Anda di halaman 1dari 105

Diterbitkan Oleh:

Universitassh
Nurul
Jadid

Serba serbi KB Alami

Miftahul Jennah
Holisatus Siami
Ica Maulina Rifkiyatul Islami, M.Tr.Keb
Nurwalida Fikria Ningsih, S.ST
Serba Serbi KB Alami

Tim Penyusun:
Miftahul Jennah, Amd. Keb
Holisatus Siami, Amd. Keb
Ica Maulina Rifkiyatul Islami, M.Tr.Keb
Nurwalida Fikria Ningsih, S.ST

Penerbit:
Unuversitas Nurul Jadid
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada

Tuhan Yang Maha Esa, atas izin dan rahmat-

Nya modul “Serba Serbi KB Alami” telah

kami selesaikan. Shalawat serta salam

semoga tetap terlimpah curahkan kepada

junjungan Nabi Muhammad SAW.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
C. SASARAN
BAB II: KELUARGA BERENCANA
A. Pengertian Keluarga Berencana
B. Ruang Lingkup Program KB
C. Jenis – jenis Kontrasepsi
1. Kontrasepsi Alami
2. Kontrasepsi Dengan Alat
3. Kontrasepsi Hormonal
4. Kontrasepsi Mantap
5. Kontrasepsi Darurat
D. Sasaran Keluarga Berencana
E. Ruang Lingkup Program KB
F. Fator – faktor Yang Mempengaruhi
Program KB di Indonesia
G. Dampak Program KB terhadap
Pencegahan Kelahiran
BAB III: KONTRASEPSI METODE
ALAMI
A. Seputar KB Alamiah
B. Kontrasepsi Aamiah
1. Profil KBA
2. Definisi KBA
3. Manfaat KBA
4. Keterbatasan KBA
5. Macam – macam KBA
BAB IV: PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Istilah kontrasepsi berasal dari kata

dan konsepsi. Kontra yang berarti

“melawan” atau “mencegah”, sedangkan

konsepsi adalah petemuan antara sel telur

yang matang dengan sel sperma yang

mengakibatkan terjadinya kehamilan.

Maksud dari konsepi adalah menghindari

atau mencegah terjadinya kehamilah

sebagai akibat adanya pertemuan antara

sel telur dengan sel sperma. Untuk itu,

berdasarkan maksud dan tujuan

kontrasepsi, maka yang membutuhkn

kontrasepsi adalah pasangan yang aktif


melakukan hubungan seks dan kedua –

duanya memeiliki kesuburan yang

normal, namun tidak mengkehendaki

kehamilan (Depkes, 1999).

Kontrasepsi adalah pencegehan

terbuahinya sel telur oleh sel sperma atau

pencegehan menempelnya sel telur yang

telah di buahi ke dinding Rahim.

Pemakaian kontrasepsi merupakan

salah satu dari sekian banyak variabel

yang secara langsung berpengaruh

terhadap angka kelahiran. Dari berbagai

studi yang pernah dilakukan

menunjukkan bahwa pemakaian alat


kontrasepsi terbukti mampu menurunkan

angka kelahiran.

Di Indonesia pemakaian kontrasepsi

tidak terlepas dari peran suami dalam

penggunaan alat kontrasepsi

mempengaruhi tingginya pemakaian

kontrasepsi terkait dengan upaya

penundaan kehamilan atau kelahiran

anak berikutnya setelah anak pertama

lahir, hal yang penting dilakukan adalah

mengatur jarak kehamilan. Konsep

mengenai kontrasepsi pasca persalinan

bukanlah hal yang baru, akan tetapi tidak

banyak perhatian yang diberikan pada


masa yang penting dari kehidupan

Wanita.

B. TUJUAN

Memperbaiki Kesehatan dan

kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan

bangsa; Mengurangi angka kelahiran

untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan

bangsa; Memenuhi permintaan

masyarakat akan pelayanan KB dan KR

yang berkualitas, termasuk upaya –

upaya menurunkan angka kematian ibu,

bayi dan anak serta penanggulangan

masalah Kesehatan reproduksi.


C. SASARAN

1. Menurunnya laju pertumbuhan

penduduk (LPP).

2. Menurunnya Angka Kelahiran total

(TFR) per WUS (15 – 49 tahun)

3. Meningkatkan pemakaian kontrasepsi

(CPR).

4. Menurunnya kebutuhan ber-KB yang

tidak dipenuhi (unmet need)

5. Menurunnya Angka kelahiran pada

remaja usia 12 – 19 tahun (ASFR 15 –

19 tahun)

6. Menurunnya kehamilan yang tidak

diinginkan dari WUS (15 – 49 tahun).


II

KELUARGA
BERENCANA
A. Pengertian Keluarga Berencana (KB)

Pengertian program keluarga

berencana menurut UU No 10 tahun

1992 (tentang perkembangan

kependudukan dan pembangunan

keluarga sejahtera) adalah `peningkatan

upaya kepedulian dan peran serta

masyarakat melaalui pendewasaan Usia

Perkawinan (PUP, pengatur kelaahiran,

pembinaan ketahanan keluarga,

peningkatan kesejahteraan keluarga

kecil, Bahagia dan sejahtera.

Keluarga Berencana (Family Planing,

Planned Parenthood): Suatu usaha untuk


menjarangkan atau merencanakan jumlah

dan jarak kehamilan dengan memakai

kontrasepsi. Program KB adalah bagian

yang terpadu (integral) dalam program

pembangunan nasional dan bertujuan

untuk memncipatakan kesejahteraan

ekonomi, spiritual dan sosial budaya

penduduk indonesia agar dapat dicapai

keseimbangan yang baik dengan dengan

kemampuan produksi nasional. Sejak

pelita V, program KB nasional berubah

menjadi Gerakan KB nasional yaitu

Gerakan masyarakat yang menghimpun

dan mengajak segenap potensi yaitu


masyarakat untuk partisipasi aktif dalam

Lembaga dan membudayakan NKKBS

dalam rangka meningkatkan mutu

sumber daya manusia Indonesia.

WHO (Expert Committee, 1970),

Tindakan yang membantu

individu/pasutri untuk: Mendapatkan

obyektif – obyektif tertentu, menghindari

kelahiran yang tidak diinginkan,

mendapatkan kelahiran yang diinginkan,

mengatur interval diantar kehamilan dan

menentukan jumlah anak dalam

keluarga.
B. Ruang Lingkup Program KB

Menurut Handayani 2010, sebagai

berikut:

1. Komunikasi informasi dan edukasi

2. Konseling

3. Pelayanan infertilitas

4. Pendidikan seks

5. Konsultasi pra – perkawinan dan

konsultasi perkawinan

6. Konsutasi ginetik .

C. Jenis – jenis Kontrasepsi

1. Kontrasepsi alami

KB alami merupakan metode

kontrasepsi yang dilakukan tanpa


menggunakan alat, obat, dan

prosedur tertentu, seperti sterilisasi

atau vasektomi. Penggunaan jenis

KB ini dinilai lebih aman daripada

alat kontrasepsi karena tidak

menimbulkan efek samping.

Gambar 2.1 Kontrasepsi Alami

2. Kontrasepsi dengan alat

Setiap pasangan perlu memilih

jenis alat kontrasepsi mana yang

cocok dan aman digunakan untuk


menunda kehamilan. Hal ini

dikarenakan setiap alat kontrasepsi

memiliki kelebihan dan

kekurangannya masing-masing.

Oleh karena itu, penting untuk

mengetahui tingkat efektivitas setiap

alat kontrasepsi agar sesuai dengan

kebutuhan Anda dan pasangan.

Untuk mencegah kehamilan, tidak

sedikit pasangan yang lebih

mengandalkan penggunaan alat

kontrasepsi. Berbagai jenis alat

kontrasepsi yang dapat digunakan

meliputi:
 Pil KB

 Suntik

 Implant

 IUD

Gambar 2.2 Kontrasepsi Dengan Alat.

3. Kontrasepsi hormonal

Keluarga berencana

merupakan suatu usaha untuk

mengatur banyaknya jumlah

kelahiran, sehingga bagi ibu,


bayinya, ayah, serta keluarga atau

yang bersangkutan tidak akan

menimbulkan kerugian sebgai akibat

langsung dari kelahiran tersebut.

Kontrasepsi hormonal merupakan

metode kontrasepsi yang paling

efektif dan reversible untuk

mencegah terjadinya kehamilan.

Kontrasepsi hormonal merupakan

alat atau obat kontrasepsi yang

bahan
Gambar 2.3 Kontrasepsi Hormonal

bakunya mengandung sejumlah

hormon kelamin wanita (estrogen

dan progresteron), kadar hormon

tersebut tidak sama untuk setiap

jenisnya. Alat kontrasepsi homonal

termasuk dalam jenis meliputi

suntik, pil, dan implan.

Gambar 2.3 Kontrasepsi Hormonal

4. Kontrasepsi Mantap

Kontrasepsi Mantap (Kontap)

adalah suatu tindakan untuk

membatasi keturunan dalam jangka

waktu yang tidak terbatas; yang

dilakukan terhadap salah seorang


dari pasangan suami istri atas

permintaan yang bersangkutan,

secara mantap dan sukarela. Kontap

dapat diikuti baik oleh wanita

maupun pria. (Intanstupi, 2012).

Tindakan kontap pada Wanita

disebut kontap wanita atau MOW

(Metode Operasi Wanita) atau

tubektomi, sedangkan pada pria

MOP (Metode Operasi Pria) atau

vasektomi. Kontrasepsi mantap pada

Wanita atau MOW (Metode Operasi

Wanita) atau tubektomi, yaitu

Tindakan pengikatan dan


pemotongan saluran sel telur agar sel

telur tidak dapat dibuahi oleh

sperma.

Kontrasepsi mantap pada pria

atau MOP (Metode Operasi Pria)

atau vasektomi, yaitu Tindakan

pengikatan dan pemotongan saluran

benih agar sperma tidak kluar dari

buah zakar.

Gambar 2.4 Kontrasepsi mantap Pria MOP


(Metode Operasi Pria)
Gambar 2.5 Kontrasepsi Wanita MOW
(Metode Operasi Wanita)
5. Kontrasepsi darurat

Kontrasepsi darurat dipergunakan

untuk mencegah kehamilan sesaat

setelah hubungan seksual tanpa

proteksi. Keadaan ini misalnya pada

korban pemerkosaan, gagal

kontrasepsi (kondom bocor, lupa

minum pil atau suntik kontrasepsi),

dan kurangnya edukasi terhadap

kesehatan reproduksi. Selain itu juga


pada kondisi medis yang membuat

kehamilan menjadi berisiko atau

tidak layak untuk hamil, seperti

penderita penyakit jantung, kanker,

dan autoimun. Kontrasepsi darurat

hanya dipergunakan sebagai metode

sementara, bukan kontrasepsi rutin.

Metode kontrasepsi darurat yang

tersedia adalah pil kontrasepsi

darurat (PKD) dan alat kontrasepsi

dalam rahim / AKDR-Cu (copper

intrauterine device / copper IUD). Di

Indonesia telah tersedia kontrasepsi

darurat beserta pedoman


penggunaannya, yang dikeluarkan

oleh Kemenkes dan BKKBN.

Pembelian PKD hanya bisa diakses

secara terbatas, karena

mempertimbangkan efek samping

dan kontraindikasi obat, serta

interaksi dengan beberapa obat lain

bila dikonsumsi bersama.

Gambar 2.6 Kontrasepsi Darurat


D. Sasaran Keluarga Berencana

Sasaran program KB dibagi menjadi 2

yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak

langsung, tergantung dari tujuan yang

ingin dicapai. Sasaran langsungnya

adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang

bertujuan untuk menurunkan tingkat

kelahiran dengan cara penggunaan

kontrasepsi secara berkelanjutan.

Sedangkan sasaran tidak langsungnya

adalah pelaksana dan pengelola KB,

dengan tujuan menurunkan tingkat

kelahiran melalui pendekatan

kebijaksanaan kependudukan terpadu


dalam rangka mencapai keluarga yang

berkualitas, keluarga sejahtera.

Sasaran KB adalah orang yang dapat

berperan sebagai objek maupun subjek

dalam gerakan keluarga berencana

terutama pasangan usia subur yang

berusia 15-49 tahun serta seluruh

generasi muda dengan prioritas sasaran

yang berusia antara 15-24 tahun.


E. Ruang Lingkup Program KB

Ruang lingkup program KB yaitu

sebagai berikut:

1. Komunikasi Informasi dan Edukasi

(KIE)

2. Konseling

3. Pelayanan kontrasepsi

4. Pelayanan infertilitas

5. Pendidikan sex (sex education)

6. Konsultasi pra-perwinan dan

konsultasi perkawinan

7. Konsultasi genetik.
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Program KB di Indonesia

a. Sosial ekonomi

Tinggi rendahnya status sosial dan

keadaan ekonomi penduduk Indonesia

dipengaruhi oleh perkembangan dan

kemajuan program KB di Indonesia.

Kemajuan program KB tidak bisa

lepas dari tingkat ekonomi

masyarakat karena berkaitan dengan

kemampuan untuk membeli alat

kontrasepsi yang digunakan. Dengan

suksesnya program KB maka

perekonomian suatu negara akan lebih


baik karena dengan anggota keluarga

yang sedikit kebutuhan dapat lebih

tercukupi dan kesejahteraan dapat

terjamin.

b. Budaya

Sejumlah faktor budaya dapat

mempengaruhi klien dalam memilih

metode kontrasepsi, faktor-faktor ini

meliputi salah pengertian dalam

masyarakat mengenai berbagai

metode, kepercayaan religius, serta

budaya, tingkat pendidikan persepsi

mengenai resiko kehamilan dan status

wanita.
c. Pendidikan

Beberapa studi telah

memperlihatkan bahwa metode

kalender lebih banyak digunakan oleh

pasangan yang lebih berpendidikan.

Dihipotesiskan bahwa wanita

berpendidikan menginginkan keluarga

berencana yang efektif, tetapi tidak

rela untuk mengambil resiko yang

terkait sebagai metode kontrasepsi.

d. Agama

Para akseptor wanita mungkin

berpendapat bahwa perdarahan yang

tidak teratur yang disebabkan


sebagian metode hormonal akan

sangat menyulitkan mereka. Selama

haid mereka dilarang bersembahyang.

Di sebagian masyarakat, wanita hindu

dilarang mempersiapkan makanan

selama haid yang tidak teratur dapat

menjadi masalah.

e. Status Wanita

Status wanita dalam

masyarakat dapat mempengaruhi

kemampuan mereka memperoleh dan

menggunakan berbagai metode

kontrasepsi di daerah-daerah yang

status wanitanya meningkat, sebagian


wanita memiliki pemasukan yang

lebih besar untuk membayar metode-

metode yang lebih mahal serta

memiliki lebih banyak suara dalam

mengambil keputusan. Juga di daerah

yang wanitanya lebih dihargai,

mungkin hanya dapat sedikit

pembatasan dalam memperoleh

berbagai metode. Misalnya, peraturan

yang mengharuskan persetujuan

suami sebelum layanan KB dapat

diperoleh.
G. Dampak Program KB Terhadap

Pencegahan Kelahiran

a. Untuk Ibu, dengan jalan mengatur

jumlah dan jarak kelahiran maka

manfaatnya:

 Perbaikan kesehatan badan karena

tercegahnya kehamilan yang

berulang kali dalam jangka waktu

yang terlalu pendek

 Peningkatan kesehatan mental dan

sosial yang dimungkinkan oleh

adanya waktu yang cukup untuk

mengasuh anak, beristirahat, dan


menikmati waktu luang serta

melakukan kegiatan lainnya

b. Untuk anak-anak yang dilahirkan,

manfaatnya:

 Anak dapat tumbuh secara wajar

karena ibu yang mengandungnya

dalam keadaan sehat

 Sesudah lahir, anak mendapat

perhatian, pemeliharaan, dan

makanan yang cukup karena

kehadiran anak tersebut memang

diinginkan dan direncanakan.


c. Untuk anak-anak yang lain,

manfaatnya:

 Memberi kesempatan kepada anak

agar perkembangan fisiknya lebih

baik karena setiap anak

memperoleh | 59 makanan yang

cukup dari sumber yang tersedia

dalam keluarga

 Perkembangan mental dan

sosialnya lebih sempurna karena

pemeliharaan yang lebih baik dan

lebih banyak waktu yang dapat

diberikan oleh ibu untuk setiap

anak
 Perencanaan kesempatan

pendidikan yang lebih baik karena

sumber-sumber pendapatan

keluarga tidak habis untuk

mempertahankan hidup semata-

mata

d. Untuk ayah, memberikan kesempatan

kepadanya agar dapat:

 Memperbaiki kesehatan fisiknya

 Memperbaiki kesehatan mental dan

sosial karena kecemasan berkurang

serta lebih banyak waktu luang

untuk keluarganya
e. Untuk seluruh keluarga, manfaatnya:

Kesehatan fisik, mental, dan

sosial setiap anggota keluarga

tergantung dari kesehatan seluruh

keluarga. Setiap anggota keluarga

mempunyai kesempatan yang lebih

banyak untuk memperoleh pendidikan


III

KONTRASEPSI
METODE
ALAMIAH
A. Seputar KB Alamiah
Metode Amenore Laktasi adalah

kontrasepsi yang mengandalkan

pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara

eksklusif artinya hanya diberikan ASI

saja tanpa pemeberian makanan

tambahan atau minuman apapun.

(Srihandayani, 2018. Dalam Risda

Mariana Manil, dkk).

Penggunaan kontrasepsi alamiah

Metode Amenorea Laktasi (MAL) secara

tidak langsung memberikan dampak

pengurangan resiko kematian ibu akibat

perdarahan pasca persalinan

(Melyani,2017). Metode Amenorea


Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang

mengandalkan pemberian Air Susu Ibu

(ASI) secara eksklusif. Keuntungan

MAL diantaranya efektivitas tinggi 98%

dan tanpa biaya. Keuntungan untuk bayi

yaitu bayi mendapatkan antibodi melalui

ASI dan sebagai sumber asupan gizi

untuk tumbuh kembang bayi

Berdasarkan studi pendahuluan yang

dilakukan oleh peneliti di Puskesmas

Bangetayu, diperoleh hasil bahwa

sebanyak 10 dari 12 ibu hamil trimester

III belum pernah mendapatkan


penyuluhan atau informasi tentang

metode amenorea laktasi (MAL).

Sampel yang digunakan dalam

penelitian tersebut di tentukan dengan

teknik metode Accidental Sampling

dengan jumlah sampel 20 orang. Dari

hasil penelitian ini berdasarkan

pengetahuan ibu menyusui sebahagian

besar berpengatahuan cukup, pendidikan

SMA sebanyak 11 orang (55%),

berpendidikan SMA sebanyak 10 orang

(50%) dan mayoritas pekerjaan sebagai

Petani sebanyak 11 orang (55%)

berpengetahuan baik. Saran kepada


tenaga kesehatan agar dapat menerapkan

metode Alamiah Amenore Laktasi

kepada ibu yang menyusui dan kepada

peneliti selanjutnya supaya menjadi

masukan untuk menambah wawasan,

informasi dan panduan dalam penelitian

lebih lanjut tentang KB Alamiah Metode

Amenore Laktasi (MAL).

Berdasarkan hasil penelitian tabel

diketahui dari 20 orang responden bahwa

tingkat pengetahuan ibu menyusui

tentang KB Alamiah Metode Amenore

Laktasi di Klinik Bidan kristina

Perumnas Kalsim dengan jumlah 20


responden 13 orang berpengetahuan baik

(65,0%) berpengetahuan cukup sebanyak

1 orang (5,0%) berpengetahuan kurang 6

orang (30%). Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar Ibu cukup

mengerti akan KB Alamiah Metode

Amenore Laktasi. Hal ini menjadi salah

satu pemahaman umum yang menjadi

dasar setiap ibu menyusui untuk

mengetahui KB Alamiah Amenore

Laktasi. Menurut asumsi penulis hasil

penelitian ini menggambarkan

pengetahuan ibu tentang MAL baik dan

perlu untuk di pertahan kan. Dari hasil


penelitian bahwa gambaran pengetahuan

ibu menyusui tentang Metode Amenorea

Laktasi baik dan perlu juga untuk

ditingkatkan karena ibu yang memiliki

pengetahuan yang tinggi belum tentu

dapat menerapkan kontrasepsi MAL

apalagi pada ibu yang berpengetahuan

cukup, karena pengetahuan yang baik

belum tidak dapat menjamin sikap dan

perilaku yang baik pula.

Dari tabel 2 Pendidikan SD diatas

sebagian besar berpengetahuan kurang

sebanyak 1 orang. Pendidikan SMP

berpengetahuan baik sebanyak 1 orang


(5,0%) berpengetahuan kurang 2 orang

(10%). Pendidikan SMA berpengetahuan

baik 10 orang (50%) cukup 1 orang

(5,0%) kurang 2 orang (10,0%).

Perguruan Tinggi berpengetahuan baik

sebanyak 2 orang (10%) berpengetahuan

cukup 1 orang (5,0%) berpengetahuan

kurang orang. Menurut asumsi penulis

berpendidikan SMA sebanyak 16 orang

(50,0%) sebagian besar sangat

mempengaruhi pengetahuan ibu tentang

KB Alamiah Metode Maenore Laktasi

dimana semakin tinggi pendidikan

seseorang maka ia akan lebih mudah


menerima hal hal yang baru dan mudah

menyesuaikan dengan hal yang baru

pula, selain pensisikan usia juga

mempengaruhi pola pikir seseorang

dalam menerima informasi dimana

sumber informasi yang bayak akan

memiliki pengetahuan yang luas salah

satu sumber informasi yang berperan

penting bagi pengetahuan yaitu media

massa. Pengetahuan bisa juga di dapat

dari beberaa sumber antara lain: media

cetak, elektronik, keluarga, teman dll.


B. Kontrasepsi Alamiah

1. Profil KB Alamiah

a. Ibu harus belajar mengetahui kapan

masa suburnya berlangsung.

b. Efektif bila dipakai dengan tertib.

c. Tidak ada efek samping

d. Pasangan secara sukarela

menghindari senggama pada masa

subur.

2. Definisi KB Alamiah (KBA)

Metode KBA dilakukan dengan

wanita mendeteksi kapan masa

suburnya berlangsung, yang biasanya

dekat dengan pertengahan siklus


menstruasi (biasanya hari ke 10-15),

atau terdapat tanda-tanda kesuburan

dan kemungkinan besar terjadi

konsepsi.

3. Manfaat KBA

a. Manfaat Kontrasepsi

1) Untuk mencegah kehamilan,

bila digunakan dengan benar.

2) Membantu untuk mencapai

kehamilan, bila pasangan

menginginkan kehamilan.

3) Tidak ada efek samping

sistemik.

4) Murah atau tanpa biaya.


b. Manfaat Non – kontrasepsi

1) Meningkatkan keterlibatan

suami dalam keluarga

berencana.

2) Menambah wawasan dan

pengetahuan tentang Kesehatan

reproduksi.

3) Mempererat tanggung jawab

dan Kerjasama antar pasangan.

4) Menjalin komunikasi antara

pasangan.
4. Keterbatasan KBA

a. Tidak cukup efektif sebagai

metode kontrasepsi (angka

kegagalan 9-20 kehamilan/100

perempuan selama tahun pertama

pemakaian.

b. Tingkat efektifitas tergantung dari

ketaatan dan konsistensi dalam

mengikuti instruksi

c. Memerlukan konseling bahkan

pelatihan untuk dapat

menggunakan dengan benar.


d. Memerlukan mediator atau tenaga

terlatih untuk kesinambungan

informasi dan komunikasi.

e. Mampu mengendalikan Hasrat

untuk tidak melakukan senggama

pada saat masa subur (agar tidak

hamil)

f. Perlu pencatatan setiap hari

(tentang mucus, suhu basal, dan

gejala biologisnya).

g. Gangguan (missal infeksi vagina)

akan menyulitkan interpretasi

lendir serviks.
h. Memerlukan thermometer khusus

untuk metode suhu tubuh basal.

i. Tidak memberikan perlindungan

terhadap penyakit menular seksual

termasuk HBV maupun

HIV/AIDS.

5. Macam – macam KBA

a. Teknik Pantang Berkala

Senggama dihindari pada masa

subur yaitu dekat pertengahan atau

terdapat tanda kesuburan.

Manfaat:

Kontrasepsi

1) Menghindari kehamilan
2) Tidak ada resiko Kesehatan

3) Murah tanpa biaya

4) Tidak ada efek samping

Non Kontrasepsi

1) Keterlibatan PR dan LK

2) Tambah ilmu

3) Hubungan komunikasi

Keterbatasan:

1) Sebagai kontrasepsi sedang (9 –

20 kehamilan /100 perempuan

selama tahun pertama

pemakaian)
2) Keefektifan tergantung dari

kemauan dan disiplin pasangan

untuk mengikuti intruksi

3) Perlu ada pelatihan sebagau

persyaratan untuk menggunakan

jenis KBA yang paling efektif

secara benar

4) Dibutuhkan pelatih/guru KBA

(bukan tenaga medis) yang

mampu membantu mengenali

masa suburnya

5) Perlu pantang selama masa

subur untuk menghindari

kehamilan
6) perlu pencatatan setiap hari

7) infeksi vagina membuat lender

serviks sulit dinilai

8) tidak dari IMS termasuk HBV

dan HIV/AIDS
b. Metode Kalender

Metode kalender atau dikenal

sebagai metode knausogino

bergantung pada perhitungan hari

untuk mengkira – kira kapan

jauhnya fase subur.

Metode kalender merupakan

metode keluarga berencana

alamiah (KBA) yang paling tua.

Pencetus KBA sistem kalender

adalah dr. Knaus (ahli kebidanan

dari Vienna) dan dr. Ogino (ahli

ginekologi dari Jepang). Metode


kalender ini berdasarkan pada

siklus haid/menstruasi wanita.

Knaus berpendapat bahwa

ovulasi terjadi tepat 14 hari

sebelum menstruasi berikutnya.

Sedangkan Ogino berpendapat

bahwa ovulasi tidak selalu terjadi

tepat 14 hari sebelum menstruasi,

tetapi dapat terjadi antara 12 atau

16 hari sebelum menstruasi

berikutnya. Hasil penelitian kedua

ahli ini menjadi dasar dari KBA

sistem kalender.
Manfaat:

Metode kalender atau pantang

berkala dapat bermanfaat sebagai

kontrasepsi maupun konsepsi.

1) Manfaat kontrasepsi sebagai alat

pengendalian kelahiran atau

mencegah kehamilan

2) Manfaat konsepsi dapat

digunakan oleh para pasangan

untuk mengharapkan bayi

dengan melakukan hubungan

seksual saat masa subur/ovulasi

untuk meningkatkan

kesempatan bisa hamil.


Efektifitas:

metode kalender akan lebih

efektif bila dilakukan dengan baik

dan benar. Sebelum menggunakan

metode kalender ini, pasangan

suami istri harus mengetahui masa

subur. Padahal, masa subur setiap

Wanita tidaklah sama. Oleh karena

itu diperlukan pengamatan minimal

enam kali siklus menstruasi.

Selain itu, metode ini juga

akan lebih efektif bila digunakan

bersama dengan metode

kontrasepsi lain. Berdasarkan


penelitian dr. Jhonson dan kawan –

kawan di Sidney, metode kalender

akan efektif tiga kali lipat bila

dikombinasikan dengan metode

simtothermal. Angka kegagalan

pengguna metode kalender adalah

14/100 wanita pertahun.

Keuntungan:

1) Metode kalender atau pantang

berkala lebih sederhana.

2) Dapat digunakan oleh setiap

wanita yang sehat.


3) Tidak membutuhkan alat atau

pemeriksaan khusus dalam

penerapannya.

4) Tidak mengganggu saat

berhubungan seksual

5) Kontrasepsi dengan

menggunakan metode kalender

dapat menghindari risiko

kesehatan yang berhubungan

dengan kontrasepsi.

6) Tidak memerlukan biaya.

7) Tidak memerlukan tempat

pelayanan kontrasepsi.
Keterbatasan:

1) Memerlukan Kerjasama antara

suami istri.

2) Harus ada motivasi dan disipli p

asangan dalam menjalankannya.

3) Pasangan suami istri tidak dapat

melakukan hubungan seksual

setiap saat.

4) Pasangan suami istri harus tahu

masa subur dan masa tidak

subur.

5) Harus mengamati siklus

menstruasi minimal enam kali

siklus.
6) Siklus menstruasi yang tidak

teratur (menjadi penghambat).

7) Lebih efektif bila

dikombinasikan dengan metode

kontrasepsi lain.

Penerapan

Perhitungan masa subur ini

akan efektif bila siklus

menstruasinya normal yaitu 21-35

hari. Pemantauan jumlah hari pada

setiap siklus menstruasi dilakukan

minimal enam kali siklus berturut-

turut. Kemudian hitung periode


masa subur dengan melihat data

yang telah dicatat.

 Bila haid teratur (28 hari)

Hari pertama dalam siklus haid

dihitung sebagai hari ke-1 dan

masa subur adalah hari ke-12

hingga hari ke- 16 dalam siklus

haid. Contoh: Seorang

wanita/istri mendapat haid

mulai tanggal 9 Maret. Tanggal

9 Maret ini dihitung sebagai hari

ke-1. Maka hari ke-12 jatuh

pada tanggal 20 Maret dan hari

ke 16 jatuh pada tanggal 24


Maret. Jadi masa subur yaitu

sejak tanggal 20 Maret hingga

tanggal 24 Maret. Sehingga

pada masa ini merupakan masa

pantang untuk melakukan

senggama. Apabila ingin

melakukan hubungan seksual

harus menggunakan kontrasepsi.

 Bila haid tidak teratur

Jumlah hari terpendek dalam 6

kali siklus haid dikurangi 18.

Hitungan ini menentukan hari

70 | pertama masa subur. Jumlah

hari terpanjang selama 6 siklus


haid dikurangi 11. Hitungan ini

menentukan hari terakhir masa

subur. Rumus: Hari pertama

masa subur = Jumlah hari

terpendek – 18 Hari terakhir

masa subur = Jumlah hari

terpanjang – 11 Contoh:

Seorang wanita/istri mendapat

haid dengan siklus terpendek 25

hari dan siklus terpanjang 30

hari (mulai hari pertama haid

sampai haid berikutnya).

Langkah 1: 25 – 18 = 7 Langkah

2: 30 – 11 = 19 Jadi masa
suburnya adalah mulai hari ke-7

sampai hari ke-19. Sehingga

masa ini, suami istri tidak boleh

melakukan senggama.

Apabila ingin melakukan

senggama harus menggunakan

kontrasepsi.

Gambar 3.1 Kontrasepsi Metode


Kalender
c. Metode Suhu Basal

Suhu tubuh basal adalah suhu

terendah yang dicapai oleh tubuh

selama istirahat atau dalam

keadaan istirahat (tidur).

Pengukuran suhu basal dilakukan

pada pagi hari segera setelah

bangun tidur dan sebelum

melakukan aktivitas.

Tujuan pencatatan awal suhu

basal untuk mengetahui kapan

terjadinya masa subur/ovulasi.

Suhu basal tubuh diukur dengan

alat berupa thermometer basal.


Termpmeter basal ini dapat

digunakan secara oral, per vagina,

atau melalui dubur dan

ditempatkan pada lokasi serta

waktu yang sama selama 5 menit

Suhu normal tubuh sekitar 35,5 –

360C. pada waktu ovulasi, suhu

akan turun terlebih dahulu dan naik

menjadi 37 – 380C. pada saat itulah

terjadi masa subur/ovulasi.

Kondisi kenaikan suhu tubuh

ini akan terjadi sekitar 3 – 4 hari,

kemudian akan turun kembali

sekitar 20 dan akhirnya kembali


pada suhu tubuh normal sebelum

menstruasi, Hal ini terjadi karena

produksi progesterone menurun.

Apabila grafik (hasil catatan

suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan

suhu tubuh, kemungkinan tidak

terjadi masa subur/ovulasi

sehingga tidak terjadi kenaikan

suhu tubuh. Hal ini terjadi

dikarenakan tidak adanya

korpuluteum yang memproduksi

progesteron. Begitu sebaliknya,

jika terjadi kenaikan suhu tubuh

dan terus berlangsung setelah masa


subur/ovulasi kemungkinan terjadi

kehamilan. Karena bila sel

telur/ovum berhasil dibuahi, maka

korpusluteum akan terus

memproduksi hormone

progesterone. Akibatnya suhu

tubuh tetap tinggi.

Manfaat:

Metode suhu basal bermanfaat

sebagai konsepsi atau kontrasepsi

1) Manfaat konsepsi Metode suhu

basal tubuh berguna bagi

pasangan yang menginginkan

kehamilan
2) Manfaat kontrasepsi Metode

suhu basal tubuh berguna bagi

pasangan yang menginginkan

menghindari atau mencegah

kehamilan.

Efektifitas:

Metode suhu basal akan efektif bila

dilakukan dengan benar dan

konsisten. Suhu tubuh basal

dipantau dan dianggap akurat bila

terdeteksi pada saat ovulasi.

Tingkat keefektifan metode suhu

tubuh basal sekitar 80% atau 20-30

kehamilan per 100 wanita per


tahun. Secara teoritis angka

kegagalan adalah 15 kehamilan per

100 wanita pertahun. Metode suhu

basal tubuh akan jauh lebih efektif

apabila dikombinasikan dengan

metode kontrasepsi lain seperti

kondom, spermisida ataupun

metode kalender atau pantang

berkala.

Keuntungan:

1) Meningkatkan pengetahuan dan

kesadaran pada pasangan suami

istri tentang masa subur/ovulasi.


2) Membantu Wanita yang

mengalami siklus haid tidak

teratur mendeteksi masa

subur/ovulasi.

3) Dapat digunakan sebagai

kontrasepsi atau meningkatkan

kesempatan untuk hamil.

4) Membantu menunjukkan

perubahan tubuh lain pada saat

mengalami masa subur/ovulasi

seperti perubahan lendir serviks.

5) Metode suhu basal tubuh yang

mengendalikan adalah wanita

itu sendiri.
Keterbatasan:

1) Membutuhkan motivasi awal

masa subur.

2) Memerlukan konseling atau KIE

dari tenaga medis.

3) Suhu tubuh basal dapat

dipengaruhi oleh penyakit,

gangguan tidur, merokok,

alkohol, stress, penggunaan

narkoba maupun selimut

elektrik.

4) Tidak mendeteksi awal masa

subur.
5) Petunjuk Bagi Pengguna

Metode Suhu Basal Tubuh.

Aturan perubahan

suhu/tempratur adalah sebagai

berikut:

1) Suhu diukur pada waktu yang

hampir sama setiap pagi

(sebelum bangun dari tempat

tidur)

2) Catat suhu ibu pada kartu yang

telah bersedia

3) Gunakan catatan suhu pada

kartu tersebut untuk 10 hari

pertama dari siklus haid untuk


menentukan suhu tertinggi dari

suhu yang “normal dan rendah”

daalam pola tertentu tanpa

kondisi – kondisi diluar normal

atau biasanya

4) Abaikan setiap suhu tinggi yang

disebabkan oleh demam atau

gangguan lain,

5) Tarik garis pada 0,050C – 0,10C

diatas suhu tertinggi dari suhu

10hari tersebut. Gariss ini

disebut garis pelindung (cover

line) atau garis suhu. Periodes

tidak subur mulai sore hari


setelah hari ketiga berturut –

turut suhu tubuh berada di atas

garis pelindung/suhu basal. Hari

pantang senggama dilakukan

sejak hari pertama haid hingga

sore ketiga kenaikan ssecara

berurutan suhu basal tubuh

(setelah masuk periode masa tak

subur). Masa pantang untuk

senggama pada metode suhu

basal tubuh lebih panjang dari

metode ovulasi billings.

Perhatikan kondisi lendir suhu

dan tak subur yang diamati.


Gambar 3.2 Kontrasepsi Metode
Suhu Basal
d. Metode Lendir Serviks

Metode mukosa serviksnatau

ovulasi merupkan metode keluarga

berencana alamiah (KBA) dengan

cara mengenali masa subur dari

siklus menstruasi dengan

mengamati lender serviks dan

perubahan rasa pada vulva

menjelang hari – hari ovulasi


Esensi metode mukosa serviks

lendir/mukosa serviks adalah

lender yang dihasilkan oleh

aktivitas biosintesis sel sekrotori

serviks dan mengandung tiga

komponen penting yaitu molekul

lender, air, senyawa kimia dan

biokimia (natrium klorida, rantai

protein, enzim dan lain – lain).

Lendir/mukosa serviks ini tidak

hanya dihasilkan oleh sel leher

Rahim tetapi juga oleh sel – sel

vagina. Dalam vagina, terdapat sel

intermediet yang mampu berperan


terhadap adanya lender pada masa

subur/ovulasi.

Pengamatan lendir serviks dapat

dilakukan dengan:

a. Merasakan perubahan rasa pada

vulva sepanjang hari

b. Melihat langsung lendir pada

waktu tertentu.

Pada malam harinya, hasil

pengamatan ini harus dicatat.

Catatan ini akan menunjukkan

pola kesuburan dan pola

ketidaksuburan.
Manfaat:

Metode mukosa serviks

bermanfaat untuk mencegah

kehamilan yaitu dengan

berpantang senggama pada

masa subur. Selain itu, smetode

ini juga bermanfaat bagi Wanita

yang menginginkan kehamilan.

Efektifitas:

Keberhasilan metode ovulasi

billings ini tergantung pada

instruksi yang tepat,

pemahaman yang benar,

keakuratan dalam pengamatan


dan pencatatan lendir serviks,

serta motivasi dan Kerjasama

dari pasangan dalam

mengaplikasikannya. Angka

kegagalan dari metode mukosa

serviks sekitar 3-4 perempuan

per 100 wanita per tahun. Teori

lain juga mengatakan apabila

petunjuk metode mukosa

serviks atau ovulasi billings ini

digunakan dengan benar maka

keberhasilan dalam mencegah

kehamilan 99%.
Keuntungan:

1) Mudah digunakan.

2) Tidak memerlukan biaya.

3) Metode mukosa serviks

merupakan metode keluarga

berencana alami lain yang

mengamati tanda – tanda

kesuburan.

Keterbatasan:

1) Tidak efektif bila digunakan

sendiri, sebaiknya

dikombinasikan dengan

metode kontrasepsi lain


(missal metode

simptothermal).

2) Tidak cocok untuk wanita

yang tidak menyukai

menyentuh alat kelaminnya.

3) Wanita yang memiliki infeksi

saluran reproduksi dapat

mengaburkan tanda – tanda

kesuburan.

4) Wanita yang menghasilkan

sedikit lender.

Gambar 3.3 Kontrasepsi Metode


Lendir Serviks
e. Metode Amenorea Laktasi

(MAL)

Metode Amenorea Laktasi adalah

kontrasepsi yang mengandalkan

pemberian Air Susu Ibu (ASI)

secara eksklusif artinya hanya

diberikan ASI saj tanpa pemberian

makanan tambahan ataupun

minuman apapun.

Efektifitas:

Efektifitas metode Amenorea

laktasi tinggi (keberhasilan 98%

pada 6 bulan pasca persalinan)


Keuntungan:

Kontrasepsi;

1) Segera efektif

2) Tidak mengganggu senggama

3) Tidak ada efek samping secara

sistemik

4) Tidak perlu pengawasan

medik

5) Tidak perlu obat dan alat

Non – Kontrasepsi;

Untuk bayi

1) Mendapatkan kekebalan pasif

(mendapatkan antibody

perlindungan lewat ASI)


2) Sumber asupan gizi yang

terbaik dan sempurna untuk

tumbuh kembang bayi yang

optimal

3) Terhindari dari keterpaparan

terhadap kontaminasi dari air

susu lain atau alat minum yang

dipakai

Untuk ibu

1) Mengurangi perdarahan

pascapersalinan

2) Mengurangi resiko anemia

3) Meningkatkan hubungan

psikologis ibu dan bayi


Kerugian/kekurangan/

keterbatasan:

1) Perlu persiapan sejaak

perawatan kehamilan agar

segera menyusui dalam

30menit pasca persalinan

2) Mungkin sulit dilaksanakan

karena kondisi social

3) Tidak melindungi terhadap

IMS termasuk virus hepatitis

B/HBV/AIDS
Gambar 3.4 Kontrasepsi Metode MAL

f. Metode Simptothermal

Metode Simptothermal

merupakan metode keluarga

berencana alamiah (KBA) yang

mengidentifikasi masa subur dari

siklus menstruasi Wanita.

Metode simptothermal

mengkombinasikan metode suhu

basal tubuh dengan mukosa


serviks. Metode Simptothermal

akan lebih akurat memprediksikan

hari aman pada Wanita daripada

menggunakan salah satu metode

saja. Ketika menggunakan metode

ini bersama – sama, maka tanda –

tanda dari satu dengan yang

lainnya akan saling melengkapi.

Manfaat:

Metode simptotherlmal memiliki

manfaat sebagai alat kontrasepsi

maupun konsepsi

1) Manfaat kontrasepsi metode

simptothermal digunakan
sebagai alat kontrasepsi atau

menghindari kehamilan dengan

tidak melakukan hubungan

seksual Ketika berpotensi subur

(pantang saat nasa subur).

2) Manfaat konsepsi metode

simptothermal digunakan

sebagai konsepsi atau

menginginkan kehamilan

dengan melakukan hubungan

seksual ketika berpotensi subur.

Keuntungan:
1) Tidak ada efek fisik seperti obat

– obatan, alat, bahan kimia atau

operasi yang dibutuhkan.

2) Aman.

3) Ekonomis.

4) Meningkatkan hubungan

Kerjasama antar pasangan.

5) Dapat langsung dihentikan

apabila pasangan menginginkan

kehamilan.

6) Tidak memerlukan tidak lanjut

atau alat kontrasepsi lain seperti

setelah belajar Metode

simptothermal dengan benar.


Keterbatasan:

1) Tidak cocok digunakan oleh

wanita yang mempunyai bayi,

berpenyakit, pasca perjalanan

maupun berkonsumsi alkohol.

2) Metode simptothermal kurang

efektif karena pengguna harus

mengamati dan mencatat suhu

basal tubuh maupun perubahan

lendir serviks.

3) Memerlukan kerjasama antar

suami istri.
4) Pengguna harus mendapatkan

pelatihan atau instruksi yang

benar.

Gambar 3.5 Kontrasepsi Metode


Simtothermal
IV

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Program KB adalah bagian yang

terpadu (integral) dalam program

pembangunan nasional dan bertujuan

untuk memncipatakan kesejahteraan

ekonomi, spiritual dan sosial budaya

penduduk indonesia agar dapat dicapai

keseimbangan yang baik dengan dengan

kemampuan produksi nasional.

Kontrasepsi metode alami merupakan

kontrasepsi yang dilakukan tanpa

menggunakan alat atau obat-obatan

apapun. Seperti tehknik pantang berkala,


metode kalender, suhu basal, lendir

serviks, MAL, dan simtothermal.

B. SARAN

Berdasarkan hasil karya tulis yang

kami buat yang berjudul serba-serbi KB

alami maka saran yang dapat penulis

sarankan adalah:

1. Bagi Universitas Nurul Jadid

Diharapkan buku ini dapat menjadi

bahan ajar bagi adik-adik dan sebagai

acuan pada karya tulis selanjutnya.


2. Bagi pembaca

Diharapkan buku ini dapat bermanfaat

bagi pembaca serta dapat memahami

apa yang penulis tuangkan.

3. Bagi penulis

Penulis berharap dapat

mengembangkan ilmu yang diperoleh

selama pendidikan dan mohon maaf

apabila ada salah kata atau penulisan

dalam karya tulis ini.


DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, dkk. 2021. Pelayanan Kontrasepsi.


Yayasan Menulis.
Anggraeni, Y. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana.
Yogyakarta: Rohima Press.
Baziad, A. 2012. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta: PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
BBKN. Kebijakan Program Kependudukan, Keluarga
Berencana, dan Pembangunan Keluarga.
Bkkb. 2016;(April):
Ema Pristi Yunita. (2019). Penggunaan Kontrasepsi
Dalam Praktik Klinik dan Komunitas.
Malang: UB Press.
Indahwati Liilik D. Usia dan Pengalaman KB
Berhubungan Dengan Pemilihan Metode
Kontrasepsi. J Issues Midwifery. 2017.
Irianto, Koes. Pelayanan Keluarga Berencana Dua
Anak Cukup. Bandung: Alfabeta, 2014.
Jannah, Nurul. Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga
Berencana. 1 st ed. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC; 2017.
Manik, M.R, dkk. 2022. Tingkat Pengetahuan Ibu
Menyusi Tentang KB Alamiah Metode
Amenorea Laktasi di Klinik Bidan Kritiana
Perumnas Kalsi Kota Sidikalang Tahun
2021. Vol 1, Medan: Health Caring.
Marmi. Buku Ajar Pelayanan KB. Sujono Riyadi
S.Kep, Ns mk, editor. Yogyakarta: Pustaka
Belajar; 2016. 83 – 84.
Matahari Ratu, dkk. (2018). Buku Ajar Asuhan
Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka
Ilmu.
Mega, dkk. 2017, Asuhan Kebidanan Keluarga
Berencana. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Mulyani. Keluarga Berencana dan alat kontrasepsi.
Yogyakarta: Nuha Medika; 2013.
Ratu Matahari, S. F. (2018). Buku Ajar Keluarga
Berencana dan Kontrasepsi. Yogyakarta: CV.
Pustaka Ilmu Group Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai