Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH PRAKTIKUM PENELITIAN KESEHATAN REPRODUKSI

“Cara Kerja Alat Kontrasepsi ,Undang-Undang Dan Peraturan Pemerintah”

Disusun oleh:
Kelompok 3

Maisarah Agita S. 1711212036


Diva Febrisia A. 1711213014
Bella Septapira 1711212038
Syahrifah Aima 1711213017
Yola Tania 1711216028
Ebby Frivana 1811216001

Dosen Pengampu:
Suci Maisyarah Nasution, S.ST, M.K.M

DEPARTEMEN KESEHATAN REPRODUKSI


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala berkah dan rahmat-Nya
kelompok dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Cara Kerja Alat Kontrasepsi ,
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah”. Dan tidak lupa pula penulis mengucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah memberikan kontribusi baik materi
maupun pikirannya.
Makalah ini disusun dengan tujuan memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum
Penelitian Kesehatan Reproduksi. Selain itu makalah ini disusun agar dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan pembaca tentang “Cara Kerja Alat Kontrasepsi , Undang-Undang
dan Peraturan Pemerintah.”
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan.Maka
dari itu penulis berharap agar adanya kritik dan saran yang diberikan, sehingga dapat
menjadi pelajaran untuk kedepannya.

Padang, 21 April 2020

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 Macam-Macam Metode Kontrasepsi..........................................................................................3
Metode kontrasepsi menurut Hartanto (2004) dan Saifuddin (2006) :...................................................3
2.1.1. Kontrasepsi hormonal..........................................................................................................3
2.1.2. Kontrasepsi Non hormonal..................................................................................................9
2.2 Peraturan Dan Undang-Undang.................................................................................................16
BAB III........................................................................................................................................................29
PENUTUP...................................................................................................................................................29
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................29
3.2 Saran..........................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................30

iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk meningkatkan jumlah penerimaan dan kualitas metode KB kepada masyarakat.
Sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan bidan, metode KB yang dapat dilaksanakan
adalah metode sederhana (kondom, pantang berkala, pemakaian spermisid, senggama
terputus), metode kontrasepsi efektif (hormonal, AKDR), metode MKE kontap (bidan
dapat memberi petunjuk tempat dan waktu kontap dapat dilaksanakan. Dalam melakukan
pemilihan metode KB perlu diperhatikan ketetapan bahwa semakin rendah pendidikan
semakin efektif metode KB yang digunakan. proses terjadinya kehamilan/ reproduksi sehat
serta informasi mengenai berbagai kontrasepsi yang benar dan lengkap cara kerja, manfaat,
kemungkinan efek samping, komplikasi, kegagalan, kontra indikasi, tempat kontrasepsi
bisa diperoleh, rujukan serta biaya.
Metode suntikan telah menjadi bagian gerakan keluarga berencana nasional serta
peminatnya makin bertambah. Tingginya minat pemakai suntikan KB oleh karena aman,
sederhana, efektif, tidak menimbulkan gangguan dan dapat dipakai pada pasca
persalinan. Salah satu kontrasepsi suntik adalah DMPA 150mg, sebagai obat suntik
berdaya kerja panjang, efeknya termasuk efek samping utama maupun yang minor
tidakdapat segera dihentikan dengan jalan menghentikan suntikannya. Kelainan haid
merupakan sebab utama dari penghentian kontrasepsi suntikan. Pemerintah Republik
Indonesia mencanangkan program KB dan penggunaan alat kontrasepsi yang tepat
serta aman digunakan oleh masyarakat pada umumnya. Sedangkan kontrasepsi yaitu
upaya pencegahan terhadap kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap.
Adapun kontrsepsi dapat dilakukan menggunakan alat maupun dengan cara
manual/alami yaitu dengan cara KB kalender yang umum dilakukan oleh masyarakat di
daerah pedesaan.
Pemerintah juga mengharapkan kepada masyarakat terutama untuk kaum
perempuan agar mau melakukan program ini, serta peran suami juga sangat dibutuhkan
supaya bekerja sama mencapai program KB dengan dua anak cukup. Tak luput juga
pemakaian alat kontrasepai haruslah steril dan aman digunakan untuk menghindari
adanya efek samping atau bahkan kematian akibat ketidak cocokkan dalam pemakaian
kontrasepsi. Meski alat kontrasepsi begitu banyak macamnya yang terpenting adalah

1
steril tidaknya alat tersebut,dan pemasangan alat itupun harus sesuai aturan dokter
sebagai ahli medis. Jika sudah tercipta kerja sama diantara pemerintah, masyarakat dan
paramedis maka diharapkan kemajuan pelaksanaan program KB dengan penggunaan
alat kontrasepsi yang aman di Indonesia
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu alat kontrasepsi?
2. Apa saja jenis alat kontrasepsi?
3. Apa saja Hukum dan peraturan alat kontrasepsi?
4. Bagaimana pelaksanaan hukum yang berlaku ?
5. Bagaimana cara kerja metode alat kontrasepsi ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu alat kontrasepsi
2. Untuk mengetahui apa saja metode alat kontrasepsi
3. Untuk mengetahui cara kerja alat kontrasepsi
4. Untuk mengetahui hukum dan peraturan alat kontrasepsi

2
BAB II PEMBAHASAN
2
2.1 Macam-Macam Metode Kontrasepsi
Metode kontrasepsi menurut Hartanto (2004) dan Saifuddin (2006) :
2.1.1. Kontrasepsi hormonal

1. Definisi
Kotrasepsi hormonal adalah salah satu metode kontrasepsi yang paling
efektifdan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi. Jenis hormon yang
terkandung adalah estrogen dan progesteron (Baziad, 2002).
a. Jenis-jenis
Kontrasepsi hormonal terdiri dari :
1) Kontrasepsi Pil
Kontrasepsi oral (pil) adalah cara kontrasepsi untuk wanita yang
berbentuk pil, didalam pil berisi gabungan dari hormon estrogen dan
progesteron atau hanya terdiri dari hormon progesteron saja. Cara
kerjanya menekan ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lendir
serviks (Handayani, 2010).
a) Efektifitas
Secara teoritis hampir 100%, dengan angka kegagalan 0,1% -1,7%
(Saifuddin, 2006).
b) Keuntungan
 Efektifitasnya tinggi.
 Pemakai dapat hamil lagi, bila dikehendaki kesuburan dapat
kembali dengan cepat.
 Tidak mengganggu kegiatan seksualitas suami istri.
 Siklus haid menjadi teratur.
 Dapat menghilangkan keluhan nyeri haid (Mochtar, 2005).
c) Kontra indikasi
Tidak dianjurkan bagi perempuan hamil, menyusui eksklusif,
perdarahan, hepatitis, jantung, stroke, dan kanker payudara
(Saifuddin, 2006).
3
d) Efek samping
Mual muntah, berat badan bertambah, retensi cairan, edema,
mastalgia, sakit kepala, timbulnya jerawat. Keluhan ini berlangsung
pada bulan-bulan pertama pemakaian pil (Depkes RI, 2009).
2) Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi suntik adalah obat pencegah kehamilan yang pemakaiannya
dilakukan dengan jalan menyuntikan obat tersebut pada wanita subur.
Obat ini berisi Depo Medroxi Progesterone Acetate (DMPA).
Penyuntikan dilakukan pada otot Intra Maskuler (IM) di bokong
(gluteus) yang dalam atau pada pangkal lengan (deltoid) (Maryani, 2005).
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi suntik yang berisi hormon sintesis
estrogen dan progesteron :
 DMPA (Depo Medroxy Progesterone Acetate)= Depo
Provera.
Mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan.
 Depo Noretisteron (Norethindrone Enannthate)= Noristerat.
Mengandung 200 mg noretindron enantat, yang diberikan
setiap 1bulan (Hartanto, 2004).
a) Cara pemberian KB suntik
Menurut Glasier dan Gebbie (2004), pemberian KB suntik dilakukan
melalui penyuntikan intra muskular dalan di regio gluteus atau
kadang- kadang di deltoid, terutama pada orang yang sangat gemuk.
Tempat penyuntikan jangan dipijat karena tindakan ini kadang-
kadang menyebabkan obat menyebar sehingga kadar awal dalam
darah lebih tinggi dan lama kerja menjadi lebih singkat. Dosis DMPA
yang dianjurkan adalah 150 mg dan Noretisteron Enantat (NET-ET)
adalah 200 mg, dengan cara sebagai berikut:
 Vial DMPA harus dikocok dengan baik sebelum dimasukan
kedalam tabung suntik. Di beberapa negara, prosedur pemberian
yang baru adalah dengan tabung suntik yang sudah terisi.
 Vial NET-EN harus dihangatkan hingga mendekati suhu tubuh.

4
 Suntikan pertama harus diberikan dalam 5 hari pertama dari
permulaan siklus menstruasi.
 Suntikan berikutnya diberikan sesuai jadwal yang dicatatkan di
kalender untuk klien, DMPA biasanya diberikan setiap 90±7
hari, sementara jadwal optimal NET- EN lebih rumit. Selama 6
bulan pertama, NET-EN harus diberikan sekali setiap 60±5 hari,
dan kemudian setiap 84±7 hari untuk memaksimalkan efek
sekaligus meminimalkan efek samping.
 DMPA memiliki batas keamanan yang jauh lebih besar untuk
penundaan suntikan berikutnya dari pada NET-EN dan dapat
ditunda tanpa menyebabkan ansietas sampai 16 minggu.
Interval yang lebih lama mungkin masih aman, tetapi pasien
perlu diberi tahu bahwa ada kemungkinan sedikit peningkatan
resiko kegagalan kontrasepsi. Atas alasan medikolegal, akan
lebih bijaksana jika dilakukan uji kehamilan apabila interval
memanjang melebihi 12 minggu.
b) Cara kerja KB suntik
Cara kerja KB suntik dalam mencegah kehamilan menurut Krisnadi
(2002), yaitu :
 Menghentikan (meniadakan) keluarnya sel telur dari induk telur.
 Membuat sperma sulit memasuki rahim karena
mengentalkan lendir mulut rahim (serviks).
 Tidak dapat mengeluarkan atau menghentikan kehamilan yang
sudah terjadi.
c) Indikasi KB suntik
DMPA menurut Glasier dan Gebbie (2004), mungkin memberi
manfaat khusus bagi wanita dengan penyakit- penyakit tertentu,
seperti :
 Endometriosis
 Defek ovulasi, terutama penyakit ovarium polikistikdalam
mencegah resiko carsinoma endometrium.

5
 Penyakit medis tertentu lainnya.
Metode suntikan jangan digunakan pada wanita dengan gangguan
koagulasi, DMPA juga jangan diberikan pada wanita yang mungkin
tidak dapat mentoleransi amenore atau bercak darah ireguler yang
berkepanjangan (Glasier & Gebbie, 2004). Menurut Maryani (2005),
kontra indikasi KB suntik tidak diperbolehkan untuk wanita yang
menderita penyakit jantung, hipertensi, hepatitis, kencing manis,
paru-paru dan kelainan darah.
d) Kontra indikasi
 Kontra indikasi secara mutlak
(1)Terdapatnya /riwayat tromboflebitis.
(2)Kelainan serebro vaskuler.
(3)Fungsi hati kurang baik.
(4)Adanya keganasan pada kelenjar payudara dan alat
reproduksi.
(5)Varises berat.
(6)adanya kehamilan.
 Kontra indikasi secara relatif
(1)Hipertensi.
(2)Diabetes.
(3)Perdarahan abnormal pervaginam.
(4)Fibromioma uterus(Saifuddin, 2006).
e) Efektifitas
KB suntik menurut BKKBN (2012), sangat efektif untuk mencegah
kehamilan bila disuntik setiap 1 bulan atau 3 bulan. Menurut Glasier
& Gebbie (2005), angka kegagalan yang pernah dilaporkan hampir
semua studi skala besar diberbagai komunitas yaitu dibawah 0,5 per
100 wanita per tahun untuk DMPA. Angka kegagalan dengan NET-
EN sedikit lebih tinggi tetapi biasanya tetap di bawah 1 per 100
wanita per tahun. Insidensi kehamilan ektopik sangat rendah.
Kontrasepsi suntik sebulan sekali juga memiliki angka kegagalan

6
yang sangat rendah yaitu kurang dari 0,5 per 100 wanita per tahun.
Efektifitas KB suntik yang tinggi disebutkan oleh krisnadi (2002),
dengan kegagalan pada pemakai KB suntik hanya sekitar 0,3
kehamilan dari 100 pemakai pada tahun pertama pemakaian atau 1
dari 333 pemakai masih bisa hamil.
f) Efek samping dan penatalaksanaannya
Efek samping KB suntik menurut Glasier dan Gebbie (2004), adalah
penundaan pemulihan kesuburan. Hal ini hanya menjadi masalah bagi
pemakai DMPA, yang mungkin mengalami interval berkepanjangan
sebelum ovulasi normal pulih. Penundaan ini mungkin disebabkan
oleh menetapnya DMPA dalam sirkulasi, karena mikro kristal pada
obat yang disuntikan tersebut kadang- kadang larut sangat lambat.
Penundaan pemulihan kesuburan rata- rata berlangsung 7-8 bulan
setelah perhitungan efek 3-4 bulan dari suntikan terakhir.
Tidak terdapat bukti bahwa DMPA menyebabkan sterilitas permanen.
NET-EN menyebabkan penundaan yang sangat singkat, tetapi
kontrasepsi suntik kombinasi tidak diketahui dapat menimbulkan efek
yang berkepanjangan setelah dosis terakhir. Gangguan haid dapat
terjadi dan juga dengan keluhan mual, sakit kepala, pusing,
menggigil, mastalgia dan berat badan bertambah. Efek samping yang
berat jarang dijumpai, tetapi kadang ibu mengeluh libido berkurang
(Glasier & Gebbie,2004).
Efek samping kontrasepsi suntikan menurut Maryani (2005), yaitu:
 Tidak datang haid (amenorrhoe).
Gangguan ini paling sering terjadi dan yang paling mengganggu.
Pola haid yang normal dapat berubah menjadi amenore,
perdarahan ireguler, perdarahan bercak-bercak, perubahan dalam
frekuensi lama dan jumlah darah yang hilang. Efek pada pola
haid tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan
intermenstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan
jalannya waktu, sedangkan kejadian amenore bertambah besar.

7
Bila terjadi amenore, berkurangnya darah haid sebenarnya
memberikan efek yang menguntungkan yakni berkurangnya
insiden anemia. Insiden yang tinggi dari amenore diduga
berhubungan dengan atropi endometrium. Penatalaksanaan tidak
datang haid (amenore) yaitu :
(1) Tentukan ada tidak adanya kehamilan.
(2) Bila tidak hamil, lakukan konseling.
(3) Bila hamil, rujuk ke puskesmas/RS untuk penanganan lebih
lanjut.
(4) Bila tidak serius, lakukan konseling.
 Perdarahan yang mengganggu
(1) Bila perlu diobati, berikan obat anti perdarahan seperti tablet
Daflon, Adona AC 17 dan metergin.
(2) Selanjutnya dapat diberikan tablet Lynoral 0,05-0,1 mg per
hari selama 7-10 hari.
(3) Perdarahan yang banyak dan tidak sembuh oleh pengobatan
harus dilakukan kuretase (Mochtar, 2005).
3) Kontrasepsi Implant
a) Kontrasepsi ini terdiri dari :
 Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm dan diameter 2,4 mm. Berisi 36 mg hormon
Levonorgestrel dengan daya kerja 5 tahun.
 Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang 40
mm dan diameter 2,4 mm. Berisi 68 mg 3–Ketodesogestrel
dengan daya kerja 3 tahun.
 Indoplant, terdiri dari 2 batang. Berisi 75 mg hormon
 Levonorgestrel, daya kerja 3 tahun (Hartanto, 2004).
b) Efektifitas, efektifitasnya 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan
(Saifuddin, 2006).
c) Keuntungan
Dipasang selama lima tahun, kontrol medis ringan, dapat dilayani di

8
daerah pedesaan, biaya ringan.
d) Efek samping
Gangguan menstruasi, terutama 3–6 bulan pertama dari pemakaian.
Pemakaian akan mengalami masa perdarahan yang lebih panjang,
lebih sering, atau amenorea (Mochtar, 2005).
2. Cara Kerja Kontrasepsi Hormonal
Pada dasarnya cara kerja dari kontrasepsi hormonal adalah hormon estrogen dan
progesteron telah sejak awal menekan sekresi gonadotropin. Akibat adanya
pengaruh progesteron sejak awal, proses implantasi akan terganggu,
pembentukan lendir serviks tidak fisiologis, dan motilitas tuba terganggu,
sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula (Baziad,
2002).
2.1.2. Kontrasepsi Non hormonal

1. Definisi
Kontrasepsi non hormonal adalah kontrasepsi yang tidak mengandung hormon,
baik estrogen maupun progesteron (Hartanto, 2004).
2. Jenis-jenis
Jenis-jenis kontrasepsi non hormonal meliputi :
a. Metode Kontrasepsi Alamiah
1) Senggama Terputus
Senggama terputus adalah mengeluarkan kemaluan pria dari alat
kelamin wanita menjelang ejakulasi. Dengan cara ini diharapkan cairan
sperma tidak akan masuk kedalam rahim serta mengecilkan
kemungkinan bertemunya sel telur yang dapat mengakibatkan terjadinya
pembuahan (Proverawati, Islaely, &Aspuah, 2010).
2) Pantang Berkala
Pantang berkala adalah tidak melakukan hubungan seksual saat istri
sedang dalam masa subur. Sistem ini berdasarkan pada siklus haid atau
menstruasi wanita. Masa subur tidak selalu terjadi tepat 14 hari sebelum
menstruasi, tetapi dapat terjadi antara 12 atau 16 hari sebelum
menstruasi berikutnya (Proverawati, islaely, &Aspuah, 2010).

9
3) Metode Lendir Servik
Metode lendir servik adalah metode kontrasepsi dengan melihat lendir
dalam vagina untuk mengetahui masa subur pada seorang wanita,
dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum
melakukan aktifitas lainnya (Proverawati, islaely, & Aspuah, 2010).
b. Metode Kontrasepsi Sederhana
1) Kondom
Kondom adalah selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai
bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vynil) atau bahan alami
(produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan. Kondom
terbuat dari karet sintesis yang tipis, berbentuk silinder dengan
muaranya berpinggir tebal, yang digulung berbentuk rata. Standar
kondom dilihat dari ketebalannya, yaitu 0,02 mm (Lusa, 2010).
a) Cara Kerja Kondom
(1) Mencegah sperma masuk kesaluran reproduksi wanita
(2) Sebagai alat kontrasepsi
(3) Sebagai pelindung terhadap infeksi atau transmisi mikro
organisme penyebab PMS (Penyakit Menular Seksual) (Lusa,
2010).
b) Efektifitas Kondom
Pemakaian kontrasepsi kondom akan efektif apabila dipakai secara
benar setiap kali berhubungan seksual. Pemakaian kondom yang
tidak konsisten membuat tidak efektif. Angka kegagalan kontrasepsi
kondom sangat sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan
pertahun (Lusa, 2010).
c) Manfaat Kondom
Indikasi atau manfaat kontrasepsi kondom terbagi dua, yaitu manfaat
secara kontrasepsi dan non kontrasepsi. Manfaat kondom secara
kontrasepsi antara lain :
(4) Efektif bila pemakaian benar.
(5) Tidak mengganggu produksi ASI.

10
(6) Tidak mengganggu kesehatan klien.
(7) Tidak memerlukan resep dan pemeriksaan khusus.
(8) Murah dan tersedia diberbagai tempat (Lusa,2010).
d) Keterbatasan Kondom
Alat kontrasepsi metode barier kondom ini juga memiliki
keterbatasan, antara lain :
(1) Efektifitas tidak terlalu tinggi
(2) Tingkat efektifitas tergantung pada pemakaian kondom yang
benar.
(3) Adanya pengurangan sensitifitas pada penis.
(4) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
(5) Perasaan malu membeli ditempat umum.
(6) Masalah pembungan kondom bekas pakai (Lusa, 2010).
2) Spermisida
Spermisida adalah zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan
spermatozoa didalam vagina sebelum spermatozoa bergerak kedalam
traktus genetalia interna. Dikemas dalam bentuk busa (aerosol), tablet
vagina dan krim. Cara kerjanya menyebabkan sel membran sperma
terpecah, memperlambat pergerakan sperma dan menurunkan
kemampuan pembuahan sel telur (Saifuddin, 2006).
3) Diafragma
Merupakan kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet)
yang diinsersikan kedalam vagina sebelum berhubungan seksual
sehingga menutup serviks. Cara kerjanya menahan sperma agar tidak
mendapat akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus
dan tuba falopi) dan sebagai alat tempat spermisida (Saifuddin, 2006).
4) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Alat kontrasepsi dalam rahim adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan
dalam rongga rahim wanita yang bekerja menghambat sperma untuk
masuk ke tuba fallopii (Saifuddin, 2006). Terdapat dua macam
penggolongan AKDR atau yang sering disebut IUD (Intra Uterine

11
Devices ) yaitu yang mengandung logam (Cu IUD) dan yang
mengandung hormon progesterone atau levonorgestrel (Hartanto, 2004).
a) Cara kerja kontrasepsi AKDR
Menurut Saifuddin (2003), cara kerja kontrasepsi AKDR adalah:
(1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke
tuba falopi.
(2) Mempengaruhi fertilitasi sebelum ovum mencapai
kavum uteri
(3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum
bertemu,walaupun AKDR membuat sperma sulit
masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilitasi.
(4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur
dalam uterus.
b) Efektifitas
Menurut Hartanto (2004), efektifitas dari IUD dinyatakan dalam
angka kontinuitas yaitu berapa lama IUD tetap tinggal tanpa ekspulsi
spontan tanpa terjadinya kehamilan /tanpa pengeluaran karena
alasan medis/pribadi. Angka kegagalan IUD pada umumnya adalah
1-3 kehamilan per 100 wanita per tahun.
c) Keuntungan dan Kerugian kontrasepsi AKDR
Menurut saifuddin (2006), keuntungan dari kontrasepsi AKDR
adalah :
(1) AKDR dapat efektif segera setelah pemaangan.
(2) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan
tidak perlu diganti).
(3) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
(4) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut
untuk hamil.
(5) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-
380A).

12
(6) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
(7) Dapat digunakan sampai menopause.
(8) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
(9) Membantu mencegah kahamilan ektopik.
Menurut Saifuddin (2006), kerugian dari kontrasepsi AKDR adalah :
(1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan
akan berkurang setelah 3 bulan).
(2) Haid lebih lama dan banyak.
(3) Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
(4) Saat haid lebih sakit.
Komplikasi lain :
(1) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan.
(2) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya
yang memungkinkan penyebab anemia.
(3) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
(4) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau
perempuan yang sering berganti pasangan.
(5) Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan
IMS memakai AKDR.
d) Indikasi dan Kontra indikasi kontrasepsi AKDR
Menurut Hartanto (2004), indikasi dan kontra indikasi kontrasepsi
AKDR adalah :
(1) Partner seksual yang banyak.
(2) Partner seksual yang banyak dari partner akseptor IUD.
(3) Kesukaran memperoleh pertolongan gawat darurat bila terjadi
komplikasi.
(4) Kelainan darah yang tidak diketahui sebabnya.
(5) Riwayat kehamilan ektopik atau keadaan-keadaan yang
menyebabkan predisposisi untuk terjadinya kehamilan ektopik.
(6) Pernah mengalami infeksi pelvis satu kali dan masih

13
menginginkan kehamilan selanjutnya. Gangguan respons tubuh
terhadap infeksi (AIDS, diabetes mellitus, pengobatan dengan
kortikosteroid dan lain-lain).
(7) Kelainan pembekuan darah.
c. Metode Kontrasepsi Mantap
1) Tubektomi
Tubektomi adalah setiap tindakan yang dilakukan pada kedua saluran
telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan
mendapatkan keturunan lagi. Kontrasepsi ini digunakan untuk jangka
panjang, walaupun kadang- kadang masih dapat dipulihkan kembali
seperti semula. Cara tubektomi dapat dibagi atas beberapa bagian antara
lain saat operasi, cara mencapai tuba, dan cara penutupan tuba
(Sulistyawati, 2011).
a) Efektifitas
(1) Sangat efektif, angka kegagalan sedikit lebih rendah.
(2) Sangat efektif post- operatif (Hartanto, 2004).
b) Keuntungan
Vasektomi tuba akan menghadapi dan mencapai klimakterium
dalam suasana alami (Sulistyawati, 2011).
c) Kontra indikasi
(1) Peradangan dalam rongga panggul.
(2) Peradangan liang senggama akut.
(3) Penyakit kardiovaskuler berat, penyakit paru berat atau
penyakit paru lain yang tidak memungkinkan akseptor berada
dalam posisi genupektorial.
(4) Obesitas berlebihan
(5) Bekas laparotomi (Mochtar, 2005).
d) Efek samping
(1) Resiko trauma internal sedikit lebih tinggi.
(2) Kemungkinan infeksi serius lebih tinggi.
(3) Sedikit sekali kematian yang berhubungan dengan anestesi

14
(Hartanto, 2004).
2) Vasektomi
Vasektomi adalah kontrasepsi mantap pria atau vasektomi merupakan
suatu metode operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan
sangat efektif, memakan waktu operasi yang sangat singkat dan tidak
memerlukan anastesi umum (Hartanto, 2004).
a) Efektifitas
(1) Sangat efektif, tetapi angka kejadian rekanalisasi spontan dan
kehamilan sedikit lebih tinggi.
(2) Efektif 6-10 minggu setelah operasi (Saifuddin, 2006).
b) Keuntungan
(1) Efektif.
(2) Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas.
(3) Sederhana.
(4) Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit
(5) Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anastesi lokal
saja.
(6) Biaya rendah.
(7) Secara kultural, sangat dianjurkan dinegara- negara dimana
wanita merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau
kurang tersedia dokter wanita dan paramedis wanita (Hartanto,
2004).
c) Kerugian
(1) Diperlukan tindakan operatif.
(2) Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan
atau infeksi
(3) Belum memberikan perlindungan total sampai semua
spermatozoa, yang sudah ada didalam sistem reproduksi distal
dari tempat oklusi vas deferens, dikeluarkan.
(4) Problem psikologis yang berhungan dengan perilaku seksual
mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif yang

15
menyangkut sistem reproduksi pria (Hartanto, 2004).
d) Efek samping
Efek samping MOP jarang terjadi dan bersifat sementara misalnya
bengkak, nyeri dan infeksi pada luka operasi. Pada vasektomi infeksi
epididimitis terjadi pada 1-2 % pasien. Pada tubektomi perdarahan,
infeksi, kerusakan organ lain dan komplikasi karena anastesi dapat
terjadi.
3. Cara Kerja
Pada dasarnya cara kerja kontrasepsi non hormonal dengan metode sederhana
adalah menghindari senggama selama kurang lebih 718 hari, termasuk masa
subur dari tiap siklus. Sedangkan kondom menghalangi spermatozoa ke dalam
traktus genitalia interna wanita (Hartanto, 2004). MOW dan MOP adalah
dengan mengikat dan memotong saluran ovum atau sperma sehingga sperma
tidak bertemu dengan ovum (Saifuddin, 2006). Tidak ada satupun yang seratus
persen efektif dan semua disertai dengan tingkat risiko tertentu. Akibatnya,
perlu ditekankan pentingnya penyuluhan yang tepat dan menyeluruh (Hacker,
2001).

2.2 Peraturan Dan Undang-Undang


2.2.1 UU 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN
PEMBANGUNAN KELUARGA
Paragraf 2
Keluarga Berencana
Pasal 20
Untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas,
Pemerintah menetapkan kebijakan keluarga berencana melalui
penyelenggaraan program keluarga berencana.
Pasal 21
1. Kebijakan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
dilaksanakan untuk membantu calon atau pasangan suami istri dalam

16
mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi secara
bertanggung jawab tentang:
a. usia ideal perkawinan;
b. usia ideal untuk melahirkan;
c. jumlah ideal anak;
d. jarak ideal kelahiran anak;
e. penyuluhan kesehatan reproduksi.
2. Kebijakan keluarga berencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk:
a. mengatur kehamilan yang diinginkan;
b. menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi dan
anak;
c. meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling,
dan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi;
d. meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek keluarga
berencana; dan
e. mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk menjarangkan
jarak kehamilan.
3. Kebijakan keluarga berencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengandung pengertian bahwa dengan alasan apapun promosi aborsi
sebagai pengaturan kehamilan dilarang.
Pasal 22
1. Kebijakan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
dilakukan melalui upaya:
a. peningkatan keterpaduan dan peran serta masyarakat;
b. pembinaan keluarga;
c. pengaturan kehamilan dengan memperhatikan agama, kondisi
perkembangan sosial ekonomi dan budaya, serta tata nilai yang
hidup dalam masyarakat.
2. Upaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan
komunikasi, informasi dan edukasi.

17
3. Kebijakan keluarga berencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 23
1. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib meningkatkan akses dan
kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan kontrasepsi
dengan cara:
a. menyediakan metode kontrasepsi sesuai dengan pilihan pasangan
suami istri dengan mempertimbangkan usia, paritas, jumlah anak,
kondisi kesehatan, dan norma agama;
b. menyeimbangkan kebutuhan laki-laki dan perempuan;
c. menyediakan informasi yang lengkap, akurat, dan mudah
diperoleh tentang efek samping, komplikasi, dan kegagalan
kontrasepsi, termasuk manfaatnya dalam pencegahan penyebaran
virus penyebab penyakit penurunan daya tahan tubuh dan infeksi
menular karena hubungan seksual;
d. meningkatkan keamanan, keterjangkauan, jaminan kerahasiaan,
serta ketersediaan alat, obat dan cara kontrasepsi yang bermutu
tinggi;
e. meningkatkan kualitas sumber daya manusia petugas keluarga
berencana;
f. menyediakan pelayanan ulang dan penanganan efek samping dan
komplikasi pemakaian alat kontrasepsi;
g. menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi esensial di tingkat
primer dan komprehensif pada tingkat rujukan;
h. melakukan promosi pentingnya air susu ibu serta menyusui secara
ekslusif untuk mencegah kehamilan 6 (enam) bulan pasca
kelahiran, meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi dan anak;
dan
i. melalui pemberian informasi tentang pencegahan terjadinya
ketidakmampuan pasangan untuk mempunyai anak setelah 12

18
(dua belas) bulan tanpa menggunakan alat pengaturan kehamilan
bagi pasangan suamiisteri.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai akses, kualitas, informasi,
pendidikan, konseling dan pelayanan alat kontrasepsi sebagaimana
diatur pada ayat (1) diatur dengan peraturan menteri yang bertanggung
jawab di bidang kesehatan.
Pasal 24
1. Pelayanan kontrasepsi diselenggarakan dengan tata cara yang berdaya
guna dan berhasil guna serta diterima dan dilaksanakan secara
bertanggung jawab oleh pasangan suami isteri sesuai dengan pilihan
dan mempertimbangkan kondisi kesehatan suami atau isteri.
2. Pelayanan kontrasepsi secara paksa kepada siapa pun dan dalam
bentuk apa pun bertentangan dengan hak asasi manusia dan pelakunya
akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi dilakukan dengan cara yang
dapat dipertanggungjawabkan dari segi agama, norma budaya, etika,
serta segi kesehatan.
Pasal 25
1. Suami dan/atau isteri mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang
sama dalam melaksanakan keluarga berencana.
2. Dalam menentukan cara keluarga berencana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pemerintah wajib menyediakan bantuan pelayanan
kontrasepsi bagi suami dan isteri.
Pasal 26 (1) Penggunaan alat, obat, dan cara kontrasepsi yang
menimbulkan risiko terhadap kesehatan dilakukan atas persetujuan suami
dan istri setelah mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan yang
memiliki keahlian dan kewenangan untuk itu. (2) Tata cara penggunaan
alat, obat, dan cara kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan menurut standar profesi kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata

19
cara penggunaan alat, obat, dan cara kontrasepsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dan ayat (2) diatur dengan peraturan menteri yang
bertanggungjawab di bidang kesehatan.
Pasal 27
Setiap orang dilarang memalsukan dan menyalahgunakan alat, obat, dan
cara kontrasepsi di luar tujuan dan prosedur yang ditetapkan.
Pasal 28
Penyampaian informasi dan/atau peragaan alat, obat, dan cara kontrasepsi
hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan dan tenaga lain yang terlatih
serta dilaksanakan di tempat dan dengan cara yang layak.
Pasal 29
1. Pemerintah dan pemerintah daerah mengatur pengadaan dan
penyebaran alat dan obat kontrasepsi berdasarkan keseimbangan
antara kebutuhan, penyediaan, dan pemerataan pelayanan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
2. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan alat dan obat
kontrasepsi bagi penduduk miskin.
3. Penelitian dan pengembangan teknologi alat, obat, dan cara
kontrasepsi dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah
dan/atau masyarakat berdasarkan ketentuan peraturan
perundangundangan.

2.2.2 PP NO.61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI


Pasal 19
1. pelayanan pengaturan kehamilan dilakukan berupa pemberian
a. komunikasi informasi dan edukasi melalui penyuluhan
b. konseling
2. pelayanan pengaturan kehamilan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bertujuan
membantu pasangan dalam mengambil keputusan tentang usia ideal untuk melahirkan,
jumlah ideal anak, dan jarak ideal kelahiran anak

20
3. pelayanan pengaturan kehamilan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan
melalui penyelenggaraan program Keluarga Berencana

pasal 20
1. setiap orang yang berhak mendapatkan komunikasi informasi dan edukasi tentang
Keluarga Berencana
2. komunikasi, informasi dan edukasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan siklus kehidupan manusia
pasal 21
1. pelayanan kontrasepsi diselenggarakan oleh pemerintah Pemerintah Daerah dan
masyarakat
2. penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi Sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi
penyediaan sumber daya manusia, logistic, pendanaan dan alat kontrasepsi.
3. ketentuan mengenai penyediaan sumber daya manusia, logistic, pendanaan dan alat
kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

pasal 22
1. setiap orang yang pertama Setiap orang berhak memilih metode kontrasepsi untuk
dirinya tanpa paksaan
2. metode kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sesuai pilihan pasangan suami
istri dengan mempertimbangkan usia paritas jumlah anak kondisi kesehatan dan
norma agama
3. metode kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yang berupa pelayanan
kontrasepsi dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), implan dan metode
operasi wanita (MOW) atau metode operasi pria (MOP) harus dilaksanakan di
fasilitas pelayanan kesehatan

pasal 23
1. setiap pasangan yang harus mendukung kimia metode kontrasepsi sebagaimana
dimaksud pasal 22 ayat 1

21
2. Setiap pasangan yang harus berpartisipasi dalam penggunaan metode kontrasepsi

pasal 24
1. pelayanan kontrasepsi darurat diberikan pada ibu yang tidak terlindungi kontrasepsi
atau korban pemerkosaan untuk mencegah kehamilan
2. pemberian kontrasepsi darurat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan

pasal 25
ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 pasal 23 Pasal 24 diatur dengan peraturan menteri

2.2.3 Permenkes NO.97 TAHUN 2014


Pasal 18
1. Penyelenggaan Pelayanan Kontrasepsi dilakukan dengan cara yang dapat
dipertanggung jawabkan dari segi agama, norma budaya, etika, serta segi
kesehatan.
2. Pelayanan kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. pergerakan pelayanan kontrasepsi;
b. pemberian atau pemasangan kontrasepsi; dan
c. penanganan terhadap efek samping, komplikasi, dan kegagalan
kontrasepsi.
Pasal 19
1. Pergerakan pelayanan kontrasepsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
ayat (2) huruf a dilakukan sebelum pelayanan sampai pasangan usia subur
siap untuk memilih metode kontrasepsi.
2. Penggerakan pelayanan kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara berkesinambungan oleh tenaga kesehatan dan tenaga
nonkesehatanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 20

22
1. Pemberian atau pemasangan kontrasepsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (2) huruf b harus didahului oleh konseling dan
persetujuan tindakan medik (Informed Consent).
2. Konseling sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan atau tempat pelayanan lain.
3. Konseling sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa komunikasi,
informasi, dan edukasi tentang metode kontrasepsi.
4. Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus dilakukan secara
lengkap dan cukup sehingga pasien dapat memutuskan untuk memilih
metoda kontrasepsi yang akan digunakan (informed choise).
Pasal 21
1. Penanganan terhadap efek samping, komplikasi, dan kegagalan
kontrasepsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf c
dilakukan oleh tenaga kesehatan dapat berupa konseling, pelayanan sesuai
standar, dan/atau rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan lanjutan.
2. Efek samping sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan efek yang
tidak diinginkan akibat penggunaan alat kontrasepsi tetapi tidak
menimbulkan akibat yang serius.
3. Komplikasi kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
gangguan kesehatan ringan sampai berat bagi klien yang terjadi akibat
proses pemberian/pemasangan metode kontrasepsi.
4. Kegagalan kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kejadian kehamilan pada akseptor KB aktif yang pada saat tersebut
menggunakan metode kontrasepsi.
5. Dalam hal terjadi kegagalan kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada ayat
(4), tenaga kesehatan harus memberikan konseling kepada ibu dan
pasangannya untuk mencegah dampak psikologis dari kehamilan yang
tidak diinginkan.
Pasal 22

23
1. Pilihan metode kontrasepsi yang dilakukan oleh pasangan suami istri
harus mempertimbangkan usia, paritas, jumlah anak, kondisi kesehatan,
dan norma agama.
2. Pilihan metode kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengikuti metode kontrasepsi rasional sesuai dengan fase yang dihadapi
pasangan suami istri meliputi :
a. menunda kehamilan pada pasangan muda atau ibu yang belum berusia
20 (dua puluh) tahun;
b. menjarangkan kehamilan pada pasangan suami istri yang berusia
antara 20 (dua puluh) sampai 35 (tiga puluh lima) tahun; atau
c. tidak menginginkan kehamilan pada pasangan suami istri yang berusia
lebih dari 35 (tiga puluh lima) tahun.
Pasal 23
1. Metode kontrasepsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dapat berupa:
a. metode kontrasepsi jangka pendek; dan
b. metode kontrasepsi jangka panjang
2. Metode kontrasepsi jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a meliputi suntik, pil, dan kondom.
3. Pemberian pelayanan metode kontrasepsi jangka pendek berupa pil dan
kondom sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan atau fasilitas lain.
4. Metode kontrasepsi jangka panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), Alat
Kontrasepsi Bawah Kulit atau implan, Metode Operasi Pria (MOP), dan
Metode Operasi Wanita (MOW) harus dilaksanakan sesuai standar di
fasilitas pelayanan kesehatan.
a. Pemberian pelayanan Metode kontrasepsi jangka pendek berupa suntik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan metode kontrasepsi jangka
panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang kompeten.

24
b. Dalam hal pasangan suami istri memilih metode kontrasepsi jangka
pendek berupa pil sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemberian
pelayanan untuk pertama kalinya harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan.
Pasal 24
1. Kontrasepsi darurat diberikan kepada ibu tidak terlindungi kontrasepsi
atau korban perkosaan untuk mencegah kehamilan.
2. Pelayanan kontrasepsi darurat pada ibu yang tidak terlindungi kontrasepsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. kondom bocor, lepas atau salah menggunakannya;
b. diafragma pecah, robek atau diangkat terlalu cepat;
c. kegagalan senggama terputus (misal : ejakulasi di vagina atau pada
genitalia externa)
d. salah hitung masa subur;
e. AKDR ekspulsi;
f. lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet;
g. terlambat lebih dari 1 minggu untuk suntik KB yang setiap bulan;
dan
h. terlambat lebih dari 2 minggu untuk suntik KB yang tiga bulanan
3. Pemberian Pemberian kontrasepsi darurat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai standar.
Pasal 25
Ketentuan lebih lanjut mengenai Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

PENYELENGGARAAN PELAYANAN KONTRASEPSI BERDASARKAN


LAMPIRAN II
A. Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi
Setiap orang berhak untuk menentukan kehidupan reproduksinya dan bebas
dari diskriminasi, paksaan, dan/atau kekerasan yang menghormati nilai-nilai

25
luhur yang tidak merendahkan martabat sesuai dengan norma agama
(Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 72 ayat (2))
Hak reproduksi perorangan sebagai bagian dari pengakuan akan hakhak asasi
manusia yang diakui secara internasional dapat diartikan bahwa setiap orang
baik laki-laki maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas sosial,
suku, umur, agama, dll) mempunyai hak yang sama untuk memutuskan secara
bebas dan bertanggung jawab (kepada diri, keluarga dan masyarakat)
mengenai jumlah anak, jarak antar anak, serta menentukan waktu kelahiran
anak dan di mana akan melahirkan. Keluarga Berencana (KB) adalah upaya
mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Pengaturan
kehamilan adalah upaya untuk membantu pasangan suami istri untuk
melahirkan pada usia yang ideal, memiliki jumlah anak, dan mengatur jarak
kelahiran anak yang ideal dengan menggunakan cara, alat, dan obat
kontrasepsi. Pelayanan kontrasepsi adalah pemberian atau pemasangan
kontrasepsi maupun tindakan-tindakan lain yang berkaitan kontrasepsi kepada
calon dan peserta Keluarga Berencana yang dilakukan dalam fasilitas
pelayanan KB.
B. Hal-hal penting dalam pemberian pelayanan kontrasepsi Dalam
melakukan pemberian pelayanan kontrasepsi, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan yaitu:
1. Konseling dan persetujuan tindakan medis
2. Perencanaan keluarga dan penapisan klien
3. Pencegehan infeksi
4. Persyaratan medis dalam penggunaan kontrasepsi
5. Infeksi menular seksual dalam dan kontrasepsi
6. Remaja dan kontrasepsi
7. Kontrasepsi untuk perempuan berusia lebih dari 35 tahun
8. Kontrasepsi pasca persalinan
9. Kontrasepsi pasca keguguran

26
10. Kontrasepsi darurat . Konseling dan persetujuan tindakan medis Konseling
merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan KB dan kesehatan
reproduksi.
Konseling yang baik dapat membuat klien merasa puas, membantu klien
dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan
keberhasilan KB serta mempengaruhi interaksi antara tenaga kesehatan dan
klien yang dapat meningkatkan hubungan dan kepercayaan yang sudah
ada.Teknik konseling yang baik dan informasi yang memadai harus
diterapkan dan dibicarakan secara interaktif sepanjang kunjungan klien
dengan cara yang sesuai dengan budaya yang ada. Dengan adanya informasi
yang lengkap dan cukup akan memberikan keleluasaan kepada klien dalam
memutuskan untuk memilih kontrasepsi (Informed Choice) yang akan
digunakannya.
Sikap petugas kesehatan dalam melakukan konseling yang baik terutama bagi
calon klien KB baru
 Memperlakukan klien dengan baik
 Interaksi antara petugas dan klien
 Memberikan informasi yang baik dan benar kepada klien
 Menghindari pemberian informasi yang berlebihan
 Membahas metode yang diingini klien
 Membantu klien untuk mengerti dan mengingat
Langkah-langkah dalam memberikan konseling KB. Dapat diterapkan enam
langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU sebagai berikut:
 SA : SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan T :
Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya
 U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis
kontrasepsi
 TU : BanTUlah klien menentukan pilihannya
 J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi
pilihannya
27
 U : perlunya dilakukan kunjungan Ulang Tempat dan Pemberi Pelayanan
Konseling Tidak semua sarana kesehatan dapat dijangkau oleh klien, oleh
karena itu tempat pelayanan konseling ada 2 (dua) jenis tempat
pelaksanaan konseling, yaitu :
a) Konseling KB di lapangan Dilaksanankan oleh : petugas di lapangan
( PPLKB, PLKB, PKB, PPKBD, Sub PPKBD, dan Kader yang sudah
mendapatkan pelatihan konseling yang standar Informasi yang
diberikan, mencakup : 1) Pengertian manfaat perencanaan keluarga 2)
Proses terjadinya kehamilan/reproduksi sehat 3) Informasi berbagai
kontrasepsi yang benar dan lengkap (cara kerja, manfaat,
kemungkinan efek samping, komplikasi, kegagalan, kontra indikasi,
tempat kontrasepsi bisa diperoleh, rujukan, serta biaya) 4) Informasi
tentang berbagai metode kontrasepsi
b) Konseling KB di fasilitas kesehatan Dilaksanakan oleh petugas medis
dan paramedis terlatih di fasilitas kesehatan, yaitu : Dokter, Bidan,
Perawat serta Bidan di desa. Dilakukan di fasilitas kesehatan dan
diupayakan agar diberikan secara perseorangan di ruangan khusus.
Informasi yang diberikan, mencakup :
o Memberikan informasi kontrasepsi yang lebih rinci sesuai dengan
kebutuhan klien
o Memastikan bahwa kontrasepsi pilihan klien telah sesuai dengan
kondisi kesehatannya
o Membantu klien memilih kontrasepsi lain seandainya yang dipilih
ternyata tidak sesuai dengan kondisi kesehatannya
o Merujuk klien seandainya kontrasepsi yang dipilih tidak tersedia
di fasilitas kesehatan atau jika klien membutuhkan bantuan medis
dari ahli seandainya dalam pemeriksaan ditemui masalah
kesehatan lain Memberikan konseling pada kunjungan ulang untuk
memastikan bahwa klien tidak mengalami keluhan dalam
penggunaan kontrasepsi pilihannya

28
BAB III
PENUTUP
3
3.1 Kesimpulan

Alat kontrasepsi adalah metode atau perangkat yang digunakan untuk mencegah
kehamilan saat berhubungan seks. Ada banyak jenis alat kontrasepsi dengan tingkat
efektivitas dan biaya yang berbeda. Memilih alat kontrasepsi yang tepat merupakan
pilihan pribadi dan bergantung pada kebutuhan Anda. Alat kontrasepsi terbaik bagi
Anda akan berbeda dari metode kontrasepsi terbaik untuk orang lain.

Semua jenis alat kontrasepsi dapat membantu mencegah kehamilan, namun untuk alat
KB yang aman, Anda harus mempertimbangkan faktor resiko lainnya. Tidak semua alat
kontrasepsi dapat mencegah penularan penyakit seksual seperti HIV dan herpes.
Kondom merupakan satu-satunya alat kontrasepsi yang mampu mencegah kehamilan
sekaligus menghindari penularan penyakit seksual.

Metode kontrasepsi yang banyak digunakan

Di antara banyaknya pilihan kontrasepsi, sebenarnya ada lima jenis metode yang paling
banyak digunakan. khususnya oleh para wanita di Indonesia.

1. Kondom

Salah satu metode kontrasepsi yang paling umum digunakan adalah penggunaan
kondom. Ada dua tipe kondom yang bisa Anda pilih, yaitu kondom pria maupun
kondom wanita. Sesuai dengan namanya, kondom pria digunakan oleh pria pada
penisnya. Sementara itu, kondom wanita yang juga dikenal sebagai dental dam,
digunakan pada vagina.

Metode kontrasepsi yang digunakan hanya pada saat Anda berhubungan seks ini
terbuat dari bahan lateks yang sangat tipis, dan dirancang untuk mencegah sperma
masuk ke dalam rahim Anda dan membuahi sel telur. Jika Anda memasang kondom
dengan benar, metode kontrasepsi ini memiliki tingkat efektivitas hingga 98 persen.

29
2. Pil KB kombinasi

Ada beberapa jenis pil KB yang bisa Anda gunakan sebagai metode kontrasepsi.
Namun, di samping kondom, metode kontrasepsi yang juga banyak digunakan untuk
mencegah kehamilan adalah pil KB kombinasi. Disebut pil KB kombinasi, pil
kontrasepsi ini memiliki kandungan hormon sintetis seperti estrogen dan progesteron
yang secara alami diproduksi pada indung telur wanita.

Metode kontrasepsi berupa pil hormon ini akan mencegah indung telur melepaskan sel
telur (ovulasi) sekaligus membuat sperma sulit mencapai sel telur. Pil KB kombinasi
juga bisa mempersulit sel telur untuk menempel di dinding rahim.

Selama pil KB diminum sesuai dengan aturan, pil ini memiliki tingkat efektivitas
hingga 99% dalam membantu Anda menunda kehamilan. Oleh sebab itu, hindari
kesalahan minum pil KB yang mungkin Anda lakukan. Salah satunya adalah lupa
minum pil KB.

Perlu menggunakan pil KB setiap hari selama 21 hari dan berhenti selama tujuh hari.
Anda mungkin akan mengalami menstruasi setelahnya. Setelah lewat tujuh hari, Anda
harus mengonsumsi pil KB tersebut kembali. Risiko Anda mengalami kehamilan akan
lebih tinggi jika Anda tidak mematuhi aturan pakai ini.

3. KB spiral

Metode lain yang juga banyak digunakan adalah IUD atau KB spiral. IUD yang
merupakan singkatan dari intrauterine device memiliki dua jenis, yaitu IUD tembaga
dan IUD hormonal. IUD adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik dan berbentuk
huruf T.

Metode kontrasepsi ini digunakan dengan cara dimasukkan ke dalam rahim melalui
vagina. IUD tembaga akan melepaskan tembaga sebagai pencegah kehamilan.
Sementara itu, IUD hormonal akan melepaskan hormon progestin sintetis dengan cara
mengentalkan lendir serviks untuk membuat sel sperma yang masuk kesulitan berenang
dan meraih sel telur.

Selain itu, metode kontrasepsi ini juga menipiskan dinding rahim sekaligus mencegah
terjadinya ovulasi. Anda bisa menggunakan IUD atau KB spiral sebagai metode
kontrasepsi karena tingkat efektivitasnya yang tinggi. Tak hanya itu, metode ini juga

30
tergolong mudah dilakukan. Pasalnya, Anda tidak perlu mengingat penggunaannya
setiap hari. Anda hanya perlu memasangnya satu kali dan alat ini akan melindungi
Anda dari kehamilan hingga kurang lebih lima tahun lamanya.

4. KB suntik

Ada lagi metode kontrasepsi lain yang juga banyak digunakan, yaitu suntik KB yang
tergolong sebagai metode kontrasepsi hormonal. Metode kontrasepsi ini disuntikkan ke
dalam tubuh Anda ini mengandung hormon. Jika suntik KB 3 bulan mengandung
hormon progestin, KB suntik 1 bulan mengandung campuran hormon progestin dan
estrogen.

Metode kontrasepsi yang satu ini mencegah kehamilan dengan cara mencegah
terjadinya ovulasi. Artinya, indung telur tidak melepaskan sel telur. Jika tidak ada sel
telur pada tuba fallopi, kehamilan pun hampir tidak mungkin terjadi.

Metode ini juga bekerja dengan cara mengentalkan lendir serviks. Saat lendir serviks
mengental, sel sperma tidak bisa masuk lebih dalam ke rahim, dan pembuahan pun
tidak bisa terjadi.

5. KB alami

Ada pula metode kontrasepsi yang tidak membutuhkan bantuan alat, yaitu KB alami.
Sebenarnya ada beberapa cara jika Anda ingin menggunakan metode ini sebagai cara
mencegah kehamilan. Cara ini tergolong mudah karena Anda tidak perlu menggunakan
bantuan alat apapun untuk melakukan metode kontrasepsi alami.

Cara kerja KB suntik adalah dengan menghalangi terjadinya ovulasi / masa subur
dengan menghentikan keluarnya sel telur dari indung telur.Lendir vagina pun menjadi
lebih kental sehingga mempersulit sperma untuk masuk ke dalam rahim. Dengan
demikian kontrasepsi suntik mencegah terjadinya pertemuan sel telur dan sperma.

Hak reproduksi perorangan sebagai bagian dari pengakuan akan hakhak asasi manusia
yang diakui secara internasional dapat diartikan bahwa setiap orang baik laki-laki
maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas sosial, suku, umur, agama, dll)
mempunyai hak yang sama untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab
(kepada diri, keluarga dan masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak antar anak, serta

31
menentukan waktu kelahiran anak dan di mana akan melahirkan. Keluarga Berencana
(KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi
untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini dapat dikatakan masih jauh

dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dalam menjelaskan tentang

makalah di atas dengan sumber yang dapat dipertanggung jawabkan.

32
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.ump.ac.id/3599/3/A%27AS%20PRASTIANI%20BAB%20II.pdf

33
34

Anda mungkin juga menyukai