Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT

DOSEN PENGAJAR

WINDI ASTUTI, M.FARM, APT

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
MOH. PUTRA AFRIZAL LOMBAN (02010010046)
HILDA ANANTA KONI (02010010045)
VITA YUNITA NURDIN (02010010043)
SUCHI FATIKA MOKODOMPIT (02010010041)
SITTI AMALIYA KODENGO (02010010040)
GERY WAHYU PAPUTUNGAN (02010010044)

INSTITUT KESEHATAN & TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA


KOTAMOBAGU
2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah tentang “peran
perawat dalam pemberian obat” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini untuk memenuhi tugas pada bidang studi mata kuliah Farmakologi. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan, baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pembaca sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.

Dengan ini kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu, dan kami ucapkan
terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Farmakologi yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan berbagai ilmu kepada kami.

                                         Kotamobagu, 14 November 2021


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

A. Latar Belakang................................................................................................................

B. Tujuan.............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................

A. Pengunaan obat di rumah sakit.......................................................................................

B. Hak-hak pasien dalam pemberian obat...........................................................................

C. Hal-hal yan perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kolaborasi pemberian obat.............

D. Kesalahanpemberian obat...............................................................................................

E. Masalah dalam pemberian obat.......................................................................................

F. Implikasi keperawatan dalam pemberian obat................................................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

A. Kesimpulan.....................................................................................................................

B. Saran...............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan baik didalam maupun diluar
negeri sesuai dengan peraturan perundang- undangan (Permenkes, 2010) .

Perawat adalah seorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan


tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan
keperawatan (UU kesehatan No 23 tahun 1992)

Pemberian obat menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling penting.
Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat
bertanggung jawab pada obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat tersebut benar. Obat
yang diberikan kepada pasien, menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat
yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien
yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat karena alasan tertentu. Faktor
gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien
tidak bisa mengkonsumsi obat juga harus diperhatikan. Rencana tindakan keperawatanan
harus mencangkup rencana pemberian obat, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat,
efek samping, lama kerja obat dan program dari dokter.

Tugas seorang perawat sebelum memberikan obat adalah harus memeriksa identitas
pasien yang meliputi : papan identitas di tempat tidur, gelang identitas atau ditanyakan
langsung kepada pasien dan keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal,
respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi
yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Obat memiliki nama dagang dan
nama generik. Setiap obat dengan nama dagang harus diperiksa nama generiknya sebelum
obat tersebut diberikan oleh perawat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol
atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan
botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta,
ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai
dan Tugas seorang perawat adalah harus mengembalikan ke bagian farmasi. Setelah obat
diberikan, tugas seorang perawat adalah mendokumentasikan, dosis, cara/ rute, waktu dan
oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak diberikan obat, atau obat itu tidak dapat
dapat diberikan karena alasan tertentu, perawat harus mencatat alasannya dan dilaporkan
kepada dokter untuk  tindakan selanjutnya.

Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan yang aman . Perawat
harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan
perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas
yang direkomendasikan . Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan
obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi
bagi status kesehatan klien . Sekali obat telah diberikan , perawat bertanggung jawab pada
efek obat yang diduga bakal terjadi. Buku-buku referensi obat seperti , Daftar Obat Indonesia
( DOI ) ,  Physicians‘ Desk Reference (PDR), dan sumber daya manusia , seperti ahli
farmasi , harus dimanfaatkan perawat  jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik
yang diharapkan , kontraindikasi , dosis , efek samping yang mungkin terjadi , atau reaksi
yang merugikan dari pengobatan  ( Kee and Hayes, 1996)

B. Tujuan
a. Agar seorang perawat mengetahui  peran apa saja yang harus dimiliki dalam
pemberian.
b. Supaya  perawat dapat menghargai hak-hak pasien dalam pemberian obat.
c. Agar seorang perawat tidak salah lagi dalam pemberian obat.
d. Agar perawat memahami apa saja yang perlu di perhatikan dalam pemberian obat .
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGGUNAAN OBAT DI RUMAH SAKIT

Penggunaan obat secara rasional (POR) atau rational use of medicine (RUM)
merupakan suatu penting yang perlu disebarkan ke seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
POR merupakan upaya intervensi untuk mencapai pengobatan yang efektif. Konferensi para
ahli tentang penggunaan obat yang rasional yang diadakan oleh World Health Organization
(WHO) di Nairobi tahun 1985, telah mendefinisikan penggunaan obat sebagai berikut.
“pasien yang menggunakan obat harus didasari pada hasil diagnosa klinik, dengan dosis yang
sesuai untuk suatu periode waktu yang memadai dengan harga yang terjangkau”. Dengan
empat kata kunci yaitu “Kebutuhan klinik, dosis, waktu, dan biaya yang sesuai”.
WHO memperkirakan bahwa lebih dari separuh dari seluruh obat di dunia diresepkan,
diberikan dan dijual dengan cara yang tidak tepat dan separuh dari pasien menggunakan
obat secara tidak tepat. Kampanye POR oleh WHO dilatarbelakangi oleh dua kondisi yang
bertolak belakang. Kondisi pertama menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 50% obat-
obatan di dunia diresepkan dan diberikan secara tidak tepat, tidak efektif, dan tidak efisien.
Bertolak belakang dengan kondisi kedua yaitu kenyataan bahwa sepertiga dari jumlah
penduduk dunia ternyata kesulitan mendapatkan akses memperoleh obat esensial.
Istilah penggunaan obat yang rasional dalam konteks biomedis mencakup kriteria
berikut.

1. Indikasi yang tepat, yaitu alasan menulis resep didasarkan pada pertimbangan medis
yang tepat.
2. Obat yang tepat, mempertimbangkan kemanjuran, keamanan, kecocokan bagi pasien
dan harga.
3. Dosis, pemberian dan durasi pengobatan yang tepat.
4. Pasien yang tepat, yaitu tidak ada kontra indikasi dan kemungkinan reaksi merugikan
minimal.
5. Dispensing yang benar, termasuk informasi yang tepat bagi pasien tentang obat yang
diresepkan.
6. Kepatuhan pasien terhadap pengobatan.

Untuk memenuhi kriteria tersebut, dokter penulis resep harus mengikuti proses
penulisan baku, dimulai dengan diagnosis untuk menetapkan masalah yang memerlukan
intervensi. Berikutnya, sasaran terapi harus di tetapkan. Dokter penulis resep harus
memutuskan cara penanganan yang diperlukan, didasarkan pada informasi terapi obat yang
mutakhir guna mencapai sasaran yang diinginkan untuk individu pasien. Apabila diputuskan
untuk memberikan terapi obat kepada pasien, obat yang baik bagi pasien diseleksi
berdasarkan kemanjuran, kesesuaian dan harga. Selanjutnya dosis, rute pemberian dan durasi
pengobatan ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi pasien. Dalam tahap ini,
tenaga farmasi dapat membantu dokter dalam menyeleksi obat yang paling sesuai bagi
pasien. Apabila menulis suatu obat, dokter penulis resep harus memberikan informasi yang
tepat kepada pasien, tentang obat dan kondisi pasien. Selanjutnya, dokter penulis resep
harus memutuskan cara memantau pengobatan, setelah mempertimbangkan efek terapi
atau efek merugikan yang mungkin dari pengobatan tersebut.
Obat merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses penyembuhan penyakit,
pemulihan kesehatan dan pencegahan terhadap suatu penyakit. Keputusan penggunaan
obat selalu mengandung pertimbangan antara manfaat dan risiko.
Keamanan pengobatan adalah proses terhindarnya atau jaminan masyarakat dari efek
yang merugikan obat dan menjadi unsur utama keselamatan pasien (patien safety). Istilah
keamanan pengobatan merujuk pada evaluasi kesalahan pengobatan yang terjadi
sehingga mengakibat kejadian yang tidak direncanakan, tidak terduga, dan tidak diinginkan
(Turner, 2009). Keselamatan pasien merupakan upaya untuk mencegah bahaya penggunaan
obat yang terjadi pada pasien. Walaupun mempunyai definisi yang sangat sederhana, tetapi
upaya untuk menjamin keselamatan pasien di fasilitas kesehatan sangatlah kompleks dan
banyak hambatan. Konsep keselamatan pasien harus dijalankan secara menyeluruh dan
terpadu.

B. HAK-HAK PASIEN DALAM PEMBERIAN OBAT

 Hak pasien dalam pemberian obat yaitu:


1. Hak klien mengetahui alasan pemberian obat.
Hak ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan setelah mendapatkan
informasi (informed concent),
2. Hak klien untuk menolak pengobatan
Klien dapat menolak untuk pemberian suatu obat. Adalah tanggung jawab
perawat untuk menentukan, jika memungkinkan, alasan penolakan dan mengambil
langkah-langkah yang perlu untuk mengusahakan klien agar mau menerima
pengobatan.

C. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PELAKSANAAN


KOLABORASI PEMBERIAN OBAT
Perosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari
tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang di laksanakans secara tim. Perawat
melakukan fungsi kolaboratif dalam memberikan tindakan pengobatan secara medis (terapi
medis).
Pemberian obat kepada pasien terdapat beberapa cara,yaitu melalui rote oral,
parentelal, rektal, vagina, kulit, mata, telinga dan hidung. Dalam pemberian obat ada
beberapa hal yangg harus di perhatikan demi memanalisir kesalahan di antaranya :
Perinsip 6 benar pemberian obat:
1) Benar pasien
Sebelum memberikan obat cek kembali identitas pasien dengan menyanyakan nama
jelas dan alamat
2) benar obat
Selum memberikan obat kepada pasien,label pada botol atau kemasan harus di periksa
3 kali
3) benar dosis
Sebelum memberikan obat perrawat harus memeriksa dosis obat dengan hati hatidan
teliti, jika ragu perawat harus bekonsultasi dengan dokter atau apoteker sebelum di
lanjutkan ke pasien.
4) benar cara/rute
Ada banyak rute/cara dalam memberkan obat ,perawat harus teliti dan berhati hati
agarr ttidak terjadi kesalahan pemberian obat.
5) benar waktu
Ketepatan waktu sangat penttingkhususnya bagi obat yang efektivitas tegantung untuk
mencapai atau mempertahankan darah yang mengadai, ada beberapa obat yg di
minum sesudah atau sebelumm makan ,juga dalam pemberian anti biotik tidak oleh di
berikan bersamaan dengan susu, karna susu dapat mengikat sebagian besar obat
itu,sebelum dapat di serap tubuh
6) benar dokumentasi
Setelah obat itu di berikan kita harus mendokumentasikan dosis,rute,waktu dan oleh
siapa obat itu di berikan,dan jika pasien menolak pemberian obat maka harus di
dokumentasikan juga alasan pasien menolak pemberian obat.

TUJUAN PEMBERIAN OBAT:


Memberikan obat sesuai dengan prosedur agar mendapatkan efek obat yang di
inginkan dan bisa memberikan efek penyembuhan terhadap suatu penyakit ataupun keluhan
yang di rasakan oleh seseorang.

D. KESALAHAN PEMBERIAN OBAT


Medication error atau kesalahan pemberian obat adalah suatu kejadian yang tidak
hanya dapat merugikan pasien tetapi juga dapat membahayakan keselamatan pasien yang
dilakukan oleh petugas kesehatan khususnya dalam hal pelayanan pengobatan pasien yang
sebetulnya dapat dicegah.Kesalahan pemberian obatdapat terjadi pada tahapan peresepan
(prescribing), transkripsi (transcribing), peracikan (dispensing), dan pemberian obat
(administering). Tahap terjadinya masalah kesalahan pemberian obatdikumpulkan dan diulas
kembali untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kesalahan pemberian obat, serta
penyebab utama terjadinya kesalahan pemberian obat. Selama proses tersebut, tahap
peracikan obat diamati dan menempati urutan pertama terjadinya kesalahan pemberian obat.

Insiden kesalahan pemberian obat merupakan bagian dari insiden keselamatan pasien
untuk Rumah Sakit. Jumlah insiden keselamatan pasien yang dilaporkan hamper menyentuh
angka 100 dalam waktu satu tahan dan tentu saja tahap peracikan merupakan tahap dengan
laporan kesalahan terbanyak. Identifikasi kejadian kesalahan pemberian obat pada tahap
peracikan didasarkan pada enam indikator yaitu waktu pelaporan, subtipe kejadian, jenis
kejadian, tempat, dampak, dan penilaian.Kejadian kesalahan pemberian obatharus dilaporkan
sesuai prosedur waktu pelaporan yaitu kurang dari 48 jam.

Analisis difokuskan pada kebijakan Standar Prosedur Opersaional (SPO), alur layanan,
pengawasan, pemantauan dan evaluasi, komunikasi antar staf, komunikasi antara staf dan
pasien, dan staf dengan keluarga pasien. Identifikasi akar permasalahan, dilakukan dengan
cara diskusi dua personel yang terlibat. Tujuannya adalah untuk memvalidasi akar
permasalahan dan merumuskan solusi alternatif.Laporan kesalahan pemberian obat
dikumpulkan menggunakan sistem informasi rumah sakit.Rekapitulasi kesalahan pemberian
obat dikategorikan sebagai insiden keselamatan pasien.Salah satu hal yang juga dapat
dilakukan sebagai solusi alternatif yaitu mengadakan Focus Group Discussion (FGD).

Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan dengan Kepala dan Koordinator Pelayanan
peracikan obat, solusi alternatif yang dapat diimplementasikan untuk meningkatkan
pengelolaan obat di Instalasi Farmasi antara lain memilah obat berdasarkan kecepatan
distribusi obat pada pasien (fast moving) atau tidak, menempatkan obat cepat terdistribusi di
tempat tersendiri agar dapat diakses dengan mudah oleh petugas, namun tetap berpedoman
pada pedoman penyimpanan obat kewaspadaan tinggi. Kemudian alternatif solusi lainnya
yaitu menggunakan huruf kapital, pengecekan ulang obat kewaspadaan tinggi dilakukan oleh
apoteker dan mendokumentasikan langkah-langkah tersebut dengan jelas.Solusi alternatif ini
diharapkan dapat mengurangi insiden kesalahan pemberian obat yang terjadi pada tahap
peracikan.

Sebanyak lima sub jenis kejadian kesalahan pemberian obat yang terjadi pada tahap
peracikan kemudian dianalisis penyebabnya. Metode 5 Whys dapat diterapkan untuk
mengatasi permasalahan ini.Analisis penyebab difokuskan pada kebijakan, SOP, pola
pelayanan, supervisi, monitoring dan evaluasi, komunikasi antar petugas, komunikasi antara
petugas dengan pasien atau keluarga pasien. Metode 5 Whys mudah untuk diajarkan,
dilakukan, dan diimplementasikan dalam kinerja tim, tetapi memiliki beberapa kelemahan.
Metode 5 Whys menggunakan pemikiran linier, misalnya, Masalah A disebabkan oleh B, B
menyebabkan C, dan akan berakhir dengan satu penyebab. Sebagai perbandingan, insiden
keselamatan pasien sebenarnya bukanlah masalah linier.

E. MASALAH DALAM PEMBERIAN OBAT


Kesalahan pemberian obat di tatanan rumah sakit memberikan dampak langsung yang
besar terhadap keselamatan pasien dan mutu pelayanan.Sebuah bukti penting dari literatur
internasional menunjukkan risiko yang ditimbulkan oleh kesalahan pengobatan dan
mengakibatkan efek samping yang sebenarnya dapat dicegah. Di Amerika serikat, kesalahan
pengobatan diperkirakan merugikan sedikitnya 1,5 juta pasien per tahun. Di rumah sakit
Australia sekitar 1% dari semua pasien menderita efek samping sebagai akibat dari kesalahan
pengobatan. Di Inggris, seribu klaim berturut-turut dilaporkan ke perlindungan Medical
Society terkait dengan kesalahan pemberian resep dan obat-obatan.
Hasil akhir dari analisis masalah pada kesalahan pemberian obat telah mengungkap
kesalahan yang terjadi pada tahap peracikan. Analisis akar penyebab dari insiden kesalahan
pemberian obat yang terjadi pada tahap peracikan menyiratkan bahwa ada kebutuhan
peningkatan kualitas pelayanan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit untuk fokus pada kebijakan,
SPO, pengawasan dan evaluasi , pola layanan, komunikasi antara staf dan komunikasi antara
staf dan pasien atau keluarga pasien. Oleh karena itu, dari permasalahan ini dapat
direkomendasikan agar diadakan pertemuan rutin antara dokter, apoteker, dan perawat
sebagai langkah pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat berulang, Quality
control dalam pelayanan peracikan harus dilakukan dengan tetap berpegang pada standar dan
menerapkan best practice.

F. IMPLIKASI KEPERAWATAN DALAM PEMBERIAN OBAT


1.    Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah pasien
(Doenges, 2000).Adapun data hasil pengkajian dapat dikelompokkan ke dalam data subyektif
dan data obyektif.

a. Data subyektif
1.  Riwayat kesehatan sekarang
Perawat mengkaji tentang Gejala-gejala yang dirasakan klien.
2. Pengobatan Sekarang
Perawat mengkaji informasi tentang setiap obat, termasuk kerja,
tujuan, dosis normal, rute pemberian, efek samping, dan implikasi
keperawatan dalam pemberian dan pengawasan obat.
3.  Riwayat kesehatan dahulu, meliputi:
a) Riwayat Penyakit dahulu yang pernah diderita pasien
b) Obat yang disimpan dalam pemakaian waktu lampau
c) Obat yang dibeli sendiri /OTC
4. Sikap dan Lingkungan klien
Sikap klien terhadap obat menunjukkan tingkat ketergantungan pada
obat.Untuk mengkaji sikap klien, perawat perlu mengobservasi perilaku klien
yang mendukung bukti ketergantungan obat tersebut.
b. Data Obyektif
Dapat diketahui dengan beberapa cara, diantaranya adalah dengan
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan laboratorium.

2.   Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan di buat berdasarkan hasil pengkajian dengan diagnosa
keperawatan ANDA.
 
3. Perencanaan
Fase perencanaan ditandai dengan penetapan lingkup tujuan, atau hasil yang di
harapkan. Lingkup tujuan yang efektif memenuhi hal berikut ini:  
1.  Berpusat pada klien dab dengan menyatakan perubahan yang diharapkan 
2.  Dapat di terima (pasien dan perawat)  
3   Realistik dan dapat diukur
4.  Dikerjakan bersama
5.  Batas waktu jelas
6. Evaluasi jelas

 4. Implementasi
   Implementasi meliputi tindakan keperawatan yang perlu untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemberian obat menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling penting.
Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat
bertanggung jawab pada obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat tersebut benar. Obat
yang diberikan kepada pasien, menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat
yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien
yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat karena alasan tertentu. Faktor
gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien
tidak bias mengkonsumsi obat juga harus diperhatikan. Rencana tindakan keperawatanan
harus mencangkup rencana pemberian obat, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat,
efek samping, lama kerja obat dan program dari dokter.
Tugas seorang perawat sebelum memberikan obat adalah harus memeriksa identitas
pasien yang meliputi : papan identitas di tempat tidur, gelang identitas atau ditanyakan
langsung kepada pasien dan keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal,
respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi
yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Obat memiliki nama dagang dan
nama generik. Setiap obat dengan nama dagang harus diperiksa nama generiknya sebelum
obat tersebut diberikan oleh perawat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol
atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan
botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta,
ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai
dan Tugas seorang perawat adalah harus mengembalikan ke bagian farmasi.
Setelah obat diberikan, tugas seorang perawat adalah mendokumentasikan, dosis,
cara/ rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak diberikan obat, atau
obat itu tidak dapat dapat diberikan karena alasan tertentu, perawat harus mencatat alasannya
dan dilaporkan kepada dokter untuk tindakan selanjutnya.

B. SARAN
Perawat harus memahami betul apa saja peran yang harus dimilikinya dalam
pemberian obat kepada pasien,agar tidak terjadi kesalahan .
Dan Jika terjadi kesalahan dalam pemberian obat, perawat yang bersangkutan harus
segera menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat yang senior segera setelah
kesalahan itu diketahuinya, agar segera di atasi.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.fkep.unpad.ac.id/2008/11/peran-perawat-dalam-pemberian-obat/

http://akper1a2010.blogspot.com/2011/08/peran-perawat-dalam-pemberian-
obat.html

http://haris715.blogspot.com/2013/04/prinsip-enam-benar-dalam-pemberian-
obat.html

http://mypotik.blogspot.com/2012/08/peran-perawat-dalam-pemberian-obat-
pada.html

http://suharbara.wordpress.com/2012/05/01/peranan-perawat-dalam-
pemberian-obat/

http://nerskholidrosyidimn.blogspot.com/2012/08/pengertian-perawat-dan-
keperawatan.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Obat

Anda mungkin juga menyukai