Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT

“Manajemen Surveilans Kesehatan Masyarakat”

DI SUSUN OLEH:

AUDYA FITRI HANDAYANI (20011122)

DOSEN PENGAMPU:

DR. NURVI SUSANTI,SKM, M.KES

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HANGTUAH PEKANBARU

PEKANBARU

2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya haturkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan banyak nikmat dan hidayah sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ Manajemen Surveilans Kesehatan Masyarakat ” dengan
baik.

Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya sampaikan banyak terimakasih
kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam
penyelesaian modul ini. Diluar itu penyusun sebagai manusia biasa menyadari
sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik
dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu, dengan segala
kerendahan hati , saya selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah
ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaatnya untuk
masyarakat luas.

Pekanbaru , 5 April 2022

Audya Fitri Handayani

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I..................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..............................................................................................................4
1.1 Latar belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah.............................................................................................5
1.3 Tujuan................................................................................................................5
BAB II................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..................................................................................................................6
2.1 Landasan teori...................................................................................................6
2.2 Tujuan surveilans kesehatan masyarakat.......................................................7
2.3 Jenis-jenis surveilans.........................................................................................8
1. Surveilans Individu.............................................................................................8
2. Surveilans penyakit.............................................................................................9
3. Surveilans sindromik...........................................................................................9
4. Surveilans Berbasis Laboratorium.....................................................................10
5. Surveilans terpadu.............................................................................................11
6. masyarakat Surveilans kesehatan global............................................................12
2.4 Kegunaan surveilans kesehtan masyarakat..................................................12
2.5 Pendekatan atau Sumber Data Surveilans Kesehatan Masyarakat............13
BAB III.............................................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan......................................................................................................16
3.2 Saran................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................16

BAB I

PENDAHULUAN

3
1.1 Latar belakang

Survailans berasal dari bahasa prancis yang berarti mengamati tentang


sesuatu. Istilah ini biasanya dipakai dalam bidang penyelidikan atau intelligent
untuk mematai-matai orang yang dicurigai yang dapat menyebabkan bahaya.
Survailans kesehatan masyarakat awalnya hanya dikenal dalam bidang
epidemiologi, namun dengan berkembangnya berbagai macam teori dan aplikasi
diluar bidang epidemiologi, maka survailans menjadi cabang ilmu tersendiri yang
diterapkan luas dalam kesehatan masyarakat. Survailans sendiri mencakup
morbiditas, mortalitas, masalah gizi, demografi, penyakit menular, penyakit tidak
menular, pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, dan
beberapa faktor risiko pada individu, keluarga, amsyarakat dan lingkungan
sekitarrnya.

Demikian pula perkembangan survailans dimulai dengan survailans penyakit


menular, lalu meluas kepenyakit tidak menular, misalnya cacat bawaan,
kekurangan gizi dan lain-lain. Bahkan baru-baru ini, survailan epidemiologi
digunakan untuk menilai, memonitor, mengawasi, dan merencanakan program-
program kesehaatan pada umumnya. Surveilans Kesehatan Masyarakat adalah
kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau
masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya
penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan,
pengolahan data dan penyebaran informasi kepada penyelenggara program
kesehatan.

Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya


pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak diperlukan
pada setiap upaya kesehatan masyarakat, baik upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular, maupun terhadap upaya kesehatan lainnya.
Bertambahnya jumlah penduduk dan “overcrowding” mempercepat terjadinya
penularan penyakit dari orang ke orang. Faktor pertumbuhan dan mobilitas
penduduk ini juga memperngaruhi perubahan gambaran Epidemiologis serta

4
virulensi dari penyakit menular tertentu. Perpindahan penduduk dari satu wilayah
ke wilayah baru yang mempunyai ekologi lain membawa konsekuensi orang-orang
yang pindah tersebut mengalami kontak dengan agen penyakit tertentu yang dapat
menimbulkan masalah penyakit baru. Apapun jenis penyakitnya, apakah dia
penyakit yang sangat prevalens di suatu wilayah ataukah penyakit yang baru
muncul ataupun penyakit yang digunakan dalam bioteririsme, yang paliang
penting dalam upaya pencegahan dan pemberantasan adalah mengenal dan
mengidentifikasinnya sedini mungkin. Untuk mencapai tujuan tersebut maka
system surveilans yang tertata rapi sangat diperlukan. Bagaimanapun juga deteksi
dini terhadap suatu kejadian penyakit menular sangat tergantung kepada kejelian
para petugas kesehatan yang berada di ujung tombak untuk mengenali kejadian
kesehatan yang tidak biasa secara dini. Dokter atau tenaga kesehatan yang
menemukan yang aneh di lapangan punya kewajiban untuk melaporkan kepada
otoritas kesehatan yang lebih tinggi agar dapat dilakukan tindakan yang
semestinya.

1.2 Rumusan masalah


 Apa itu surveilans kesehtan masyarakat?
 Apa saja jenis-jenis surveilans?
 Apa kegunaan dari surveilans kesehatan masyarakat?
1.3 Tujuan
 Mengetahui apa itu surveilans kesehatan masyarakat
 Mengetahui aspa saj jenis-jenis surveilans
 Mengetahui kegunaan surveilans kesehatan Masyarakat

BAB II
PEMBAHASAN

5
2.1 Landasan Teori
Surveilans kesehatan masyarakat semula hanya dikenal dalam
bidang epidemiologi. Namun, dengan berkembangnya berbagai macam
teori dan aplikasi surveilans diluar bidang epidemiologi surveilans manjadi
cabang ilmu tersendiri yang diterpkan secara luas dalam bidang kesehatan
masyarakat.
Surveilans kesehatan masyarakat (Public Health Surveillance)
adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus berupa
pengumpulan data secara sistematik, analisis dan interpretasi data
mengenai suatu peristiwa yang terkait dengan kesehatan untuk digunakan
dalam tindakan kesehatan masyarakat dalam upaya mengurangi angka
kesakitan dan kematian, dan meningkatkan status kesehatan. Data yang
dihasilkan oleh sistem surveilans kesehatan masyarakat dapat digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan tindakan segera untuk kasus-kasus
penting kesehatan masyarakat,mengukur beban suatu penyakit atau terkait
dengan kesehatan lainnya, termasuk identifikasi populasi resiko tinggi,
memonitor kecenderungan beban suatu penyakit atau terkait dengan
kesehatan lainnya, termasuk mendeteksi terjadinya outbreak dan pandemic,
sebagai pedoman dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi program,
mengevaluasi kebijakan-kebijakan public, memprioritaskan alokasi sumber
daya kesehatan dan menyediakan suatu dasar untuk penelitian
epidemiologi lebih lanjut.
Menurut Timmreck (2005), surveilans epidemiologi adalah
pengumpulan, analisis, dan interpretasi secara sistematik dan
berkesinambungan pada data yang berkaitan dengan kesehatan, penyakit,
dan kondisi. Temuan dari kegiatan surveilans epidemiologi digunakan
untuk merencanakan, mengkaji, mengevaluasi, dan menerapkan program
pencegahan dan pengendalian di bidang kesehatan.
Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengumpulan data
kesehatan yang mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara
sistematik, tetapi juga melibatkan analisis, interpretasi, penyebaran, dan

6
penggunaan informasi kesehatan. Hasil surveilans dan pengumpulan serta
analisis data digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik
tentang status kesehatan populasi guna merencanakan, menerapkan,
mendeskripsikan, dan mengevaluasi program kesehatan masyarakat untuk
mengendalikan dan mencegah kejadian yang merugikan kesehatan. Dengan
demikian, agar data dapat berguna, data harus akurat, tepat waktu, dan
tersedia dalam bentuk yang dapat digunakan.
Sementara menurut pendapat lain dikemukakan, surveilans
merupakan sebuah istilah umum yang mengacu pada observasi yang
sedang berjalan, pengawasan berkelanjutan, pengamatan menyeluruh,
pemantauan konstan, serta pengkajian perubahan dalam populasi yang
berkaitan dengan penyakit, kondisi, cedera, ketidakmampuan, atau
kecenderungan kematian.Surveilans kesehatan masyarakat adalah
pengumpulan, analisis, dan analisis data secara terusmenerus dan sistematis
yang kemudian didiseminasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang
bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan
lainnya. urveilans kesehatan masyarakat memberikan informasi
kewaspadaan dini bagi pengambil keputusan dan manajer tentang masalah-
masalah kesehatan yang perlu diperhatikan pada suatu populasi. Surveilans
kesehatan masyarakat merupakan instrumen penting untuk mencegah
outbreak penyakit dan mengembangkan respons segera ketika penyakit
mulai menyebar. Informasi dari surveilans juga penting bagi kementerian
kesehatan, kementerian keuangan, dan donor, untuk memonitor sejauh
mana populasi telah terlayani dengan baik.

2.2 Tujuan Surveilans Kesehatan Masyarakat


Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang
masalah kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat
dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan
lebih efektif.
Tujuan khusus surveilans:
1. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit

7
2. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk
mendeteksi dini outbreak
3. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit
(disease burden) pada populasi
4. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu
perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi program
kesehatan
5. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan
6. Mengidentifikasi kebutuhan riset

2.3 Jenis-jenis surveilans


Dikenal beberapa jenis surveilans:

1. Surveilans Individu
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi
dan memonitor individu-individu yang mengalami kontak dengan
penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam
kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya
isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang
dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan
isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-
orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu
kasus penyakit menular selama periode menular. Tujuan karantina
adalah mencegah transmisi penyakit selama masa inkubasi
seandainya terjadi infeksi (Last, 2001). Isolasi institusional pernah
digunakan kembali ketika timbul AIDS 1980an dan SARS. Dikenal
dua jenis karantina, yaitu:
 Karantina total; Karantina total membatasi kebebasan
gerak semua orang yang terpapar penyakit menular
selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak dengan
orang yang tak terpapar.

8
 Karantina parsial. Karantina parsial membatasi kebebasan
gerak kontak secara selektif, berdasarkan perbedaan
tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmisi penyakit.
Contoh, anak sekolah diliburkan untuk mencegah
penularan penyakit campak, sedang orang dewasa
diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara yang
ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di pospos
lainnya tetap bekerja.

2. Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan
pengawasan terus-menerus terhadap distribusi dan kecenderungan
insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi,
evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data
relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah
penyakit, bukan individu. Di banyak negara, pendekatan surveilans
penyakit biasanya didukung melalui program vertikal (pusat-
daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program
surveilans malaria. Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat
berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan
baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya.
Banyak program surveilans penyakit vertikal yang berlangsung
paralel antara satu penyakit dengan penyakit lainnya, menggunakan
fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk
sumberdaya masingmasing, dan memberikan informasi duplikatif,
sehingga mengakibatkan inefisiensi.

3. Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance)
melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma
(kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit.
Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator

9
kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum
konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-
indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda,
atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber,
sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu
penyakit.Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level
lokal, regional, maupun nasional. Sebagai contoh, Centers for
Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan
surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit
yang mirip influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan
berkala praktik dokter di AS.
Dalam surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi
melakukan skrining pasien berdasarkan definisi kasus sederhana
(demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan
mingguan tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut
kelompok umur dan jenis kelamin, dan jumlah total kasus yang
teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka
penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan
antraks, sehingga dapat memberikan peringatan dini dan dapat
digunakan sebagai instrumen untuk memonitor krisis yang tengah
berlangsung (Mandl et al., 2004; Sloan et al., 2006). Suatu sistem
yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari
fasilitas kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada
lokasi tertentu, disebut surveilans sentinel. Pelaporan sampel
melalui sistem surveilans sentinel merupakan cara yang baik untuk
memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan sumber daya
yang terbatas.

4. Surveilans Berbasis Laboratorium


Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk
mendeteksi dan menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada
penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis,

10
penggunaansebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain
bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan
lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan
pelaporan sindroma dari klinik-klinik.

5. Surveilans Terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan
memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi
(negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan
publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses,
dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan
informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit.
Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan
perbedaan kebutuhan data khusus penyakitpenyakit tertentu (WHO,
2001, 2002; Sloan et al., 2006).
Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:
 Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama
(common services)
 Menggunakan pendekatan solusi majemuk
 Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural
 Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni,
pengumpulan, pelaporan, analisis data, tanggapan) dan
fungsi pendukung surveilans (yakni, pelatihan dan supervisi,
penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber
daya)
 Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian
penyakit. Meskipun menggunakan pendekatan terpadu,
surveilans terpadu tetap memandang penyakit yang berbeda
memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda (WHO, 2002).

6. Masyarakat Surveilans Kesehatan Global


Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern,

11
migrasi manusia dan binatang serta organisme, memudahkan
transmisi penyakit infeksi lintas negara. Konsekunsinya, masalah-
masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan negara maju
di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya epidemi global
(pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang
terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan,
peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional untuk
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi
batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit menular merebak
pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul
kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang
baru muncul (newemergingdiseases), seperti HIV/AIDS, flu
burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang komprehensif
melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan
pertahanan keamanan dan ekonomi .

2.4 Kegunaan Surveilans Kesehtan Masyarakat


Adapun kegunaan surveilans dalam pelayanan kesehatan
Masyarakat adalah sebagai berikut:
 Mempelajari pola kejadian penyakit dan penyakit potensial pada
populasi sehingga dapat efektif dalam investigasi, controling dan
pencegahan penyakit di populasi.
 Mempelajari riwayat alamiah penyakit, spektrum klinik dan
epidemiologi penyakit (siapa, kapan dan dimana terjadinya, serta
keterpaparan faktor resiko).
 Menyediakan basis data yang dapat digunakan untuk
memperkirakan tindakan pencegahan dan kontrol dalam
pengembangan dan pelaksanaan.

2.5 Pendekatan atau Sumber Data Surveilans Kesehatan Masyarakat

12
Berdasarkan pendekatan sumber data surveilans dapat dibagi menjadi dua
jenis:
1. Surveilans Pasif
Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan
menggunakan data penyakit yang harus dilaporkan (reportable
diseases) yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan
surveilans pasif, relatif murah dan mudah untuk dilakukan. Negara-
negara anggota WHO diwajibkan melaporkan sejumlah penyakit
infeksi yang harus dilaporkan, sehingga dengan surveilans pasif
dapat dilakukan analisis perbandingan penyakit internasional.
Kekurangan surveilans pasif adalah kurang sensitif dalam
mendeteksi kecenderungan penyakit. Data yang dihasilkan
cenderung under-reported, karena tidak semua kasus datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan formal. Selain itu, tingkat pelaporan
dan kelengkapan laporan biasanya rendah, karena waktupetugas
terbagi dengan tanggungjawab utama memberikan pelayanan
kesehatan di fasilitas kesehatan masing-masing. Untuk mengatasi
problem tersebut, instrumen pelaporan perlu dibuat sederhana dan
ringkas.

2. Surveilans Aktif
Surveilans aktif menggunakan petugas khusus surveilans
untuk kunjungan berkala ke lapangan, desa-desa, tempat praktik
pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan
rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit
atau kematian, disebut penemuan kasus (case finding), dan
konfirmasi laporan kasus indeks. Kelebihan surveilans aktif, lebih
akurat daripada surveilans pasif, sebab dilakukan oleh petugas yang
memang dipekerjakan untuk menjalankan tanggungjawab itu.
Selain itu, surveilans aktif dapat mengidentifikasi outbreak lokal.
Kelemahan surveilans aktif, lebih mahal dan lebih sulituntuk
dilakukan daripada surveilans pasif Sistem surveilans dapat

13
diperluas pada level komunitas, disebut community surveilance.
Dalam community surveilance, informasi dikumpulkan langsung
dari komunitas oleh kader kesehatan, sehingga memerlukan
pelatihan diagnosis kasus bagi kader kesehatan. Definisi kasus yang
sensitif dapat membantu para kader kesehatan mengenali dan
merujuk kasus mungkin (probable cases) ke fasilitas kesehatan
tingkat pertama. Petugas kesehatan di tingkat lebih tinggi dilatih
menggunakan definsi kasus lebih spesifik, yang memerlukan
konfirmasi laboratorium. Community surveilans mengurangi
kemungkinan negatif palsu (JHU, 2006).

Sumber data dalam surveilans epidemiologi menurut kemenkes RI no.


1116/menkes/sk/VIII/2003:

a. Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan


dan masyarakat.
b. Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan
serta laporan kantor pemerintah dan masyarakat.
c. Data demografi yang dapat diperoleh dari unit ststistik
kependudukan dan masyarakat.
d. Data geografi yang dapat di peroleh dari unit unit meteorologi dan
geofisika.
e. Data laboratorium yang dapat di peroleh dari unit pelayanan
kesehatan dan masyarakat.
f. Data kondisi lingkungan.
g. Laporan wabah.
h. Laporan penyelidikan wabah/KLB.
i. Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan.
j. Studi epidemiologi dan hasil penelitian lainnya.
k. Data hewan dan vektor sumber penularan penyakit yang dapat
diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat.
l. Laporan kondisi pangan.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konsep surveilans yang mencakup sejarah, pengertian, tujuan,
manfaat, sasaran dan kegiatan surveilans, jenis dan bentuk

15
penyelenggaraan surveilans, langkah perencanaan sistem surveilans,
komponen sistem surveilans (pengumpulan data, pengolahan data, analisis
data dan diseminasi informasi), evaluasi atribut sistem surveilans, kegiatan
penyelidikan lapangan, gambaran pelaksanaan sistem surveilans di
Indonesia dalam aspek sosial, perilaku, gizi, K3, kesehatan lingkungan,
bencan.
Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengumpulan data
kesehatan yang mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara
sistematik, tetapi juga melibatkan analisis, interpretasi, penyebaran, dan
penggunaan informasi kesehatan. Tujuan dari surveilans yaitu memberikan
informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan populasi, sehingga
penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respons
pelayanan kesehatan dengan lebih efektif. Menurut cara memperolehnya,
sumber data surveilans dapat dibagi menjadi dua jenis: Surveilans pasif;
Surveilans aktif.

3.2 Saran
Surveilans kesehatan masyarakat sangat dibutuhkan dalam
perencanaan dan penanggulangan penyakit terutama dalam
penanggulangan wabah (KLB). Maka dari itu dalam pengoperasian data
surveilans haruslah relevan dan akurat sehingga dalam pengambilan
keputusan menjadi tepat sasaran.

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, R. 2012. Surveilans Kesehatan Masyarakat. Kampus IPB Pres Taman


Kencana Bogor: PT Penerbit IPB Press.

16
Ridwan, 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat Surveilans Epidermiologi Sebuah
Pengantar. FKM-UNHAS.

Disaster epidemiology. Baltimore, MD: The Johns Hopkins and IFRC Public
Health Guide for Emergencies. Last, JM (2001).

Sugiyono, Prof. Dr. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Atfabeta. Bandung.

Sutrisna, Bambang. 1986. Pengantar Metoda Epidemiologi. PT. Dian Rakyat.


Jakarta.

Wahyudin Rajab, M.Epid. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan,


EGC. Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai