“STRATEGI EPIDEMIOLOGI”
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah
Epidemiologi Kesehatan Lingkungan.Yang Alhamdulillah tepat waktu yang berjudul
“ Strategi Epidemiologi ”.
Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai tujuan riset epidemiologi,
metode penyusunan hipotesis, ketentuan penyusunan hipotesis dan contoh skirining
dari contoh kasus dilapangan. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi
kepada kita semua mengenai hal tersebut.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat
(Public Health) yang menekankan perhatiannya terhadap keberadaan penyakit
ataupun masalah kesehatan lainnya dalam masyarakat. Keberadaan penyakit dalam
masyarakat itu didekati oleh epidemiologi secara kuantatif. Karena itu,
epidemiologi akan mewujudkan dirinya sebagai suatu metode pendekatan yang
banyak memberikan perlakuan kuantitatif dalam menjelaskan masalah kesehatan.
Di Indonesia masalah kesehatan termasuk penyakit menular dan penyakit tak
menular masih cukup tinggi, yang perlu diatasi dengan pelayanan kesehatan primer
yang bermutu, efektif dan efisien. Strategi epidemiologi merupakan lintasan untuk
mencapai 3 tujuan epidemiologi yakni mencari factor penyebab dan/atau factor
risiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan tertentu, menentukan status
kesehatan dan situasi penyakit dalam masyarakat yang meliputi penjelasan pola
penyakit disuatu tempat, menggambarkan riwayat alamiah penyakit serta
memperoleh informasi dalam penyusunan upaya-upaya dibidang kesehatan.
Pada awal perkembangannya, epidemiologi mempunyai pengertian yang
sempit. Diawal sejarahnya, epidemiologi dianggap sebatas ilmu tentang epidemi.
Pada perkembangan selanjutnya hingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan
sebagai ilmu tentang distribusi (penyebaran) dan determinan (factor penentu)
masalah kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan perencanaan
(development) dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah
kesehatan. Dengan demikian disini tampak bahwa epidemiologi tidak hanya
mempelajari penyakit dan epideminya saja, tetapi menyangkut masalah kesehatan
secara keseluruhan. (BUSTAN, 2006)
Yang dimaksud dengan strategi epidemiologi ialah suatu pola pendekatan
berupa suatu rangkaian kegiatan tertentu yang akan diterapkan dalam mengkaji
1
masalah-masalah kesehatan sedemikian rupa sehingga diperoleh berbagai
kejelasan tentang masalah kesehatan tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa tujuan riset Epidemiologi?
2. Apa saja metode penyusunan Hipotesis?
3. Apa saja ketentuan penyusunan Hipotesis?
4. Bagaimana Contoh Skrining dalam Epidemiologi?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Jika ditinjau dari asal kata (Bahasa Yunani) Epidemiologi berarti Ilmu yang
mempelajari tentang penduduk (EPI = pada/tentang ; DEMOS = penduduk ; LOGOS
= ilmu). Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini EPIDEMIOLOGI adalah :
“ Ilmu yang mempelajari tentang Frekuensi dan Distribusi (Penyebaran) masalah
kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat serta Determinannya (Faktor – factor
yang Mempengaruhinya).”
Dari definisi di atas, dapat dilihat bahwa dalam pengertian epidemiologi terdapat
3 hal Pokok yaitu :
1. Frekuensi masalah kesehatan Frekuensi yang dimaksudkan disini menunjuk pada
besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada sekelompok manusia/masyarakat.
Untuk dapat mengetahui frekuensi suatu masalah kesehatan dengan tepat, ada 2 hal
yang harus dilakukan yaitu :
a. Menemukan masalah kesehatan yang dimaksud.
b. Melakukan pengukuran atas masalah kesehatan yang ditemukan tersebut.
2. Distribusi ( Penyebaran ) masalah kesehatan Yang dimaksud dengan
Penyebaran/Distribusi masalah kesehatan adalah menunjuk kepada
pengelompokkan masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu. Keadaan
tertentu yang dimaksudkan dalam epidemiologi adalah :
a. Menurut Ciri–ciri Manusia ( MAN ) siapakah yang menjadi sasaran penyebaran
penyakit itu atau orang yang terkena penyakit.
b. Menurut Tempat ( PLACE ) , di mana penyebaran atau terjadinya penyakit.
c. Menurut Waktu ( TIME ) , kapan penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut.
3. Determinan ( Faktor – faktor yang mempengaruhi ) Determinan adalah menunjuk
kepada factor penyebab dari suatu penyakit / masalah kesehatan baik yang
menjelaskan Frekuensi, penyebaran ataupun yang menerangkan penyebab
3
munculnya masalah kesehatan itu sendiri. Dalam hal ini ada 3 langkah yang lazim
dilakukan yaitu :
a. Merumuskan Hipotesa tentang penyebab yang dimaksud.
b. Melakukan pengujian terhadap rumusan Hipotesa yang telah disusun.
c. Menarik kesimpulan.
A. Riset Epidemiologi
Penelitian atau riset epidemiologi mempunyai tujuan untuk menjelaskan
etiologi dari suatu penyakit atau sekelompok penyakit, gangguan,efek
kondisi,ketidak mampuan, kematian melalui analisis pada data medis serta
epidemiologi dengan memakai manajemen informasi serta informasi yang
bersumber dari setiap bidang disiplin ilmu yang benar,termaksud ilmu sosial atau
perilaku. Selain itu penelitian ini juga untuk menentukan apakah info epidemioligi
yang ada betul-betul konsisiten berdasarkan hipotesis yang diajukan serta dengan
ilmu pengetahuan,ilmu biomedis terbaru dan ilmu perilaku.
Penelitian ini juga untuk memberikan dasar terhadap pengembangan langkah-
langkah pengendalian serta prosedur pencegahan bagi populasi dan kelompok yang
beresiko, serta untuk pengembangan langkah dan kegiatan kesehatan bagi
masyarakat yang membutuhkan, dan kesemuanya itu akan dipakai untuk
mengevaluasi kesuksesan langkah-langkah, program dan kegiatan. Penelitian
epidemiologi dibagi menjadi 3 jenis yaitu;
1. Epidemiologi deskriptif, yaitu study potong lintang atau study prevalensi atau
survey. Adalah rancangan study epidemologi yang mempelajari hubungan
penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan
dan penyakit dalam waktu serentak pada individu-individu dari populasi
tunggal, pada suatu saat atau dalam waktu bersamaan.
4
Ciri-ciri crosectional:
1. Mendeskripsikan penelitian
2. Penelitian ini tidak dapat kelompok pembanding
3. Hubungan sebab akibat hanya merupakan sebab akibat
4. Penelian ini menghasikan hipotesis
5. Merupakan penelitian pendahulun dari penelitian analitis
Kelebihan crosectional :
1. Dapat dilakukan dengan hanya sekali pengamatan
2. lebih murah disbanding dengan penelitian lainya
3. berguna untuk informasi perencanaan
4. untuk mengamati kemungkinan hubungan berbagai variable yang ada
Kekurangan crosectional :
1. tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan yang terjadi dengan
berjalannya waktu
2. informasi yang diperoleh tidak mendalam sehingga sering kali masalah
kesehatan yang dicari tidak diperoleh
Langkah-langkah crosectional
1. seperti halnya pada berbagai penelitian lain, penelitian crosectional harus
mempunyai tujuan yang jelas, dana, dan fasilitas yang tersedia serta bagaimana
hasil penelitian mempunyai hasil daya guna.
2. Kemudian ditentukan penduduk yang memungkinkan untuk diteliti sesuai
dengan tujuan penelitian
3. Selanjutnya ditentukan pula jenis data yang akan dikumpulkan, termaksud
penentuan variable sebagai faktor resiko maupun faktor lainya
5
2. Penelitian case control, case control adalah rancangan study epidemiologi
yang mempelajari hubungan antara paparan (faktor penelitian) dan penyakit,
dengan cara membandigkan kelompok kasus dan control sesuai paparannya.
Ciri-ciri penelitian case control
1. penelitian yang bersifat observasional
2. Diawali dengan penderita dan bukan penderita
3. Terdapat kelompok control
4. Kelompok control harus memiliki resiko terpajan oleh faktor resiko yang
sama dengan kelompok kasus
5. Membandingkan besarnya pengalaman terpanjang oleh faktor resiko antara
kelompok kasus dan control
6. Tidak mengukur esidensi
6
Langkah-langkahnya :
1. Kriteria pemilihan kasus
a. Kriteria diagonis dan kriteria inklusi harus dibuat dengan jelas
b. Populasi sumber kasus dapat berasal dari rumah sakit atau masyarakat
Ciri-ciri kohort
1. Bersifat observasional
2. pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
3. Disebut sebagai study indens
4. Terdapat kelompok control
5. terdapat hipotesis spesifik
6. Dapat bersifat prospektif ataupun resospektif
7
Kekurangan peneitian kohort
1. lebih mahal dan butuh waktu lama
2. pada kohort retospektif, butuh data skunder yang lengkap dan handal
3. tidak efisien dan tidak praktis
4. resiko untuk hilangnya subyek selama penelitian, karena migrasi.
Langkah-langkahnya :
1. merumuskan pertanyaan penelitian
2. penetapan populasi kohort
3. Penetapan besarnya sampel
4. Pencarian sumber keterpaparan
5. pengidentifikasian subyek
6. memilih kelompok control
7. Pengamatan hasil luaran
8. perhitungan hasil penelitian
8
c. akibat yang diharapkan timbul dari penyebab tersebut yang berupa penyakit
ataupun gangguan kesehatan lainnya.
d. hubungan antara besarnya dosis pemaparan dengan responnya yaitu besarnya
unsur penyebab (kuantitatif maupun kualitatif) yang cukup untuk menimbulkan
kejadian (insiden) penyakit atau gangguan kesehatan yang diharapkan terjadi.
e. hubungan antara waktu dengan terjadinya respons tersebut yaitu waktu yang
dibutuhkan antara terjadinya pemaparan faktor penyebab dengan timbulnya
kejadian penyakit atau masalah kesehatan.
9
b. Metode persamaan/Metode Persetujuan (Method of agreement)
Hipotesis ini didasarkan pada ketentuan bahwa apabila suatu faktor atau
lebih yang setiap dijumpai pada setiap penyakit tertentu,maka faktor-faktor
tersebut merupakan penyebab kejadian penyakit yang di amati. Jadi,
hipotesis ini didasarkan adanya persamaan pada keadaan yang selalu di
jumpai pada peristiwa penyakit tertentu, dan mungkin merupakan penyebab
penyakit tertentu.
10
2. Ketentuan penyusunan Hipotesis
Beberapa ketentuan dalam penyusunan hipotesis
Tidak jarang kita menjumpai penyusuan hipotesis dengan kombinasi
antara bentuk yang satu dengan bentuk lainnya. Dalam hal penyesunan
hipotesis seperti tersebut di atas, beberapa hal perlu mendapatkan perhatian
khusus.
1. Hipotesis umumnya disusun berdasarkan data/observasi klinis,
laboratorium, data deskriptif dan lain-lain.
2. Makin kuat hubungan statistik hasil pengamatan, makin kuat pula suatu
hipotesis, artinya makin besar kemungkinannya bahwa hubungan tersebut
adalah hubungan sebab akibat.
3. Perubahan frekuensi penyakit dalam suatu periode tertentu sangat berguna
dalam penyusunan hipotesis terutama bila waktunya relatif pendek.
4. Kasus yang bersifat khusus atau kasus terisoler harus mendapatkan
perhatian yang khusus pula dalam menegakkan hipotesis.
11
C. Skrining/Penapisan
“Screening” adalah penemuan penyakit secara aktif pada orang yang tanpa
gejala dan nampak sehat. Screening tes, menurut pembatasan yang diberikan orang,
tidaklah dimaksudkan sebagai diagnostik; orang dengan tanda positif atau
mencurigakan menderita penyakit hendaknya diberi perawatan/pengobatan setelah
diagnosis dipastikan.
Skrining atau penapisan merupakan proses pendeteksian kasus/kondisi
kesehatan pada populasi sehat pada kelompok tertentu sesuai dengan jenis penyakit
yang akan dideteksi dini dengan upaya meningkatkan kesadaran pencegahan dan
diagnosis dini bagi kelompok yang termasuk risiko tinggi.
Menurut Webb (2005), skrining/penapisan merupakan metode tes sederhana
yang digunakan secara luas pada populasi sehat atau populasi yang tanpa gejala
penyakit (asimptomatik). Skrining/penapisan tidak dilakukan untuk mendiagnosis
kehadiran suatu penyakit, tetapi untuk memisahkan populasi subjek
skrining/penapisan menjadi dua kelompok orang-orang yang lebih beresiko
menderita penyakit tersebut.
12
Sebagai contoh, suatu penyakit bisa meluas melalui transfusi darah. Secara
teoritis berbagai kuman penyakit dapat ikut serta berpindah dalam proses transfusi
darah itu adalah:
1. Virus: Hepatitis B, C, dan D, human Immunodeficiency Virus (HIV/AIDS),
Human T cell Leukemia Virus-1 (HTLV-1), Cyrtomegalovirus (CMV), Epstein
Barr Virus (EBV), Herpes Virus, Parvovirus.
2. Bakteri: treponema pallidum, mycobacterium leprae, salmonella typhosa,
brucella abortus, borrelia burgdoferi, rickettsia rickettsii.
3. Parasit: plasmodium vivax, malariae, falcifarum, ovale; trypansoma cruzi,
African trypanosomiasis, microfilariae, toxoplasma gondii, babesia microti,
leismania donovani.
13
e. Kehamilan dideteksi dengan Pemeriksaan urine
f. Penyakit Jantung Koroner dideteksi dengan Pemeriksaan EKG
g. Thalassemia
h. sickle cell anemia (anemia set sabit)
i. penyakit Tay-Sachs
Negatif benar
Nilai predikat negatif = x 100%
negatif benar + negatif palsu
90
Nilai predikat negatif = x 100% = 90%
90+10
Positif benar
Nilai predikat positif = x 100%
Positif benar + Positif palsu
50
Nilai predikat positif = x 100% = 52%
50+45
14
Contoh Kasus Skrining :
Skrining/penapisan malaria
Sebuah skrining/penapisan malaria dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi X
pada populasi anak < 5 tahun (terdapat 624 anak) di Kecamatan A Kab. Provinsi X
pada bulan Oktober 2013, adanya kejadian luar biasa pada kelompok anak-anak
pada tahun 2012 menjadi alasan dilakukannya skrining/penapisan. Gajala klinis
malaria adalah panas lebih dari 5 hari, batuk-batuk, kesulitan dalam bernapas dan
peningkatan ritme pernapasan. Untuk mengkonfirmasi kasus dilakukan
pemeriksaan darah mikroskopik untuk menemukan adanya parasit malaria didalam
darah. Hasilnya sebanyak 463 orang yang menunjukkan gejala klinis malaria dan
220 di antaranya positif parasitemia. Selanjutnya 161 orang tidak ditemukan gejala
klinis namun 31 sampel darah anak menunjukkan positif parasitemia.
1. Tabulasikan data di atas dan narasikan berapa jumlah positif benar, negatif
salah, positif salah, negatif salah.
2. Hitunglah sensitivitas tes darah mikroskopis untuk parasitemia malaria
3. Hitunglah spesifisitas tes darah mikroskopis untuk parasitemia malaria
4. Hitunglah nilai prediktif positif dan nilai prediktif negatif tes darah mikroskopis
untuk parasitemia malaria.
Penyelesaian :
Dapat diketahui, jumlah positif benar adalah 220 orang, jumlah negatif salah
243 orang, jumlah positif salah adalah 32 orang, dan jumlah negatif benar adalah
129 orang. Dari kasus diatas dapat dibuat tabulasi data sebagai berikut :
15
Tabel 1. Skrining/penapisan gejala malaria berdasarkan tes darah mikroskopis pada
kecamatan A provinsi X
Gejala Penyakit
Tes Darah Mikroskopis
Malaria sehat Total
Positif 220 32 252
Negatif 243 129 372
Total 463 161 624
220
Sensitivitas = x 100% = 47.5%
463
129
Spesifisitas = x 100% = 80,12%
161
129
Nilai Prediktif Negatif = x 100% = 34,6%
129 +243
220
Nilai Prediktif Positif = x 100% = 87,3%
220+32
16
Hasil nilai prediktif positif lebih tinggi dari nilai prediktif negatif. Hasil ini
menunjukan hasil tes mikroskopis positifdapat memprediksi anak-anak dengan gejala
malaria cukup tinggi, sedangkan hasil tes mikroskopis negatif benar-benar
memprediksi anak-anak bebas dari malaria cukup rendah, dengan kata lain banyak
kasus negatif berdasarkan hasil skrining/penapisan , pada kenyataannya memiliki
penyakit malaria.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penelitian atau riset epidemiologi mempunyai tujuan untuk menjelaskan
etiologi dari suatu penyakit atau sekelompok penyakit, gangguan,efek
kondisi,ketidak mampuan, kematian melalui analiis pada data medis serta
epidemiologi denan memakai manajemn informasi serta informasi yang
bersumber dari setiap bidang disiplin ilmu yang benar,termaksud ilmu sosial
atau perilaku. Selain itu penelitian ini juga untuk menentukan apakah info
epidemioligi yang ada betul-betul konsisiten berdasarkan hipotesis yang di
ajukan serta dengan ilmu pengetahuan,ilmu biomedis terbaru dan ilmu perilaku.
Penelitian ini juga untuk memberikan dasar terhadap pengembangan langka-
langka pengendalian serta prosedur pencegahan bagi populasi dan kelompok
yang beresiko, serta untuk pengembangan langka dan kegiatan kesehatan bagi
masyarakat yang membutuhkan, dan kesemuanya itu akan di pakai untuk
mengevaluasi kesuksesan
2. Metode penyusunan hipotesis :
a. Metode perbedaan (Method of difference).
b. Metode persamaan/Metode Persetujuan (Method of agreement)
c. Metode Variasi Bersama (Method of concomitant variation)
d. Metode analogi (Method of analogy)
3. Beberapa ketentuan dalam penyusunan hipotesis :
a. Hipotesis umumnya disusun berdasarkan data/observasi klinis,
laboratorium, data deskriptif dan lain-lain.
b. Makin kuat hubungan statistik hasil pengamatan, makin kuat pula suatu
hipotesis, artinya makin besar kemungkinannya bahwa hubungan tersebut
adalah hubungan sebab akibat.
18
c. Perubahan frekuensi penyakit dalam suatu periode tertentu sangat berguna
dalam penyusunan hipotesis terutama bila waktunya relatif pendek.
d. Kasus yang bersifat khusus atau kasus terisoler harus mendapatkan
perhatian yang khusus pula dalam menegakkan hipotesis.
4. Hasil nilai prediktif positif lebih tinggi dari nilai prediktif negatif. Hasil ini
menunjukan hasil tes mikroskopis positifdapat memprediksi anak-anak dengan
gejala malaria cukup tinggi, sedangkan hasil tes mikroskopis negatif benar-
benar memprediksi anak-anak bebas dari malaria cukup rendah, dengan kata
lain banyak kasus negatif berdasarkan hasil skrining/penapisan , pada
kenyataannya memiliki penyakit malaria.
B. Saran
Saran dari kami agar para pembaca dapat menambah wawasan dan
pengetahuannya mengenai tujuan riset epidemiologi, hipotesis dalam epideimologi,
skrining beserta contoh kasusnya dari makalah ini.
19
DAFTAR PUSTAKA
20