2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rakhmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Gerakan Masyarakat Cerdas
Menggunakan Obat sebagaimana dibuat sebagai tugas Promosi Kesehatan Fakultas Kesehatan
Di dalam penulisan ini, Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan
pada tulisan ini namun, penulis berharap tulisan ini nantinya dapat memberikan manfaat bagi
semua. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya, atas segala
Penulis
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................4
1.2 Tujuan.................................................................................................................
BAB II...........................................................................................................................6
ISI DAN PEMBAHASAN............................................................................................D6
BAB III...........................................................................................................................16
PENUTUP......................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................
3.2 Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
terjadi peningkatan kasus penyakit-penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif. Seiring
dengan kemajuan teknologi dan perubahan pola hidup masyarakat yang cenderung kurang
lagi. Berkembangnya penyakit ini mendorong masyarakat untuk mencari alternatif pengobatan
yang efektif secara terapi dan juga efisien dalam hal biaya. Berkenaan dengan hal tersebut,
swamedikasi menjadi alternative yang diambil oleh masyarakat (Departemen Kesehatan RI,
2007).
Swamedikasi atau self medication adalah penggunaan obat-obatan tanpa resep oleh
seseorang atas inisiatifnya sendiri (FIP, 1999). Dasar hukum swamedikasi adalah peraturan
mengatasi keluhan-keluhan penyakit ringan yang banyak dialami masayarakat, seperti demam,
nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag, diare, penyakit kulit, dan lain-lain. Swamedikasi
pengobatan karena ketidaktepatan diagnosis sendiri, penggunaan obat yang terkadang tidak
sesuai karena informasi bias dari iklan obat di media, pemborosan waktu dan biaya apabila
timbul reaksi obat yang tidak diinginkan seperti sensitivitas, alergi, efek samping atau resistensi
1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk adanya peningkatan pemahaman dan kesadaran pelajar tentang pentingnya
menggunakan obat dengan benar.
2.1.1 Definisi
Gerakan ini merupakan upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat melalui
keterampilan masyarakat dalam menggunakan obat secara tepat dan benar (Menkes RI, 2017).
Dalam buku panduan Gema Cermat kegiatan Gema Cermat yaitu penyebaran informasi tentang
Penggunaan Obat secara Benar dan Rasional dalam Memilih Obat meliputi :
Obat merupakan produk yang diperlukan untuk pemeliharaan dan meningkatkan kesehatan,
namun jika penggunaannya salah, tidak tepat, tidak sesuai dengan takaran dan indikasinya akan
1) Alergi atau reaksi yang tidak diinginkan yang pernah dialami terhadap obat tertentu.
2) Wanita dalam kondisi hamil atau merencanakan untuk hamil, karena beberapa obat dapat
3) Wanita yang sedang menyusui, sebab beberapa obat dapat masuk ke dalam airsusu ibu dan
rendah gula, mengingat selain mengandung bahan berkhasiat obat juga mengandung bahan
1) Apotek
Apoteker.
3) Klinik
menyediakan pelayanan medis dasar dan atau spesialitik, diselenggarakan oleh lebih dari satu
4) Toko Obat
Sarana yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas untuk
di jual secara eceran Pada waktu menerima obat dari petugas kesehatan di Rumah Sakit,
Puskesmas, Apotek atau Toko Obat, diwajibkan melakukan pemeriksaan fisik obat dan mutu
1. Jenis Obat
a) Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang di jual bebas di pasaran dan dapat di beli tanpa resep dokter.
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi
masih bisa di jual atau di beli bebas tanpa resep dokter, namun penggunaannya
c) Obat Keras
Obat keras adalah obat yang hanya dapat di beli di apotek dengan resep dokter
d) Obat Narkotik
Obat yang berasal dari turunan tanaman atau bahan kimia yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
e) Psikotropik
Obat bukan golongan narkotik yang berkhasiat mempengaruhi susunan syaraf pusat. Obat
ini menyebabkan perubahan khas. Obat golongan ini hanya di jual dengan rese dokter.
2) Kemasan Obat
a) Nama Obat
b) Komposisi Obat
Informasi tentang zat aktif yang terkandung di dalam suatu obat dapat merupakan
zat tunggal atau kombinasi dari berbagai macam zat aktif dan bahan tambahan
lain.
c) Indikasi
d) Aturan Pakai
Informasi mengenai cara penggunaan obat yang meliputi waktu dan berapa kali obat
tersebut di gunakan.
Tanda peringatan yang harus di perhatikan pada setiap kemasan obat bebas
terbatas.
f) Tanggal daluarsa
g) Nama Produsen
j) Nomor Registrasi
3) Kadaluarsa Obat
Waktu kadaluarsa obat merupakan batas waktu ketika produk farmasi tidak lagi dalam
kondisi yang dapat di terima efektivitasnya. Umur simpan obat di tentukan oleh waktu
pemecahan zat aktif atau resiko kontaminasi. Tidak semua obat rusak pada tingkat yang sama
(NHS, 2013).
Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan dosis tertentu, dan dengan
menyembuhkan atau memelihara kesehatan (Depkes RI, 2008). Informasi penggunaan obat bagi
a) Cara minum obat sesuai anjuran yang tertera pada etiket atau brosur
d) Minum obat sampai habis, berarti obat harus diminum sampai habis, biasanya antibiotika.
e) Penggunaan obat bebas atau obat bebas terbatas tidak di maksudkan untuk penggunaan secara
terus-menerus.
h) Sebaiknya tidak melepas etiket dari wadah obat karena pada etiket tersebut
i) Bacalah cara penggunaan obat sebelum minum obat, demikian juga periksalah
tanggal kadaluarsa.
b) Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat
c) Simpan obat di tempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung atau ikuti aturan
yang tertera pada kemasan
d) Jangan tinggalkan obat di dalam mobil dalam jangka waktu lama karena suhu
yang tidak stabil dalam mobil dapat merusak sediaan obat dan jangan simpan
Tablet dan kapsul disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk,
terlindung dari cahaya. Jangan menyimpan tablet atau kapsul di tempat panas dan
Obat dalam bentuk cair jangan disimpan dalan lemari pendingin (freezer) agar tidak beku kecuali
Disimpan dalam wadah tertutup baik atau tube, di tempat sejuk (Depkes RI, 1979)
Sediaan obat untuk vagina dan anus (ovula dan suppositoria) disimpan di lemari es karena dalam
e) Sediaan aerosol/spray
Sediaan obat jangan disimpan di tempat yang mempuntai suhu tinggi karena dapat menyebabkan
a) Dingin
b) Sejuk
c) Suhu kamar
Suhu kamar adalah suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah suhu
d) Hangat
e) Panas
1. Hancurkan obat dan timbun di dalam tanah untuk obat-obat padat (tablet, kapsul dan
suppositoria).
2. Untuk sediaan cair (sirup, suspensi dan emulsi), encerkan sediaan dan campur dengan bahan
yang tidak akan dimakan seperti tanah atau pasir. Buang bersama dengan sampah lain.
3. Terlebih dahulu lepaskan etiket obat dan tutup botol kemudian di buang ditempat, hal ini
untuk menghindari penyalahgunaan bekas wadah obat.
4. Untuk kemasan box, dus dan tube terlebih dahulu digunting baru di buang
Edukasi atau disebut juga dengan pendidikan merupakan segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka
melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoadmojo, 2003). Edukasi
merupakan proses belajar dari tidak tahu tentang nilai kesehatan menjadi tahu (Suliha, 2002).
Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, sudah
semestinya usaha dalam menumbuh kembangkan pendidikan secara sistematis dan berkualitas
perlu terus di upayakan, sehingga tujuan dari proses pendidikan dapat dicapai secara optimal.
Pendidikan memiliki arti penting bagi individu, pendidikan lebih jauh memberikan pengaruh
yang besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Dalam konteks relasi sosial, khususnya dalam relasi
antara masyarakat yang membutuhkan pendidikan pada tingkat dan jenjang tertentu melalui
pendidikan formal dan pemerintah sebagai penyedia kebutuhan itu terdapat semacam muatan
yang menjadi pengikat dalam relasi itu. Hubungan antara masyarakat dan pemerintah dengan
salah satu muatannya adalah kebutuhan atas pendidikan dipahami dalam konteks organisasi,
keberadaannya dapat dilihat dari sudut pandang muatan dalam jaringan sosial dalam suatu
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan terkait pentingnya edukasi atau
pendidikan itu sendiri dalam penelitian ini dalam merencanakan, memantau, mengaplikasikan
metode, mendeskripdsikan, dan mengevaluasi hasil terhadap pengetahuan akan teknik dan
metode apa saja yang diketahui oleh para responden penelitian yakni khususnya para pengunjung
lembaga penyedia layanan kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat diartikan sebagai pemberian
informasi, instruksi, atau peningkatan pemahaman terkait kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat
meliputi jenis pendidikan terkait potensial kesehatan dan bagaimana potensial kesehatan dapat
tercapai atau terkait bagaimana menghindari masalah penyakit tertentu (Carr et al, 2014).
1992 maupun WHO yakni: “meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara
ekonomi maupun secara sosial, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan baik
sebaiknya mengikuti persyaratan penggunaan obat rasional. Materi ini akan membahas
pengertian dan batasan pengobatan rasional. Penggunaan obat dikatakan rasional bila (WHO
1985) bila pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhannya, untuk periode waktu yang
adekuat dan dengan harga yang paling murah untuk pasien dan masyarakat.
WHO memperkirakan bahwa lebih dari separuh dari seluruh obat di dunia diresepkan,
diberikan dan dijual dengan cara yang tidak tepat dan separuh dari pasien menggunakan obat
secara tidak tepat.
Salah satu dampak penggunaan obat yang tidak rasional adalah peningkatan angka
morbiditas dan mortalitas penyakit. Sebagai contoh, penderita diare akut non spesifik umumnya
mendapatkan antibiotika dan injeksi, sementara pemberian oralit (yang lebih dianjurkan)
umumnya kurang banyak dilakukan. Padahal diketahui bahwa resiko terjadinya dehidrasi pada
anak yang diare dapat membahayakan keselamatan jiwa anak yang bersangkutan. Hal yang sama
juga terjadi pada penderita ISPA non pneumonia pada anak yang umumnya mendapatkan
antibiotika yang usia lanjut. Pada kelompok umur ini kejadian efek samping dialami oleh 1 di
antara 6 penderita usia lanjut yang dirawat di rumah sakit.Terjadinya resistensi kuman terhadap
antibiotika merupakan salah satu akibat dari pemakaian antibiotika yang berlebih
Sebagian besar dokter masih cenderung meresepkan antibiotika untuk keluhan batuk dan
pilek. Akibatnya kebutuhan antibiotika menjadi sangat tinggi, padahal diketahui bahwa sebagian
besar batuk pilek disebabkan oleh virus dan antibiotika tidak diperlukan. Dari praktek
pengobatan tersebut tidaklah mengherankan apabila yang umumnya dikeluhkan oleh Puskesmas
adalah tidak cukupnya ketersediaan antibiotik. Akibatnya jika suatu saat ditemukan pasien yang
benar-benar menderita infeksi bakteri, antibiotik yang dibutuhkan sudah tidak tersedia lagi. Yang
terjadi selanjutnya adalah pasien terpaksa diberikan antibiotik lain yang bukan pilihan utama
obat pilihan (drug of choice) dari infeksi tersebut. Di sini terdapat 2 masalah utama:
1) seolah-olah mutu ketersediaan obat sangat jauh dari memadai. Padahal yang terjadi
adalah antibiotik telah dibagi rata ke semua pasien yang sebenarnya tidak memerlukan.
2) dengan mengganti jenis antibiotik akan berdampak pada tidak sembuhnya pasien
(karena antibiotik yang diberikan mungkin tidak memiliki spektrum antibakteri untuk
penyakit tersebut, misalnya pneumonia diberi metronidazol). Atau penyakit menjadi lebih
sering memberi pengaruh buruk bagi pasien maupun masyarakat. Pengaruh buruk ini
dapat berupa ketergantungan terhadap intervensi obat maupun persepsi yang keliru
terhadap pengobatan. Beberapa contoh berikut mungkin banyak dijumpai dalam praktek
sehari-hari: Kebiasaan dokter atau petugas kesehatan untuk memberikan injeksi kepada
pasien. Jika tujuannya adalah untuk memuaskan pasien, maka hal ini harus dikaji ulang
secara mendalam karena pemberian obat per injeksi selalu memberikan resiko yang lebih
besar dibandingkan per oral. Resiko ini semakin besar apabila cara pemberian obat per
injeksi tidak lege artis (misalnya menggunakan satu jarum untuk beberapa/banyak
injeksi adalah bentuk pengobatan yang paling baik, karena selalu dianjurkan atau
c) Dampak Injeksi
rumah tangga, petugas kesehatan seolah dihinggapi keengganan (keraguan) untuk tetap
memberikan Oralit tanpa disertai obat lain pada pasien dengan diare akut non spesifik. Oleh
sebab itu tidak mengherankan apabila sebagian besar penderita diare akut non spesifi k masih
saja mendapat injeksi maupun antibiotik, yang sebenarnya tidak diperlukan. Sementara Oralit
yang menjadi terapi utama justru sering tidak diberikan. Memberikan roboransia pada anak
dengan dalih untuk merangsang nafsu makan sangatlah keliru apabila tidak disertai upaya untuk
memotivasi orang tua agar memberikan makanan yang bergizi, apalagi pada saat anak sakit.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masalah penggunaan obat yang rasional di masyarakat terutama pada kalangan pelajar
masih belum banyak yang mengetahui atau masih minim pengetahuan. Oleh karena itu,
pemerintah melalui program gerakan masyarakat cerdas menggunakan obat yang bekerjasama
keterampilan dalam penggunaan obat yang baik dan bijak sehingga melahirkan kepedulian dan
tentang penggunaan obat yang rasional dan pengobatan sendiri atau swamedikasi melalui
bagaimana mengelola obat dengan baik, menggunakan dan memilih obat dengan benar, dan atau
3.2 Saran
Penggunaan obat yang rasional dan pengobatan sendiri atau swamedikasi,sudah seharus
nya menjadi program yang tidak hanya dilakukan pada kalangan masyarakat saja tetapi juga
dilakukan di kalangan pelajar. sehingga diharapkan dengan adanya Gerakan masyarakat cerdas
menggunakan obat ini dapat meyalurkan dan melakukan semua sesuai informasi yang telah
diperoleh agar tidak terjadi penyalahgunaan obat di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. (2007). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
FIP. (1999). Joint Statement By The International Pharmaceutical Federation and TheWorld
Self-Medication Industry: Responsible Self-Medication. FIP & WSMI, 1-2.
Adhitya purwanto, “hubungan edukasi gema cermat terhadap pengetahuan masyarakat tentang
penggunaan obat-obat di wilayah kerja puskesmas ariodillah.”Repository Poltekkes
Kemenkes Palembang”, accessed February 1, 2023,
https://repository.poltekkespalembang.ac.id/items/show/1022.
Agusyanto. 2007. Jaringan Sosial dalam Organisasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Aurelia, 2013. Harapan dan Kepercayaan Konsumen Apotek Terhadap Peran Apoteker Yang
Berada di Wilayah Surabaya Barat, Jurnal Caliptra,Vol.2. No.1.
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2007. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas
Terbatas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Budiman dan Agus, R. 2013. Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan dan Sikap Dalam Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Depkes, 2008. Modul 1 Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Memilih
Obat bagi Tenaga Kesehata. Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional. Jakarta.
Dinkes, 2017. Strategi Pelaksanaan Gema Cermat. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Jawa
Barat.
Hening, P., Nur, A.C. dan Warsinah, 2017. Pengaruh Edukasi Apoteker Terhadap Pengetahuan
dan Sikap Masyarakat Terkait Teknik Penggunaan Obat. Universitas Jenderal
Soedirman. Purwokerto.
Ihsan, Sunandar, dkk. 2016. Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat Ditinjau dari Indikator
Peresepan Menurut World Health Organization (WHO) diSeluruh Puskesmas Kota
Kendari. Fakultas Farmasi. Universitas Halu Oleo. Kendari.
Kemenkes RI, 2011. Buku Panduan Promosi Kesehatan di Puskesmas, Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
Kemenkes RI, 2011. Modul Penggunaan Obat Rasional, Bina Pelayanan Kefarmasian. Jakarta.
Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Kemenkes RI, 2017. Buku Panduan Agent Of Change (AoC) GeMa CerMat. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Menteri Kesehatan RI, 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2007 Tentang
Pedoman Pelaksaan Promosi Kesehatan di Puskesmas. Menteri Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Menteri Kesehatan RI, 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Menteri Kesehatan RI, 2015. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 427 Tahun 2015 Tentang
Gema Cermat. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Mubarak, W. I., & Chayatin, N. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika.
Notoadmojo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Prihartanta, Widayat. 2015. Teori-Teori Motivasi. Universitas Islam Negeri Ar- Raniry.
Banda Aceh.
Suliha, Uha. 2002. Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC Tjay, H. T. dan
Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek
Sampingnya, Edisi Kelima, Cetakan Kedua, 125-141, PT Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992. Tentang Kesehatan, Penerbit Ariloka, Surabaya : 2000