Anda di halaman 1dari 41

PENGEMBANGAN ASUHAN KELUARGA BERENCANA

“Kajian Kontrasepsi Sederhana Berdasarkan Evidence Based Dan


Kewenangannya”

Dosen Pengampu: Dr. Anita Rachmawati, dr., SpOG(K)., M.Kes

Oleh:
Kelompok IV

Nur Afifah Harahap (131020180501)


Ima Rohmawati (131020180511)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya


sehingga tugas makalah yang berjudul “Kajian Kontrasepsi Sederhana
Berdasarkan Evidence Based dan Kewenangannya” ini dapat selesai tepat pada
waktunya. Terima kasih penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang
membantu dalam terselesaikannya tugas makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan
Asuhan Keluarga Berencana. Dalam penyusunan tugas ini, penulis banyak
mendapatkan kontribusi dari berbagai pihak dan semua pihak yang ikut
membantu, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Dalam penyusunan tugas ini, penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis membuka diri untuk segala kritik dan saran yang
membangun. Akhir kata, semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, 2019

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II KAJIAN TEORI................................................................................ 3
A. Metode Kontrasepsi Sederhana .............................................................. 3
B.Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat (Pantang Berkala)............................ 4
C. Metode Amenore Laktasi........................................................................ 10
D. Senggama Terputus................................................................................. 15
E. Kontrasepsi Sederhana dengan Alat........................................................ 16
BAB III PEMBAHASAN............................................................................... 30
A. Permasalahan........................................................................................ 30
B. Telaah Jurnal......................................................................................... 31
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 34
A. Simpulan............................................................................................... 34
B. Saran..................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dasar penanganan masalah kependudukan adalah Undang-undang No.52


tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
yang mengamanatkan bahwa kewenangan dan urusan BKKBN tidak hanya terbatas
pada masalah yang berhubungan dengan pembangunankeluarga berencana dan
keluarga sejahtera, namun juga menyangkut masalahyang berhubungan dengan
pembangunan kependudukan. Kepanjangan BKKBN telah berubah menjadi Badan
Berencana Nasional, yang bertugas melaksanakan pengendalian pendudukdan
menyelenggarakan program KB nasional.1
Program KB dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, sehinggatahun
1970 terbentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional(BKKBN). Setiap
keluarga dinamis memperhatikan dan merencanakanjumlah keluarga yang
diinginkan. Paradigma baru KB Nasional telah diubahvisinya dari NKKBS menjadi
“Keluarga Berkualitas 2015” untuk mewujudkan keluarga berkualitas adalah
keluarga sejahtera, sehat, maju,memiliki 2 anak lebih baik, berawasan ke depan,
bertanggung jawab,harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.2
Untuk menunjang program KB, dikenalkan alat kontrasepsi. Kontrasepsi
adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya dapat bersifat
sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah
satu yang mempengaruhi fertilitas. Secara garis besar masalah pokok dibidang
kependudukan yang dihadapiIndonesia adalah jumlah pertumbuhan pendudukan
yang besar dengan lajupertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi,
penyebaran penduduk yangtidak merata, struktur umur muda, dan kualitas
penduduk yang masih harus ditingkatkan. 3
Berbagai kontroversi timbul dalam perkembangan teknologi kontrasepsi
selama ini, khususnya mengenai dampak negatif penggunaan kontrasepsi bagi
wanita dalam jangka panjang. Banyak berbagai pertanyaan yang diajukan tentang
berbagai risiko negatif penggunaan kontrasepsi, tetapi sangat sedikit penyampaian
informasi tentang dampak positif kontrasepsi kepada kesehatan reproduksi
wanita. Padahal, kontrasepsi tidak hanya memiliki dampak negatif, tetapi memiliki

3
dampak positif seperti mencagah jenis kanker tertentu dan anemia yang seringkali
dijumpai pada wanita di Indonesia.
Oleh karena itu, secara berkala perlu dilakukan sosialisasi “contraceptive
technology update” bagi para ilmuwan, petugas pelayanan kesehatan dan KB agar
mereka mampu mengikuti perkembangan alat, obat dan cara kontrasepsi terkini.
Dengan meningkatnya pengetahuan mereka, pelayanan KB di Indonesia diharapkan
dapat meningkat kualitasnya, sehingga sasaran KB yang ditetapkan dalam
Pembangunan Nasional dapat dicapai.
B. Tujuan
Agar individu khususnya bidan dapat mengetahui tentang apa saja metode
kontrasepsi sederhana dengan maupun tanpa alat, dan tahu bagaimana cara
kerjanya. sehingga dapat diterapkan pada diri sendiri atau klien.

4
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Metode Kontrasepsi Sederhana


1. Pengertian Kontrasepsi
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
“melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel
telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud
dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu,
berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan
kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-
duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan.
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya
ini dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan upaya ini dapat
dilakukan dengan cara, alat atau obat – obatan.4
Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk menunda, menjarangkan
kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi berasal dari kata
“kontra” dan “konsepsi”. Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (ovum) yang matang dengan sperma
yang mengakibatkan kehamilan.5
Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma tersebut. Ada dua
pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan cara
kontrasepsi modern (metode efektif).6
2. Pengertian Kontrasepsi Sederhana
Metode Kontrasepsi Sederhana adalah suatu cara yang dikerjakan sendiri
oleh peserta KB tanpa pemeriksaan medis terlebih dahulu. Terbagi lagi atas
kontrasepsi tanpa alat dan kontrasepsi dengan alat/obat. Kontrasepsi sederhana
tanpa alat dapat dilakukan dengan senggama terputus dan pantang berkala.
Sedangkan kontrasepsi dengan alat/obat dapat dilakukan dengan menggunakan
kondom, diafragma atau cup, cream, jelly atau tablet berbusa (vaginal tablet).7

5
B. Metode Sederhana Tanpa Alat (Pantang Berkala)
1. Pengertian
Pantang berkala adalah tidak melakukan persetubuhan pada masa subur
istri.8
2. Macam
Terdapat tiga cara dalam melakukan metode KB pantang berkala, yaitu :
a. Sistem kalender
1) Pengertian
Merupakan salah satu cara kontrasepsi alamiah yang dapat
dikerjakan sendiri oleh pasangan suami-isteri tanpa pemeriksaan medis
terlebih dahulu. Caranya dengan memperhatikan masa subur isteri
melalui perhitungan haid. Masa berpantang dapat dilakukan pada waktu
yang sama dengan masa subur dimana saat mulainya dan berakhirnya
masa subur dengan perhitungan kalender.1,9
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara atau metode
kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan
tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur atau
ovulasi. Metode kalender ini merupakan metode keluarga berencana
alamiah (KBA) yang paling tua. Pencetus KBA system kalender adalah
dr.Knaus (ahli kebidanan dari Vienna) dan dr. Ogino (ahli ginekologi
dari Jepang). Metode kalender ini berdasarkan pada siklus haid/
menstruasi wanita.6,8
Knaus berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat 14 hari sebelum
menstruasi berikutnya. Sedangkan Ogino berpendapat bahwa ovulasi
tidak selalu terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi, tetapi 12 atau 16
hari sebelum menstruasi berikutnya. Hasil penelitian kedua ahli ini
menjadi dasar dari KBA system kalender. Metode ini efektif bila
dilakukan secara baik dan benar. Dengan penggunaan system kalender
setiap pasangan dimungkinkan dapat merencanakan setiap kehamilannya.
Sebelum menggunakan metode ini, pasangan suami istri harus
mengetahui masa subur. Siklus masa subur pada setiap wanita tidaklah
sama. Untuk itu perlu pengamatan minimal 6 kali siklus menstruasi.6,8

6
2) Cara menghitung masa subur 6,8,9
a) Sebelum menerapkan metode ini, seorang wanita harus mencatat
jumlah dari dalam tiap satu siklus haid selama 6 bulan (6 siklus
haid).
b) Hari pertama siklus haid selalu dihitung sebagai hari ke satu.
c) Jumlah hari terpendek selama 6 kali siklus haid dikurangi 18.
Hitungan ini menentukan hari pertama subur.
d) Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan
ini menentukan hari terakhir masa subur.
Prinsip kerja metode kalender ini berpedoman kepada kenyataan
bahwa wanita dalam siklus haidnya mengalami ovulasi (subur) hanya
satu kali dalam sebulan, dan biasanya terjadi beberapa hari sebelum atau
sesudah hari ke-14 dari haid yang akan datang. Sel telur dapat hidup
selama 6-24 jam, sedangkan sel mani sperma selama 48-72 jam. Hal
yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada tiga
tahapan:1,6,8
a) Pre Ovulatory Infertility Phase (masa tidak subur sebelum ovulasi)
b) Fertility Phase ( Masa subur)
c) Post Ovulatory infertility Phase ( masa tidak subur setelah ovulasi)
Sebelum menggunakan metode ini, tentunya pasangan suami istri
harus mengetahui masa subur. Siklus masa subur pada tiap wanita
tidaklah sama. Untuk itu perlu pengamatan minimal 6 kali siklus
menstruasi. Berikut ini cara dan menghitung masa subur:
a) Bila Siklus Haid Teratur (28 hari )
 Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1
 Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke-16 siklus haid.
Contoh:
Seorang istri mendapat haid mulai tanggal 9 januari. Tanggal 9 januari
dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 januari
dan hari ke-16 jatuh pada tanggal 24 januari. Jadi masa subur yaitu
tanggal 20 hingga 24 januari. Pada tanggal tersebut suami istri tidak
boleh bersenggama.

7
b) Bila Siklus Haid Tidak Teratur1,6,8
1. Catat jumlah hari dalam siklus haid selama 6 bulan (6 siklus
menstruasi). Untuk mengetahui siklus haid terpanjang dan terpendek.
2. Masukan dalam rumus: jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid
dikurang 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur.
Rumus: Hari pertama masa subur = jumlah hari terpendek - 18
3. Masukan dalam rumus: jumlah hari terpanjang dalam 6 kali siklus
haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
Rumus : Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari
dan siklus terpanjang 30 hari (mulai dari pertama haid sampai haid
berikutnya).
Langkah 1 : 25 – 18 = 7
Langkah 2 : 30 – 11 = 19
Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19.
Sehingga masa ini, suami istri tidak boleh melakukan senggama. Apabila
ingin melakukan senggama harus menggunakan kontrasepsi.
3) Manfaat6,8
Dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun konsepsi.
a) Manfaat kontrasepsi
Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan.
b) Manfaat konsepsi
Dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi
dengan melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk
meningkatkan kesempatan bisa hamil.
4) Kelebihan 6,8
a) Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
b) Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
c) Tidak membutuhkan alat atau hubungan pemeriksaan khusus dalam
penerapannya.
d) Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.

8
e) Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat
menghindari resiko kesehatan yang berhubungan dengan
kontrasepsi.
f) Tidak memerlukan biaya.
g) Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.
h) Tidak mempengaruhi ASI dan tidak ada efek samping hormonal
i) Melibatkan partisipasi suami dalam KB
5) Keterbatasan6,8
a) Masa berpantang untuk sanggama sangat lama sehingga
menimbulkan rasa kecewa dan kadangkadang berakibat pasangan
tersebut tidak bisa mentaati.
b) Tidak tepat untuk ibu-ibu yang mempunyai siklus haid yang tidak
teratur. Memerlukan waktu 6 sampai 12 kali siklus haid untuk
menentukan masa subur sebenarnya.
c) Tidak melindungi pasangan dari penyakit menular seksual termasuk
HIV/AIDS.
6) Efektifitas 6,8
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan
benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri
harus mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah
sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus
menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan
bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr.
Johnson dan kawan-kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga
kali lipat bila dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka
kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per 100 wanita per
tahun. Faktor Penyebab Metode Kalender Tidak Efektif Hal yang dapat
menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif adalah:

a) Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel


sperma dalam saluran reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3
hari).

9
b) Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan ovulasi,
diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan
perhitungan masa tidak subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi
tidak tepat.
c) Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi
sendiri.
d) Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan
perubahan jenis mukus/lendir serviks yang menyertainya
e) Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya
perdarahan menstruasi. Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak
subur menjadi tidak tepat.
b. Pengamatan lendir vagina6,8
1) Pengertian
Metode ini merupakan metode pantang sanggama pada masa subur.
Untuk mengetahui masa subur dilakukan dengan cara mengamati lender
vagina yang diambil pada pagi hari. Metode ini dikenal sebagai metode
ovulasi billing. Metode ini sangat efektif jika pasangan suami isteri
menerapkan dengan baik dan benar.
2) Cara mengetahui kesuburan
a) Pengamatan lendir vagina yang keluar setiap hari dari mulut rahim
b) Satu hari atau lebih setelah haid, vagina akan terasa kering, sampai
kemudiaan timbul lendir yang pekat, padat, dan kental
c) Dengan melihat perbedaan lendir, dari sifat lengket berubah basah
dan licin, beberapa hari kemudian lendir semakin licin, elastis dan
encer, hal ini berlangsung 1-2 hari. Hari ke-2 perasaan licin adalah
hari yang paling subur (puncak), yang ditandai dengan pembengkakan
vulva sampai kemudian lendir menjadi berkurang.
d) Sanggama dilakukan sesudah hari ke 4 dan perasaan paling licin, atau
senggama boleh dilakukan jika 3 hari berturut-turut dikenali sebagai
masa tidak subur, yaitu jika : tidak ada lagi cairan yang licin pada
vulva yang terjadi sejak hari ke 4 sesudah puncak kelicinan
3) Kelebihan Sekali mempelajari metode ini dapat mencegah kehamilan :

10
a) Tidak memerlukan biaya
b) Tidak memerlukan pemeriksaan medis
c) Memungkinkan setiap kehamilan direncanakan
d) Dapat diterima oleh pasangan suami-isteri yang menolak atau putus
asa dengan metode KB lain
e) Tidak mempengaruhi ASI dan tidak ada efek samping hormonal,
karena tidak menggunakan alat kontrasepsi atau obat kimia
4) Keterbatasan
a) Masa berpantang sanggama sangat lama, sehingga menimbulkan rasa
kecewa dan kadang-kadang berakibat pasangan tersebut tidak bisa
mentaati.
b) Perlu kesabaran serius dan kemauan dalam menjalankan metode itu.
c) Tidak melindungi pasangan dari penyakit menular seksual termasuk
HIV/AIDS.
c. Pengukuran suhu badan 6,8
1) Pengertian
Pengukuran suhu badan merupakan salah satu metode pantang berkala
pada masa subur. Untuk mengetahui masa subur dilakukan dengan cara
mengukur suhu badan. Pengukuran dilakukan pada pagi hari, saat
bangun tidur dan belum melakukan kegiatan apapun. Cara ini akan
efektif apabila dilakukan secara baik dan benar.
2) Cara pengukuran suhu badan
a) Dilakukan pada jam yang sama setiap pagi hari sebelum turun dari
tempat tidur
b) Pada masa subur, suhu badan meningkat 0,2 sampai 0,5 derajad
celcius
c) Pasangan suami isteri tidak boleh melakukan sanggama pada masa
subur ini sampai 3 hari setelah peningkatan suhu badan tersebut atau
menggunakan kondom.
3) Kelebihan
a) Tidak memerlukan pemeriksaan medis

11
b) Dapat diterima oleh pasangan suami isteri yang menolak atau putus
asa terhadap cara KB lain
c) Tidak mempengaruhi produksi ASI dan tidak ada efek samping
hormonal
d) Melibatkan partisipasi suami dalam KB .
4) Keterbatasan
a) Tidak selalu berhasil
b) Beberapa pasangan suami-isteri sukar untuk memenuhi cara ini
c) Cara ini membingungkan jika isteri demam atau infeksi pada
kemaluan yang menyebabkan suhu badan meningkat
d) Tidak melindungi pasangan dari PMS termasuk HIV/AIDS
(Sulistyawati, 2011)
C. Metode Amenore Laktasi (MAL)
1. Pengertian MAL
MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara
eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau
minuman apapun lainnya.9
MAL menggunakan praktik menyusui untuk menghambat ovulasi
sehingga berfungsi sebagai kontrasepsi. Apabila seorang wanita memiliki
seorang bayi berusia kurang dari 6 bulan dan amenore serta menyusui
penuh, kemungkinan kehamilan terjadi hanya sekitar 2%.8
Namun, jika tidak menyusui penuh atau tidak amenorea, risiko
kehamilan akan lebih besar. Banyak wanita akan memilih bergantung pada
metode kontrasepsi lain seperti pil hanya progesteron serta MAL.10
2. MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila :
a. Menyusui secara penuh, lebih efektif bila pemberian > 8 x sehari.
b. Belum haid.
c. Umur bayi kurang dari 6 bulan.8
3. Cara kerja MAL
Proses menyusui dapat menjadi metode kontrasepsi alami karena
hisapan bayi pada puting susu dan areola akan merangasang ujung-ujung
saraf sensorik, rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus, hipotalamus akan

12
menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin
namun sebaliknya akan merangsang faktor-faktor tersebut merangsang
hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon prolaktin
akan merangsang sel–sel alveoli yang berfungsi untuk memproduksi susu.
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin, rangsangan yang berasal
dari isapan bayi akan ada yang dilanjutkan ke hipofise anterior yang
kemudian dikeluarkan oksitosin melalui aliran darah, hormon ini diangkut
menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga
terjadilah proses involusi. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan
merangsang kontraksi dari sel akan memeras ASI yang telah terbuat keluar
dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang selanjutnya mengalirkan
melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi.5 Hipotesa lain yang
menjelaskan efek kontrasepsi pada ibu menyusui menyatakan bahwa
rangsangan syaraf dari puting susu diteruskan ke hypothalamus, mempunyai
efek merangsang pelepasan beta endropin yang akan menekan sekresi
hormon gonadotropin oleh hypothalamus. Akibatnya adalah penurunan
sekresi dari hormon Luteinizing Hormon (LH) yang menyebabkan kegagalan
ovulasi.1
4. Keuntungan kontrasepsi MAL7
a. Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pascapersalinan).
b. Tidak mengganggu senggama.
c. Tidak ada efek samping secara sistemik.
d. Tidak perlu pengawasan medis.
e. Tidak perlu obat atau alat.
f. Tanpa biaya.
5. Keuntungan non kontrasepsi MAL8
a. Untuk bayi
1) Mendapatkan kekebalan pasif (mendapatkan antibody perlindungan
lewat ASI).
2) Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh
kembang bayi yang optimal.

13
3) Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air dan susu
formula.
b. Untuk ibu
1) Mengurangi perdarahan pasca persalinan.
2) Mengurangi resiko anemia.
3) Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi.
6. Keterbatasan MAL7
a. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam
30 menit pasca persalinan.
b. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.
c. Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6
bulan.
d. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan
HIV/AIDS.
7. Yang boleh menggunakan MAL7
a. Ibu yang menyusui secara eksklusif.
b. Bayinya berumur kurang dari 6 bulan.
c. Belum mendapat haid setelah melahirkan.
8. Yang seharusnya tidak memakai MAL8
a. Sudah mendapat haid setelah bersalin.
b. Tidak menyusui secara eksklusif.
c. Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan.
d. Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam.
9. Keadaan yang memerlukan perhatian

14
Tabel 2.1 keadaan yang memerlukan perhatian

1 Ketika mulai memberikan Membantu klien memilih metode


makana pendamping secara lain. Walaupun metode kontrasepsi
teratur (menggantikan satu kali lain dibutuhkan, klien harus didorong
menyusui) untuk tetap melanjutkan pemberian
ASI

2 Ketika haid sudah kembali Membantu klien memilih


metode lain. Walaupun metode
kontrasepsi lain dibutuhkan, klien
harus didorong untuk tetap
melanjutkan pemberian ASI.

3 Bayi menghisap susu tidak Membantu klien memilih metode


sering (On Demand) atau jika < 8 lain. Walaupun metode kontrasepsi
x sehari lain dibutuhkan, klien harus didorong
untuk tetap melanjutkan pemberian
ASI.

4 Bayi berumur 6 bulan atau lebih Membantu klien memilih metode


lain. Walaupun metode kontrasepsi
lain dibutuhkan, klien harus didorong
untuk tetap melanjutkan pemberian
ASI.

10. Hal yang harus disampaikan kepada klien8


a. Seberapa sering harus menyusui. Bayi disusui sesuai kebutuhan bayi (on
demand). Biarkan bayi menyelesaikan hisapan dari satu payudara
sebelum memberikan payudara lain, supaya bayi mendapat cukup banyak
susu akhir. Bayi hanya membutuhkan sedikit ASI dari payudara berikut
atau sama sekali tidak memerlukan lagi. Ibu dapat memulai dengan
memberikan payudara lain pada waktu menyusui berikutnya sehingga
kedua payudara memproduksi banyak susu.
b. Waktu antara 2 pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam.
c. Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepas hisapannya.

15
d. Susui bayi ibu juga pada malam hari karena menyusui waktu malam
membantu pertahanan kecukupan persediaan ASI.
e. Bayi terus disusukan walau ibu/bayi sedang sakit.
f. ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin.
g. Kapan mulai memberikan makanan padat sebagai makanan pendamping
ASI. Selama bayi tumbuh dan berkembang dengan baik serta kenaikan
berat badan cukup, bayi tidak memerlukan makanan selain ASI sampai
dengan umur 6 bulan. (Berat Badan naik sesuai umur, sebelum BB naik
minimal 0,5kg, ngompol sedikitnya 6 kali sehari).
h. Apabila ibu menggantikan ASI dengan minuman atau makanan lain,
bayi akan menghisap kurang sering dan akibatnya menyusui tidak lagi
efektif sebagai metode kontrasepsi.
i. Haid. Ketika ibu mulai dapat haid lagi, itu pertanda ibu sudah subur
kembali dan harus segera mulai menggunakan metode KB lainnya.
j. Untuk kontrasepsi dan kesehatan. Bila menyusui tidak secara eksklusif atau
berhenti menyusui maka perlu ke klinik KB untuk membantu memilihkan
atau memberikan metode kontrasepsi lain yang sesuai.
11. Beberapa catatan dari konsensus Bellagio (1988) untuk mencapai
keefektifan 98% 8
a. Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (hanya sesekali
diberi 1-2 teguk air/minuman pada upacara adat/agama).
b. Perdarahan sebelum 56 hari pasca persalinan dapat diabaikan (belum
dianggap haid).
c. Bayi menghisap secara langsung.
d. Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir.
e. Pola menyusui on demand (menyusui setiap saat bayi membutuhkan) dan
dari kedua payudara.
f. Sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari.
g. Hindari jarak menyusui lebih dari 4 jam.
Setelah bayi berumur 6 bulan, kembalinya kesuburan mungkin
didahului haid, tetapi dapat juga tanpa didahului haid. Efek
ketidaksuburan karena menyusui sangat dipengaruhi oleh Cara menyusui,

16
seringnya menyusui, lamanya setiap kali menyusui, jarak antara menyusui
dan kesungguhan menyusui
Setelah berhasil dan aman untuk memakai MAL maka ibu harus
menerapkan menyusui secara eksklusif sampai dengan enam bulan.
Untuk mendukung keberhasilan menyusui eksklusif dan MAL maka
beberapa hal yang penting untuk diketahui yaitu cara menyusui yang benar
meliputi posisi, perlekatan dan menyusui secara efektif.
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Endah tahun 2016
menunjukkan ada pengaruh pemberian konseling terhadap pengetahuan
tentang MAL dan ada hubungan pemberian konseling terhadap minat
pengguna kontrasepsi MAL.10
Dalam Dogubeyazit, daerah pedesaan Turki, penggunaan MAL sebagai
metode kontrasepsi masih rendah, meskipun Rasio menyusui tinggi. Temuan
penelitian ini juga menunjukkan bahwa subyek yang digunakan menyusui
dengan maksud kontrasepsi, tanpa memenuhi kriteria MAL. Oleh karena itu
perawatan kesehatan sebagai tahap utama personil, diharapakan dapat
memberikan informasi kepada wanita dan harus dididik tentang memulai juga
mempertahankan sukses ASI, menyusui setelah melahirkan, dan penggunaan
kontrasepsi menyusui.11
Terlepas dari usia dan ukuran keluarga dimaksudkan, tidak disengaja
kehamilan dapat terjadi pada setiap titik di reproduksi wanita. Sebagai
perempuan menghabiskan sebagian besar reproduksi mereka mencoba untuk
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, konseling kontrasepsi
merupakan aspek penting bagi kesehatan perempuan, terutama bagi mereka
yang baru pengalaman melahirkan. Ada sangat sedikit non-hormonal Pilihan
kontrasepsi yang tersedia di Amerika Serikat, dan sebagian besar dikaitkan
dengan tingkat kegagalan yang tinggi dalam penggunaan yang khas. Penyedia
layanan kesehatan harus berkomunikasi dengan wanita tentang penggunaan
kegagalan khas kontrasepsi dalam memulai metode yang paling efektif yang
paling sesuai dengan situasi medis mereka dan preferensi. penyedia juga
harus terbiasa dengan USMEC dan US Terpilih Praktek Rekomendasi untuk

17
Kontrasepsi Penggunaan dalam rangka untuk memulai dan mengelola
kontrasepsi pasca-kehamilan yang aman dan tepat.12
D. Senggama terputus
Senggama terputus disebut pula dengan izzal dan coitus interuptus artinya
menarik zakar (kemaluan laki-laki) sebelum terjadinya pancaran sperma, berarti
senggama tidak lengkap atau terputus.13
Senggama terputus yaitu senggama biasa, namun alat kelamin segera keluar
sebelum terjadi pengeluaran cairan mani. Hasil penelitian menunjukkan pria yang
bersikap positif terhadap KB lebih memiliki kecenderungan untuk ber-KB dari pada
pria yang bersikap negatif terhadap KB.22
Partisipasi pria menjadi penting dalam KB dan kesehatan reproduksi karena:
pertama, pria adalah partner dalam reproduksi dan seksual, sehingga sangat
beralasan apabila pria dan wanita berbagi tanggung jawab dan peran secara
seimbang untuk mencapai kepuasan kehidupan seksual dan berbagi beban untuk
mencegah penyakit serta komplikasi KB dan kesehatan reproduksi. Kedua, pria
bertanggung jawab secara sosial dan ekonomi termasuk untuk anak-anaknya,
sehingga keterlibatan pria dalam keputusan reproduksi akan membentuk ikatan
yang lebih kuat dengan istri dan keturunannya. Ketiga, pria secara nyata terlibat
dalam fertilitas dan memiliki peranan yang penting dalam memutuskan kontrasepsi
yang akan dipakainya atau digunakan istrinya, serta dukungan kepada pasangan
terhadap kehidupan reproduksi seperti pada saat, sedang, dan setelah melahirkan
serta selama menyusui.23
Bentuk partisipasi pria dalam KB dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Partisipasi pria secara langsung adalah menggunakan salah satu cara atau
metode pencegahan kehamilan, seperti kondom, vasektomi (kontap pria), serta KB
alamiah yang melibatkan pria meliputi metode sanggama terputus dan metode
pantang berkala.24
E. Metode Sederhana dengan Alat/ Barier
Metode barier adalah metode kontrasepsi dengan cara menghalangi
pertemuan sperma dengan sel telur yang sifatnya sementara, yaitu menghalangi
masuknya sperma dari vagina sampai kanalis servikalis. Keistimewaan metode

18
barier (penghalang) adalah mencegah infertilitas, kanker serviks dan penyakit
menular sexual, serta meningkatkan partisipasi pria dalam kontrasepi.8
Metode barier terdiri dari : kondom pria, kondom wanita, diafragma cup, dan
spermiside.

19
1. Kondom Pria
a. Pengertian
Kondom merupakan selubung/ sarung karet yang dapat terbuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami
(produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom
terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya
berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk
seperti puting susu. Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk
meningkatkan efektivitasnya (misalnya penambahan spermicidal) maupun
sebagai aksesoris aktivitas seksual.8

Kondom merupakan sarung karet atau kantong karet yang menutupi


kemaluan laki-laki pada waktu bersetubuh untuk mencegah sperma masuk ke
dalam vagina. Alat ini tersebut kondom karena penemunya bernama Condom,
yaitu dokter pribadi Raja Charles II dari Prancis. 13
Kondom dalam berbagai jenis bentuk telah digunakan sejak beberapa
abad yang lalu. Kondom berfungsi sebagai barrier yang membungkus penis
untuk melindungi dari penyakit yang telah digunakan sejak 1350 sebelum
masehi dan digunakan untuk mencegah kehamilan sekitar abad ke-16.14
Kondom merupakan perangkat medis yang lulus uji Food and Drug
Administration. Di Amerika Serikat setiap kondom diuji untuk mengetahui
adanya kebocoran sebelum pengemasan. Kerusakan kondom selama
berhubungan seksual ditemukan sekitar 2 dari 100 buah kondom. Kegagalan
kondom untuk mencegah IMS biasanya akibat penggunaan kondom yang tidak
konsisten atau tidak benar dari pada kerusakan kondom itu sendiri.15
b. Jenis/tipe kondom pria adalah :
1) Sebagian besar kondom terbuat dari karet lateks halus dan berbentuk
silinder bulat, umumnya memiliki panjang 15-20 cm, tebal 0,03-0,08 mm,
garis tengah sekitar 3,0-3,5 cm, dengan satu ujung buntu yang polos atau
berpentil dan dipangkal yang terbuka bertepi bulat. Namun untuk sekarang
telah tersedia dalam ukuran yang lebih besar atau lebih kecil dari standar.

20
2) Sebagai usaha untuk meningkatkan akseptabilitas, telah diperkenalkan
variasi kondom yang berpelumas, mengandung spermatiside, berwarna,
memiliki rasa, dan beraroma.
3) Kondom yang lebih tebal dan melebihi standar, dipasarkan terutama untuk
hubungan intim per-anus pada pria homoseks untuk memberikan
perlindungan tambahan terhadap penularan HIV/AIDS.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Ainun Sajidah dkk pada tahun 2014
terdapatnya hubungan antara frekuensi hubungan seksual tanpa kondom dengan
WPS dan risiko IMS, hal ini menunjukkan hubungan seksual yang dilakukan
dengan WPS tanpa menggunakan kondom dapat berakibat berbagai penyakit
IMS walaupun dengan frekuensi hubungan seksual yang berbeda-beda.
Penggunaan kondom saat melakukan hubungan seksual secara konsisten dan
benar sangat efektif dalam mencegah penularan infeksi HIV dan IMS.16
Penelitian yang dilakukan di India yang bertemakan kegagalan dalam
mempertahankan penggunaan kondom pada pria pada tahun 2015 menyebutkan
bahwa kondom dianggap tidak relevan dalam menjaga hubungan untuk jangka
waktu yang lama bagi mereka yang memiliki satu pasangan saja. Tetapi bagi
mereka yang menikah dengan wanita penderita HIV penggunaan kondom yang
konsisten dapat mencegah transmisi tersebut. Studi di Inggris juga melaporkan
bahwa 80 % pasangan yang tidak menikah mereka aktif menggunakan kondom
dalam melakukan hubungan seksual. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah
transmisi penularan HIV dan IMS.17
Pada hakekatnya, rendahnya peserta KB pria disebabkan oleh berbagai
faktor, antara lain kurangnya pengetahuan dan kesadaran, kurangnya dukungan
politis, pengaruh sosial budaya, dari pria/suami tersebut. Hal ini terjadi bisa saja
karena rendahnya akses mereka terhadap informasi yang berkaitan dengan
Kesehatan Reproduksi dan KB.18
c. Perkembangan Metode dengan alat
1) Mekanis
a) Kondom 'spray-on'
Seorang penemu di Jerman telah membuat kondom dengan sistem
semprot. Dengan kondom ini, dijamin tak akan ada lagi yang bingung

21
mencari kondom yang sesuai sebab kondom akan menyesuaikan ukuran
dengan sendirinya. Menurut sang penemu, Jan Vinzenz Krause, direktur
Institute for Condom Consultancy Jika pergi ke toko obat untuk
membeli kondom, yang kebanyakan dijual adalah yang pas untuk pria
dengan panjang penis rata-rata 14,5 cm. Tetapi banyak orang yang
memiliki penis lebih kecil atau lebih besar dari ukuran itu. Maka Krause
menciptakan kondom yang disebut kondom 'spray-on' dengan sistem
pompa yang menyemprotkan lateks cair ke alat kelamin dalam hitungan
detik. Krause telah mengajukan hak paten untuk sistem penyemprotan
lateks yang ia ciptakan. Ia mengaku sudah memiliki prototipe yang
sukses dan penemuannya ini dalam percobaan dapat menyesuaikan
ukuran dengan ukuran yang paling besar sekalipun.19,20
Untuk menggunakan kondom semprot ini, pria memasukkan
penisnya ke dalam tabung dan menekan tombol untuk
menyemprotkan lateks cair dari cartridge yang bisa dilepas. Karet
lateks akan mengering dalam hitungan detik. Setelah selesai
digunakan, kondom ini bisa dilepas seperti kondom biasa. Waktu
yang dibutuhkan agar lateks dapat mengering adalah sekitar 20 - 25
detik. Tapi Krause sedang mengupayakan agar waktunya bisa
dipercepat lagi menjadi 10 detik. 19,20
Dalam survei yang lakukan, ditemukan ada 2 tanggapan yang
berbeda dari para pria. Beberapa pria mengatakan itu ide yang hebat
dan akan sangat membantu karena sulit menemukan kondom yang
pas. Sedangkan lainnya mengatakan tidak bisa membayangkan cara
penggunaannya. Masalahnya adalah karena memakai kondom
dianggap mengganggu hubungan seks. Kondom spray-on ini dijual
dengan harga yang lebih mahal daripada kondom konvensional. 19,20
b) Kondom Spray19,20
Sebuah perusahaan Cina bernama Blue Cross Bio-Medical
menawarkan suatu spray kondom (foam condom) yang dibuat dari
silver “nanotech” partikel. Alat kontrasepsi terbaru dengan spray

22
condom. Alat kontrasepsi ini tidak digunakan bagi laki-laki tetapi
digunakan oleh pihak wanita.
Penggunaannya busa spray tersebut disemprotkan ke vagina,
setelah itu busa spray akan membentuk semacam selaput dan
mencegah konsepsi serta melindungi terhadap infeksi. Semprotan
spray menggunakan polyvinyl alcohol resin sebagai bahan dasarnya,
yang sudah terkandung dengan silver “ nanotech ” partikel, sehingga
memberikan spermicide dan antiseptik pelumas yang dapat
membantu mencegah penyakit menular seksual (PMS).
2) Pemanasan19,20
Telah lama diketahui bahwa kenaikan suhu yang sebentar pada
bagian testis dapat menekan pembentukan sperma (spermatogenesis),
sementara kenaikan suhu yang lebih lama dapat mempengaruhi patologi
testis dan terjadinya cryptorchidism, varicocele serta ketidaksuburan
sementara.
Penelitian klinis yang dilakukan untuk mengevaluasi potensi dari
alat pembungkus bagian scrotal untuk digunakan sebagai metode
kontrasepsi pria yang praktis menunjukkan penurunan yang reversible
terhadap jumlah sperma tetapi masih kurang kuat untuk dijadkan
metode kontrasepsi yang terpercaya. Karena masih terdapat hal yang
meragukan termasuk masalah keamanan dari metode ini, maka
penelitian lebih lanjut masih terus dilakukan.
a) Suspensory
Alat ini dirancang untuk menjaga testis pada tempatnya,
meningkatkan temperaturnya yang berdampak pada berkurangnya
produksi sperma. Alat yang berbentuk seperti celana dalam pria ini,
harus digunakan setiap hari agar efektif.
b) External Heat
Sumber panas dari luar ini mirip dengan suspensory yaitu
meningkatkan temperatur disekitar alat vital untuk mengurangi
produksi sperma. Karena tergantung dengan temperatur tubuh,
waktu yang dibutuhkan lebih cepat dibandingkan menggunakan

23
suspensory. Sauna, alat penghangat dan beberapa peralatan bisa
digunakan untuk membuat temperatur tubuh meningkat dan
produksi sperma berkurang.
2. Kondom wanita
a. Pengertian
Kondom Wanita adalah kondom khusus yang digunakan untuk
wanita/istri yang mempunyai peran ganda, yaitu untuk mencegah terjadinya
kehamilan dan juga mencegahpenularan penyakit-penyakit infeks seksual,
termasuk HIV/AIDS. 18
Kondom dibuat dari plastic polyurethane or nitrile (a synthetic latex)
yang sangat tipis, lembut ,tidak berbau,dan sangat kuat. Kondom wanita ini
berukuran lebihbesar dari kondompria, lebihkuat,dan tidak mudah robek.
Kondom wanita sangat pas dipasang di vagina, dan menutupi bibir luar. Bisa
dimasukan ke dalam vagina wanita sebelum melakukan hubungan seksual.
Kedua cincin yang terdapat pada kedua ujung Kondom wanita ini sangat
fleksibel. 18
Kondom hanya boleh digunakan sekali pakai, karena akan mudah robek
bila dicuci dan digunakan kembali. Tetapi menggunakan kondom yang didaur
ulang, adalah lebih baik dari pada tidak menggunakan sama sekali.
Menggunakan kondom wanita, merupakan cara KB yang sangat efektif.
Kondom wanita ini akan mencegah pertemuan sperma dengan sel telur pada
saat melakukan sanggama, sehingga bisa melindungi diri dari kehamilan dan
ancaman penularan PMS, serta berada dibawah kendali si wanita. Saat ini
kondom wanita masih belum tersebar luas di Indonesia, apalagi di Sumatera
Barat Kondom wanita ini dapat digunakan oleh semua wanita/ istri yang tidak
alergi terhadap kondom wanita ini. Yang perlu diperhatikan adalah, pada
waktu menggunakan kondom wanita, jangan sampai bersamaan dengan
pemakaian kondom pria.18
Kondom ini dipakai oleh perempuan dengan cara memasukannya ke
dalam vagina. Kondom ini mencegah masuknya sperma. Kondom ini tipis,
fleksibel terbuat dari karet dan mengandung pelumas. Kondom ini dapat
dipasang 8 jam sebelum melakukan hubungan seksual dan selalu

24
menggunakan kondom yang baru setiap berhubungan seksual dan tidak usah
menggunakan kondom pria pada waktu yang bersamaan. Angka kegagalan
per 100 orang penggguna kondomperempuan adalah 20. Reaksi efek samping
yang sering terjadi adalah iritasi dan reaksi alergi.25
Seperti halnya kondom pria, kondom untuk perempuan juga berfungsi
sebagai barrier mekanik untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan
dan infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV. 26 Akses terhadap kondom
pria dan kondom perempuan menjadi hal yang penting sejak kondom terbukti
secara ilmiah mempunyai dua proteksi.27 Namun secara global distribusi
kondom perempuan lebih rendah daripada kondom pria yaitu hanya sekitar
0.19% dari jumlah kondom yang beredar. Pada tahun 2011 kondom
perempuan ini termasuk teknologi dalam kesehatan reproduksi yang
digunakan sebagai alternatif pilihan dalam metode KB. 26
Kondom perempuan mulai diproduksi tahun 1993 FC1 di Amerika
yangbselanjutnya pada tahun 2009 diganti dengan FC2 yang didesain
menggunakan bahan karet sintetis. Produksi kondom perempuan lebih
kompleks daripada kondom pria. Penelitian mengenai performa fungsional,
keamanan dan penerimaan pengguna dari produk kondom perempuan velvet
dan cupid dibandingkan dengan FC2 sebagai kontrol. Velvet dan cupid
terbuat dari karet sedangkan FC2 terbuat dari karet sintetis. Hal ini
memungkinkan terjadi reaksi alergi pada kondom yang terbuat dari karet, ring
dari cupid juga lebih kaku dan menghasilkan ketidaknyamanan pada sebagian
pengguna.26
Bukti secara ilmiah menegenai efek pemilihan metode pada KB
perempuan terhadap peningkatan fungsi kontraseptif dari alat kontrasepsi
sangat sedikit. Walaupun terdapat hasil sistematik review tahun 2006 yang
menyebutkan bahwa meningktnya pilihan alat kontrasepsi untuk perempuan
berhubungan dengan peningkatan outcome dalam kesehatan (seperti kejadian
kehamilan rendah dan IMS menurun).Akses terhadap variasi kondom
perempuan dapat meningkatkan piihan alat kontrasepsi atau memfungsikan
dua fungsi pencegahan kehamilan dan pencegahan IMS. 26

25
Gambar 1. Kondom Perempuan
Penelitian sistematik review mengenai penerimaan penggunaan kondom
perempuan di Afrika menunjukkan bahwa perempuan yang menerima kondom
perempuan adalah perempuan yang mempunyai sikap positif dan mempunyai
keinginan untuk menggunakan alat kontrasepsi ini.27
Penerimaan (atau penolakan) dari kondom perempuan sulit diukur jika
masyarakat tidak mengenal kondom perempuan dan pada kondisi keterbatasan
informasi mengenai metode ini. Dari beberapa study mengenai kepuasan klien
dalam menggunakan kondom perempuan ditemukan angka 98% kepuasan sebagai
persentase tertinggi yaitu dengan pengguna adalah PSK, namun untuk hasil studi
lainnya memperlihatkan persentase kepuasan berkisar 50%.
Perempuan yang dievaluasi mempunyai kepuasan terhadap pemakaian
kondom perempuan mempunyai alasan yang bervariasi. Secara umum perempuan
lebih merasa aman terhadap penularan HIV dan terhindar dari kehamilan yang tidak
direncanakan. Terdapat tiga penelitian yang menyatakan bahwa kondom
perempuan adalah solusi terbaik pada kelompok perempuan yang mempunyai
pengalaman efek samping dari kontrasepsi hormonal. Selain itu kepuasan
penggunaan alat ini disebabkan wanita merasa mempunyai otonomi yang lebih dan
merasa bebas dan pengguna kondom perempuan sepertinya tidak khawatir terhadap
reaksi negative dari pasangannya.27,28
Pada kelompok perempuan yang tidak puas dengan penggunaan kondom
perempuan mengemukakan berbagai alasan seperti keterbatasan penerimaan,
ukuran kondom perempuan lebih besar dari kondom pria,dan pada pertama kali
pemakaian mengalami kesulitan pemasangan. Dukungan pada perempuan dalam

26
penggunaan kondom perempuan merupakan hal yang penting yang mempengaruhi
penerimaan metoda ini.27
Intervensi untuk meningkatkan kepuasan penggunaan kondom perempuan
diantaranya : pemberian informasi dan dukungan terhadap penggunaan
kondomperempuan, diperlukan tenaga kesehatan yang terlatih untuk merubah
persepsi penggunaan kondom perempuan yang sulit. Intervensi penting adalah
menjalin hubungan baik dengan klien dan berdikap empati.28
WHO telah memperingatkan bahwa intervensi secara tekonologi tidak akan
pernah mencapaisemua aspek “userfriendliness” Pengguanan kondom perempuaan
bukan hnaya menyangkut norma sosial perempuan mengenai personal hygiene dan
memasukannya ke dalam vagina, namun juga menyangkut norma dalam
berhubungan seksual.28

Tabel 2.2 Tingkat keberhasilan masing – masing alat / obat kontrasepsi


dapat dilihat dari 100 wanita yang menggunakan / memakai alat kontrasepsi

N Nama alat/obat Jumlah wanita Perlind


o yang ungan
Mungkin akan terhadap PMS
hamil
1 Kondom wanita 20 baik
2 Kondom pria 12 baik
3 Diafragma 18 cukup
4 Spermisida 20 cukup
5 Pil (kombinasi) 3 Tidak
ada
6 Pil (hanya progestin) 5 Tidak
ada
7 Implant <1 Tidak
ada
8 Injeksi <1 Tidak
ada
9 IUD 1 Tidak

27
ada
1 Menyusui 2 Tidak
0 ada
1 Pantang baerkala 20 Tidak
1 ada
1 Sterilisasi <1 Tidak
2 ada
1 Tanpa cara 85 Tidak
3 ada
Sumber : Burns A (2008)

Jika kita bila kita perhatikan tabel 2 di atas : menggunakan kondom


wanita maka kelihatan kemungkinan hamilnya adalah 20 dari 100 wanita (20%).
Tapi bila saja para wanita/istri dapat menggunakannya kondomtersebut dengan
tepat, benar, dan disiplin, maka kemungkinan hamilnya bisa kurang dari
angkayang di atas. Semua cara KB yang terdapat pada Tabel 2 di atas, bisa
digunakandengan aman sambil menyusui, kecuali cara Pil yang mengandung
kombinasi hormon, dan injeksi hormon estrogen.21
Bahan polyurethane kurang menyebabkan reaksi alergi dibandingkan
kondom lateks. Bahan tersebut kuat dan jarang robek (40 % lebih kuat dari
kondom lateks) tetapi tipis sehingga sensasi yang ditimbulkan tetap dapat
dipertahankan. Kondom wanita dapat mencegah kehamilan dan penularan
penyakit seksual termasuk HIV apabila digunakan dengan benar.14
b. Cara Penggunaan Kondom Wanita.21
1) Buka bungkus Kondom Wanita
2) Cari cincin luar dan cincin dalam. Cincin dalam berupa cincin yang
tertutup.

28
Gambar 2.1 Cara Pemakaian Kondom Perempuan29

3) Pencet cincin dalam tersebut, dan pegang dengan jari-jari tangan


4) Masukkancincin dalam ke dalam lubang vagina
5) Dorongcincin dalam sampai betul-betulmasuk ke vagina, sedangkan cincin
luar tetap berada di luar vagina
6) Bila melakukan hubungan seksual, masukkan penis sampai masuk ke
dalam cincin luar tersebut.
7) Lepaskan segera Kondom Wanita setelah selesai hubungan seksual
sebelum kita berdiri. Pilintir cincin luar kondom supaya cairan sperma
masih tetap berada di dalam kondom.
8) Buanglah Kondom Wanita tersebut secara higienis, yaitu dengan
membungkusnya dengan tissue, dan selanjutnya dibuang ke tempat
sampah khusus.

29
9) Selanjutnya kondom bekas ini dibakar atau dikubur di dalam tanah. Jangan
sekali-kali di buang di sembarang tempat, atau ke dalam lobang
WC/Toilet.
10) Bila mengalami alergi, segera konsultasi kepada bidan atau dokter.
c. Keuntungan Kondom Wanita.21
1) Mudah cara pemasangannya
2) Tidak perlu menggunakan resep
3) Mudah diperoleh
4) Dapat menyalurkan rasa hangat, dan sangat sensitive
5) Biasanyatidak menimbulkan alergi
6) Tidak mempengaruhi hormon alami wanita
7) Tidak membutuhkan suhu khusus untuk penyimpanan
8) Bisa dipasang sendiri, atau bisa saja dibantu oleh pria/suami
9) Dapat menggunakan semua jenis pelicin / lubricant
10) Tidak menimbulkan rasa sakit
11) Di negara luar Indonesia, Kondom Wanita ini tersedia tanpa resep, dan
dapat
12) Dibeli ditoko obat,beberapa supermarket, pusatpusat pelayanan KB.
d. Kelemahan Kondom Wanita.21
Walaupun banyak orang melaporkan tidak mempunyai masalah dalam
menggunakan Kondom Wanita, tetapi ada juga beberapa di antaranya yang
melaporkan sebagai berikut :
1) Kondom yang dipasang dapat masuk semuanya ke dalam vagina
2) Kondom dapat berputar, atau bergerak
3) Cincin dapat membuatpenis iritasi
4) Cincin dapat membuat vulva iritasidanvagina
5) Merasa kurang nyaman

3. Diapragma
Diapragma berfungsi untuk menahan masuknya sprema ke dalam rahim
dan mencegahnya mencapai sel telur. Diapragma merupakan cup latex yang
digunakan bersamaan dengan spermisida sebelum berhubungan seksual.
Diapragma harus tetap digunakan 6-8 jam setelah berhubungan seksual agar

30
mencegah terjadinya kehamilan dan harus dikeluarkan dari vagina maksimal
dalam 24 jam. Angka kegagalan per 100 orang penggguna diapragma adalah 15.
Reaksi efek samping yang sering terjadi adalah iritasi dan reaksi alergi, infeksi
saluran perkemihan dan toxic syok bila tidak dilepaskan dalam waktu lama.30
The single-size diaphragm (SILCS single-size contraceptive barrier
device) adalah diapragma dengan satu ukuran, nonlatex dan merupakan barrier
pada perempuan.The single-size diaphragmjuga melindungi dari infeksi menular
seksual dan HIV.30

Keuntungan diapragma diantaranya tidak berpengaruh pada hormon


alami pada perempuan, tidak berpengaruh terhadap produksi ASI, dapat
digunakan beberapa jam sebelum berhubungan seksual, mudah digunakan,
pemakaian SILCS efektif tanpa spremisida, single-size SILCS Diaphragm could
increase contraceptive choice and reduce the gap of unmet need for family
planningRisiko dan efek samping yang mungkin terjadi diantaranya dapat
meningkatkan kejadian HIV karena digunakan bersamaan dengan spermisida
jika pasangannya menderita HIV, pemakaian diapragma dan spremisida
menyebabkan vagina terbakar dan iritasi, dapat meningkatkan kejadian infeksi
sistem perkemihan dan dapat menyebabkan toxic syok sindrom jika diapragma
tetap berada dalam vagina lebih dari 24 jam.
4. Spermisida
Spermisida sudah digunakan sebagai alat kontrasepsi sejak ribuan tahun
yang lalu. Spermisida didesain untuk mencegah fertilisasi dengan membunuh
atau menginaktifkan sperma yang ada di dalam saluran reproduksi perempuan. 31

31
Semua spremisida mempunyai 2 komponen yaitu zat kimia yang toxic
terhadap sperma dan formulasi yang disebut a carrier or base.Kandungan
Otheragentsincludeoctoxynol, menfegol dan benzalkonium chloride dapat
memrusak sel lipid pada sel membrane spermatozoa yang dapat
menyebabkankematian dan inaktivasi sperma.31
Spermisida yang mengandung nonoxynol-9 berisi 52.5-230 mg agen
aktif per pemberian.Bentuk-bentuk spremisida seperti foam, jeli, krim, melting
suppository, foaming suppository, foaming tablet, and soluble film. Supositoria
vagina juga biasa disebut pessary. Tidak seperti melting suppository, foaming
suppository menggunakan bahan kimia dasar yang jika digunakan dapat
menimbulkan gelembung karbon dioksidayang dapat berfungsi sebagai
spermisida. Spermisida digunakan 30 menit sebelum berhubungan seksual. .jeli,
krim dan foam dapat memberikan proteksi selama 8 jamsedangkan tablet dan
suppositorieshanya efektif selama 1 jam.
Spermicides yang berisi nonoxynol-9 tidak efektif sebagai microbicides,
dan dapat mengingkatkan kemungkinan HIV jika digunakanlebih dari 2
kali/hari. Tantangan penggunaan spermisida adalah pemeliharaan lingkungan
vagina. Spermisida berfungsi sebagai sitotoksin dan dapat merusak epitel vagina
dan serviks. Penggunaan yang sering dapat merusak flora normal vagina dan
memungkinkan meningkatkan infeksi saluran kemih.Kerusakan epitel dapat
memungkinkan infeksi HIV pada PSK. WHO mempertimbangkan spermisida
pada kategori 4 (kontra indikasi) untuk wanita fengan risiko tinggi HIV dan
kategori 3 untuk yang sudah terinfeksi.31
Kejadian kehamilan pada kontrasepsi ini bervariasi. Pada tahun pertama
pemakaian, kehamilan berkisar 18% pada perempuan yang mengggunakan
dengan benar dan 28% pada pengguna yang kurang efektif. Kejadian alergi atau
sensitifitas dari spremisida dilaporkan 1-5%.Ada yang merasakan iritasi berupa
rasa panas.31
Berdasarkan review chocran didapatkan bahwa keuntungan gel yang
berisi dosis rendah nonoxynol-9 (52.5 mg) kurang efektif dalam mencegah
kehamilan dibanding gel dosis (100 mg and 150 mg). peluang kehamilan pada 6

32
bulan pertamapemakaian adalah 22% pada gel dosis 52.5 mg gel, 16% pada
dosis 100 mg dan 14% pada dosis 150 mg.31
DSE-37 merupakan jenis spremisida yang target spesifiknya adalah thiol
namun efek microbicide terhadap Trichomonas vaginalis lemah. Secara
bersamaan anti-Trichomonal poten terdeteksi pada Sapindus saponins, tumbuhan
yang sudah terbukti berdasarkan clinical trial fase III di India. Sehingga didesain
menjadi gabungan spremisida yang efektif.32
Curcumin dapat menghambat sperma dan infeksi jamur. Curcumin dapat
menjadi kontrasepsi non hormonal yang ideal yang mengandung spermicidal dan
microbicidal yang dapat melawan infeksi vagina. Curcumin dapat menghambat
pertumbuhan mikroba yang menyebabkan vaginitis, bacterial vaginosis dan
infeksi jamur.33

BAB III
PEMBAHASAN

A. Permasalahan
Dari hasil studi pendahuluan dan wawancara kepada para pengguna kontrasepsi
yaitu sebanyak 20 akseptor, didapatkan hasil bahwa hampir seluruhnya akseptor tidak
mengetahui pengertian, dampak, manfaat, macam-macam, tujuan, dan kontraindikasi
terkait alat kontrasepsi. Sebagian besar pula asalan akseptor dalam menggunakan
kontrasesi merupakan keinginan sendiri, 2% karena keinginan suami dan 2% oleh
keluarga. Rata-rata akseptor leih memilih kontrasepsi DMPA (suntik 3 bulan) sebanyak

33
14 akseptor, 6 orang memilih suntik, dan hampir tidak ada yang menggunakan IUD
dengn alasan takut. Alasan menggunakan DMPA karena lebih ekonomis, jarak
penyuntikan 3 bulan alasannya karena sebagian besar akseptor merupakan pekerja
pabrik dimana waktunya terbagi dengan sift kerja, selanjutnya alasan menggunakan
DMPA adalah sedang menyusui. Selain DMPA presentasi Cyclo (suntik 1 bulan) yaitu
sebesar 30 %, alasannya karena ingin mendapatkan haid lancar, sebagian berpendapat
bahwa suntik 3 bulan tidak menyebabkan haid dan para pengguna merasa tidak nyaman,
sehingga lebih nyaman menggunakan suntik 3 bulan.
Hampir seluruh pengguna kontrasepsi baik suntik dan pil tidak mengetahui dampak
dari penggunaan kontrasepsi yang sedang digunakan. 5 orang akseptor berusia diatas 35
tahun tidak menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang dikarenakan takut. Dan
hampir seluruhnya tidak mengetahui tentang metode kontrasepsi sederhana. Berikut
distrubusi frekuansi hasil wawancara terhadap 20 responden mengenai kontrasepsi dan
permasalahan di wilayah tersebut.

34
1. Berdasarkan Pengetahuan
No Variable

Pengetahuan Ya Tidak Jumlah

Pengertian 20 20

Dampak 20 20

Manfaat 20 20

Macam 20 20

Kontraindikasi 20 20

2. Berdasarkan Umur
No Variable Jenis kontrasepsi Jumlah

Suntik Suntik AKBK AKDR Metode


Umur PIL
1 bulan 3 bulan Sederhana

<20 tahun 1 1

20-35 4 9 13

>35 1 5 6

Jumlah 5 15 20

1. Berdasarkan Pengambilan keputusan


No Variable Jenis kontrasepsi Jumlah

Pengambilan Suntik Suntik AKBK AKDR Metode


PIL
keputusan 1 bulan 3 bulan Sederhana

Sendiri 5 9 14

35
Suami 3 3

Keluarga 2 2

Teman 1 1

Jumlah 5 15 20

1. Berdasarkan Alasan Penggunaan Kontrasepsi


No Variable Jenis kontrasepsi Jumlah

Pengambilan Suntik Suntik AKBK AKDR Metode


PIL
keputusan 1 bulan 3 bulan Sederhana

Ekonomis 5 6

Bekerja 2

Mitos IUD 2
sakit

Teman 2

Menyusui 3

Jumlah 5 15 20

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan permasalahan yang terjadi, antara


lain :
1. Hampir seluruh akseptor berpengetahuan kurang terkait kontrasepsi
2. Akseptor dengan usia >35 tahun tidak menggunakan kontrasepsi jangka panjang
3. Lebih dari setengahnya akseptor tidak melibatkan suami dalam pengambilan
keputusan penguna) sebagai penentuan kontrasepsi
4. Hampir seluruhnya akseptor mengatakan pengunaan spiral sakit

36
5. Ada akseptor yang tidak menyusui sehingga menggunakan kontrasepsi DMPA
dengan alasan sibuk kerja
6. Pengaruh lingkungan (teman/keluarga) sebagai penentu penggunaan kontrasepsi
7. Lebih dari setengahnya responden memilih DMPA sebagai alat kontrasepsi
dengan alasan ekonomis.
8. Hampir seluruh akseptor tidak mengetahui alat kontrasepsi sederhana.
B. Kajian Jurnal
Terkait bahasan materi mengenai kontrasepsi sederhana, maka permasalahan
yang akan diambil adalah mengenai kurangnya pengetahuan aksetor terhadap
metode kontrasepsi sederhana.
Kurangnya pengetahuan akseptor KB terkait metode kontrasepsi sederhana
ini sejalan dengan penelitian Lausi RN dkk dalam jurnalnya yang berjudul
Gambaran Metode Amenorea Laktasi dan Cara Pemberian Asi Eksklusif di Desa
Cipacing Kecamatan Jatinangor. Lausi dkk mengukur pengetahuan ibu dalam
memberikas ASI ekslusif yang merupakan faktor utama dalam metode kontrasepsi
MAL. Lausi menyebutkan Survey Mawas Diri (SMD) di Desa Cipacing Kecamatan
Jatinangor tahun 2015 bahwa terdapat ibu yang baru melahirkan satu tahun terakhir
mengalami hamil kembali sebanyak 6 orang dari jumlah ibu melahirkan dalam satu
tahun 235 orang. Cakupan ASI Eksklusif di Desa Cipacing kecamatan Jatinangor
sebanyak 47 orang dari 104 orang yaitu 45,19 % dan ibu yang memakai alat
kontrasepsi alami sebanyak 38 orang.
Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa ibu yang menggunakan
alat kontrasepsi sederhana yaitu Metode Amenore Laktasi (MAL) masih sangat
rendah dipengaruhi juga oleh pemberian ASI Eksklusif yang belum optimal.
Sebagian besar ibu yang memberikan ASI Eksklusif dengan penggunaan KB MAL
dan kembalinya menstruasi pada ibu yang menggunakan KB MAL lebih dari enam
bulan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sitorus NY. Dalam Jurnalnya yang
berjudul Persepsi Ibu Akseptor KB Tentang Metode Amenorea Laktasi Dengan
ASI Eksklusif Di Lingkungan IV Kelurahan Medan Sunggal Medan Tahun 2016
Sitorus menyebutkan pemberian ASI eksklusif semakin menurun, penyebab
menurunnya pemberian ASI eksklusif adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang

37
pentingya pemberian ASI eksklusif, pemasaran susu formula, faktor sosial, dan
faktor ekonomi. Selain itu juga masih banyak masyarakat yang suka memberikan
MP-ASI yang terlalu dini.
Handayani F dalam jurnalnya yang berjudul Hubungan Pengetahuan Dan
Sikap Suami Dengan Penggunaan Kondom Di Desa Bukit Melintang Wilayah
Kerja Puskesmas Kuok Tahun 2014 di dapatkan bahwa dari 114 orang suami di
Desa Bukit Melintang Wilayah Kerja Puskesmas Kuok Tahun 2014, sebagian besar
suami memiliki pengetahuan rendah terhadap penggunaan kondom yaitu sebanyak
106 suami (92.98%).
Pengetahuan tentang kondom merupakan salah satu pemahaman terhadap
pentingnya persan serta suami dalam program KB dan dapat berpengaruh terhadap
prilaku suami untuk berperan serta dalam ber KB.

38
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan adanya program KB yang didukung dengan strategi pendekatan dan
cara operasional program pelayanan KB diharapkan dapat menurunkan angka
kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu.
Menunda atau mencegah kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi
memiliki resiko kegagalan, namun jika dilakukan tanpa alat kontrasepsi resiko
kegagalannya jauh lebih tinggi, karena diperlukan keahlian dan pengetahuan.
Namun di suatu sisi cara menunda kehamilan tanpa alat kontrasepsi ini lebih natural
dan tanpa efek samping. Keefektifan metode ini tergantung pada cara pemakaian
yang benar dan tepat.
Faktor pendorong masyarakat memilih metode kontrasepsi sederhana tanpa
alat adalah metode ini tidak memerlukan biaya sehingga dapat menghemat
pengeluaran, terhindar dari efek merugikan bahan kimia yang terkandung dalam
alat kontrasepsi, menghindari kemungkinan alergi yang ditimbulkan oleh karena
pemakaian alat kontrasepsi, tidak merubah siklus menstruasi pada wanita, tidak
bertambahnya berat badan bagi pengguna, tidak mempengaruhi kesuburan dalam
jangka panjang dan tidak menyakitkan.

B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata paripurna. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan ada penelitian selanjutnya yang menggali lebih dalam terkait
penggunaan kontrasepsi sederhana berdasarkan evidence based, dan diharapkan
makalah ini sebagai acuan untuk penelitian yang lebih baik lagi.

39
DAFTAR PUSTAKA

40

Anda mungkin juga menyukai