek yang diinginkan tidak akan tercapai. Contoh obat yang sering
diberikan secara sublingual yaitu gliserin.
23
- Dari selaput dibawah lidah langsung ke dalam aliran darah,
sehingga efek yang dicapai lebih cepat, misal pada pasien
serangan jantung dan juga penyakit asma.
b. Tujuan
- Memperoleh efek local dan sistemik
- Untuk memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat
dibandingkan secara oral
- Untuk menghindari kerusakan obat oleh hepar
c. Indikasi
Pada penderita angina pektoris, aritmia, hipertensi, dan infark miokard
d. Kontraindikasi
- Klien yang mengalami perubahan fungsi saluran pencernaan
(misal : mual, muntah), mobilitas menurun (setelah anastesi
umum/inflamasi).
- Klien yang tidak mempu menelan
- Klien yang terpasang penghisap lambung dan akan menjalani
pembedahan
- Klien tidak sadar/bingung
- Klien dengan penyakit paru obstruktif, diabetes mellitus dan
disfungsi jantung.
e. Mekanisme kerja
Obat bukan -> obat diletakkan pada membran mukosa pipi -> mukosa
tervaskularisasi pada rongga mulut dan tenggorokan -> pembuluh darah
banyak, membran tipis baik untuk zat yang tidak terionisasi dan lipofil
-> kerja obat cepat, tidak melewati saluran cerna dan hati.
24
- Kandungan : 0,6 Nitrogliserin, laktosa monohidrat
- Dosis : 0,3 – 0,6 dilarutkan di kantong bukal setiap 5 menit
sesuai kebutuhan
Nada Tasya 1810711056
Renasti Pratiwi 1810711061
25
4. Intravena (IV)
Suntikan intravena adalah cara pemberian obat parenteral yan sering
dilakukan. Untuk obat yang tidak diabsorbsi secara oral, sering tidak ada
pilihan. Dengan pemberian IV, obat menghindari saluran cerna dan oleh
karena itu menghindari metabolisme first pass oleh hati. Rute ini
memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang baik sekali atas kadar
obat dalam sirkulasi. Namun, berbeda dari obat yang terdapat dalam saluran
cerna, obat-obat yang disuntukkan tidak dapat diambil kembali seperti
emesis atau pengikatan dengan activated charcoal. Suntikan intravena
beberapa obat dapat memasukkan bakteri melalui kontaminasi,
menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan karena pemberian terlalu cepat
obat konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan jaringan-jaringan. Oleh karena
it, kecepatan infus harus dikontrol dengan hati-hati. Perhatiab yang sama
juga harus berlaku untuk obat-obat yang disuntikkan secara intra-arteri.
Nur Fitria Firliani P 1810711035
Suci Meliyani 1810711008
26
Perawat perlu memerhatikan area
kulit klien yang terbebas dari luka atau
perubahan warna kulit untuk
penyuntikan. Beberapa klien
memberika reaksi anafilaktik jika obat
memasuki peredaran darah terlalu
cepat. Tes kulit menggunakan spuit
tuberkulin atau hipodermik kecil dan
sudut penyuntikkan berkisar antara
10–15 derajat.
27
2. Pemberian Obat melalui intravena (Secara Tidak Langsung) Merupakan
cara pemberian obat dengan menambahkan atau memasukkan obat kedalam
media (wadah atau selang), yang bertujuan untuk meminimalkan efek
samping dan mempertahankan kadar terapetik dalam darah.
Indikasi pemberian obat melalui intravena :
Pada seseorang dengan penyakit berat ,pemberian obat melalui intravena
langsung masuk ke dalam jalur peredaran darah.
Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat
menelan obat ( ada sumbatan disaluran cerna atas).
Kesadaran menurun dan beresiko terjadi aspirasi (tersedak-obat masuk ke
pernapasan) sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.
Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan
melalui injeksi bolus(suntikan langsung
pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat
konsentrasi obat dalam darah tercapai.
Lokasi injeksi intravena :
Pada lengan (vena basilika dan vena
sefalika )
Pada tungkai ( vena safena )
Pada leher ( vena jugularis )
Pada kepala ( vena frontalis atau vena
temporalis)
Alat/perlengkapan :
Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
Kapas alkohol
28
Sarung tangan
Obat yang sesuai
Spuit 2ml – 5 ml
Bak spuit
Baki obat
Plester
Perlak pengalas
Karet pembendung ( tourniquet )
Kasa steril ( bila perlu )
Prosedur Kerja :
Cuci tangan
Siapkan obat dengan prinsip enam benar
Indentifikasi klien
Beri tahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
Atur klien pada posisi yang nyaman
Pasang perlak pengalas
Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
Letakkankaretpembendung( torniquet)
Pilih area penusukan yang bebas dari tangda kekakuan, peradangan atau
rasa gatal. Menghindari gangguan absorpsi obat atau cidera dan nyeri yang
berlebihan
Pakai sarung tangan
Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan
gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm.
Tunggu sampai kering. Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi
dari kulit yang mengandung mikroorganisme
Pegang kapas alkohol dengan jari - jari tengah pada tangan non dominan
Buka tutup jarum
Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm di bawah area penusukan dengan
tangan non dominan. Membuat kulit lebih kencang dan vena tidak
bergeser, memudahkan penusukan.
Pegang jarum pada posisi 30 derajat, sejajar vena yang akan ditusuk secara
perlahan
Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena
Lakukan aspirasi dengan tangan dominan menahan barel dari spuit dan
tangan dominan menarik plunger.
Observasi adanya darah dalam spuit
Jika ada darah, lepaskan torniquet dan masukkan obat perlahan – lahan
Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkkan (30
derajat), sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas
alkohol pada area penusukan
29
Tutup area penusukkan dengan menggunakan kassa steril yang diberi
betadin
Kembalikan posisi klien
Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan
Buka sarung tangan
Cuci tangan
Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
Alat-alat bolus :
Obat dalam bentuk vial/ampul sudah di dalam spuit sesuai dengan dosis
yang di resepkan
Kapas alcohol
Bengkok
Tempat obat
Klem
30
Merapihkan alat.
Rizki Nur Azizah (1810711033)
Mahdina (1810711048)
31
berhubungan dengan pemilihan lokasi yang tidak tepat (Hunt, 2008;
Hunter, 2008a; Zimmerman, 2010).
Untuk menemukan otot ventrogluteal, minta pasien berbaring
telentang atau lateral; letakkan tumit tangan Anda di atas trokanter
pinggul pasien yang lebih besar dengan pergelangan tangan yang
hampir tegak lurus dengan tulang paha. Gunakan tangan kanan untuk
pinggul kiri dan tangan kiri untuk pinggul kanan. arahkan ibu jari ke
selangkangan pasien; arahkan jari telunjuk ke tulang iliaka superior
anterior; dan rentangkan jari tengah ke belakang di sepanjang krista
iliaka ke arah bokong.
Jari telunjuk, jari tengah,
dan krista iliaka
membentuk segitiga
berbentuk V. Situs
injeksi adalah pusat dari
segitiga (Gambar, 22-
17, A) (Nicholl dan
Hesby, 2002). Untuk
mengendurkan otot ini,
pasien berbaring miring
atau bersandar, melenturkan lutut dan pinggul (lihat Gambar, 22-17, B).
32
paha ke garis tengah sisi luar paha. Dengan anak-anak kecil atau pasien
cachectic, akan membantu untuk memahami tubuh otot selama injeksi
untuk memastikan bahwa obat disimpan dalam jaringan otot. Untuk
membantu mengendurkan otot, minta pasien berbaring rata dengan
lutut sedikit tertekuk dan kaki diputar secara eksternal atau mengambil
posisi duduk (Gambar, 22-18, B).
Otot Deltoid
3. Prosedur
33
Peralatan
Jarum suntik dan jarum SESIP yang tepat:
1. 2 hingga 3 mL untuk dewasa
2. 0,5 hingga 1 mL untuk bayi dan anak kecil
3. Panjang jarum sesuai dengan sisi injeksi dan usia dan ukuran pasien.
4. Jarum pengukur sering tergantung pada panjang jarum; berikan obat-
obatan biologis dan dalam larutan air dengan jarum pengukur 20 hingga
25.
5. Alcohol swap
6. pad kasa kecil
7. Botol atau ampul obat
8. Sarung tangan bersih
9. Catatan administrasi medikasi (MAR) atau cetakan komputer
10. Wadah anti bocor
Penilaian
LANGKAH RASIONAL
1. Periksa keakuratan dan kelengkapan Pesanan prescriber adalah sumber
setiap MAR atau cetakan komputer dan catatan hukum yang paling
dengan pesanan obat tertulis dari dapat diandalkan dari obat-obatan
prescriber. Periksa nama pasien, nama pasien. Pastikan pasien menerima
obat dan dosis, rute pemberian, dan obat yang benar.
waktu pemberian. Salin ulang atau cetak MAR tulisan tangan adalah sumber
ulang ramuan MAR yang sulit dibaca. kesalahan pengobatan (ISMP, 2010;
Jones dan Treiber, 2010).
2. Menilai riwayat medis dan pengobatan Menentukan kebutuhan akan obat atau
pasien. kemungkinan kontraindikasi untuk
pemberian obat.
3. Nilai riwayat alergi pasien; dikenal jenis Jangan menyiapkan obat jika ada alergi
alergi dan reaksi alergi normal. pasien yang diketahui.
34
7. Kaji gejala pasien sebelum memulai Memberikan informasi kepada perawat
terapi pengobatan. untuk mengevaluasi efek pengobatan yang
diinginkan.
8. Nilai pengetahuan pasien tentang obat Memiliki implikasi untuk pendidikan
yang akan diterima. pasien.
Perencanaan
Hasil yang diharapkan setelah selesainya prosedur:
Pasien tidak mengalami rasa sakit atau Obat-obatan dapat menyebabkan iritasi
terbakar ringan di tempat suntikan. jaringan ringan.
Pasien mencapai efek yang diinginkan Obat diberikan tanpa cedera pasien.
dari pengobatan tanpa tanda-tanda
alergi atau efek yang tidak diinginkan.
Pasien menjelaskan tujuan, dosis, dan Peragakan pembelajaran.
efek obat.
Implementasi
LANGKAH RASIONAL
1. Siapkan obat untuk satu pasien Pastikan obatnya steril. Mencegah gangguan
sekaligus menggunakan teknik mengurangi kesalahan persiapan obat
aseptik. Simpan semua halaman (LePorte et al, 2009; Nguyen et al., 2010). Ini
MARs atau hasil cetakan komputer adalah pemeriksaan pertama dan kedua untuk
untuk satu pasien bersama-sama atau keakuratan dan memastikan bahwa obat yang
lihat hanya satu MAR elektronik satu benar diberikan.
pasien pada satu waktu. Periksa label
obat dengan hati-hati dengan hasil
cetak komputer 2 kali (lihat
keterampilan 22-1 dan Pedoman
Prosedural 22-1) saat menyiapkan
obat.
35
2. Minum obat untuk pasien pada waktu Rumah sakit harus mengadopsi kebijakan dan
yang tepat (lihat kebijakan agensi). prosedur pemberian obat untuk menentukan
Obat-obatan yang memerlukan waktu waktu pemberian obat yang
yang tepat termasuk stat, dosis mempertimbangkan sifat obat yang
pertama atau pemuatan, dan dosis satu diresepkan, aplikasi klinis spesifik, dan
kali. Berikan obat yang dijadwalkan kebutuhan pasien (DHHS, 2011; ISMP,
secara waktu (mis., Antibiotik, 2011). Obat terjadwal yang kritis terhadap
antikoagulan, insulin, antikonvulsan, waktu adalah obat yang dosis administrasi
agen imunosupresif) pada waktu yang pemeliharaannya lebih awal atau tertunda
tepat dipesan (paling lambat 30 menit lebih dari 30 menit sebelum atau setelah dosis
sebelum atau setelah dosis yang yang dijadwalkan dapat menyebabkan
dijadwalkan). Berikan obat terjadwal kerusakan atau mengakibatkan terapi
non-waktu kritis dalam kisaran 1 atau suboptimal atau efek farmakologis yang
2 jam dari dosis yang dijadwalkan substansial. Obat-obatan non-waktu-kritis
(ISMP, 2011). Selama administrasi, adalah obat-obatan yang pemberiannya dini
terapkan enam hak administrasi obat. atau tertunda dalam rentang yang ditentukan
baik 1 atau 2 jam tidak boleh menyebabkan
bahaya atau menghasilkan terapi suboptimal
yang substansial atau efek farmakologis
(ISMP, 2011; DHHS, 2011).
3. Tutup tirai atau pintu kamar. Memberikan privasi.
4. Identifikasi pasien menggunakan dua Memastikan pasien yang benar.
pengidentifikasi (yaitu, nama dan Memenuhi standar Komisi Gabungan
tanggal lahir atau nama dan nomor dan meningkatkan keselamatan pasien
akun) sesuai dengan kebijakan agensi. (TJC, 2012).
Bandingkan pengidentifikasi di MAR Beberapa lembaga sekarang
/ rekam medis dengan informasi pada menggunakan sistem kode batang
gelang identifikasi pasien dan / atau untuk membantu identifikasi pasien.
minta pasien untuk menyebutkan
nama.
5. Di sisi tempat tidur pasien lagi
membandingkan MAR atau hasil Ini adalah chack ketiga untuk akurasi dan
komputer dengan nama obat pada memastikan bahwa pasien menerima
label obat dan nama pasien. tanyakan pengobatan yang benar. Mengonfirmasi
pada pasien apakah ia memiliki alergi. riwayat alergi pasien.
6. Diskusikan tujuan masing-masing Pasien memiliki hak untuk diberi tahu, dan
obat, tindakan, dan kemungkinan efek pemahaman pasien tentang setiap obat
samping. Izinkan pasien untuk meningkatkan kepatuhan terhadap terapi obat.
mengajukan pertanyaan. Beri tahu Membantu meminimalkan kecemasan pasien.
pasien bahwa suntikan akan
menyebabkan sedikit rasa terbakar
atau menyengat.
36
7. Lakukan kebersihan tangan dan Mengurangi penularan infeksi. Menghargai
oleskan sarung tangan bersih. martabat pasien saat mengekspos tempat
Letakkan sprei atau gaun yang suntikan.
menutupi bagian-bagian tubuh yang
tidak membutuhkan paparan.
8. Pilih situs yang sesuai. Catat integritas Ventrogluteal lebih disukai sebagai tempat
dan ukuran otot. Palpasi untuk injeksi untuk orang dewasa. situs ini juga
kelembutan atau kekerasan. Hindari disukai untuk anak-anak dari segala usia
area ini. jika pasien sering menerima (Hockenberry dan Wilson, 2011; Hunt, 2008;
suntikan, putar situs. Gunakan Zimmerman, 2010).
ventrogluteal jika memungkinkan.
9. Bantu pasien untuk posisi yang Mengurangi ketegangan pada otot dan
nyaman. Posisikan pasien tergantung meminimalkan ketidaknyamanan injeksi.
pada lokasi yang dipilih (mis., Duduk,
berbaring rata, miring, atau rawan).
10. Pindahkan situs menggunakan Suntikan ke situs anatomi yang benar
landmark anatomi. mencegah cedera pada saraf, tulang, dan
pembuluh darah.
11. Bersihkan situs dengan swab Tindakan mekanis swab
antiseptik. Usapkan apusan di tengah menghilangkan sekresi yang
situs dan putar ke arah luar dalam arah mengandung mikroorganisme.
melingkar sekitar 5 cm (2 inci). Kurangi rasa sakit di tempat suntikan.
a. Opsi: Oleskan krim EMLA di situs
injeksi setidaknya 1 jam sebelum
injeksi IM atau gunakan
semprotan vapocoolant (mis., Etil
klorida) sesaat sebelum injeksi.
12. Pegang swab atau kasa di antara jari Usap atau kain kasa tetap mudah diakses
ketiga dan keempat dari tangan yang untuk digunakan saat menarik jarum setelah
tidak dominan. injeksi.
13. Lepaskan vap atau selubung jarum Mencegah jarum menyentuh sisi tutup
dengan menariknya langsung. mencegah kontaminasi.
14. Pegang jarum suntik di antara ibu jari Injeksi yang cepat dan halus membutuhkan
dan telunjuk tangan dominan; tahan manipulasi yang tepat pada bagian jarum
seperti panah, telapak tangan ke suntik.
bawah.
37
15. Berikan injeksi. a. Z-track menciptakan jalur zigzag
a. Posisikan sisi ulnaris tangan melalui jaringan yang menutup jalur
yang tidak dominan tepat di jarum untuk menghindari pelacakan
bawah situs dan tarik kulit obat. Suntikan seperti panah cepat
lateral sekitar 2,5 hingga 3,5 mengurangi rasa tidak nyaman. Injeksi
cm (1 hingga 1 1/2 inci). Z-track dapat digunakan untuk semua
Tahan posisi sampai obat injeksi IM. (Hunter, 2008a; Nicholl
disuntikkan. Dengan jarum dan Hesby, 2002).
suntik tangan dominan dengan b. Pastikan bahwa obat mencapai massa
cepat pada sudut 90 derajat ke otot (CDC, 2011a, Hockenberry dan
dalam otot (lihat Gambar 22- Wilson, 2011).
16, A). c. Manipulasi jarum suntik yang halus
b. Opsi: jika massa otot pasien mengurangi ketidaknyamanan dari
kecil, pegang otot antara ibu gerakan jarum. Kulit tetap ditarik
jari dan jari telunjuk. sampai setelah obat disuntikkan untuk
c. Setelah jarum menembus memastikan pemberian Z-track.
kulit, masih menarik kulit d. Aspirasi darah ke dalam jarum suntik
dengan tangan yang tidak menunjukkan kemungkinan
dominan, pegang ujung bawah penempatan ke dalam pembuluh
tabung jarum suntik dengan darah. Injeksi lambat mengurangi rasa
jari-jari tangan yang tidak sakit dan trauma jaringan. CDC tidak
dominan untuk lagi merekomendasikan aspirasi untuk
menstabilkannya. Pindahkan darah setelah pemberian vaksin (CDC,
tangan dominan ke ujung 2011a).
plunger. Hindari e. Memungkinkan waktu untuk obat
memindahkan jarum suntik. menyerap ke dalam otot sebelum
d. Tarik kembali plunger 5 mengeluarkan jarum suntik. Kasa
hingga 10 detik. Jika tidak ada kering meminimalkan
darah yang muncul, suntikkan ketidaknyamanan yang terkait dengan
obat secara perlahan dengan alkohol pada kulit yang tidak utuh.
kecepatan 10 detik / mL.
(Nichool dan Hesby, 2002).
e. Tunggu 10 detik, tarik jarum
dengan lancar dan mantap,
lepaskan kulit, dan oleskan
kain kasa dengan lembut di
tempat (Nicholl dan Hesby,
2002) (lihat Gambar 22-16,
B).
16. Berikan tekanan lembut ke situs. Pijat merusak jaringan yang mendasarinya.
Jangan memijat situs. Oleskan perban
jika perlu.
17. Membantu pasien dalam posisi yang Memberikan rasa nyaman bagi pasien.
nyaman.
38
18. Buang jarum yang tidak terbuka atau Mencegah cedera pada pasien dan tenaga
jarum yang terlampir dalam pelindung perawatan kesehatan. Rekaman jarum
keselamatan dan jarum suntik yang meningkatkan risiko cedera jarum (OSHA,
terpasang ke dalam tusukan dan anti 2012).
bocor.
19. Lepaskan sarung tangan dan lakukan Mengurangi transmisi mikroorganisme.
kebersihan tangan.
20. Tetap bersama pasien selama Dispnea, mengi, dan kolaps sirkulasi adalah
beberapa menit dan amati adanya tanda-tanda reaksi anafilaksis yang parah.
reaksi alergi.
Evaluation
LANGKAH RASIONAL
1. Kembali ke kamar dalam 15 hingga 30 Ketidaknyamanan yang berkelanjutan dapat
menit dan tanyakan apakah pasien mengindikasikan cedera pada tulang atau
merasakan nyeri akut, terbakar, mati saraf yang mendasarinya.
rasa, atau kesemutan di tempat
suntikan.
2. Periksa situs; catat adanya memar atau Memar atau indurasi mengindikasikan
indurasi. Terapkan kompres hangat ke komplikasi yang terkait dengan injeksi.
situs. Dokumentasikan temuan dan beri tahu
penyedia layanan kesehatan.
3. Amati respons pasien terhadap Obat intramuskular diserap dengan cepat.
pengobatan pada waktu yang Efek buruk dari obat parenteral berkembang
berkorelasi dengan onset, puncak, dan dengan cepat. Mengevaluasi efek pengobatan
durasi pengobatan. berdasarkan onset, puncak, dan durasi
tindakan pengobatan.
4. Minta pasien untuk menjelaskan Mengevaluasi pemahaman pasien tentang
tujuan dan efek dari pengobatan. informasi yang diajarkan.
39
obat melalui subkutan ini umumnya dilakukan dalam program pemberian insulin
yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.
Teknik ini digunakan apabila kita ingin obat yang disuntikanakan diabsorbsi
oleh tubuh dengan pelan dan berdurasi npanjang (slow and sustained
absorption).
LOKASI INJEKSI
1. lengan atas sebelah luar
2. paha bagian depan
3. perut
4. area scapula
5. area ventrogluteal
6. area dorsogluteal
PROSEDUR
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Siapkan obat sesuai dengan prinsip 5 benar
40
4. Bebaskan daerah yang akan disuntikan, bebaskan daerah suntikan bila
pasien memakai pakaian berlengan
5. Pakai sarung tangan
6. Ambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan diberikan,
kemudian tempatkan pada bak injeksi
7. Desinfeksi dengan kapas alcohol
8. Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan dilakukan suntikan
subkutan (angkat kulit)
9. Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap keatas
membentuk sudut 45º terhadap permukaan kulit
10. Lakukan aspirasi. Bila tidak ada darah , semprotkan obat perlahan
hingga habis
11. Tarik spuit dengan kapas alkohol. Spuit bekas suntikan dimasukan
kedalam bengkok
12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
13. Catat prosedur pemberian obat dan respon klien
41
BAB III
SIMPULAN
A. Simpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip
pemberian obat adalah benar obat, benar dosis, benar pasien, benar rute, benar
waktu, dan benar dokumentasi. Lalu ada pula pertimbangan khusus obat pada
bayi, balita dan lansia. Bentuk dan rute pemberian obat yaitu bentuk obat ada
tablet, serbuk, pil, kapsul, kaplet, larutan, extract, salep, cair tetes, injeksi dan
lain sebagainya sedangkan rute pemberian obat ada yang berupa: enteral (oral,
Sublingual, rektal) , parenteral (iv, ic, im, Sc), inhalasi, intranasal, intrarektal,
tropical, dan transdermal.
𝐷𝑂𝑆𝐼𝑆 𝑌𝐴𝑁𝐺 𝐷𝐼𝐵𝑈𝑇𝑈𝐻𝐾𝐴𝑁
Rumus dasar perhitungan dosis obat X JUMLAH
𝐷𝑂𝑆𝐼𝑆 𝑌𝐴𝑁𝐺 𝑇𝐸𝑅𝑆𝐸𝐷𝐼𝐴
YANG TERSEDIA = JUMLAH YANG DIBERIKAN. Lalu ada teknik
pemberian obat secara oral, intradermal, subcutan, intramuscular, dan
intravena.
B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini kami mengharapkan kepada semua
pembaca agar dapat mengetahui dan memahami medikamentosa serta dapat
memberikan kritik dan saran nya agar makalah ini dapat menjadi lebih baik
dari sebelumnya. Demikian saran yang dapat penulis sampaikan semoga dapat
membawa manfaat bagi semua pembaca.
42
DAFTAR PUSTAKA
43
44