Anda di halaman 1dari 12

makalah

FARMASI RUMAH SAKIT

“DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, Buang)”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Farmasi Rumah Sakit Yang Diampu Oleh

Ibu Dr. Nur Rasdianah, M.Si. Apt

Disusun Oleh :

Nama : 1. Rahmawaty A. Dai (821319110)

2. Mohamad Rafly Rauf (821320040)

3. Oktaviani Z. Bafadhal (821320073)

Kelas : A-D3 Farmasi

Kelompok : VIII (Delapan)

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat hidayah dan
rahmat-Nya yang diberikan kepada kami berupa kesehatan rohani dan jasmani
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Farmasi Rumah Sakit yang
berjudul “DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, Buang)” yang dapat
diselesaikan dengan baik.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami banyak menemukan
hambatan, tetapi berkat dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang telah
membantu sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan baik. Untuk itu tidak
lupa kami mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang telah membantu
dalam membuat makalah ini, sehingga makalah farmasi rumah sakit ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Tidak lupa kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum
sempurna, oleh karena itu untuk memperbaiki makalah ini kami mengharapkan
kritik-kritik dan saran-saran yang membangun. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kami khususnya dan para pembaca pada umumnya, serta dapat
dimanfaatkan dengan baik untuk menjadi pedoman bagi mata kuliah farmasi
rumah sakit selanjutnya. Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Gorontalo, 6 Juli 2023


Penyusun

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................5

1.3 Tujuan......................................................................................................5

1.4 Manfaat....................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................6

2.1 DAGUSIBU.............................................................................................6

2.2 Komponen DAGUSIBU..........................................................................7

BAB III PENUTUP............................................................................................10

3.1 Kesimpulan............................................................................................10

3.2 Saran......................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan manusia
sehingga senantiasa menjadi prioritas dalam pembangunan nasional suatu bangsa.
Tujuan dari pembangunan nasional khususnya bidang kesehatan adalah
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal, derajat kesehatan yang
tinggi akan meningkatkan produktivitas dan memperkuat daya saing bangsa yang
semakin ketat. Adapun tempat yang digunakan untuk menyelenggarakannya
disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi untuk melakukan upaya
kesehatan dasar atau upaya kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan
penunjang. Salah satu sarana kesehatan yang berperan dalam mewujudkan
peningkatan derajat kesehatan bagi masyarakat adalah apotek, termasuk
didalamnya pekerjaan kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker dan tenaga
teknis kefarmasian (Anonim, 2014).
Pelayanan kefarmasian di apotek adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien
(Permenkes no 73 tahun 2016). Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin
kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian, dan melindungi pasien dan masyarakat
dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka kesehatan pasien.
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau
rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian
tubuh manusia. Mengetahui pengertian obat tersebut, maka kita harus selalu
berhati-hati dalam penggunaan obat.
Penggunaan obat yang aman dan rasional adalah terpenuhinya tepat
pasien, tepat indikasi, tepat dosis, tepat waktu pemberian dan tepat informasi.
Secara singkat pemakaian atau peresepan suatu obat dikatakan tidak rasional

3
apabila kemungkinan untuk memberikan manfaat kecil atau tidak sama sekali atau
kemungkinan manfaatnya tidak sebanding dengan kemungkinan efek samping
atau biayanya (Hapsari, 2011).
Dagusibu merupakan program Gerakan Keluarga Sadar Obat (GKSO)
yang diprakarsai oleh Ikatan Apoteker Indonesia dalam mencapai pemahaman dan
kesadaran masyarakat terhadap penggunaan obat dengan benar. Dagusibu terdiri
dari Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang Obat. (PP IAI, 2014). Adanya
gerakan tersebut karena masih banyak masalah yang terkait penggunaan obat yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terlihat pada penggunaan obat yang tidak rasional.
Salah satunya pada penggunaan obat keras dan antibiotik dalam upaya
swamedikasi, dimana masih adanya rumah tangga yang menyimpan obat keras
tanpa resep 81,9% dan antibiotik 86,1% (Riskesdas, 2013).
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009, fasilitas pelayanan
kefarmasian yaitu Apotek, Instalasi Rumah Sakit, klinik, toko obat atau praktek
bersama. Pada kenyataannya masih ada masyarakat yang mendapatkan obat dari
orang lain sebesar 1,7%, tenaga kesehatan 23,4% dan penjual obat tradisional
keliling 1,3% (Riskesdas, 2013). Obat obatan yang diperoleh bukan dari fasilitas
pelayann kefarmasian dapat menjadi peluang masuknya obat-obat palsu. Untuk
menjamin keefektifan suatu obat, perlu sistem penyimpanan yang baik dan benar.
Di Negara Iraq menunjukkan bahwa 57,46% obat tidak disimpan di tempat yang
sesuai. Di palestina 43,4% produk obat disimpan di tempat yang relative tidak
aman dari jangkauan anak-anak dirumah (Sweileh at al 2009).
Sedangkan untuk masyarakat Indonesia sendiri masih kurang memahami
bagaimana obat tersebut disimpan dan digunakan karena kurangnya informasi
yang seharusnya didapatkan (Gitawati,2014) kesalahan dalam menyimpan obat
akan mempengaruhi kondisi zat aktif tersebut. Pada saat ini, masyarakat masih
sering salah dalam hal mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang
obat dengan benar. Apabila masyarakat tidak tahu tentang dagusibu tersebut dapat
menyebabkan terjadinya hal yang tidak diinginkan dalam pengobatan seperti obat
yang tidak bisa didapatkan masyarakat, obat yang salah cara penggunaannya, obat
yang tidak disimpan secara benar dan pembuangan obat secara sembarangan. Hal

4
yang tidak diinginkan tersebut tentu saja dapat merugikan bagi masyarakat saat
menggunakan obat.
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dilihat bahwa terdapat berbagai
hal yang perlu diperhatikan terkait DAGUSIBU obat di apotek. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Tingkat Pemahaman Pasien
Terhadap Dagusibu.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Tingkat Pemahaman Pasien Terhadap DAGUSIBU Di
Apotek?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui tingkat pemahaman pasien terhadap DAGUSIBU Obat
berdasarkan umur, pekerjaan, dan tingkat pendidikan
1.4 Manfaat
Untuk menambah pengetahuan dan membantu para mahasiswa agar bisa
lebih memahami bagaimana cara yang benar dalam menggunakan obat,
mulai dari cara mendapatkan, menggunakan (mengkonsumsi),
menyimpan hingga membuang obat (DAGUSIBU).

5
BAB II
PENDAHULUAN

2.1 DAGUSIBU
2.1.1 Pengertian DAGUSIBU
DAGUSIBU (DApatkan, GUnakan, SImpan, BUang) adalah Program
Gerakan Keluarga Sadar Obat yang diprakarsai oleh Ikatan Apoteker Indonesia
dalam mencapai pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan
obat dengan benar (PP IAI, 2014). DAGUSIBU merupakan salah satu upaya
peningkatan kesehatan bagi masyarakat yang diselenggarakan melalui kegiatan
pelayanan kesehatan oleh tenaga kefarmasian. Hal tersebut sesuai dengan yang
tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 tentang Pekerjaan Kefarmasian
pada Bab I Pasal 1 yang menyatakan bahwa pelayanan kefarmasian adalah suatu
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien (Pujiastuti dan Kristiani, 2019).
Pelayanan kesehatan yang dapat diberikan tenaga kefarmasian kepada
masyarakat antara lain dengan melakukan kegiatan pemberian informasi tentang
penggunaan dan penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan. Setiap warga
negara berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik termasuk
informasi tentang penanganan obat yang benar (Pujiastuti dan Kristiani, 2019).
2.1.2 Sejarah Dagusibu
Awal mulainya dikenalkan DAGUSIBU oleh IAI pada tahun 2015- 2017
yang merupakan ajakan masyarakat untuk bijak terhadap penggunaan obat-obtan
yang benar dimulai dari keluarga. Gerakan ini berupa Dapatkan, Gunakan,
Simpan, Buang “obat dengan benar”. Apoteker bisa terus mensosialisasikan ke
masyarakat untuk mendapatkan obat dengan benar dan baik. Kampanye
DAGUSIBU dilakukan karena minimnya pemahaman masyarakat awan terhadap
penggunaan obat secara tepat.
Hal ini disebabkan maraknya obat yang dipalsukan oleh oknum sehingga
kampanye DAGUSIBU dan layanan obat lainnya dapat dioptimalkan dengan

6
memanfaatkan media sosial sebagai diskusi online supaya kita dapat
mendapatkan obat ditempat resmi (Istikharoh, 2017).
2.2 Komponen DAGUSIBU
2.2.1 Mendapatkan Obat (Da)
Tempat yang tepat untuk mendapatkan obat adalah apotek, puskesmas,
rumah sakit dan instalasi kefarmasian lainnya. Penyimpanan obat di apotek lebih
terjamin, mulai dari obat datang dari PBF (Pedagang Besar Farmasi) hingga obat
sampai pada tangan pasien masih dalam keadaan baik. Apotek juga merupakan
tempat pelayanan obat yang resmi sehingga pasien dapat berkonsultasi dengan
Apoteker mengenai keamanan obat, kualitas obat dan manfaat dari obat
(Permatasari dan Nira, 2017).
Berikut cara mendapatkan obat dengan benar:
1. Perhatikan penggolongan dari obat.
2. Perhatikan informasi dari obat yang tercantum pada brosur dan
kemasan.
3. Perhatikan tanggal kadaluwarsa pada kemasan obat.
4. Tebuslah resep dokter di Apotek yang telah memiliki legalitas jelas.
2.2.2 Menggunakan Obat (Gu)
Gunakan obat dengan benar, artinya penggunaan obat harus sesuai dengan
aturan yang terdapat pada kemasan atau etiket. Pastikan Apoteker memberikan
informasi tentang cara pakai obat dengan jelas saat menebus resep atau membeli
obat di Apotek (Permatasari dan Nira, 2017). Khususnya obat-obat yang tidak
terlalu dikenal banyak masyarakat seperti obat antibiotik harus dikonsumsi
sampai habis, jika tidak akan terjadi resistensi antibiotik. Kemudian obat TBC,
pengobatannya harus diselesaikan dalam kurun waktu yang lama, yakni selama
enam bulan.
Informasi penggunaan obat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Informasi umum secara penggunaan obat, meliputi:
a. Cara mengonsumsi obat sesuai dengan aturan yang tertera pada etiket
dan kemasan atau brosur.
b. Waktu mengonsumsi obat sesuai dengan waktu yang dianjurkan.

7
c. Anjuran pakai atau aturan pakai obat yang terdapat pada etiket harus
dipatuhi.
d. Minum obat sampai habis, artinya obat tersebut harus dikonsumsi
hingga obat habis seperti obat antibiotik.
e. Obat bebas dan obat bebas terbatas tidak dimaksudkan untuk
penggunaan yang terus menerus.
f. Hentikan penggunaan obat jika tidak memberikan efek terapi atau
menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, serta segera
menghubungi dokter atau pelayanan kesehatan terdekat.
g. Tidak dianjurkan untuk mencampur berbagai jenis obat dalam satu
wadah.
h. Tidak dianjurkan untuk melepas etiket dari wadah obat karena pada
etiket tersebut tertera cara penggunaan obat dan informasi penting
lainnya.
i. Bacalah cara penggunaan obat sebelum mengonsumsi obat dan
periksa tanggal kadaluwarsa pada kemasan obat.
j. Hindari menggunakan obat orang lain meskipun merasakan gejala
penyakit yang sama.
k. Tanyakan kepada Apoteker atau petugas kesehatan terdekat untuk
mendapatkan informasi penggunaan obat yang lengkap.
2. Informasi khusus cara penggunaan obat , meliputi:
a. Petunjuk pemakaian sediaan obat oral.
b. Petunjuk pemakaian sediaan obat mata.
c. Petunjuk pemakaian sediaan obat tetes hidung.
d. Petunjuk pemakaian sediaan obat tetes telinga.
e. Petunjuk pemakaian sediaan obat suppositoria
f. Petunjuk pemakaian sediaan obat vagina atau ovula.
g. Petunjuk pemakaian sediaan insulin (Insulin pen),
h. Petunjuk pemakaian sediaan inhaler.

8
2.2.3 Menyimpan Obat (Si)
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengaturan obat agar terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia, agar aman dan mutunya terjamin. Peyimpanan
obat harus mempertimbangkan berbagai hal, yaitu bentuk dan jenis sediaan,
mudah atau tidaknya meledak atau terbakar, stabilitas narkotika dan psikotropika
disimpan dalam lemari khusus (Permenkes RI, 2014).
Cara Menyimpan Obat:
1. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
2. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam volume tertutup rapat,
3. Simpan obat ditempat sejuk dan terhindar dari simar matahari
langsung atau ikuti aturan yang tertera pada kemasan.
4. Jangan tinggalkan obat di dalam mobil dalam jangka waktu yang
lama karena suhu yang tidak stabil dalam mobil dapat merusak
sediaan obat dan jangan simpan obat yang telah kadaluarsa.
2.2.4. Membuang Obat (Bu)
Menurut BPOM RI (2014), cara membuang obat sebagai berikut :
1. Hancurkan obat dan timbun di dalam tanah untuk obat-obat padat
(tablet, kapsul dan suppositoria).
2. Untuk sedian cair (sirup, suspensi dan emulsi), encerkan sediaan dan
campur dengan bahan yang tidak akan dimakan seperti tanah atau
pasir. Buang bersama dengan sampah lain.
3. Untuk wadah obat terlebih dahulu lepaskan etiket obat dan tutup botol
kemudian dibuang, hal ini untuk menghindari penyalah gunaan bekas
wadah obat.
4. Untuk kemasan dus dan tube terlebih dahulu digunting baru dibuang.
Obat yang harus dibuang adalah obat-obatan yang sudah rusak
ataupun sudah kadaluarsa.

9
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Kategori Pangan. Indonesia: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia di http://www.organisasi.org/1970/01/isi-kandungan- gizi-daun-
cincau-komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2014, Peraturan Kepala Badan


Pengawasan Obat dan Makanan. Republik Indonesia No.13 Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Depkes RI, 2009, Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009. Tentang Pekerjaan
Kefarmasian, Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Gitawati, R., 2014. Bahan Aktif dalam Kombinasi Obat Flu dan Batuk-Pilek, dan
Pemilihan Obat Flu yang Rasional. Media Litbangkes. Vol 24. No 1. Hal:
11,13-16.

Hapsari, Niken Nindya. (2011). Pengaruh Pengalaman Auditor dan Orientasi


Etika terhadap Keputusan Etis Auditor Negara dengan Komitmen
Profesional sebagai Variabel Intervening. Jurnal EL-MUHASABA Vol 2,
No 2 page. 07-2011 Jur. Akuntansi Fak. Ekonomi UIN Maliki Malang.

Istikharoh, Nok. 2017. Gambaran Pemahaman Kader PKK di Kelurahan


Pesurungan Kidul Kota Tegal Tentang DAGUSIBU. Karya Tulis Ilmiah.
Tegal : politeknik harapan bersama.

Kemenkes RI 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73


Tahun 2016. Tentang standar pelayanan kefarmasan di apotek. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Mentri Kesehatan RI. 2014. Standar Pelayanan Kefarmasian Di


Rumah Sakit. Peraturan Mentri Kesehatan RI, Jakarta.

Permatasari, dan Nira, E. 2017. Pengaruh Kualitas Pelayanan, Persepsi Harga


Dan Lokasi Terhadap Keputusan Pembelian pada Pelanggan
Minimarket. Program Studi Manajemen. Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta.

PP IAI Ikatan Apoteker Indonesia. (2014). Pedoman Pelaksandan Gerakan


Keluarga Sadar Obat. Jakarta : PP IAI.
Pujiastuti, A., dan Kristiani, M. 2019. Sosialisasi DAGUSIBU (Dapatkan,
Gunakan, Simpan, Buang) obat dengan benar pada guru dan karyawan
SMA Theresiana I Semarang Indonesian Journal of Community Vol. 1.
No. 1.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan. Kementerian RI tahun 2013.

Sweileh, W.M. et al. (2009). Storage, Utilization and Cost of Drug Products in
Palestian Households. Palestine: An-Naiah National University.

Anda mungkin juga menyukai