Anda di halaman 1dari 23

DASAR EPIDEMIOLOGI

“STRATEGI EPIDEMIOLOGI”

DISUSUN OLEH :

ANISA NINUK MELANIA (J1A118106)


FITRIYANI (J1A118124)
MUH. BAZAL MUHARRAM (J1A118118)
NARTI (J1A118126)
PRICILIA RISCIKA ALFARAN (J1A118111)
WIDYA ASTUTIK (J1A118195)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah
Epidemiologi Kesehatan Lingkungan.Yang Alhamdulillah tepat waktu yang berjudul
“ Strategi Epidemiologi ”.
Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai tujuan riset epidemiologi,
metode penyusunan hipotesis, ketentuan penyusunan hipotesis dan contoh skirining
dari contoh kasus dilapangan. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi
kepada kita semua mengenai hal tersebut.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Kendari, Mei 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan dan Manfaat ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
A. Riset Epidemiologi ............................................................................................. 4
B. Hipotesis Dalam Epidemiologi .......................................................................... 8
C. Skrining/Penapisan ........................................................................................... 12
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 18
B. Saran ................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat
(Public Health) yang menekankan perhatiannya terhadap keberadaan penyakit
ataupun masalah kesehatan lainnya dalam masyarakat. Keberadaan penyakit dalam
masyarakat itu didekati oleh epidemiologi secara kuantatif. Karena itu,
epidemiologi akan mewujudkan dirinya sebagai suatu metode pendekatan yang
banyak memberikan perlakuan kuantitatif dalam menjelaskan masalah kesehatan.
Di Indonesia masalah kesehatan termasuk penyakit menular dan penyakit tak
menular masih cukup tinggi, yang perlu diatasi dengan pelayanan kesehatan primer
yang bermutu, efektif dan efisien. Strategi epidemiologi merupakan lintasan untuk
mencapai 3 tujuan epidemiologi yakni mencari factor penyebab dan/atau factor
risiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan tertentu, menentukan status
kesehatan dan situasi penyakit dalam masyarakat yang meliputi penjelasan pola
penyakit disuatu tempat, menggambarkan riwayat alamiah penyakit serta
memperoleh informasi dalam penyusunan upaya-upaya dibidang kesehatan.
Pada awal perkembangannya, epidemiologi mempunyai pengertian yang
sempit. Diawal sejarahnya, epidemiologi dianggap sebatas ilmu tentang epidemi.
Pada perkembangan selanjutnya hingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan
sebagai ilmu tentang distribusi (penyebaran) dan determinan (factor penentu)
masalah kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan perencanaan
(development) dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah
kesehatan. Dengan demikian disini tampak bahwa epidemiologi tidak hanya
mempelajari penyakit dan epideminya saja, tetapi menyangkut masalah kesehatan
secara keseluruhan. (BUSTAN, 2006)
Yang dimaksud dengan strategi epidemiologi ialah suatu pola pendekatan
berupa suatu rangkaian kegiatan tertentu yang akan diterapkan dalam mengkaji

1
masalah-masalah kesehatan sedemikian rupa sehingga diperoleh berbagai
kejelasan tentang masalah kesehatan tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa tujuan riset Epidemiologi?
2. Apa saja metode penyusunan Hipotesis?
3. Apa saja ketentuan penyusunan Hipotesis?
4. Bagaimana Contoh Skrining dalam Epidemiologi?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Untuk mengetahui tujuan riset Epidemiologi
2. Untuk mengetahui metode penyusunan Hipotesis
3. Untuk mengetahui ketentuan penyusunan Hipotesis
4. Untuk mengetahui contoh Skrining dalam Epidemiologi

2
BAB II
PEMBAHASAN

Jika ditinjau dari asal kata (Bahasa Yunani) Epidemiologi berarti Ilmu yang
mempelajari tentang penduduk (EPI = pada/tentang ; DEMOS = penduduk ; LOGOS
= ilmu). Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini EPIDEMIOLOGI adalah :
“ Ilmu yang mempelajari tentang Frekuensi dan Distribusi (Penyebaran) masalah
kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat serta Determinannya (Faktor – factor
yang Mempengaruhinya).”

Dari definisi di atas, dapat dilihat bahwa dalam pengertian epidemiologi terdapat
3 hal Pokok yaitu :
1. Frekuensi masalah kesehatan Frekuensi yang dimaksudkan disini menunjuk pada
besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada sekelompok manusia/masyarakat.
Untuk dapat mengetahui frekuensi suatu masalah kesehatan dengan tepat, ada 2 hal
yang harus dilakukan yaitu :
a. Menemukan masalah kesehatan yang dimaksud.
b. Melakukan pengukuran atas masalah kesehatan yang ditemukan tersebut.
2. Distribusi ( Penyebaran ) masalah kesehatan Yang dimaksud dengan
Penyebaran/Distribusi masalah kesehatan adalah menunjuk kepada
pengelompokkan masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu. Keadaan
tertentu yang dimaksudkan dalam epidemiologi adalah :
a. Menurut Ciri–ciri Manusia ( MAN ) siapakah yang menjadi sasaran penyebaran
penyakit itu atau orang yang terkena penyakit.
b. Menurut Tempat ( PLACE ) , di mana penyebaran atau terjadinya penyakit.
c. Menurut Waktu ( TIME ) , kapan penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut.
3. Determinan ( Faktor – faktor yang mempengaruhi ) Determinan adalah menunjuk
kepada factor penyebab dari suatu penyakit / masalah kesehatan baik yang
menjelaskan Frekuensi, penyebaran ataupun yang menerangkan penyebab

3
munculnya masalah kesehatan itu sendiri. Dalam hal ini ada 3 langkah yang lazim
dilakukan yaitu :
a. Merumuskan Hipotesa tentang penyebab yang dimaksud.
b. Melakukan pengujian terhadap rumusan Hipotesa yang telah disusun.
c. Menarik kesimpulan.

A. Riset Epidemiologi
Penelitian atau riset epidemiologi mempunyai tujuan untuk menjelaskan
etiologi dari suatu penyakit atau sekelompok penyakit, gangguan,efek
kondisi,ketidak mampuan, kematian melalui analisis pada data medis serta
epidemiologi dengan memakai manajemen informasi serta informasi yang
bersumber dari setiap bidang disiplin ilmu yang benar,termaksud ilmu sosial atau
perilaku. Selain itu penelitian ini juga untuk menentukan apakah info epidemioligi
yang ada betul-betul konsisiten berdasarkan hipotesis yang diajukan serta dengan
ilmu pengetahuan,ilmu biomedis terbaru dan ilmu perilaku.
Penelitian ini juga untuk memberikan dasar terhadap pengembangan langkah-
langkah pengendalian serta prosedur pencegahan bagi populasi dan kelompok yang
beresiko, serta untuk pengembangan langkah dan kegiatan kesehatan bagi
masyarakat yang membutuhkan, dan kesemuanya itu akan dipakai untuk
mengevaluasi kesuksesan langkah-langkah, program dan kegiatan. Penelitian
epidemiologi dibagi menjadi 3 jenis yaitu;
1. Epidemiologi deskriptif, yaitu study potong lintang atau study prevalensi atau
survey. Adalah rancangan study epidemologi yang mempelajari hubungan
penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan
dan penyakit dalam waktu serentak pada individu-individu dari populasi
tunggal, pada suatu saat atau dalam waktu bersamaan.

4
Ciri-ciri crosectional:
1. Mendeskripsikan penelitian
2. Penelitian ini tidak dapat kelompok pembanding
3. Hubungan sebab akibat hanya merupakan sebab akibat
4. Penelian ini menghasikan hipotesis
5. Merupakan penelitian pendahulun dari penelitian analitis

Kelebihan crosectional :
1. Dapat dilakukan dengan hanya sekali pengamatan
2. lebih murah disbanding dengan penelitian lainya
3. berguna untuk informasi perencanaan
4. untuk mengamati kemungkinan hubungan berbagai variable yang ada

Kekurangan crosectional :
1. tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan yang terjadi dengan
berjalannya waktu
2. informasi yang diperoleh tidak mendalam sehingga sering kali masalah
kesehatan yang dicari tidak diperoleh

Langkah-langkah crosectional
1. seperti halnya pada berbagai penelitian lain, penelitian crosectional harus
mempunyai tujuan yang jelas, dana, dan fasilitas yang tersedia serta bagaimana
hasil penelitian mempunyai hasil daya guna.
2. Kemudian ditentukan penduduk yang memungkinkan untuk diteliti sesuai
dengan tujuan penelitian
3. Selanjutnya ditentukan pula jenis data yang akan dikumpulkan, termaksud
penentuan variable sebagai faktor resiko maupun faktor lainya

5
2. Penelitian case control, case control adalah rancangan study epidemiologi
yang mempelajari hubungan antara paparan (faktor penelitian) dan penyakit,
dengan cara membandigkan kelompok kasus dan control sesuai paparannya.
Ciri-ciri penelitian case control
1. penelitian yang bersifat observasional
2. Diawali dengan penderita dan bukan penderita
3. Terdapat kelompok control
4. Kelompok control harus memiliki resiko terpajan oleh faktor resiko yang
sama dengan kelompok kasus
5. Membandingkan besarnya pengalaman terpanjang oleh faktor resiko antara
kelompok kasus dan control
6. Tidak mengukur esidensi

Kelebihan control case :


1. Sangat sesuai dengan penelitian penyakit yang jarang terjadi atau penyakit
yang kronik
2. Relatif cepat dan tidak mahal
3. Relatif efisien
4. Sedikit masalah pengurangan periode investigasi

Kelemahan case control :


1. Tidak bisa digunakan untuk memantau kejadian yang terjadi dengan waktu
yang berjalan
2. Sangat sulit memperoleh informasi periode terlalu lama
3. Alur metodologi inferensi kausal yang bertentangan dengan logika normal
4. Tidak cocok untuk paparan langka
5. Tidak dapat menghitung laju insedensi
6. Validasi informasi yang diperoleh sulit dilakukan

6
Langkah-langkahnya :
1. Kriteria pemilihan kasus
a. Kriteria diagonis dan kriteria inklusi harus dibuat dengan jelas
b. Populasi sumber kasus dapat berasal dari rumah sakit atau masyarakat

2. kriteria pemilihan control


a. Mempunyai potensi terpanjang oleh faktor resiko yang sama dengan
kasus
b. Tidak menderita penyakit yang diteliti
c. Bersedia ikut dalam penelitian

3. Penelitian kohort, Adalah rancangan penelitian epidemiologi analitik


observasional yang mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit, dengan
cara membandingakan kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar
berdasarkan kasus penyakit

Ciri-ciri kohort
1. Bersifat observasional
2. pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
3. Disebut sebagai study indens
4. Terdapat kelompok control
5. terdapat hipotesis spesifik
6. Dapat bersifat prospektif ataupun resospektif

Kelebihan penelitian kohort


1. kesesuaia dengan logika normal
2. Dapat menghitung laju insidensi
3. untuk meneliti paparan langka
4. dapat mempelajari beberapa akibat dari suatu paparan

7
Kekurangan peneitian kohort
1. lebih mahal dan butuh waktu lama
2. pada kohort retospektif, butuh data skunder yang lengkap dan handal
3. tidak efisien dan tidak praktis
4. resiko untuk hilangnya subyek selama penelitian, karena migrasi.

Langkah-langkahnya :
1. merumuskan pertanyaan penelitian
2. penetapan populasi kohort
3. Penetapan besarnya sampel
4. Pencarian sumber keterpaparan
5. pengidentifikasian subyek
6. memilih kelompok control
7. Pengamatan hasil luaran
8. perhitungan hasil penelitian

B. Hipotesis Dalam Epidemiologi


Hipotesis adalah suatu teori tentatif yang masih perlu diuji kebenarannya.
Dalam bidang ilmu kesehatan termasuk berbagai bidang ilmu kedokteran, usaha
mencari hubungan sebab akibat terjadinya penyakit maupun analisis terjadinya
penyebaran penyakit dalam masyarakat biasanya didahului dengan penyusunan
suatu hipotesis.
Untuk menyusun suatu hipotesis dalam epidemiologi perlu ditentukan
beberapa unsur yang harus ada dalam suatu hipotesis epidemiologi. Dalam hal ini
dasar penyusunan epidemiologi harus mencantumkan beberapa hal berikut.
a. Harus dicantumkan dengan jelas pupulasi yaitu ciri-ciri individu di mana
hipotesis tersebut diterapkan.
b. faktor penyebab ataupun pemaparan lingkungan, termasuk faktor risiko yang
sedang atau akan diteliti.

8
c. akibat yang diharapkan timbul dari penyebab tersebut yang berupa penyakit
ataupun gangguan kesehatan lainnya.
d. hubungan antara besarnya dosis pemaparan dengan responnya yaitu besarnya
unsur penyebab (kuantitatif maupun kualitatif) yang cukup untuk menimbulkan
kejadian (insiden) penyakit atau gangguan kesehatan yang diharapkan terjadi.
e. hubungan antara waktu dengan terjadinya respons tersebut yaitu waktu yang
dibutuhkan antara terjadinya pemaparan faktor penyebab dengan timbulnya
kejadian penyakit atau masalah kesehatan.

1. Metode penyusunan Hipotesis


Penyusunan hipotesis dalam penelitian epidemiologi merupakan hal
penting, sebab hipotesis inilah yang akan mengarahkan tujuan penelitian.
Dalam fase dini siklus peneltian epidemiologi, hipotesis dibuat untuk mencari
penyebab dan hubungan sebab akibat yang dapat menerangkan penyebab
penyakit dalam populasi tertentu. Dalam hal ini ada empat cara
mengembangkan hipotesis dalam penelitian epidemiologi, yaitu :
a. Metode perbedaan (Method of difference).
Metode perbedaan pada ketentuan bahwa apabila kejadian penyakit tampak
secara jelas menunjukan pada dua kelompok populasi tertentu dimana
sejumlah faktor tertentu dijumpai dalam salah satu kelompok tersebut dan
tidak dijumpai pada kelompok lainya, maka terdapatnya atau tidak
terdapatnya faktor tersebut mungkin merupakan faktor penyebab penyakit.
Jadi, hipotesis ini didasarkan pada adanya perbedaan yang jelas dan
dijumpai pada kelompok yang menderita terhadap kelompok yang tidak
menderita, mungkin merupakan penyebab faktor timbulnya penyakit.

9
b. Metode persamaan/Metode Persetujuan (Method of agreement)
Hipotesis ini didasarkan pada ketentuan bahwa apabila suatu faktor atau
lebih yang setiap dijumpai pada setiap penyakit tertentu,maka faktor-faktor
tersebut merupakan penyebab kejadian penyakit yang di amati. Jadi,
hipotesis ini didasarkan adanya persamaan pada keadaan yang selalu di
jumpai pada peristiwa penyakit tertentu, dan mungkin merupakan penyebab
penyakit tertentu.

c. Metode Variasi Bersama (Method of concomitant variation)


Hipotesis ini didasarkan pada ketentuan bahwa dengan adanya beberapa
variasi tertentu secara bersama sama menimbulkan variasi pada penyakit
tertentu sehingga adanya variable tersebut yang secara bersama-sama
menimbulkan kelainan yang mungkin berperan sebagai faktor
penyebab/resiko. Dalam analisis variable pada hipotesis ini didasarkan pada
nilai kuantitatif dan bukan merupakan nilai yang di kotom seperti pada dua
bentuk di atas.

d. Metode analogi (Method of analogy)


Hipotesis ini di dasarkan pada ketentuan bahwa apabila keadaan atau sifat
penyebaran frekuensi penyakit tertentu atau sifat lainya mempunyai
kesamaan dengan sifat, atau penyebarabn frekuensi penyakit lain yang
sudah jelas penyebabnya, atau jelas proses kejadianya. Maka kemungkinan
penyakit yang pertama tadi disebabkan oleh penyebab yang sejenis atau
penyebab yang sama sifatnya dengan penyebab penyakit yang telah
diketahui. Jadi, dasar hipotesis ini adalah adanya persamaan suatu peristiwa
penyakit dengan penyakit yang sudah dikenal dengan jelas mungkin
mempunyai persamaan penyebab.

10
2. Ketentuan penyusunan Hipotesis
Beberapa ketentuan dalam penyusunan hipotesis
Tidak jarang kita menjumpai penyusuan hipotesis dengan kombinasi
antara bentuk yang satu dengan bentuk lainnya. Dalam hal penyesunan
hipotesis seperti tersebut di atas, beberapa hal perlu mendapatkan perhatian
khusus.
1. Hipotesis umumnya disusun berdasarkan data/observasi klinis,
laboratorium, data deskriptif dan lain-lain.
2. Makin kuat hubungan statistik hasil pengamatan, makin kuat pula suatu
hipotesis, artinya makin besar kemungkinannya bahwa hubungan tersebut
adalah hubungan sebab akibat.
3. Perubahan frekuensi penyakit dalam suatu periode tertentu sangat berguna
dalam penyusunan hipotesis terutama bila waktunya relatif pendek.
4. Kasus yang bersifat khusus atau kasus terisoler harus mendapatkan
perhatian yang khusus pula dalam menegakkan hipotesis.

Bebearapa syarat hipotesis


Menurut Borg dan Gall dalam Suharsimi (2000) ada empat persyaratan
bagi hipotesis yang baik, yaitu :
1. hipotesis hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan dua atau lebih
variabel.
2. hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau dasar-
dasar teoritik dan hasil penemuan terdahulu.
3. hipotesis harus dapat diuji.
4. rumusan hipotesis hendaknya yang singkat dan padat.

11
C. Skrining/Penapisan
“Screening” adalah penemuan penyakit secara aktif pada orang yang tanpa
gejala dan nampak sehat. Screening tes, menurut pembatasan yang diberikan orang,
tidaklah dimaksudkan sebagai diagnostik; orang dengan tanda positif atau
mencurigakan menderita penyakit hendaknya diberi perawatan/pengobatan setelah
diagnosis dipastikan.
Skrining atau penapisan merupakan proses pendeteksian kasus/kondisi
kesehatan pada populasi sehat pada kelompok tertentu sesuai dengan jenis penyakit
yang akan dideteksi dini dengan upaya meningkatkan kesadaran pencegahan dan
diagnosis dini bagi kelompok yang termasuk risiko tinggi.
Menurut Webb (2005), skrining/penapisan merupakan metode tes sederhana
yang digunakan secara luas pada populasi sehat atau populasi yang tanpa gejala
penyakit (asimptomatik). Skrining/penapisan tidak dilakukan untuk mendiagnosis
kehadiran suatu penyakit, tetapi untuk memisahkan populasi subjek
skrining/penapisan menjadi dua kelompok orang-orang yang lebih beresiko
menderita penyakit tersebut.

Tujuan dilakukannya skrining adalah:


1. Untuk mendapatkan mereka yang menderita sedini mungkin sehingga dapat
dengan segera memperoleh pengobatan.
2. Untuk mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat.
3. Untuk mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini
mungkin.
4. Untuk mendidik dan memberikan gambaran kepada petugas kesehatan tentang
sifat penyakit dan untuk selalu waspada melakukan pengamatan terhadap gejala
dini.
5. Untuk mendapatkan keterangan epodemiologis yang berguna bagi klinis dan
peneliti.

12
Sebagai contoh, suatu penyakit bisa meluas melalui transfusi darah. Secara
teoritis berbagai kuman penyakit dapat ikut serta berpindah dalam proses transfusi
darah itu adalah:
1. Virus: Hepatitis B, C, dan D, human Immunodeficiency Virus (HIV/AIDS),
Human T cell Leukemia Virus-1 (HTLV-1), Cyrtomegalovirus (CMV), Epstein
Barr Virus (EBV), Herpes Virus, Parvovirus.
2. Bakteri: treponema pallidum, mycobacterium leprae, salmonella typhosa,
brucella abortus, borrelia burgdoferi, rickettsia rickettsii.
3. Parasit: plasmodium vivax, malariae, falcifarum, ovale; trypansoma cruzi,
African trypanosomiasis, microfilariae, toxoplasma gondii, babesia microti,
leismania donovani.

Kemungkinan penularan penyakit lewat darah dimungkinkan oleh berbagai


faktor yang terjadi dalam proses transfusi darah. Faktor-faktor itulah yang
mendorong perlunya penyaringan, dimana antara lain:
1. Darah merupakan media yang sangat baik untuk kehidupan kuman.
2. Tidak dapat dipercaya bahwa seorang donor yang sehat fisik tidak mengandung
kuman penyakit menular. Berbagai kuman bisa berada dalam darah namun
tidak menyebabkan orang donor nyata sakit.
3. Seorang penerima darah (recipient) tidak hanya terpapar oleh satu donor tetapi
umumnya lebih dari satu donor. Rasio pemakaian darah sekitar 3 unit per orang,
artinya untuk satu penderita rata-rata menerima 3 unit atau tiga orang donor.
Makin berat penyakit seorang resepien tentu akan semakin banyak darah yang
dibutuhkannya.

Contoh penyakit lain yang biasa di skrining :


a. Cancer mammae Mammografi
b. Cancer cervix dideteksi dengan Pap smear
c. Hipertensi dideteksi dengan Pemeriksaan Tekanan darah
d. Diabetes mellitus dideteksi dengan Pemeriksaan reduksi

13
e. Kehamilan dideteksi dengan Pemeriksaan urine
f. Penyakit Jantung Koroner dideteksi dengan Pemeriksaan EKG
g. Thalassemia
h. sickle cell anemia (anemia set sabit)
i. penyakit Tay-Sachs

Perhitungan nilai prediktif dan nilai prediktif salah


Alat ukur memiliki nilai predikat positif tinggi bila dikemudian hari terbukti
banyak terjadi positif benar (true positif) dan sedikit positif palsu (false positif).
Alat ukur memiliki nilai predikat negatif tinggi bila dikemudian hari banyak
terjadi negatif benar (NB) dan sedikit negatif palsu (NP). Alat ukur memiliki
validitas prediktif tinggi jika memberikan skor nilai predikat positif dan nilai
predikat negatif mendekati 100%. Nilai prediksi positif dan negatif terhadap tes
pap smear adalah 52% dan 90%. Dari hasil tes pap smear dapat disimpulkan,
bahwa tes pap smear memiliki nilai negatif tinggi, ini berarti dimasa yang akan
datang, kejadian kasus kanker serviks sesuai dengan hasil tes pap smear akan
terdeteksi tinggi dan kemungkinan akan terjadinya negatif palsu sangat sedikit
karena mendekati 100%. Sedangkan nilai prediksi positif menunjukkan bahwa
hanya sekitar 52% hanya sebagian hasil tes pap smear dimasa akan datang akan
menunjukkan orang yang benar-benar sakit.

Negatif benar
Nilai predikat negatif = x 100%
negatif benar + negatif palsu
90
Nilai predikat negatif = x 100% = 90%
90+10
Positif benar
Nilai predikat positif = x 100%
Positif benar + Positif palsu
50
Nilai predikat positif = x 100% = 52%
50+45

14
Contoh Kasus Skrining :

Skrining/penapisan malaria
Sebuah skrining/penapisan malaria dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi X
pada populasi anak < 5 tahun (terdapat 624 anak) di Kecamatan A Kab. Provinsi X
pada bulan Oktober 2013, adanya kejadian luar biasa pada kelompok anak-anak
pada tahun 2012 menjadi alasan dilakukannya skrining/penapisan. Gajala klinis
malaria adalah panas lebih dari 5 hari, batuk-batuk, kesulitan dalam bernapas dan
peningkatan ritme pernapasan. Untuk mengkonfirmasi kasus dilakukan
pemeriksaan darah mikroskopik untuk menemukan adanya parasit malaria didalam
darah. Hasilnya sebanyak 463 orang yang menunjukkan gejala klinis malaria dan
220 di antaranya positif parasitemia. Selanjutnya 161 orang tidak ditemukan gejala
klinis namun 31 sampel darah anak menunjukkan positif parasitemia.
1. Tabulasikan data di atas dan narasikan berapa jumlah positif benar, negatif
salah, positif salah, negatif salah.
2. Hitunglah sensitivitas tes darah mikroskopis untuk parasitemia malaria
3. Hitunglah spesifisitas tes darah mikroskopis untuk parasitemia malaria
4. Hitunglah nilai prediktif positif dan nilai prediktif negatif tes darah mikroskopis
untuk parasitemia malaria.

Penyelesaian :
Dapat diketahui, jumlah positif benar adalah 220 orang, jumlah negatif salah
243 orang, jumlah positif salah adalah 32 orang, dan jumlah negatif benar adalah
129 orang. Dari kasus diatas dapat dibuat tabulasi data sebagai berikut :

15
Tabel 1. Skrining/penapisan gejala malaria berdasarkan tes darah mikroskopis pada
kecamatan A provinsi X

Gejala Penyakit
Tes Darah Mikroskopis
Malaria sehat Total
Positif 220 32 252
Negatif 243 129 372
Total 463 161 624

Sensitivitas tes darah mikroskopis :

220
Sensitivitas = x 100% = 47.5%
463

Spesifisitas tes darah mikroskopis :

129
Spesifisitas = x 100% = 80,12%
161

Interpretasi : Uji sensitivitas yang menunjukkan hasil 47,5 %


mengindikasikan bahwa tes darah microskopis dapat mengklarifikasikan anak – anak
benar – benar dengan gejala malaria sebesar 47,5%, sedangkan hasil spesifisitas
menunjukan hasil 80,12% berartites darah mikroskopis dapat mengklarifikasikan anak-
anak benar-benar sehat pada anak tanpa gejala malaria sebesar 80,12%.

129
Nilai Prediktif Negatif = x 100% = 34,6%
129 +243

220
Nilai Prediktif Positif = x 100% = 87,3%
220+32

16
Hasil nilai prediktif positif lebih tinggi dari nilai prediktif negatif. Hasil ini
menunjukan hasil tes mikroskopis positifdapat memprediksi anak-anak dengan gejala
malaria cukup tinggi, sedangkan hasil tes mikroskopis negatif benar-benar
memprediksi anak-anak bebas dari malaria cukup rendah, dengan kata lain banyak
kasus negatif berdasarkan hasil skrining/penapisan , pada kenyataannya memiliki
penyakit malaria.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Penelitian atau riset epidemiologi mempunyai tujuan untuk menjelaskan
etiologi dari suatu penyakit atau sekelompok penyakit, gangguan,efek
kondisi,ketidak mampuan, kematian melalui analiis pada data medis serta
epidemiologi denan memakai manajemn informasi serta informasi yang
bersumber dari setiap bidang disiplin ilmu yang benar,termaksud ilmu sosial
atau perilaku. Selain itu penelitian ini juga untuk menentukan apakah info
epidemioligi yang ada betul-betul konsisiten berdasarkan hipotesis yang di
ajukan serta dengan ilmu pengetahuan,ilmu biomedis terbaru dan ilmu perilaku.
Penelitian ini juga untuk memberikan dasar terhadap pengembangan langka-
langka pengendalian serta prosedur pencegahan bagi populasi dan kelompok
yang beresiko, serta untuk pengembangan langka dan kegiatan kesehatan bagi
masyarakat yang membutuhkan, dan kesemuanya itu akan di pakai untuk
mengevaluasi kesuksesan
2. Metode penyusunan hipotesis :
a. Metode perbedaan (Method of difference).
b. Metode persamaan/Metode Persetujuan (Method of agreement)
c. Metode Variasi Bersama (Method of concomitant variation)
d. Metode analogi (Method of analogy)
3. Beberapa ketentuan dalam penyusunan hipotesis :
a. Hipotesis umumnya disusun berdasarkan data/observasi klinis,
laboratorium, data deskriptif dan lain-lain.
b. Makin kuat hubungan statistik hasil pengamatan, makin kuat pula suatu
hipotesis, artinya makin besar kemungkinannya bahwa hubungan tersebut
adalah hubungan sebab akibat.

18
c. Perubahan frekuensi penyakit dalam suatu periode tertentu sangat berguna
dalam penyusunan hipotesis terutama bila waktunya relatif pendek.
d. Kasus yang bersifat khusus atau kasus terisoler harus mendapatkan
perhatian yang khusus pula dalam menegakkan hipotesis.
4. Hasil nilai prediktif positif lebih tinggi dari nilai prediktif negatif. Hasil ini
menunjukan hasil tes mikroskopis positifdapat memprediksi anak-anak dengan
gejala malaria cukup tinggi, sedangkan hasil tes mikroskopis negatif benar-
benar memprediksi anak-anak bebas dari malaria cukup rendah, dengan kata
lain banyak kasus negatif berdasarkan hasil skrining/penapisan , pada
kenyataannya memiliki penyakit malaria.

B. Saran
Saran dari kami agar para pembaca dapat menambah wawasan dan
pengetahuannya mengenai tujuan riset epidemiologi, hipotesis dalam epideimologi,
skrining beserta contoh kasusnya dari makalah ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

ABD. NASIR, A. M. (2011). BUKU AJAR METODOLOGI PENELITIAN


KESEHATAN. YOGYAKARTA: NUHA MEDIKA.
AZWAR, A. (t.thn.). PENGANTAR EPIDEMIOLOGI. TANGERANG: BINARUPA
AKSARA.
BUSTAN, M. (2006). PENGANTAR EPIDEMIOLOGI. JAKARTA: RINEKA CITRA.
HIKMAWATI, I. (2011). BUKU AJAR EPIDEMIOLOGI. YOGYAKARTA: NUHA
MEDIKA.
LESTARI, H. (2017). SURVEI EPIDEMIOLOGI. KENDARI.
NAJMAH. (2016). EPIDEMIOLOGI. JAKARTA: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
NOOR, N. N. (2008). EPIDEMIOLOGI. JAKARTA: RINEKA CIPTA.
SUTRISNA, B. (2010). PENGANTAR METODE EPIDEMIOLOGI. JAKARTA:
DIAN RAKYAT.
ZATA, I. (2018). BAHAN AJAR DASAR EPIDEMIOLOGI.

20

Anda mungkin juga menyukai