Anda di halaman 1dari 33

GANGGUAN PROSES MENYUSUI DAN PENGELOLAANNYA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Asuhan Nifas dan

Menyusui yang Diampu oleh Prof. Dr. Jusuf S. Effendi, dr., Sp.OG(K).

Oleh:

Nis'atul Khoiroh (131020180503)

Heti Mulyati (131020180507)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat
serta hidayah-Nya sehingga makalah dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
pada waktu yang telah ditentukan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan orang-orang di
jalannya.
Makalah yang berjudul “Gangguan Proses Menyusui dan Pengelolaannya” ini
disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengembangan Asuhan Nifas dan
Menyusui di Program Studi Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran Bandung.
Penyusunan makalah ini masih kurang sempurna, untuk itu sangat diharapkan
kritik ataupun saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Bandung, September 2019

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 2
1.3 Tujuan................................................................................... 2
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep Air Susu Ibu (ASI) ................................................. 3
1. ASI .................................................................................. 3
2. ASI Eksklusif................................................................... 3
3. Komposisi ASI................................................................ 3
4. Manfaat ASI..................................................................... 4
5. Keberhasilan Menyusui .................................................. 7
2.2 Gangguan Proses Menyusui dan Pengelolaannya................ 8
1. Masalah Menyusui pada Masa Antenatal ....................... 8
2. Masalah Menyusui pada Masa Nifas Dini ...................... 11
3. Masalah Menyusui pada Masa Nifas Lanjut .................. 15
4. Masalah Menyusui pada Keadaan Khusus ..................... 16
2.3 Pembahasan Jurnal............................................................... 21
BAB 3 PENUTUP
3.1 Simpulan............................................................................... 26
3.2 Saran..................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 27

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif adalah
ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa
menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain
(kecuali obat, vitamin, dan mineral).1,2
World Health Organization (WHO) juga merekomendasikan
pemberian ASI eksklusif sekurang-kurangnya selama 6 bulan pertama
kehidupan dan dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2
tahun, rekomendasi serupa juga didukung oleh American Academy of
Pediatrics (AAP), Academy of Breastfeeding Medicine, demikian pula oleh
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).3
Salah satu upaya untuk meningkatkan status gizi bayi adalah dengan
memberikan ASI secara eksklusif. Pemberian ASI merupakan nutrisi ideal
untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan bayi secara
optimal. Menyusui merupakan proses fisiologis, tidak ada hal yang lebih
bernilai dalam kehidupan seorang anak selain memperoleh nutrisi yang
berkualitas sejak awal kehidupan. Namun belum semua ibu dapat
melaksanakan tugas tersebut dengan baik, tidak berhasil menyusui maupun
menghentikan menyusui lebih dini. Kondisi tersebut tidak hanya berdampak
pada kesehatan bayi tetapi pada beberapa perempuan juga dapat
mengganggu konsep diri sebagai ibu, karena tidak dapat berperan optimal
dalam perawatan kesehatan bayinya.4
Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena
timbulnya beberapa gangguan atau masalah, baik masalah pada ibu maupun
pada bayi. Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai
sejak sebelum persalinan (periode antenatal), pada masa pasca persalinan
dini, dan pasca masa persalinan lanjut. Masalah pada bayi umumnya

1
berkaitan dengan manajemen laktasi. Masalah menyusui dapat pula
diakibatkan karena keadaan khusus.4

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep ASI?
2. Bagaimana konsep menyusui?
3. Apa saja gangguan dalam proses menyusui?
4. Bagaimana pengelolaan gangguan dalam proses menyusui?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami konsep ASI.
2. Mengetahui dan memahami konsep menyusui.
3. Mengetahui dan memahami gangguan dalam proses menyusui.
4. Mengetahui dan memahami pengelolaan gangguan dalam proses
menyusui.

2
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Air Susu Ibu (ASI)


1. Air Susu Ibu (ASI)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, ASI adalah cairan hasil sekresi
kelenjar payudara ibu.2 ASI merupakan cairan hidup yang mengandung
sel-sel darah putih, imunoglobulin, enzim dan hormin, protein spesifik,
serta zat gizi lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak.5
2. ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif adalah
ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan,
tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman
lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral). 1,2 Pada Peraturan Pemerintah
tersebut disebutkan bahwa setiap ibu yang melahirkan harus memberikan
ASI Eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya, kecuali dalam tiga kondis
i yaitu terdapat indikasi medis, ibu tidak ada, atau ibu terpisah dari bayi.2
3. Komposisi ASI
ASI merupakan suatu bahan makanan alami namun sangat kaya
akan zat gizi, bahkan meskipun dalam enam bulan pertama kehidupan
bayi hanya diberikan ASI saja tanpa zat tambahan lainnya, kecukupan
nutrisinya sudah sangat terpenuhi dan memberikan efek positif untuk
kehidupannya dimasa datang. Bahkan hal tersebut tidak dapat ditandingi
oleh susu formula atau susu botol semahal dan sebagus apapun.
Komposisi ASI menurut stadium laktasi antara lain:6
a. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresikan
oleh kelenjar payudara dan diterima bayi yang bersifatkental,

3
berwarna kekuningan, dan lengket. Biasanya kolostrum muncul
hingga hari ketiga atau hari keempat setelah bayi lahir. Kolostrum
mengandung tinggi protein (imunoglobulin), laktosa , lemak ,
mineral , vitamin, dan zat lainnya.
Kandungan imunoglobulin (IgA, IgG dan IgM) kolostrum
merupakan yang paling tinggi dibandingkan dengan ASI transisi dan
ASI matur, sehingga memberikan efek proteksi dari antibodi yang
paling tinggi. Selain itu, efek menguntungkan lainnya dari kolostrum
adalah sebagai pembersih usus bayi dari mekonium dan membantu
agar saluran pencernaan bayi lebih siap dalam menghadapi bahan
makanan selanjutnya.
b. ASI transisi atau peralihan
ASI transisi atau peralihan merupakan cairan ASI yang keluar
setelah kolostrum, yakni kira-kira pada hari ke empat sampai sepuluh.
Pada fase ini protein akan menurun namun karbohidrat dan lemak
akan meningkat jumlahnya. Semakin berjalannya waktu , maka
volume ASI pun semakin meningkat.
c. ASI matur
ASI matur merupakan cairan ASI yang berwarna putih
kekuningan dikarenakan mengandung Ca-caseinat, riboflavin, dan
karoten yang disekresikan mulai hari ke sepuluh hingga seterusnya.
Kandungan dalam ASI matur relatif konstan dan semakin
menyesuaikan dengan kondisi bayi, dimana semakin tinggi akan
laktosa, lemak, dan nutrisi sehingga membuat bayi menjadi lebih
cepat kenyang. Faktor-faktor antimikroba juga teradapat didalamnya
misalnya sel-sel limfosit, protein, komplemen, enzim-enzim dan lain-
lain.
4. Manfaat ASI
ASI memiliki banyak manfaat yang tidak hanya dirasakan oleh si
bayi namun juga oleh orang tuanya. Manfaat ASI antara lain:7

4
a. ASI dapat mengurangi tingkat depresi pada ibu. Sebuah penelitian terh
adap 14 ribu ibu baru, yang dimuat dalam Jurnal Kesehatan Ibu dan A
nak, menunjukkan ibu yang menyusui cenderung terhindar dari masal
ah kesehatan mental. Satu dari sepuluh perempuan dunia rentan terken
a depresi, namun jumlah itu turun saat perempuan punya kesempatan
untuk memberikan ASI.
b. ASI meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi. Ibu meneruskan zat a
ntibodi mereka lewat ASI kepada bayi-bayi mereka, sehingga bayi dap
at membentuk sistem pertahanan tubuh yang kuat untuk melawan viru
s flu dan infeksi.
c. ASI membantu memperkuat ikatan emosional antara anak dan ibu mer
eka. Kedekatan ini merupakan katalis dalam membangun hubungan ya
ng kuat antara orang tua dengan anak-anak mereka karena anak akan
merasa lebih terlindungi dan beradaptasi dengan dunia baru di sekitar
mereka.
d. ASI membuat anak lebih cerdas. Meskipun demikian, masih diperdeba
tkan oleh para pakar, apakah kecerdasan itu dipicu kandungan asam le
mak dalam ASI ataukah ikatan emosional yang terbentuk antara orang
tua dan anak selama proses menyusui berlangsung.
e. ASI mengurangi risiko obesitas. ASI membantu bayi untuk memilih m
akanan lebih baik di kemudian hari, yang pada akhirnya memperkecil
risiko obesitas. ASI adalah makanan yang mudah dicerna bayi, sangat
bergizi, dan membantu bayi memutuskan berapa banyak yang bisa dia
konsumsi dan kapan meminumnya.
f. ASI menjadikan anak-anak berperilaku lebih baik. Anak-anak yang mi
num ASI dan mampu membentuk ikatan emosional dengan kedua ora
ng tuanya selama proses menyusui, mampu mengembangkan perilaku
yang lebih baik daripada yang tidak. Namun jika ikatan itu tidak terbe
ntuk, dampaknya bisa berlawanan.
g. Nutrisi dalam ASI membantu otak anak berkembang sempurna dan le
bih baik daripada nutrisi dalam susu formula.

5
h. ASI membantu ibu menurunkan berat badan. Proses menyusui memba
kar banyak kalori dalam tubuh ibu, sehingga berat badan berlebih sela
ma hamil dapat cepat turun.
i. ASI mengurangi risiko kanker pada ibu, terutama kanker payudara da
n indung telur.
j. ASI membantu keluarga menghemat anggaran rumah tangga karena gr
atis.
Manfaat ASI akan semakin optimal jika pemberiannya dilakukan
secara eksklusif, diantaranya yaitu:8
a. Manfaat ASI untuk bayi
Air susu ibu sebagai nutrisi untuk bayi, dimana ASI memiliki
komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan
bayi dan merupakan makanan tunggal yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan tumbuh bayi normal hingga usia enam bulan. Air susu ibu
dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi yang dapat melindungi
dari penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur.
Air susu ibu eksklusif dapat meningkatkan perkembangan otak
karena ASI mengandung nutrien-nutrien khusus yang diperlukan otak
bayi agar dapat tumbuh optimal. Air susu ibu dapat meningkatkan
jalinan kasih sayang yang menjadi dasar perkembangan emosi dan
membentuk kepribadian bayi.
b. Manfaat ASI untuk ibu
Air susu ibu dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan
karena terjadi peningaktan kadar oksitosin yang mengakibatkan
penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat
berhenti. Menyusui bayi juga dapat mencegah terjadinya anemia.
Pemberian ASI dapat mempercepat pengecilan rahim, mengurangi
kemunkinan menderita kanker payudara, ekonomis, tidak merepotkan,
hemat waktu, praktis, memberikan ASI eksklusif akan memberikan
kepuasan, kebanggaan dan kebahagian yang mendalam bagi ibu, serta
dapat menjarangkan kehamilan.

6
c. Manfaat ASI untuk negara
Pemberian ASI eksklusif dapat menghemat devisa untuk
pembelian susu formula, perlengkapan menyusui serta biaya untuk
menyiapkan susu. Penghematan biaya sakit terutama diare dan
sekaligus penghematan dalam pemberian obat-obatan, tenaga, serta
sarana kesehatan. Pemberian ASI diyakini dapat menciptakan generasi
penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas.
5. Keberhasilan Menyusui
WHO dan UNICEF (United Nations Children’s Fund)
meluncurkan Baby-friendly Hospital Initiative (BFHI) untuk membantu
memotivasi fasilitas yang menyediakan layanan maternitas dan bayi baru
lahir di seluruh dunia untuk menerapkan Sepuluh Langkah Menuju
Keberhasilan Menyusui (10 LMKM). 10 LMKM tersebut antara lain:9
a. Mendukung ibu untuk menyusui dengan tiga cara yaitu dengan tidak
mempromosikan susu formula bayi, botol, dot, atau empeng, membuat
panduan layanan dukungan menyusui, serta membangun sistem
pengawasan dan pengelolaan data atas penerapan kebijakan ini secara
berkesinambungan.
b. Memastikan semua staf memiliki pengetahuan, kompetensi, dan
keterampilan dalam memberikan dukungan menyusui.
c. Mendiskusikan dengan ibu hamil dan keluarganya tentang manajemen
laktasi dan pentingnya menyusui.
d. Memfasilitasi skin-to-skin contact segera dan tanpa interupsi, serta
mendukung ibu untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera
setelah bayi lahir.
e. Mendukung ibu untuk menginisiasi, mempertahankan menyusui, dan
membantu menangani tantangan atau kesulitan yang umum dihadapi
ibu pada awal masa menyusui.
f. Tidak memberikan asupan makanan atau cairan selain ASI kepada
bayi baru lahir yang disusui kecuali ada indikasi medis.

7
g. Mengizinkan ibu dan bayinya rawat gabung sepanjang 24 jam selama
ibu berada di bawah perawatan fasilitas kesehatan.
h. Mendukung ibu untuk mengenali dan menanggapi isyarat bayinya
untuk menyusu atau tanda lapar bayi.
i. Memberikan konseling kepada ibu tentang resiko penggunaan botol
susu, dot, dan empeng.
j. Mengkoordinasikan kepulangan ibu dari fasilitas layanan kesehatan
sehingga ibu dan bayinya mendapat dukungan menyusui yang
berkelanjutan meski telah keluar.

2.2 Gangguan Proses Menyusui dan Pengelolaannya


1. Masalah Menyusui pada Masa Antenatal
a. Kurang atau salah informasi10
Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya a
tau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula
bila merasa bahwa ASI kurang. Petugas kesehatanpun masih banyak y
ang kurang memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan a
tau saat memulangkan bayi.
Informasi yang perlu diberikan kepada ibu hamil atau menyusui
antara lain meliputi fisiologi laktasi, keuntungan pemberian ASI, keun
tungan rawat gabung, cara menyusui yang baik dan benar, kerugian pe
mberian susu formula, dan menunda pemberian makanan lainnya pali
ng kurang setelah 6 bulan.
b. Retraksi puting11
Retraksi puting merupakan suatu kondisi dimana puting tertarik
ke dalam payudara. Pada beberapa kasus, puting dapat muncul keluar
bila di stimulasi namun pada kasus-kasus lain retraksi ini menetap. Di
agnosis retraksi puting antara lain:
1) Grade 1
a) Puting tampak datar atau masuk ke dalam.

8
b) Puting dapat dikeluarkan dengan mudah dengan tekanan jari pad
a atau sekitar areola.
c) Terkadang dapat keluar sendiri tanpa manipulasi.
d) Saluran ASI tidak bermasalah, dan dapat menyusui dengan biasa.
2) Grade 2
a) Dapat dikeluarkan dengan menekan areola, namun kembali mas
uk saat tekanan dilepas.
b) Terdapat kesulitan menyusui.
c) Terdapat fibrosis derajat sedang.
d) Saluran ASI dapat mengalami retraksi namun pembedahan tidak
diperlukan.
e) Pada pemeriksaan histologi ditemukan stromata yang kaya kolag
en dan otot polos.
3) Grade 3
a) Puting sulit untuk dikeluarkan pada pemeriksaan fisik dan mem
butuhkan pembedahan untuk dikeluarkan.
b) Saluran ASI terkonstriksi dan tidak memungkinkan untuk meny
usui.
c) Dapat terjadi infeksi, ruam, atau masalah kebersihan.
d) Secara histologis ditemukan atrofi unit lobuler duktus terminal d
an fibrosis yang parah
Pengelolaan atau penatalaksanaan retraksi puting yaitu jika retra
ksi tidak dalam susu dapat diperoleh dengan menggunakan pompa pay
udara, namun jika puting masuk sangat dalam suatu usaha harus dilak
ukan untuk mengeluarkan puting dengan jari pada beberapa bulan seb
elum melahirkan. Saat memasuki usia kehamilan tujuh bulan biasakan
diri menarik puting susu dengan jari tangan sampai menonjol, adanya
kemauan ibu untuk menyusui, pijat areola ketika mandi selama 2
menit, taring puting susu dengan 4 jari dibawah dan ibu jari diatas
ketika akan menyusui, serta gunakan bantuan dengan menggunakan
pompa payudara untuk menarik payudara yang terbenam.

9
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk merangsang puting
keluar :

Nipplet Pam Payudara


Diletakan di atas bagian Untuk mengurangi penggumpalan
puting dan tarik perlahan- air susu sehingga memudahkan
lahan diikuti urutan untuk bayi menyusu
melembutkan puting.
Keadaan ini perlu di lakukan
setiap pagi sebelum
menyusukan bayi.

Breast Shell Teknik Hoffman


Alat ini perlu digunakan - Letakkan jempol dan telunjuk
bersama coli dan sejak awal tangan di antara puting (saling
trimester tiga (beberapa jam berhadapan).
dalam sehari). Setelah bayi - Tekan kedua jari tersebut
lahir, alat ini dapat digunakan sambil menarik puting keluar.
30 menit sebelum
- Pindah posisi kedua jari
menyusukan bayi.
mengikuti putaran arah jam,
lakukan hal yang sama.
- Ulangi sebanyak lima kali
sehari.
Teknik ini boleh dilakukan semasa

10
hamil dan saat menyusui.

Nipple Shield Trik dengan menggunakan spuit


Menjadikan nipple shield
sebagai pengganti puting
yang datar atau tenggelam
itu.

2. Masalah Menyusui pada Masa Nifas Dini


a. Puting susu lecet10
Pada keadaan puting susu lecet yang perlu dilakukan adalah cek
bagaimana perlekatan ibu dan bayi, serta apakah terdapat infeksi candi
da (mulut bayi perlu dilihat). Beberapa hal yang dapat dilakukan saat
puting susu lecet antara lain:
1) Ibu dapat terus memberikan ASI-nya pada keadaan luka tidak begit
u sakit.
2) Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan memberika
n obat lain, seperti krim, salep, dan lain-lain.
3) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu
kurang lebih 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam w
aktu sekitar 2x24 jam.
4) Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan
dengan tangan tapi tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyer
i.
5) Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan untuk mengg
unakan sabun.
b. Bendungan payudara11

11
Bendungan payudara adalah bendungan yang terjadi pada kelenj
ar payudara oleh karena ekspansi dan tekanan dari produksi dan pena
mpungan ASI. Diagnosis bendungan payudara yaitu payudara bengka
k dan keras, nyeri pada payudara, terjadi 3-5 hari setelah persalinan, se
rta kedua payudara terkena.
Faktor predisposisi bendungan payudara antara lain posisi meny
usui yang tidak baik, membatasi menyusui, membatasi waktu bayi den
gan payudara, memberikan suplemen susu formula untuk bayi, mengg
unakan pompa payudara tanpa indikasi sehingga menyebabkan suplai
berlebih, dan implan payudara.
Pengelolaan atau penatalaksanaan umum bendungan payudara p
ada fasilitas kesehatan dasar antara lain:
1) Sangga payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas.
2) Kompres payudara dengan menggunakan kain basah atau hangat se
lama 5 menit.
3) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting.
4) Keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga puting menjad
i lunak.
5) Susukan bayi 2-3 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand feed
ing) serta pastikan bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu sudah b
enar.
6) Pada masa-masa awal atau bila bayi yang menyusu tidak mampu m
engosongkan payudara, mungkin diperlukan pompa atau pengeluar
an ASI secara manual dari payudara.
7) Letakkan kain dingin atau kompres dingin dengan es pada payudar
a setelah menyusui atau setelah payudara dipompa.
8) Bila perlu, berikan parasetamol 3 x 500 mg per oral untuk mengura
ngi nyeri.
9) Lakukan evaluasi setelah 3 hari.
c. Saluran susu tersumbat12

12
Saluran susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan
dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran susu yang
disebabkan oleh tekanan jari waktu menyusui atau pemakaian bra
yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat terjadi karena komplikasi
payudara bengkak yang berlanjut yang mengakibatkan kumpulan ASI
dalam saluran susu tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan
sumbatan. Sumbatan ini pada wanita yang kurus dapat terlihat dengan
jelas sebagai benjolan yang lunak pada perabaannya.
Beberapa hal yang dianjurkan untuk mengatasi terjadinya
saluran susu tersumbat antara lain:
1) Sebaiknya ibu melakukan perawatan payudara setelah melahirkan
dengan teratur agar tidak terjadi stasis dalam payudara yang
mengakibatkan terjadinya radang payudara (mastitis)
2) Gunakan bra dengan desain menopang (menyangga), bukan
menekan payudara.
3) Keluarkan ASI setiap kali selesai menyusui bila payudara masih
terasa penuh.
Sumbatan saluran susu ini harus segera diatasi karena dapat
berlanjut menjadi radang payudara (mastitis). Untuk mengurangi rasa
nyeri dan bengkak pada payudara dapat diberikan kompres hangat dan
dingin, yaitu kompres hangat sebelum menyusui dengan tujuan
mempermudah bayi mengisap puting susu dan kompres dingin setelah
menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara.
d. Mastitis11
Mastitis merupakan inflamasi atau infeksi pada payudara. Diagn
osis mastitis yaitu payudara (biasanya unilateral) keras, memerah, dan
nyeri, dapat disertai demam lebih dari 38˚C, serta paling sering terjadi
di minggu ketiga dan ke-empat postpartum, namun dapat terjadi kapan
saja selama menyusui.
Faktor predisposisi mastitis antara lain menyusui selama bebera
pa minggu setelah melahirkan, puting yang lecet, menyusui hanya pad

13
a satu posisi sehingga drainase payudara tidak sempurna, menggunaka
n bra yang ketat dan menghambat aliran ASI, serta riwayat mastitis se
belumnya saat menyusui.
Pengelolaan atau penatalaksanaan mastitis pada fasilitas kesehat
an dasar antara lain:
1) Tata laksana umum
a) Ibu sebaiknya tirah baring dan mendapat asupan cairan yang lebi
h banyak.
b) Sampel ASI sebaiknya dikultur dan diuji sensitivitas.
2) Tata laksana khusus
a) Berikan antibiotika: Kloksasilin 500 mg per oral per 6 jam sela
ma 10-14 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari sela
ma 10-14 hari.
b) Dorong ibu untuk tetap menyusui, dimulai dengan payudara yan
g tidak sakit. Bila payudara yang sakit belum kosong setelah me
nyusui, pompa payudara untuk mengeluarkan isinya.
c) Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi bengkak dan
nyeri.
d) Berikan parasetamol 3 x 500 mg per oral.
e) Sangga payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas.
f) Lakukan evaluasi setelah 3 hari.
e. Abses payudara112
Kelanjutan atau komplikasi dari mastitis akan menjadi abses.
Hal tersebut disebabkan oleh meluasnya peradangan dalam payudara
tersebut dan menyebabkan ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara
lebih merah mengkilap, benjolan tidak sekeras seperti pada mastitis,
tetapi tampak lebih penuh atau bengkak berisi cairan.
Pada keadaan abses payudara perlu dilakukan rujukan, ibu perlu
antibiotik dosisi tinggi dan analgesik serta penanganan lebih lanjut.
Ibu dianjurkan banyak minum dan cukup istirahat. Bayi dihentikan
untuk menyusu sementara waktu pada payudara sakit dan dapat

14
disusukan kembali setelah sembuh, akan tetapi bayi tetap bisa
menyusui pada payudara yang sehat.

15
3. Masalah Menyusui pada Masa Nifas Lanjut10
a. Sindrom ASI kurang
Sering kenyataannya ASI tidak benar-benar kurang. Tanda-tand
a bahwa ASI benar-benar kurang, antara lain:
1) Berat badan (BB) bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram pe
r bulan.
2) BB lahir dalam waktu 2 minggu belum kembali.
3) Buang air kecil (BAK) rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam; ca
iran urin pekat, baud an warna kuning.
Cara mengatasinya disesuaikan dengan penyebab, terutama dica
ri pada ke-empat kelompok faktor penyebab yaitu:
1) Faktor teknik menyusui: Keadaan ini yang paling sering dijumpai, s
eperti masalah frekuensi, perlekatan, penggunaan dot atau botol.
2) Faktor psikologis (juga sering terjadi).
3) Faktor fisik ibu (jarang): Seperti KB, kontrasepsi, diuretik, hamil,
merokok, kurang gizi, dan lain-lain.
4) Faktor kondisi bayi (sangat jarang): Misalnya penyakit, abnormalit
as, dan lain-lain.
Ibu dan bayi dapat saling membantu agar produksi ASI meningk
at dan bayi terus memberikan isapan efektifnya. Pada keadaan-keadaa
n tertentu dimana produksi ASI memang tidak memadai maka perlu u
paya yang lebih.
b. Ibu yang bekerja13
Ibu bekerja merupakan salah satu permasalahan dalam
pemberian ASI eksklusif. Walaupun ibu bekerja sebaiknya terus
menyusui bayinya. Ada beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu
menyusui yang bekerja antara lain:
1) Susuilah bayi sebelum ibu bekerja.
2) ASI dikeluarkan untuk persediaan di rumah sebelum berangkat kerj
a.
3) Pangosongan payudara di tempat kerja, setiap 3-4 jam.

16
4) ASI dapat disimpan di lemari pendingin dan dapat diberikan pada b
ayi saat ibu bekerja dengan cangkir.
5) Pada saat ibu di rumah, sesering mungkin bayi disusui.
6) Keterampilan mengeluarkan ASI dan merubah jadwal menyusui se
baiknya telah mulai dipraktekkan sejak satu bulan sebelum kembali
bekerja.
7) Minum dan makan makanan yang bergizi dan cukup selama bekerj
a dan selama menyusui nayinya.
4. Masalah Menyusui pada Keadaan Khusus
a. Ibu melahirkan dengan bedah sesar10
Segera rawat gabung, jika kondisi ibu dan bayi membaik, dan m
enyusui segera.
b. Ibu sakit11
Tidak ada larangan pemberian ASI eksklusif pada bayi dengan i
bu HbsAg positif terutama bila bayi telah divaksinasi dan diberi HBIG
setelah lahir.
Sedangkan jika ibu positif terinfeksi HIV:
1) Bayi diberi ASI ekslusif jika bayi juga positif terinfeksi HIV / ibu s
udah minum antiretroviral selama minimal 4 minggu / status HIV b
ayi negatif atau belum diketahui namun susu formula atau fasilitas
untuk pemberiannya (air bersih dan sanitasi) tidak tersedia.
2) Bayi diberi susu formula jika status HIV bayi negatif atau belum di
ketahui dan susu formula dan fasilitas untuk pemberian (air bersih
dan sanitasi) tersedia.
c. Ibu yang memerlukan pengobatan4
d. Ibu hamil4
5. Masalah menyusui pada bayi
a. Bayi sering menangis10
Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomuniksi antara
ibu dan buah hati. Pada saat bayi menangis, maka cari sumber

17
penyebabnya, dan yang paling sering karena kurang ASI. Mencari
penyebab bayi menangis, yaitu dengan :
1) Perhatikan, mengapa bayi menangis, apakah karena laktasi belum
berjalan dengan baik, atau karena sebab lain, seperti ngompol,
sakit, merasa jemu, ingin digendong atau disayang ibu.
2) Keadaan-keadaan itu merupakan hal yang biasa, ibu tidak perlu
cemas, karena kecemasan ibu dapat mengganggu proses laktasi
karena produksi ASI berkurang.
3) Cobalah mengatasi dengan memeriksa pakaian bayi, mungkin perlu
diganti karena basah, coba mengganti posisi bayi menjadi
tengkurap, atau bayi digendong dan dibelai.
4) Mungkin bayi belum puas menyusu karena posisi bayi tidak benar
waktu menyusu, akibatnya ASI tidak keluar dengan baik.
5) Bayi menangis mempunyai maksud menarik orang lain (terutama
ibunya) karena sesuatu hal : lapar, ingin digendong dan sebagainya.
Oleh sebab itu jangan membiarkan bayi menangis terlalu lama.
Bayi akan menjadi lelah, menyusu tidak sempurna, dan jika ibu cemas
atau kesal, produksi ASI juga akan terganggu. Jika bayi menangis, ibu
harus segera memeriksa keadaan bayi. Secara psikologis ini penting,
karena bayi akan mempunyai kesan bahwa ibunya memperhatikannya.
b. Bayi bingung puting14
Bingung puting (nipple confusion) terjadi akibat pemberian susu
formula dalam botol yang berganti-ganti. Hal ini akibat mekanisme
menyusu pada puting susu ibu berbeda dengan mekanisme menyusu
pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi,
langit-langit dan lidah. Sedangkan menyusu pada botol bersifat pasif,
tergantung pada faktor pemberi yaitu kemiringan botol atau tekanan
gravitasi susu, besar lubang dan ketebalan karet dot.
Tanda bayi bingung puting antara lain bayi menolak menyusu,
isapan bayi terputus-putus dan sebentar-bentar, serta bayi mengisap
puting seperti mengisap dot.

18
Hal yang perlu diperhatikan agar bayi tidak bingung puting yaitu:
1) Usahakan tidak mengenalkan dot pada usia dini. Bingung puting
dapat disebabkan karena pada usia dini bayi lebih nyaman dengan
tekstur dot, maka untuk mengantisipasinya dapat menyusukan
langsung selama ibu berdekatan dengan bayi. Apabila memerlukan
untuk memberikan ASI perah berikan pada kondisi dimana ibu dan
bayi benar-benar berjauhan.
2) Buatlah bayi nyaman ketika sedang menyusu. Posisi yang tidak
tepat akan membuat ASI tidak efektif dan juga membuat puting
mengalami rasa nyeri. Ibu dapat mencari posisi yang nyaman
ketika menyusu untuk membuat bayi mengurangi bingung puting.
3) Ibu dapat terus menawarkan menyusu langsung kepada bayi.
Jangan pernah menyerah meskipun mungkin bayi akan menolak
untuk beberapa kali akan tetapi kemampuan mengisap dan
adaptasinya akan kembali menerima menyusu langsung pada ibu.
4) Memberikan ASI pada bayi yang mengalami kebingungan puting
dapat menggunakan sendok. Mulailah dengan memberikan ASI
menggunakan sendok atau cup feeder meskipun tidak mudah, harus
sabar dan juga telaten akan tetapi pengalihan untuk mengenalkan
kembali tekstur puting. Sehingga dapat membiasakan kembali
menyusu langsung pada bayi.
5) Terakhir dapat menggunakan cara berkonsultasi dengan ahli laktasi
mengenai bayi yang mengalami bingung puting. Dengan demikian
ahli laktasi akan membantu dalam memberikan cara menyusui yang
baik dan membuat bayi tenang mendapatkan ASI langsung.
Meskipun beberapa kali bayi akan menolak akan tetapi ini
merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk tetap membantu
dalam produksi ASI hingga usia maksimal pemberian ASI.
c. Bayi prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)14
Bayi dengan BBLR, bayi prematur maupun bayi kecil
mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya lemah.

19
Oleh karena itu, harus segera dilatih untuk menyusu. Susuilah bayi
lebih sering, meski waktu menyusunya tidak lama. Mula-mula
sentuhlah langit-langit bayi dengan jari ibu yang bersih untuk
merangsang mengisap.
Bila bayi dirawat di rumah sakit, harus lebih sering dijenguk,
disentuh dengan kasih sayang dan bila memungkinkan disusui, atau
ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa kemudian diberikan
menggunakan sendok.
d. Bayi dengan ikterus14
Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang
mendapatkan ASI. Ikterik dini terjadi pada bayi usia 2-10 hari yang
disebabkan oleh kadar bilirubin dalam darah tinggi. Untuk mengatasi
agar tidak terjadi hiperbilirubinemia pada bayi maka segeralah
menyusui bayi setelah lahir dan menyusui bayi sesering mungkin
tanpa jadwal dan on demand. Oleh karena itu, menyusui dini sangat
penting karena bayi akan mendapat kolustrum. Kolustrum membantu
bayi mengeluarkan mekonium, bilirubin dapat dikeluarkan melalui
feses sehingga mencegah bayi tidak kuning.
e. Bayi kembar14
Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusui bayi kembar
adalah dengan posisi memegang bola (football position). Pada saat
menyusui secara bersamaan, bayi menyusu secara bergantian.
Susuilah bayi sesering mungkin, selama waktu yang diinginkan
masing-masing bayi, umumnya 15-30 menit setiap kali menyusui.
Apabila bayi ada yang dirawat di rumah sakit, berikanlah ASI peras
dan susuilah bayi yang ada dirumah. Agar ibu dapat beristirahat maka
sebaiknya mintalah bantuan pada anggota keluarga atau orang lain
untuk mengasuh bayi.
f. Bayi sakit14

20
Masalah lain adalah bayi enggan menyusu, hal tersebut
kemungkinan disebabkan karena hidung tertutup lendir atau ingus
sehingga menyebabkan bayi sulit bernapas.
Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolehkan
mendapatkan makanan per oral, tetapi pada saat kondisi bayi sudah
memungkinkan maka berikan ASI. Menyusui bukan kontraindikasi
pada bayi sakit dengan muntah-muntah ataupun diare. Posisi
menyusui yang tepat dapat mencegah timbulnya muntah, antara lain
dengan posisi duduk. Berikan ASI sedikit tapi sering kemudian
sendawakan. Pada saat bayi akan ditidurkan, posisikan tengkurap atau
miring kanan untuk mengurangi bayi tersedak karena regurgitasi.
g. Bayi dengan bibir sumbing14
Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada bayi
dengan bibir sumbing pallatum molle (langit-langit lunak) dan
pallatum durum (langit-langit keras), dengan posisi tertentu masih
dapat menyusu tanpa kesulitan. Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu
harus tetap menyusui karena dengan menyusui dapat melatih kekuatan
otot rahang dan lidah. Anjuran menyusui pada keadaan ini dengan
cara:
1) Posisi bayi duduk.
2) Saat menyusui, puting dan areola dipegang.
3) Ibu jari digunakan sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.
4) ASI perah diberikan pada bayi dengan labiopalatoskisis (sumbing
pada bibir dan langit-langit).
5) ASI dikeluarkan dengan manual / pompa, kemudian diberikan
dengan sendok / pipet, atau botol dengan dot yang panjang
sehingga ASI dapat masuk dengan sempurna. Dengan cara ini bayi
akan belajar mengisap dan menelan ASI, menyesuaikan dengan
irama pernapasannya.
h. Bayi dengan lidah pendek (lingual frenulum)14

21
Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat
penghubung lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku
tak elastis, sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat
menjulurkan lidahnya untuk mengurut puting dengan optimal.
Akibat lidah bayi tidak sanggup menggapai puting dan areola
dengan baik, maka proses laktasi tidak dapat berjalan dengan
sempurna. Ibu dapat membantu dengan menahan kedua bibir bayi
segera setelah bayi dapat menangkap puting dan areola dengan benar.
Kemudian posisi kedua bibir bayi dipertahankan agar tidak berubah-
ubah.
i. Bayi yang memerlukan perawatan10
Ibu ikut dirawat supaya pemberian ASI bisa dilanjutkan. Seanda
inya tidak memungkinkan, ibu dianjurkan untuk memerah ASI setiap
3 jam dan disimpan didalam lemari untuk kemudian sehari sekali diant
ar kerumah sakit. Perlu ditandai pada botol waktu ASI tersebut ditamp
ung, sehingga dapat diberikan sesuai jam nya.

2.3 Telaah Jurnal


1. Jurnal Pertama 15
Menurut kajian jurnal Issues related to breastfeeding in the first six
months of life in an urban tertiary care hospital (Masalah yang
berhubungan dengan menyusui dalam enam bulan pertama kehidupan
di perkotaan rumah sakit perawatan tersier).
Peneliti : Manjula L. 1 , Jayashree Hegde2
Penerbit : International Journal of Contemporary Pediatrics Manjula L
et al. Int J Contemp Pediatr. 2018 Jan; 5(1): 144-150
http://www.ijpediatrics.com
Menurut kajian jurnal Menyusui dipraktikkan sejak adanya mamalia di
bumi. ASI dapat membuat dunia lebih sehat, lebih pintar dan lebih
setara, juga menyelamatkan nyawa bayi dan mengurangi beban
penyakit ibu dan bayi. Alasan umum untuk menghindari atau

22
menghentikan menyusui adalah alasan medis, budaya, psikologis, fisik
ketidaknyamanan dan ketidaknyamanan. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui spektrum masalah yang berhubungan dengan menyusui
dihadapi oleh pasangan ibu-bayi dalam 6 bulan pertama kehidupan.
Metode: Penelitian observasional berbasis rumah sakit dilakukan di
rumah sakit perawatan tersier perkotaan mulai November 2010 hingga
Februari 2012. Data ibu dan bayi baru lahir diperoleh selama periode
pascanatal dan kemudian ditindaklanjuti di Departemen Rawat Jalan
Pediatrik secara berkala dan informasi juga dikumpulkan melalui
telepon percakapan. Statistik deskriptif dilaporkan menggunakan
rentang rata-rata, standar deviasi atau median, untuk kontinu variabel.
Angka dan persentase digunakan untuk variabel kategori. Chi-square
test atau fisher exact test adalah dilakukan untuk menguji hubungan
antara masalah menyusui dengan variabel demografis dan klinis. p
<0,05 dianggap signifikan.
Hasil: Pakan prelakteal diberikan kepada 17,7% bayi, 30,9% ibu
mengalami masalah menyusui. 41,3% bayi dimulai pada menyusui
dalam waktu satu jam setelah kelahiran. Parity (0,001) dan mode
pengiriman (0,017) memiliki signifikan asosiasi dengan masalah
menyusui.
Kesimpulan: Masalah menyusui seperti keterlambatan inisiasi
menyusui, praktik pemberian makan sebelum menyusui, susu formula
makan, masalah latching, persepsi susu yang tidak memadai dicatat.
Paritas dan cara pengiriman memiliki hubungan dengan masalah
menyusui.

2. Jurnal Kedua 16
Menurut kajian Jurnal Realities, difficulties, and outcomes for mothers
choosing to breastfeed: Primigravid mothers experiences in the early
postpartum period (6–8 weeks) (Realita, kesulitan, dan hasil yang ingin
dicapai oleh ibu menyusui: Pengalaman ibu primigravida di awal

23
pascapersalinan periode (6-8 minggu)).
Peneliti : Kathryn Hinsliff-Smith, MA, PGCE, BA [Hons] (Research
Fellow)a,n , Rachael Spencer, BSc [Hons], MSc, DHSci, RGN, RM,
RHV, RNT. Midwifery Lecturerb , Denis Walsh (Associate
Professor)a
Penerbit : Elsevier, Midwifery 30 (2014) e14–e19
Meurut dari kajian jurnal untuk mengembangkan pemahaman tentang
pengalaman dan tantangan payudara wanita primipara menyusui pada
periode postpartum awal di dua rumah sakit terakreditasi BFI di East
Midlands di Inggris itu memiliki tingkat menyusui berkelanjutan yang
lebih rendah.
Desain dan pengaturan: studi fenomenologi hermeneutik atau
interpretatif dilakukan di dua rumah sakit di East Midlands, Inggris.
Pengumpulan data: 22 wanita primigravida menyelesaikan buku harian
tertulis harian yang dipelihara selama enam minggu pasca kelahiran.
Selain itu, wawancara dilakukan dengan 13 wanita, sembilan yang
telah menyelesaikan buku harian dan empat yang tidak
mengembalikan buku harian tetapi ingin diwawancarai, memberikan
26 perspektif wanita yang berbeda tentang pengalaman menyusui
mereka baik dari buku harian atau wawancara.
Temuan: tiga tema utama muncul dari wawancara dan buku harian
tertulis: (1) pengalaman ibu a 'Roller coaster' dari emosi dalam
kaitannya dengan mencoba membangun menyusui, (2) ibu merasakan
kesehatan profesional perawatan sebagai 'ahli' tentang menyusui dan
(3) ibu mengalami kesulitan dalam menyusui bayi mereka di depan
umum, termasuk di depan keluarga dan keluarga dan ketika jauh dari
rumah mereka.
Kesimpulan: wanita tidak siap untuk realitas menyusui meskipun niat
antenatal mereka untuk menyusui. Para ibu memiliki gagasan yang
sudah terbentuk sebelumnya bahwa menyusui akan menjadi 'alami' dan
tanpa kesulitan. Ketika masalah terjadi, mereka menganggap ini

24
sebagai masalah menyusui dan jadi pilihlah susu buatan. Ibu
membutuhkan dukungan berkelanjutan untuk menyusui, terutama pada
periode awal pascapersalinan, tetapi pesan yang lebih realistis tentang
pemberian ASI perlu dimasukkan.
Implikasi untuk praktik: ada kebutuhan yang jelas untuk pendidikan
antenatal untuk fokus pada persiapan wanita realitas menyusui,
termasuk perilaku bayi baru lahir, yang dapat memengaruhi persepsi
wanita tentang menyusui. Profesional perawatan kesehatan lokal perlu
memanfaatkan strategi menyusui nasional tetapi mengembangkan
pendekatan lokal untuk mengatasi varians regional

3. Jurnal Ketiga 17
Menurut kajian jurnal Kondisi Psikologi Mempengaruhi Produksi ASI
Ibu Menyusui Di BPS Aski Pakis Sido Kumpul Surabaya
Peneliti : Nurul Kamariyah
Penerbit : 30. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 7, No 12, Pebruari 2014., h
al 29-36
Menurut dalam kajian jurnal ini Kondisi psikologis ibu setelah melahir
kan sering mengalami gangguan, yang akan berpengaruh pada produks
i ASI. M asalah ini bisa terjadi karena adanya masa transisi menjadi or
ang tua, kecemasan saat post partum yang dirasakan dapat menjadi sala
h satu faktor mempengaruhi produksi ASI. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisis hubungan antara kondisi psikologis ibu dengan kelancara
n produksi ASI di BPS ASKI Pakis Sido Kumpul Surabaya. Desain an
alitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi sebesar 19
orang, teknik sampling adalah sampel random sampling, dan besar sam
pel sebesar 18 responden. Alat pengumpulan data dengan kuisioner be
ntuk chek list dan lembar observasi. Variabel independen kondisi psiko
logis ibu dan variabel independen kelancaran produksi ASI. Data diana
lisis menggunnakan uji statistik chi-square. Dengan tingkat kemaknaan
α = <0,005. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar (61,1%) ibu m

25
engalami gangguan psikologis dan sebagian besar (72,2%) ketidaklanc
aran pada ASI. Hasil =0,001artinya dengan kelancaran produksi ASI. S
emakin baik kondisi psikologis ibu melahirkan semakin baik pula prod
uksi ASInya.

26
BAB 3
PENUTUP

3.1 Simpulan
Menyusui merupakan aktivitas yang sangat penting, baik bagi ibu
maupun bayinya. Pada proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan dekat
antara ibu dan anak. Pelaksanaan proses menyusui tidak selalu lancar karena
terdapat gangguan atau masalah-masalah dalam proses menyusui baik dari
ibu maupun bayi.
Gangguan atau masalah-masalah dalam proses menyusui antara lain m
asalah menyusui pada masa antenatal (kurang atau salah informasi, retraksi p
uting), masalah menyusui pada masa nifas dini (puting susu lecet, bendungan
payudara, saluran susu tersumbat, mastitis, abses payudaral), masalah menyus
ui pada masa nifas lanjut (sindrom ASI kurang, ibu yang bekerja), masalah m
enyusui pada keadaan khusus (ibu melahirkan dengan bedah sesar, ibu sakit, i
bu yang memerlukan pengobatan, ibu hamil), dan masalah menyusui pada ba
yi (bayi sering menangis, bayi bingung puting, bayi prematur dan bayi denga
n BBLR, bayi dengan ikterus, bayi kembar, bayi sakit, bayi dengan bibir sum
bing, bayi dengan lingual frenulum, bayi yang memerlukan perawatan).
Penanganan atau pengelolaan terhadap gangguan atau masalah-
masalah dalam proses menyusui harus dilakukan secara tepat. Kesuksesan
menyusui juga terletak kepada rasa percaya diri ibu. Rasa percaya diri ibu
akan dapat tumbuh apabila ditopang dengan informasi yang baik tentang ASI.

3.2 Saran
Tenaga kesehatan khususnya bidan sangat penting untuk mengetahui
gangguan atau masalah-masalah yang terjadi dalam proses menyusui baik
dari ibu maupun bayi, sehingga dapat memberikan asuhan yang tepat agar
dapat dilakukan penanganan lebih dini. Peran fasilitas kesehatan dan
pemerintah juga dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan dalam proses
menyusui.

27
28
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia


Tahun 2018. Jakarta: Kemenkes RI; 2019.

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
Jakarta: Depkes RI; 2012.

3. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Pemberian ASI pada Bayi Lahir
Kurang Bulan. Jakarta: IDAI; 2013.

4. Ambarwati ER, Wulandari D. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha


Medika; 2010.

5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Infodatin: Mari Dukung


Menyusui dan Bekerja. Jakarta: Kemenkes RI; 2015.

6. Dewi VNL, Sunarsih T. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta: Salemba


Medika; 2011.

7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Inilah Sepuluh Manfaat ASI.


Jakarta: Kemenkes RI; 2016.

8. Roesli U. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya


Nusantara; 2013.

9. World Health Organization (WHO). Protecting, Promoting and Supporting Br


eastfeeding In Facilities Providing Maternity And Newborn Services: The Re
vised Baby-Friendly Hospital Initiative. Switzerland: WHO; 2018.

10. Widiasih R. Masalah-masalah dalam Menyusui. Bandung: Universitas


Padjajaran; 2008.

11. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku: Pelayanan


Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kemenkes
RI; 2013.

12. Mufdlilah. Buku Pedoman: Pemberdayaan Ibu Menyusui pada Program ASI
Eksklusif. Yogyakarta; 2017.

13. Soetjiningsih. ASI: Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC; 2012.

29
14. Marliandiani Y, Ningrum NP. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Masa
Nifas dan Menyusui. Jakarta: Salemba Medika; 2015.

15. Manjula L, Hegde J. Issues Related to Breastfeeding In The First Six Months
of Life In an Urban Tertiary Care Hospital. International Journal of
Contemporary Pediatrics; 2018 Jan; 5(1): 144-150.

16. Hinsliff-Smith K, Spencer R, Walsh D. Realities, Difficulties, and Out Comes


Form Others Choosing to Breastfeed: Primigravid Mothers Experiences In
The Early Postpartum Period (6–8 Weeks). Midwifery; 2014; 30: 14–19.

17. Kamariyah N. Kondisi Psikologi Mempengaruhi Produksi ASI Ibu Menyusui


Di BPS Aski Pakis Sido Kumpul Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan; 2014;
7(12): 29-36.

30

Anda mungkin juga menyukai