Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH EPIDEMILOGI KESEHATAN REPRODUKSI

“Epidemiologi Kesehatan Reproduksi”

Oleh :

Kelompok 11
Devhani Fitri 1711213022
Siti Khadijah Rangkuti 1711211018

DEPARTEMEN KESEHATAN REPRODUKSI

BIDANG STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
KATA PENGATAR
Puji syukur senantiasa ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
karunia nikmat dan rahmat bagi umat-Nya atas Ridho-Nya sehingga dapat menyusun
makalah ini dengan sebaik-baiknya sehingga makalah ini dapat dibuat tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun secara ringkas sesuai dengan yang ada dibuku dan beberapa
sumber lainnya. Adapun isi dari ringkasan ini memuat tentang “Epidemiolog Kesehatan
Reproduksi”.
kelompok menyadari bahwa kehadiran makalah penulis ini tidak lepas dari kekurangan
dan ketidak sempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun selalu kelompok
harapkan sehingga kelompok nantinya dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas
makalah yang berikutnya.

Padang, April 2020

Kelompok 11

2
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR..............................................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................4

1.2.1 Bagaimana pengertian dan tujuan studi epidemiologi kesehatan reproduksi ?...............4

1.2.2 Bagaimana ruang lingkup penelitian epidemiologi kesehatan reproduksi ?.................4

1.2.3 Darimana sumber data epidemiologi kesehatan repoduksi ?..........................................4

1.3 TUJUAN PENULISAN.........................................................................................................4

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dan studi epidemiologi kesehatan reproduksi.................4

1.3.2 Untuk mengetahui sumber data epidemiologi kesehatan reproduksi..............................4

1.3.3 Untuk mengetahui ruang lingkup penelitian epidemiologi kesehatan reproduksi..........4

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................5

2.1 Pengertian dan Tujuan Epidemiologi Kesehatan Reproduksi................................................5

2.2 Ruang Lingkup Penelitian Kesehatan Reproduksi...............................................................13

2.3 Sumber Data Epidemiologi Kesehatan Reproduksi.............................................................18

BAB III PENUTUP.............................................................................................................................25

3.1 KESIMPULAN....................................................................................................................25

3.2 SARAN................................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................26

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kesehatan reproduksi menurut WHO (World Health Organization) adalah
suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh. Bukan hanya bebas dari
penyakit atau kekacauan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi dan prosesnya. Tapi pada saat sekarang ini banyak terdapat
masalah-masalah kesehatan reproduksi yang mengganggu tercapainya tujuan
kesehatan reproduksi itu sendiri.

Dewasa ini kesehatan reproduksi (kespro) mendapat perhatian khusus secara


global sejak diangkatnya isu dalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan
dan Pembangunan. Di Indonesia pun kespro mendapat perhatian khusus dari
pemerintah, mengingat banyak masalah-masalah kespro terjadi di masyarakat.
Angka kematian ibu dan bayi yang tinggi, kurangnya pengetahuan remaja tentang
kespro yang akibatnya dapat terjadi kehamilan dan aborsi serta jumlah kasus HIV
yang tidak bisa dihambat.Masalah-masalah kesehatan reproduksi tersebut seperti
komplikasi kehamilan dan persalinan. Untuk memecahkan masalah tersebut perlu
dilakukan identifikasi, analisis, perencanaan dan evaluasi. Sehingga diperlukan
metode epidemiologi dalam kesehatan reproduksi

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Bagaimana pengertian dan tujuan studi epidemiologi kesehatan reproduksi ?

1.2.2 Bagaimana ruang lingkup penelitian epidemiologi kesehatan reproduksi ?

1.2.3 Darimana sumber data epidemiologi kesehatan repoduksi ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dan studi epidemiologi kesehatan reproduksi

1.3.2 Untuk mengetahui sumber data epidemiologi kesehatan reproduksi

1.3.3 Untuk mengetahui ruang lingkup penelitian epidemiologi kesehatan reproduksi

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Tujuan Epidemiologi Kesehatan Reproduksi


Penelitian epidemiologi adalah penelitian mengenai kesehatan dan masalah-
masalah kesehatan di populasi. Penelitian Epidemiologi Kesehatan Reproduksi adalah
penelitian kesehatan mengenai masalah kesehatan reproduksi di populasi.

Tujuan penelitian epidemiologi kesehatan reproduksi :

1. Menggambarkan status kesehatan reproduksi pada populasi


2. Menentukan penyebab dari masalah kesehatan reproduski
3. Memperkirakan kejadian suatu masalah kesehatan reproduksi dalam populasi
4. Mengawasi terjadinya suatu masalah kesehatan reproduksi melalui usaha
pencegahan dan pengobatan.
A. Studi Deskriptif

Studi epidemiologi deskriptif adalah suatu studi terhadap jumlah dan distribusi
penyakit, kondisi, cedera, ketidak mampuan, dan kematian dalam populasi. Pada studi
ini harus mengkaji semua variabel yang terdiri dari 3 aspek yaitu :

1) Waktu

Variabel waktu dijawab melalui investigasi dan penelitian terhadap semua aspek
elemen waktu yang berhubungn dengan penyebab, kejadian luar biasa, penyebaran,
distribusi, dan perjalan penyakit serta kondisi. Distribusi kejadian penyakit ini
dinyatakan dalam bulanan atau tahunan. Ada 2 macam perubahan dalam distribusi
penyakit yang dapat diidentifikasi menurut waktu, yaitu :

a. Seculer trends, yaitu perubahan atau variasi frekuensi kejadian penyakit dalam
jangka panjang

b. Cyclic change, perubahan yang terjadi secara periodic dalam satu tahun, atau
lebih. Fluktuasi jangka pendek sering ditemukan dalam epidemik penyakit

2) Tempat

Variabel tempat berkaitan dengan lokasi sumber penyakit secara geografis, lokasi
saat terjadinya infeksi atau terjadinya cedera dan pengklasteran kasus. Distribusi
6
penyakit menurut tempat dinyatakan menurut suatu lokasi yang dibatasi oleh batas-
batas alam atau batas administrasi pemerintahan. Batas alami memeliki arti dalam
kaitannya dengan pemahaman etiologi penyakit.

3) Manusia (Orang)

Variabel manusia perlu diselidiki dan dianalisis tentang banyaknya kerusakan yang
ditimbulkan oleh penyakit tersebut pada kehidupan dan penderitan manusia. Variabel
ini dipengaruhi oleh penyebaran, distribusi, dan perjalanan penyait serta kondisi,
berbagai pola perilaku, dan berbagai keyakinan. Beberapa karakteristik penting yang
secara rutin diperhatikan dalam mempelajari distribusi kejadian penyakit menurut orang
adalah umur dan jenis kelamin. Angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian
(mortalitas) umumnya berhubungan dengan umur dan jenis kelamin.

Sebagai contoh ibu hamil dengan usia > 35 tahun mempunyai faktorresiko lebih
besar atau rentan mengalami keguguran dan cacat janin dibandingkan < 35 tahun.

Epidemiologi deskriptif akan menjawab :

1. What, yaitu masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat dan berapa besarnya
masalah kesehatan masyarakat, maka jawabannya akan menyusun masalah
kesehatan.

2. Who, yaitu siapa yang terkena masalah kesehatan.Tentunya yang terkena masalah
kesehatan masyarakat adalah masyarakat atau sekelompok manusia yang menjadi
host penyakit. Manusia yang akan dibahas adalah karakteristiknya, meliputi jenis
kelamin, usia, paritas, agama, ras, genetika, tingkat, pendidikan, penghasilan, jenis
pekerjaan, jumlah keluarga, dan lain-lain.

3. When, yaitu kapan masyarakat terkena masalah kesehatan. Jawabannya adalah


menjelaskan waktu ( time ) dengan karakteristik periode penyakit/gangguan
kesehatan jangka pendek (ukuranya detik, menit, jam, hari, minggu), jangka
panjang (bulan, tahun), perode musiman dan lain-lain.

4. Where, yaitu dimana masyarakat terkena masalah kesehatan. Jawabannya adalah


menjelaskan tempat (place) dengan karakteristik tempat tinggal, batas
geografis,desa-kota, batas administratif dan lain-lain.

7
Metode yang digunakan untuk mempelajari epidemiologi deskriptif adalah
surveilans epidemiologi, screening, studi prevalensi, penelitian deskriptif, penyelidikan
wabah. Surveilans epidemiologi adalah pengamatan yang dilakukan secara terus
menerus untuk menentukan tindakan terhadap masalah yang diemukan. Screening
adalah kegiatan untuk mendeteksi dini suatu penyakit/masalah kesehatan yang secara
klinis belum ditegakkan diagnosisnya. Penilitian deskriptif adalah studi epidemiologi
yang bertujuan menggambarkan masalah kesehatan (pola distribusi penyakit)
berdasarkan variabel orang, tempat dan waktu tanpa mencari faktor-faktor
penyebabnya. Indikator yang digunakan mencakup faktor-faktor sosio-demografi
(umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaan), gaya hidup (pola/jenis
makanan, pemakaian obat-obatan, perilaku seksual).

 Ciri – ciri studi Deskriptif :

a. menggambarkan karateristik individu saat ini atau masa lampau dengan


outcome dan/atau exposure tertentu. Selain itu juga, menentukan insiden
dan prevalen dari suatu outcome atau exposure;
b. hanya mempelajari satu kelompok, tidak ada kelompok pembanding;
c. tidak ada kesimpulan yang dapat ditarik mengenai hubungan anatar exposure
dan outcome
 Keuntungan studi Deskriptif :
a. Data relative mudah didapat
b. Biaya pengumpulan lebih murah
c. Umumnya data sudah tersedia
d. Masalah eteik minimal karena peneliti tidak menentukan pelayanan kesehatan
mana yang diterima individu
 Kerugian Studi Deskriptif :
a. tidak ada kelompok pembanding, karena itu peneliti tergantung kepada studi-
studi sebelumnya atau pendapat ahli-ahli mengenai perbandingan ini. Untuk
mendapatkan apakah hasil studinya lebih baik/buruk dari apa yang diharapkan
atau lebih baik/buruk bila responden yang dipelajari tidak mendapat
pengobatan.
b. Pernyataan mengenai hubungan sebab-akibat haruslah berhati- hati. Suatu
hubungan mungkin terdapat antara X dan Y, hampir selalu peneliti
mengusulkan agar dilakukan penelitian analitik untuk mempelajari hubungan

8
sebab-akibat.

B. Studi Analitik
Epidemiologi analitik merupakan studi epidemiologi yang ditujukan untuk mencari
faktor-faktor penyebab timbulnya penyakit atau mencari penyebab terjadinya variasi
yaitu tinggi atau rendahnya frekuensi penyakit pada kelompok individu. Epidemiologi
analitik adalah epidemiologi yang menekankan pada pencarian jawaban terhadap
penyebab terjadinya frekuensi, penyebaran serta munculnya suatu masalah
kesehatan. Studi analitik digunakan untuk menguji hubungan sebab akibat dan
berpegangan pada pengembangan data baru. Kunci dari studi analitik ini adalah untuk
menjamin bahwa studi di desain tepat sehingga temuannya dapat dipercaya (reliabel)
dan valid.

Penelitian eksperimen merupakan metode yang paling kuat untuk mengungkapkan


hubungan sebab akibat. Epidemiologi analitik menguji hipotesis dan menaksir
(mengestimasi) besarnya hubungan / pengaruh paparan terhadap penyakit. Studi
analitik merupakan studi epidemiologi yang menitikberatkan pada pencarian hubungan
sebab (faktor-faktor resiko) – akibat (kejadian penyakit).  Studi epidemiologi analitik adalah
studi epidemiologi yang menekankan pada pencarian jawaban tentang penyebab terjadinya masalah
kesehatan (determinal), besarnya masalah/ kejadian (frekuensi), dan penyebaran serta munculnya
masalah kesehatan (distribusi) dengan tujuan menentukan hubungan sebab akibat anatara faktor
resiko dan penyakit.

 Tujuan Studi Epidemilogi Analitik


a. Menjelaskan faktor risiko dan kausa penyakit
b. Meprediksi kejadian penyakit
c. Memberikan saran strategi interfensi yang efektif untuk pengendalian penyakit
 Jenis Studi Epidemiologi Analitik
1) STUDI OBSERVASIONAL

Rancangan cross sectional adalah suatu rancangan epidemiologi yang


mempelajari hubungan penyakit dan faktor penyebab yang mempengaruhi penyakit
tersebut dengan mengamati status faktor yang mempengaruhi penyakit tersebut
secara serentak pada individu atau kelompok pada satu waktu. Penelitian cross
sectional adalah suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor

9
resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu
yang sama.
 Langkah – Langkah :
a. Mengidentifikasi variable penelitian dan mengidentifikasi resiko dan faktor
resiko
b. Menetapka subjek penelitian
c. Melakukan observasi atau pengukuran variabel-variabel yang merupakan faktor resiko dan
efek sekaligus berdasarkan status keadaan variabel pada saat itu (pengumpulan data)
d. Melakukan analisi korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar kelompok-kelompok
hasil observasi (pengukuran)

 Ciri Khas :
a. Peneliti melakukan observasi / pengukuran variabel pada suatu saat tertentu.
b. Status seorang individu atas ada atau tidaknya kedua faktor baik pemajanan
(exposure) maupun penyakit yang dinilai pada waktu yang sama.
c. Hanya menggambarkan hubungan aosiasi bukan sebab akibat.
d. Apabila penerapannya pada studi deskriptif, peneliti tidak melakukan tindak
lanjut terhadap pengukuran yang dilakukan.

 Kelebihan :
a. Mudah dilaksanakan
b. Sederhana
c. Ekonomis dalam hal waktu
d. Hasilnya dapat diperoleh dengan cepat
e. Dalam waktu bersamaan dapat dikumpulkan banyak variable

 Kekurangan :
a. Diperlukan subjek penelitian yang besar
b. Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akurat
c. Tidak valid dalam meramalkan suatu kecendrungan
d. Kesimpulan korelasi faktor risiko dengan efek paling lemah bila dibandingkan
dengan dua rancangan epidemiologi yang lain

10
Contoh : hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan Berat Badan Bayi Lahir (BBL)
dengan menggunakan rancanagn atau pendekatan cross sectional.

2) Case Control
Kasus Kontrol adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari
hubungan antara penyebab suatu penyakit dan penyakit yang diteliti dengan
membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status
penyebab penyakitnya. Penelitian case control adalah suatu penelitian (survey)
analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari dengan menggunakan
pendekatan retrospektif.
 Tahap – Tahap Penelitian Case Control :
a. Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor resiko dan efek.
b. Menetap objek penelitian
c. Identifikasi kasus
d. Pemilihan subjek sebagai control
e. Melakukan pengukuran retrospektif (melihat kebelakang)
f. Melakukan analisis degan membandingkan proporsi antara variable objek
penelitian dengan variable control.

 Kelebihan rancangan case control :


a. Merupakan salah satu cara untuk meneliti kasus jarang atau laten yang
panjang
b. Hasil dapat diperoleh dengan cepat
c. Biaya yang dibutuhkan relatif sedikit
d. Subjek penelitian sedikit
e. Dapat melihat hubungan bebrapa penyebab terhadap suatu akibat
f. Adanya pembatasan atau pengendalian faktor resiko sehingga hasil penelitian
lebih tajam dibanding dengan hasil rancangan cross sectional

 Kekuragan :
a. Sulit menentukan kontrol yang tepat
b. Validasi mengenai informasi kadang sukar diperoleh
c. Sukar untuk menyakinkan dua kelompok tersebut sebanding

11
d. Tidak dapat dipakai lebih dari satu variabel dependen
e. Tidak dapat diketahui efek variabel luar karena secara teknis tidak dapat
dikendalikan
Contoh : Hubungan antara malnutrisi (kekurangan gizi) pada balita dengan prilaku
pemberian makanan oleh ibu.

3) Kohort
Kohort adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan antara
penyebab dari suatu penyakit dan penyakit yang diteliti dengan membandingkan kelompok
terpajan dan kelompok yang tidak terpajan berdasar status penyakitnya. Penelitian kohort adalah
suatu penelitian yang digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dengan
faktor efek melalui pendekatan longitudinal kedepan atau prospektif
 Langkah – langkah :
a. Identifikasi faktor risiko dan efek
b. Menetapkan subjek penelitian
c. Pemilihan subjek dengan faktor risiko positif dan efek negative
d. Memilih subjek yang akan menjadi anggta kelompok control
e. Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang ditentukan, selanjutnya
mengidentifikasi timbul tidaknya efek pada kedua kelompok
f. Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapat efek positif dengan
subjek yang mendapat efek negatif baik pada kelompok risiko positif maupun kelompok
control

 Kekurangan :
a. Memerlukan waktu yang lama
b. Biaya mahal
c. Kurang efisien untuk kasus yang jarang
d. DO tinggi
e. Terkadang dapat menimbulkan masalah etika
f. Hanya mengamati satu faktor penyebab

 Kelebihan :

12
a. Merupakan desain terbaik dalam menentukan insiden perjalanan penyakit atau
efek yang diteliti.
b. Desain terbaik dalam menerangkan dinamika hubungan antara faktor resiko
dengan efek secara temporal.
c. Dapat meneliti beberapa efek sekaligus
d. Baik untuk evaluasi pemajan yang jarang.
e. Dapat meneliti multipel efek dari satu pemajan.
f. Dapat menetapkan hubungan temporal.
g. Mendapat incidence rate
h. Biasnya lebih kecil
Contoh : membuktikan adanya hubungan antara cancer (Ca) servix (efek) dengan ketidak
pedulian penggunaan kondom pada orang IMS dengan menggunakan pendekatan atau rancangan
prospektif.

2) EKSPERIMENTAL
Rancangan studi eksperimen adalah jenis penelitian yang dikembangkan untuk
mempelajari fenomena dalam kerangka korelasi sebab-akibat. rancangan studi ini
digunakan ketika peneliti atau oranglain dengan sengaja memperlakukan berbagai
tingkat variabel independen kepada subjek penelitian dengan tujuan mengetahui
pengaruh variabel independen tersebut terhadap variabel dependen. Berdasarkan
penelitian tersebut studi eksperimen (studi perlakuan atau intervensi dari situasi
penelitian ) terbagi dalam dua macam yaitu rancangan eksperimen murni dan quasi
eksperimen.
A. Rancangan Eksperimental murni
Eksperimen murni adalah suatu bentuk rancangan yang memperlakukan dan
memanipulasi sujek penelitian dengan kontrol secara ketat.
- Ciri – ciri penelitian eksperimental :
1. Ada perlakuan, yaitu memperlakukan variabel yang diteliti (memanipulasi suatu
variabel).
2. Ada randominasi, yaitu penunjukan subjek penelitian secara acak untuk
mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian
3. Semua variabel terkontrol, eksperimen murni mampu mengontrol hampir semua
pengaruh faktor penelitian terhadap variabel hasil yang diteliti

13
B. Quasi Eksperimen
Quasi Eksperimen (eksperimen semu) adalah eksperimen yang dalam mengontrol
situasi penelitian tidak terlalu ketat atau menggunakan rancangan tertentu dan atau
penunjukkan subjek penelitian secara tidak acak untuk mendapatkan salah satu dari
berbagai tingkat faktor penelitian
- Ciri Quasi eksperimen :
1. Tidak ada randominasi, yaitu penunjukkan sujek penelitian secara tidak acak
untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian. Hal ini
disebabkan karena ketika pengalokasian faktor penelitian kepada subjek penelitian
tidak mungkin, tidak etis, atau tidak praktis menggunakan randominasi.
2. Tidak semua variabel terkontrol karena terkait dengan pengalokasian
faktor penelitian kepada subjek penelitian tidak mungkin, tidak etis, atau tidak
praktis menggunakan randominasi sehinggasulit mengontrol variabel secara ketat.

2.2 Ruang Lingkup Penelitian Kesehatan Reproduksi


Kesehatan reproduksi sangat luas sehingga diperlukan suatu lingkup yang
fokus ketika melakukan peneltian atau pengkajian yang lebih dalam. Lingkup yang
ada dalam kesehatan reproduksi adalah:

1. Kajian mengenai perkembangan seksual


2. Kajian mengenai kegiatan seksual
3. Kajian mengenai kontrasepsi
4. Kajian mengenai fertilitas
5. Kajian mengenai kehamilan tang tidak dikehendaki
6. Kajian mengenai abortus
7. Kajian mengenai mortalitas/morbiditas yang disebabkan dampak negatif
kesehatan reproduksi
8. Kajian mengenai alat reproduksi laki-laki dan wanita
9. Kajian mengenai layanan kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana

Menurut depkes RI (2001) ruang lingkup kesehatan reproduksi sebenarnya


sangat luas, sesuai dengan defenisi yang tertera karena mencakup keseluruhan
kehidupan manusia sejak lahir hingga mati. Dala uraian tentang ruang lingkup

14
kesehatan reproduksi yang lebih rinci digunakan pendekatan siklus kehidupan,
sehingga diperoleh komponen pelayanan yang nyata dan dapat dilaksanakan.

Secara lebih luas, ruang lingkup kespro meliputi:

1. Kesehatan ibtu dan bayi baru lahir


2. Keluarga Berencana
3. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi termasuk PMS-
HIV/AIDS
4. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi
5. Kesehatan Reproduksi Remaja
6. Pencegahan dan Penanganan Infertilitas
7. Kanker pada Usia Lanjut dan Oseoporosis
8. Berbagi aspek Kesehatan Reproduksi lain misalnya kanker serviks, mutilasi
genetalia, fistula dan lain-lain.

Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup kesehatan


reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan
kebutuhan penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta
kesinambungan antar fase kehidupanyang dapat diperkirakan, yang bila tak ditangani
dengan baik maka dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya.

Pendekatan ruang lingkup kespro dalam beberapa dalam fase kehidupan meliputi:

a. Kontrasepsi
b. Bayi dan anak
c. Remaja
d. Usia subur
e. Usia lanjut

Penanganan Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi pada setiap Fase Kehidupan

1. Kontrasepsi
a. Perlakuan sama terhadap laki-laki dan perempuan
b. Pelayanan antenatal, persalinan aman dan nifas serta pelayanan bayi baru lahir
c. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: pengutamaan jenis kelamin, BBLR,
kurang gizi

15
d. Pendekatan pelayanan antenatal, promosi kesehatan pencegahan penyakit.

2. Bayi dan Anak


a. ASI Ekslusif dan penyapihan yang layak
b. Tumbuh kebang anak, pemberian makanan dengan gizi seimbang
c. Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit
d. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan
e. Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan
f. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: pengutamaan jenis kelamin, sunat
perempuan, kurang gizi, kesakitan dan kematian BBLR, penyakit lain disemua
usia dan kekerasan
g. Pendekatan yang dilakukan: pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan,
pelayanan kesehatan primer, imunisasi, pelayanan antenatal, persalinan, posnatal
menyusui serta pemberian suplemen dan lain-lain

Asuhan yang diberikan: 1) ASI Ekslusif, 2) tumbuh kembang anak dan pemberian
makanan dengan gizi seimbang, 3) imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit, 4)
pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan, 5) pendidikan dan
kesempatan yang sama apda anak laki-laki dan perempuan

3. Remaja
Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sapai 19 tahun dan merupakan
peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Peristiwa terpenting yang terjadi
pada gadis remaja adaah datangnya haid pertama yan dinamakan menarche. Secara
tradisi, menarche dianggap sebagai tanda kedewasaan, dan gadis yang mengalaminya
dianggap sudah tiba waktunya untuk melakukan tugas-tugas sebagai wanita dewasa,
dan siap dinikahkan. Pada usia ini tubuh wanita mengalami perubahan dramatis,
karena mulai emproduksi hormon-hormon seksual yang akan memperngaruhi
pertumbuhan dan perkembangan sistem reproduksi.
a. Gizi seimbang
b. Informasi tentang kesehatan reproduksi
c. Pencegahan kekerasan, termasuk seksual
d. Pencegahan terhadap ketergantungan napza
e. Perkawinan pada usia yang wajar
f. Pendidikan dan peningkatan keterampilan

16
g. Peningkatan penghargaan diri
h. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman.
i. Masalah yang ditemui meliputi: seks komersial, pelecehan seksual,
penyalahgunaan obat, kekerasan gender, praktik tradisional berbahaya, aborsi
tidak aman, ISR/HIV/AIDS
j. Pendekatan yang dapat dilakukan meliputi: konseling tentang perubahan hukum
dan sosial, pendidikan kesehatan, deteksi, pencegahan, pengobatan, kontrasepsi
yang sesuai, pemberian suplemen, pendidikan dalam keluarga dan lain-lain.

Asuhan yang diberikan; 1) gizi seimbang, 2)informasi tentang kespro, 3) pencegahan


kekerasan seksual, 4) pencegahan terhadap ketergantungan napza, 5) perkawinan pada
usia wajar dan 6) peningkatan pendidikan ,keterampilan, penghargaan diri dan
pertahanan terhadap godaan dan ancaman.

4. Usia subur
Usia dewasa muda yaitu antara umur 18 sampai 40 tahun, sering dihubungkan
dengan masa subur, karena pada usia ini kehamilan sehat paling mungkin terjadi.
Inilah usia produktif dalam menapaki karir yang penuh kesibukan diluar rumah. Di
usia ini wanita harus lebih memperhatikan kondisi tubuhnya dalam kondisi prima,
sehingga jika terjadi kehamilan dapat berjalan dengan lancar dan bayi dapat
dilahirkan dengan sehat. Pada periode ini masalah kesehatan berganti dengan
gangguan kehamilan, kelelahan kronis akibat merawat anak dan tuntutan karir.
Kanker, kegemukan depresi dan penyakit serius tertentu mulai menggerogoti
tubuhnya.
Gangguan yang sering muncul pada usia ini, adalah endometrium yang ditandai
dengan gejala nyeri haid, kram haid, pinggul nyeri saat berhubunganseks, sakit saat
buang air besar atau buang air kecil tetapi ada juga yang tidak mengalami gejala apa-
apa.
a. Kehamilan dan persalinan yang aman
b. Pencegahan kecacatan akibat kehamilan ibu dan bayi.
c. Menjaga jarak kehamilan dengan penggunaan alat kontrasepsi
d. Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
e. Pelayanan kespro yang berkualitas
f. Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional
g. Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim

17
h. Pencegahan dan manajemen infertilitas
i. Masalah yang mungkin ditemui: kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh
berbagai kondis, manutrisi atau anemia, kemandulan, pelecehan seksual dan lain-
lain
j. Pendekatan yang dapat dilakukan: pendidikan kesehatan, suplemen, konseling,
pencegahan primer, pengobatan KB, pendidikan tentang perilaku seksual yang
bertangggung jawab, pencegahan dan pengobatan IMS, pelayanan antenatal dan
lain-lain sebagainya
Asuhan yang diberikan; 1) kehamilan dan persalinan yang aman, 2) pencegahan
kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi; 3) menjaga jarak
kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan alat kontrasepsi; 4)
pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS; 5) pelayanan kespro yang berkualitas; 6)
pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi; 7) deteksi dini kanker payudara
dan leher rahim dan 8) pencegahan dan manajemen infertilitas.

5. Usia lanjut
Yang dianggap usia lanjut adalah setelah mencapai usia 60 tahun. Inilah masa
yang paling rentan diserang berbagai penyakit berat lainnya. Sangat penting bagi
wanita untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya secara teratur. Prioritas utamanya
adalah menjaga agar tunuh tetap sehat dengan mengatur pola makan yang sehat.
a. Perhatian pada problem andro pause
b. Perhatian pada penyakit utama degeneratif, termasuk rabuh, gangguan mobilitas
dan osteoporosis
c. Deteksi dini kanker rahim
d. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: penyakit sistem sirkulasi,
kekerasan, osteoporosis, kanker sakurab reproduksi, payudara atau kanker prostat,
ISR/HIV/AIDS
e. Pendekatan yang dapat dilakukan: dipengaruhi oleh pengalaan reproduksi
sebelumnya, diagnosis, informasi dan pengobatan dini.
Asuhan yang dapat diberikan; ) perhatian pada problem menopause; 2) perhatian
pada penyakit utama degeneratif termasu rabun, gangguan mobilitas dan
osteoporosis dan 3) deteksi dini kanker rahim

18
2.3 Sumber Data Epidemiologi Kesehatan Reproduksi
A. Berbagai jenis data dapat diperoleh dari berbagai sumber.
1. Sumber data dari populasi

Sumber data populasi yang cukup lengkap yaitu data sensus penduduk,
baik yang bersifat nasional maupun lokal. Data ini biasanya dikumpulkan setiap
sepuluh tahun dan diadakan pembaruan data melalui ensus antara (supas) atau
pembaruan data yang biasanya dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS).

2. Catatan peristiwa vital (vital records)

Sistem pencatatan peristiwa vital meliputi:

a. Akta kelahiran

Akta kelahiran merupakan salah satu catatan peristiwa vital yang sangat
berguna dalam analisis epidemiologi. Kegunaannyauntuk mendapatkan besarnya
penyebut (kelahiran hidup) dalam menghitung rate kejadian penyakit pada bayi
dan untuk menghitung angka kematian bayi.untuk suatu pencatatan yang lengkap
maka selain kejadian kelahiran jugasering dicantumkan bebagai hal yang bertalian
dengan kejadian kelahiran tersebut seperti kelainan pada bayi, berat badan lahir,
umur kehamilan, serta berbagai informasi yang bertalian dengan keadaan ibu
waktu hamil dan melahirkan

b. Sertifikat kematian

Sertifikat kematian merupakan salah satu bentuk pencacatan vital yang


sangat berperan dalam epidemiologi. Melalui sistem sertifikat kematian yang
lengkap, kita dapat memperoleh berbagai keterangan penyakit dan penyebarannya
menurut berbagai variabel. Di samping itu, dengan diketahuinya rate kematian
penyakit tertentu, memungkinkan kita melakukan analisis yang lebih luas tentang
keganasan, insiden, pengobatan dan perawatan. Bahkan berbagai keterangan juga
dapat dianalisis tentang perilaku sehat masyarakat dan tingkat kesehatan
masyarakat. Dalam sertifikat kematian, selain dicantumkan secara lengkap
variabel orang (umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, dan sebagainya),
waktu kejadian dan tempat kejadian, juga yang tidak kalah pentingnya adalah

19
sebab kematian. Adapun penyabab kematian yang tercantum pada sertifikat
kematian harus diteliti cara penentuannya. Hal ini disebabkan karena penentuan
penyebab kematian merupakan salinan antara konsep penyebab, ketepatan
diagnosis, sistem klasifikasi penyakit yang digunakan, dan beberapa hal lain yang
sangat bervariasi sesuai dengan perkembangan waktu. Pada sertifikat kematian,
tersedia lebih dari satu kolom untuk sebab kematian. Hal ini memungkinkan
dokter mengisi berbagai kondisi penderita sebelum meninggalatau berbagai
penyakit yang dideritanya pada saat-saat terakhir khidupan penderita tersebut
seperti pneumonia, hipertensi, perdarahan otak dan diabetes.

Dalam hal penyebab ganda seperti ini, sistem tabulasi penyebab kematian
kadang-kadang mengalami kesulitan tergantung pendapat mereka yang
menggunakannya. Umpamanya seseorang yang menderita diabetes dan meninggal
karena serangan jantung, kemungkinan besar digolongkan dalam sebab kematian
karena diabetes. Yang lebih parah lagi, bila dalam sertifikat tersebut tidak
dicantumkan nama penyakit sesuai dengan klasifikasi internasional ataupun
klasifikasi yang berlaku. Khusus untuk kejadian kematian bayi dalam kandungan
(fetal death) pelaporannya sama dengan pelaporan kematian bila usia kehamilan
mencapai lebih dari 28 minggu. Namun demikian, sebagian besar kematian
maupun kelahiran bayi seperti tersebut di atas, di Indonesia, sangat jarang
dilaporkan sehingga memberikan angka yang sangat rendah dari seharusnya.

3. Pelaporan dan pencatatan penyakit

Pelaporan dan pencatatan penyakit dilakukan dalam beberapa bentuk antara lain:

a) Pencatatan dan pelaporan rutin melalui berbagai sarana pelayanan kesehatan


(puskesmas, rumah sakit, dsb)
b) Sistem pencatatan dan pelaporan khusus antara lain: berbagai jenis penyakit
menular tertentu melalui sistem surveilans epidemiologi serta survei kesehatan
pada berbagai tingkatan.

Pelaporan penyakit menular tertentu dilakukan secara teratur setiap


minggu melalui surveilans penyakit menular. Sedangkan penyakit lainnya yang
belum masuk dalam sistem surveilans dilaporkan secara teratur melalui laporan
bulanan. Pencatatan dan pelaporan penyakit emnular tertentu terutama penyakit

20
yang mempunyai potensi mewabah dimaksudkan untuk mendapatkan informasi
terus menerus dalam usaha mencegah terjadinya wabah, selain digunakan untuk
penyusunan dan evaluasi program. Pencatatan dan pelaporan penyakit tidak
menular, umumnya, dilakukan melalui laporan bulanan yang dilakukan melalui
berbagai pusat pelayanan kesehatan. Demikian pula dengan penyakitgangguan
jiwa, dibuatkan sistem pencatatan dan pelaporan tersendiri. Keseluruhan laporan
tesebut di atas selain dianalisis pada tingkat pelayanan kesehatan di Puskesmas,
Rumah Sakit dan pada tingkat kabupaten serta dinas kesehatan provinsi, juga
dilakukan analisis terpusat pada Pusat Pengolahan Data di Departemen Kesehatan.
Hasil dari masing-masing analisis data tersebut digunakan untuk kepentingan
perencanaan dan evaluasi program kesehatan masyarakat.

4. Survei kesehatan

Tujuan dari survei kesehatan yaitu:

a) Untuk menjadi salah satu pedoman perencanaan dan evaluasi program


kesehatan masyarakat dan peranan swadaya masyarakat dalam bidang
kesehatan.
b) Untuk memperkirakan kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat termasuk
fasilitas dan tenaga.
c) Untuk menyediakan data bagi kebutuhan pendididkan dan penelitian
kesehatan masyarakat.

B. Cara Pengumpulan Data

Karena perlunya mendapatkan data yang akurat, diperlukan desain dan metode
pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara atau sumber pengumpulan
data, seperti :

1) Menurut cara pengumpulannya :


 Langsung : dengan wawancara person dengan person, pengumpulan data
berhadapan langsung dengan sumber informasi.
 Tidak langsung : melalui telfon atau surat, jadi melalui media atau alat/cara
tertentu untuk mencapai responden.
2) Menurut sumber pengumpulannya :

21
a) Data primer : Data yang dikumpulkan langsung oleh pihak yang
memerlukannya dari tangan pertama (responden) atau subjek penelitian. Seperti
hasil wawancara, pengisian kuesioner (angket), observasi dan lain-lain :
1. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui


tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti
terhadap nara sumber atau sumber data. Wawancara pada penelitian sampel besar
biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin
menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil
teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya
penelitian kualitatif). Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka maupun
melalui telpon.

Beberapa kelebihan wawancara :

 Bisa membangun hubungan dan memotivasi responden


 Bisa mengklarifikasi pertanyaan, menjernihkan keraguan, menambah
pertanyaan baru
 Bisa membaca isyarat non verbal
 Bisa memperoleh data yang banyak

Sementara kekurangannya adalah :

 Membutuhkan waktu yang lama


 Biaya besar jika responden yang akan diwawancara berada di beberapa daerah
terpisah
 Responden mungkin meragukan kerahasiaan informasi yang diberikan
 Pewawancara perlu dilatih
 Bisa menimbulkan bias pewawancara
 Responden bias menghentikan wawancara kapanpun
2. Angket

Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan


dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang
lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya.Meskipun terlihat mudah, teknik

22
pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika respondennya cukup
besar dan tersebar di berbagai wilayah.Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran terkait dengan prinsip penulisan
angket, prinsip pengukuran dan penampilan fisik. Prinsip Penulisan angket
menyangkut beberapa faktor antara lain :

 Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur
maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
 Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden.
Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris
pada responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.
 Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya
jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup
maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.

3. Observasi

Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak


hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat
digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi).
Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang
tidak terlalu besar.

a) Participant Observation

Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam


sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data. Misalnya
seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku
siswa, semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar
guru, dsb.

b) Non participant Observation

Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan


observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses
yang sedang diamati.Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan

23
memperoleh data yang mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari
luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam peristiwa.Alat yang
digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar cek list, buku catatan,
kamera photo, dan lain lain.

c) Data sekunder:
Data diperoleh dari pihak yang sudah mengumpulkan data itu sebelumnya
dimana pembaca data tinggal langsung membaca atau memperolehnya secara
tertulis dari pengumpul data pertama. Misalnya untuk membaca jumlah penduduk
Indonesia, datanya tidak perlu dikumpul oleh orang per orang atau instansi tetapi
langsung dapat diperoleh dan dibaca dari Biro Pusat Statistik (BPS) berdasarkan
data sensus penduduk yang diperolehnya.

C. MASALAH DALAM PENGUMPULAN DATA

Masalah data tidak hanya menyangkut bagaimana mendapatkan data. Data


yang diperoleh belum tentu selalu sesuai dengan keinginan pihak yang
memerlukannya. Masalah data dapat mencakup, selain masalah memperolehnya,
juga membaca, menginterpretasi dan menyebar-luaskannya. Untuk mendapatkan,
membaca maupun menginterpretasikan suatu data tidak jarang ditemukan berbagai
macam kendala.

Kemungkinan kesulitan dalam menghadapi data dapat berupa :

a. Tidak tersedianya atau kesulitan memperoleh data yang diinginkan

b. Ketidak-lengkapan data. Antara data yang sudah tersedia dengan informasi yang
dibutuhkan sangat sering terjadi kesennjangan. Karena itu mungkin diperlukan usaha
tambahan untuk menjajaki berbagai sumber data atau bahkan terkadang
mengharuskan pengumpulan data sendiri.

c. Ketidakserasian data yang diperoleh dari berbagai sumber. Bahkan mungkin saja
terjadi semacam kontroversi mengenai suatu data yang diperoleh dari berbagai
sumber.

24
d. Kemungkinan bias/kesalahan. Diperlukan teknik pengambilan dan proses
pengambilan yang tepat untuk menghindari kemungkinan kesalahan, baik karena
keasalahan sumber atau pengambilannya.

e. Pola penyakit yang memungkinkan sulitnya mendapatkan kasus, karena banyaknya


kasus yang sebenarnya tersembunyi. Yang tampak hanya sebagian saja, yang
sebenarnya lebih banyak yang tersembunyi. Keadaan ini biasa disebut sebagai
fenomena gunung es .

25
BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Konsep epidemiologi kesehatan reproduksi adalah untuk mengetahui frekuensi,
distribusi dan determinan dari penyakit kesehatan reproduksi. Metode epidemiologi
digunakan dalam kesehatan reproduksi adalah untuk mengidentifikasi, menganalisis,
membuat perencanaan dan evaluasi penyakit dan masalah kesehatan reproduksi.
Ruang lingkup tersebut adalah kajian mengenai : Perkembangan seksual, kegiatan
seksual, kontrasepsi, fertilitas, kehamilan yang tidak dikehendaki, abortus.

3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu kritik dan saran dari para pembaca sangat dibutuhkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita
semua. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

26
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul. 1999. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : Binarupa Aksara

Budiarto, Eko. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : EGC

Marmi,S.ST,M.Kes. 2013.Kesehatan Reproduksi.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

27
1

Anda mungkin juga menyukai