DOSEN PENGAJAR
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
MOH. PUTRA AFRIZAL LOMBAN (02010010046)
HILDA ANANTA KONI (02010010045)
VITA YUNITA NURDIN (02010010043)
SUCHI FATIKA MOKODOMPIT (02010010041)
SITTI AMALIYA KODENGO (02010010040)
GERY WAHYU PAPUTUNGAN (02010010044)
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah tentang “peran
perawat dalam pemberian obat” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini untuk memenuhi tugas pada bidang studi mata kuliah Farmakologi. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan, baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pembaca sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dengan ini kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu, dan kami ucapkan
terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Farmakologi yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan berbagai ilmu kepada kami.
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Tujuan.............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
D. Kesalahanpemberian obat...............................................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan baik didalam maupun diluar
negeri sesuai dengan peraturan perundang- undangan (Permenkes, 2010) .
Pemberian obat menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling penting.
Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat
bertanggung jawab pada obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat tersebut benar. Obat
yang diberikan kepada pasien, menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat
yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien
yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat karena alasan tertentu. Faktor
gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien
tidak bisa mengkonsumsi obat juga harus diperhatikan. Rencana tindakan keperawatanan
harus mencangkup rencana pemberian obat, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat,
efek samping, lama kerja obat dan program dari dokter.
Tugas seorang perawat sebelum memberikan obat adalah harus memeriksa identitas
pasien yang meliputi : papan identitas di tempat tidur, gelang identitas atau ditanyakan
langsung kepada pasien dan keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal,
respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi
yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Obat memiliki nama dagang dan
nama generik. Setiap obat dengan nama dagang harus diperiksa nama generiknya sebelum
obat tersebut diberikan oleh perawat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol
atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan
botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta,
ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai
dan Tugas seorang perawat adalah harus mengembalikan ke bagian farmasi. Setelah obat
diberikan, tugas seorang perawat adalah mendokumentasikan, dosis, cara/ rute, waktu dan
oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak diberikan obat, atau obat itu tidak dapat
dapat diberikan karena alasan tertentu, perawat harus mencatat alasannya dan dilaporkan
kepada dokter untuk tindakan selanjutnya.
Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan yang aman . Perawat
harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan
perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas
yang direkomendasikan . Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan
obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi
bagi status kesehatan klien . Sekali obat telah diberikan , perawat bertanggung jawab pada
efek obat yang diduga bakal terjadi. Buku-buku referensi obat seperti , Daftar Obat Indonesia
( DOI ) , Physicians‘ Desk Reference (PDR), dan sumber daya manusia , seperti ahli
farmasi , harus dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik
yang diharapkan , kontraindikasi , dosis , efek samping yang mungkin terjadi , atau reaksi
yang merugikan dari pengobatan ( Kee and Hayes, 1996)
B. Tujuan
a. Agar seorang perawat mengetahui peran apa saja yang harus dimiliki dalam
pemberian.
b. Supaya perawat dapat menghargai hak-hak pasien dalam pemberian obat.
c. Agar seorang perawat tidak salah lagi dalam pemberian obat.
d. Agar perawat memahami apa saja yang perlu di perhatikan dalam pemberian obat .
BAB II
PEMBAHASAN
Penggunaan obat secara rasional (POR) atau rational use of medicine (RUM)
merupakan suatu penting yang perlu disebarkan ke seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
POR merupakan upaya intervensi untuk mencapai pengobatan yang efektif. Konferensi para
ahli tentang penggunaan obat yang rasional yang diadakan oleh World Health Organization
(WHO) di Nairobi tahun 1985, telah mendefinisikan penggunaan obat sebagai berikut.
“pasien yang menggunakan obat harus didasari pada hasil diagnosa klinik, dengan dosis yang
sesuai untuk suatu periode waktu yang memadai dengan harga yang terjangkau”. Dengan
empat kata kunci yaitu “Kebutuhan klinik, dosis, waktu, dan biaya yang sesuai”.
WHO memperkirakan bahwa lebih dari separuh dari seluruh obat di dunia diresepkan,
diberikan dan dijual dengan cara yang tidak tepat dan separuh dari pasien menggunakan
obat secara tidak tepat. Kampanye POR oleh WHO dilatarbelakangi oleh dua kondisi yang
bertolak belakang. Kondisi pertama menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 50% obat-
obatan di dunia diresepkan dan diberikan secara tidak tepat, tidak efektif, dan tidak efisien.
Bertolak belakang dengan kondisi kedua yaitu kenyataan bahwa sepertiga dari jumlah
penduduk dunia ternyata kesulitan mendapatkan akses memperoleh obat esensial.
Istilah penggunaan obat yang rasional dalam konteks biomedis mencakup kriteria
berikut.
1. Indikasi yang tepat, yaitu alasan menulis resep didasarkan pada pertimbangan medis
yang tepat.
2. Obat yang tepat, mempertimbangkan kemanjuran, keamanan, kecocokan bagi pasien
dan harga.
3. Dosis, pemberian dan durasi pengobatan yang tepat.
4. Pasien yang tepat, yaitu tidak ada kontra indikasi dan kemungkinan reaksi merugikan
minimal.
5. Dispensing yang benar, termasuk informasi yang tepat bagi pasien tentang obat yang
diresepkan.
6. Kepatuhan pasien terhadap pengobatan.
Untuk memenuhi kriteria tersebut, dokter penulis resep harus mengikuti proses
penulisan baku, dimulai dengan diagnosis untuk menetapkan masalah yang memerlukan
intervensi. Berikutnya, sasaran terapi harus di tetapkan. Dokter penulis resep harus
memutuskan cara penanganan yang diperlukan, didasarkan pada informasi terapi obat yang
mutakhir guna mencapai sasaran yang diinginkan untuk individu pasien. Apabila diputuskan
untuk memberikan terapi obat kepada pasien, obat yang baik bagi pasien diseleksi
berdasarkan kemanjuran, kesesuaian dan harga. Selanjutnya dosis, rute pemberian dan durasi
pengobatan ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi pasien. Dalam tahap ini,
tenaga farmasi dapat membantu dokter dalam menyeleksi obat yang paling sesuai bagi
pasien. Apabila menulis suatu obat, dokter penulis resep harus memberikan informasi yang
tepat kepada pasien, tentang obat dan kondisi pasien. Selanjutnya, dokter penulis resep
harus memutuskan cara memantau pengobatan, setelah mempertimbangkan efek terapi
atau efek merugikan yang mungkin dari pengobatan tersebut.
Obat merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses penyembuhan penyakit,
pemulihan kesehatan dan pencegahan terhadap suatu penyakit. Keputusan penggunaan
obat selalu mengandung pertimbangan antara manfaat dan risiko.
Keamanan pengobatan adalah proses terhindarnya atau jaminan masyarakat dari efek
yang merugikan obat dan menjadi unsur utama keselamatan pasien (patien safety). Istilah
keamanan pengobatan merujuk pada evaluasi kesalahan pengobatan yang terjadi
sehingga mengakibat kejadian yang tidak direncanakan, tidak terduga, dan tidak diinginkan
(Turner, 2009). Keselamatan pasien merupakan upaya untuk mencegah bahaya penggunaan
obat yang terjadi pada pasien. Walaupun mempunyai definisi yang sangat sederhana, tetapi
upaya untuk menjamin keselamatan pasien di fasilitas kesehatan sangatlah kompleks dan
banyak hambatan. Konsep keselamatan pasien harus dijalankan secara menyeluruh dan
terpadu.
Insiden kesalahan pemberian obat merupakan bagian dari insiden keselamatan pasien
untuk Rumah Sakit. Jumlah insiden keselamatan pasien yang dilaporkan hamper menyentuh
angka 100 dalam waktu satu tahan dan tentu saja tahap peracikan merupakan tahap dengan
laporan kesalahan terbanyak. Identifikasi kejadian kesalahan pemberian obat pada tahap
peracikan didasarkan pada enam indikator yaitu waktu pelaporan, subtipe kejadian, jenis
kejadian, tempat, dampak, dan penilaian.Kejadian kesalahan pemberian obatharus dilaporkan
sesuai prosedur waktu pelaporan yaitu kurang dari 48 jam.
Analisis difokuskan pada kebijakan Standar Prosedur Opersaional (SPO), alur layanan,
pengawasan, pemantauan dan evaluasi, komunikasi antar staf, komunikasi antara staf dan
pasien, dan staf dengan keluarga pasien. Identifikasi akar permasalahan, dilakukan dengan
cara diskusi dua personel yang terlibat. Tujuannya adalah untuk memvalidasi akar
permasalahan dan merumuskan solusi alternatif.Laporan kesalahan pemberian obat
dikumpulkan menggunakan sistem informasi rumah sakit.Rekapitulasi kesalahan pemberian
obat dikategorikan sebagai insiden keselamatan pasien.Salah satu hal yang juga dapat
dilakukan sebagai solusi alternatif yaitu mengadakan Focus Group Discussion (FGD).
Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan dengan Kepala dan Koordinator Pelayanan
peracikan obat, solusi alternatif yang dapat diimplementasikan untuk meningkatkan
pengelolaan obat di Instalasi Farmasi antara lain memilah obat berdasarkan kecepatan
distribusi obat pada pasien (fast moving) atau tidak, menempatkan obat cepat terdistribusi di
tempat tersendiri agar dapat diakses dengan mudah oleh petugas, namun tetap berpedoman
pada pedoman penyimpanan obat kewaspadaan tinggi. Kemudian alternatif solusi lainnya
yaitu menggunakan huruf kapital, pengecekan ulang obat kewaspadaan tinggi dilakukan oleh
apoteker dan mendokumentasikan langkah-langkah tersebut dengan jelas.Solusi alternatif ini
diharapkan dapat mengurangi insiden kesalahan pemberian obat yang terjadi pada tahap
peracikan.
Sebanyak lima sub jenis kejadian kesalahan pemberian obat yang terjadi pada tahap
peracikan kemudian dianalisis penyebabnya. Metode 5 Whys dapat diterapkan untuk
mengatasi permasalahan ini.Analisis penyebab difokuskan pada kebijakan, SOP, pola
pelayanan, supervisi, monitoring dan evaluasi, komunikasi antar petugas, komunikasi antara
petugas dengan pasien atau keluarga pasien. Metode 5 Whys mudah untuk diajarkan,
dilakukan, dan diimplementasikan dalam kinerja tim, tetapi memiliki beberapa kelemahan.
Metode 5 Whys menggunakan pemikiran linier, misalnya, Masalah A disebabkan oleh B, B
menyebabkan C, dan akan berakhir dengan satu penyebab. Sebagai perbandingan, insiden
keselamatan pasien sebenarnya bukanlah masalah linier.
a. Data subyektif
1. Riwayat kesehatan sekarang
Perawat mengkaji tentang Gejala-gejala yang dirasakan klien.
2. Pengobatan Sekarang
Perawat mengkaji informasi tentang setiap obat, termasuk kerja,
tujuan, dosis normal, rute pemberian, efek samping, dan implikasi
keperawatan dalam pemberian dan pengawasan obat.
3. Riwayat kesehatan dahulu, meliputi:
a) Riwayat Penyakit dahulu yang pernah diderita pasien
b) Obat yang disimpan dalam pemakaian waktu lampau
c) Obat yang dibeli sendiri /OTC
4. Sikap dan Lingkungan klien
Sikap klien terhadap obat menunjukkan tingkat ketergantungan pada
obat.Untuk mengkaji sikap klien, perawat perlu mengobservasi perilaku klien
yang mendukung bukti ketergantungan obat tersebut.
b. Data Obyektif
Dapat diketahui dengan beberapa cara, diantaranya adalah dengan
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan laboratorium.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan di buat berdasarkan hasil pengkajian dengan diagnosa
keperawatan ANDA.
3. Perencanaan
Fase perencanaan ditandai dengan penetapan lingkup tujuan, atau hasil yang di
harapkan. Lingkup tujuan yang efektif memenuhi hal berikut ini:
1. Berpusat pada klien dab dengan menyatakan perubahan yang diharapkan
2. Dapat di terima (pasien dan perawat)
3 Realistik dan dapat diukur
4. Dikerjakan bersama
5. Batas waktu jelas
6. Evaluasi jelas
4. Implementasi
Implementasi meliputi tindakan keperawatan yang perlu untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemberian obat menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling penting.
Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat
bertanggung jawab pada obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat tersebut benar. Obat
yang diberikan kepada pasien, menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat
yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien
yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat karena alasan tertentu. Faktor
gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien
tidak bias mengkonsumsi obat juga harus diperhatikan. Rencana tindakan keperawatanan
harus mencangkup rencana pemberian obat, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat,
efek samping, lama kerja obat dan program dari dokter.
Tugas seorang perawat sebelum memberikan obat adalah harus memeriksa identitas
pasien yang meliputi : papan identitas di tempat tidur, gelang identitas atau ditanyakan
langsung kepada pasien dan keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal,
respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi
yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Obat memiliki nama dagang dan
nama generik. Setiap obat dengan nama dagang harus diperiksa nama generiknya sebelum
obat tersebut diberikan oleh perawat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol
atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan
botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta,
ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai
dan Tugas seorang perawat adalah harus mengembalikan ke bagian farmasi.
Setelah obat diberikan, tugas seorang perawat adalah mendokumentasikan, dosis,
cara/ rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak diberikan obat, atau
obat itu tidak dapat dapat diberikan karena alasan tertentu, perawat harus mencatat alasannya
dan dilaporkan kepada dokter untuk tindakan selanjutnya.
B. SARAN
Perawat harus memahami betul apa saja peran yang harus dimilikinya dalam
pemberian obat kepada pasien,agar tidak terjadi kesalahan .
Dan Jika terjadi kesalahan dalam pemberian obat, perawat yang bersangkutan harus
segera menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat yang senior segera setelah
kesalahan itu diketahuinya, agar segera di atasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.fkep.unpad.ac.id/2008/11/peran-perawat-dalam-pemberian-obat/
http://akper1a2010.blogspot.com/2011/08/peran-perawat-dalam-pemberian-
obat.html
http://haris715.blogspot.com/2013/04/prinsip-enam-benar-dalam-pemberian-
obat.html
http://mypotik.blogspot.com/2012/08/peran-perawat-dalam-pemberian-obat-
pada.html
http://suharbara.wordpress.com/2012/05/01/peranan-perawat-dalam-
pemberian-obat/
http://nerskholidrosyidimn.blogspot.com/2012/08/pengertian-perawat-dan-
keperawatan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Obat