Anda di halaman 1dari 62

PENDAHULUAN

Sebagai seorang calon perawat profesional, Anda diharuskan untuk dapat


memberikan asuhan keperawatan komunitas yang berkualitas kepada klien,
berdasarkan standar praktik keperawatan komunitas. Modul Epidemiologi dan
Deyang akan Anda pelajari dalam mata kuliah Keperawatan Komunitas berkaitan
langsung dengan tugas-tugas Anda sebagai perawat profesional di masyarakat.
Dalam modul ini akan dibahas tentang konsep dasar epidemiologi dan
demografi. Untuk mempermudah Anda dalam mempelajari modul ini, maka modul
dibagi dalam tiga kegiatan belajar, yaitu:
Kegiatan Belajar 1 : Konsep Dasar Epidemiologi
Kegiatan Belajar 2 : Surveilance Epidemiologi
Kegiatan Belajar 3 : Konsep Demografi
Setelah mempelajari materi yang terdapat dalam modul ini, Anda diharapkan
mampu memahami konsep dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, dan mampu
memahami serta menerapkan dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat
sebagai penunjang praktik keperawatan. Penguasaan Anda tentang penerapan dasar-
dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat ini, akan sangat bermanfaat dalam
pengaplikasian pemberian asuhan keperawatan di masyarakat secara optimal.
Dalam modul ini Anda diminta untuk banyak membaca dan berlatih baik
secara mandiri ataupun bersama teman-teman sejawat Anda, agar Anda mendapatkan
gambaran dan penguasaan yang lebih mendalam dan luas tentang konsep dasar
epidemiologi dan demografi tersebut serta menerapkannya dalam praktek
keperawatan yang biasa Anda lakukan. Modul ini dapat Anda selesaikan dalam
waktu 10 jam. Aturlah jadual belajar Anda, sehingga modul ini dapat Anda
selesaikan sesuai waktu yang disediakan.
Materi dalam modul ini telah disesuaikan dengan pengalaman praktik Anda
sehari-hari, sehingga dengan membaca dan berlatih sungguh-sungguh, mudah –
mudahan Anda akan dapat menguasai dan menyelesaikan modul ini tepat waktu dan
mendapatkan hasil yang maksimal.

Selamat belajar, selalu sukses!


2

Kegiatan belajar 1
Konsep Dasar Epidemiologi

A. Tujuan pembelajaran
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 1 ini, Anda diharapkan dapat
menjelaskan Konsep Dasar Epidemiologi meliputi:
1. Pengertian epidemiologi
2. Komponen dalam epidemiologi
3. Tujuan dan kegunaan epidemiologi
4. Ruang lingkup epidemiologi
5. Prinsip prinsip yang dipelajari dalam epidemiologi
6. Studi Epidemiologi
7. Perjalanan penyakit
8. Proses terjadinya penyakit
9. Pencegahan penyakit
10. Ukuran dalam epidemiologi
11. Kejadian Luar biasa

B. Konsep Dasar Epidemiologi


1. Pengertian epidemiologi
Epidemiologi berasal dari kata Yunani, yaitu (Epi = pada, Demos =
penduduk, logos = ilmu), dengan demikian epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari hal-hal yang terjadi pada penduduk. Ada beberapa pengertian
tentang Epidemiologi yang dapat dipelajari. Menurut Leavell and Clark ,
epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari faktor-faktor dan kondisi
kondisi yang menentukan timbulnya dan distribusi dari: kesehatan,
penyakit, cacat, ketidak mampuan dan kematian pada penduduk.
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan
penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan (Azrul Azwar). sedangkan menurut
W.H. Frost, epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya,
distribusi, dan jenis penyakit pada manusia menurut waktu dan tempat.
3

2. Komponen dalam epidemiologi


Ada 3 komponen penting yang ada dalam epidemiologi, sebagai berikut:
Frekuensi masalah kesehatan , Penyebaran masalah kesehatan dan Faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan. Untuk
keterangan ketiga faktor tersebut, pelajarilah uraian dibawah ini:
a. Frekuensi masalah Kesehatan

Frekuensi masalah kesehatan menunjukkan kepada besarnya masalah


kesehatan yang terdapat pada sekelompok manusia/masyarakat. Artinya
bila dikaitkan dengan masalah penyakit menunjukkan banyaknya
kelompok masyarakat yang terserang penyakit.
Untuk mengetahui frekuansi masalah kesehatan yang terjadi pada
sekelompok orang atau masyarakat harus dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1). Menemukan masalah kesehatan, melalui cara: Penderita yang datang
berobat ke puskesmas, terutama penyakit menular yang berbahaya dan
dapat menimbulkan wabah penyakit, Laporan dari masyarakat yang
datang ke puskesmas dan kunjungan rumah dalam rangka perawatan
keluarga.
2). Penelitian/survei kesehatan
3). Studi kasus.

b. Penyebaran Masalah Kesehatan

Penyebaran masalah kesehatan menunjukkan kepada pengelompokan


masalah menurut keadaan waktu (variabel time), menurut keadaan
tempat (variabel place), dan menurut keadaan orang (variabel
men/person). Mempelajari penyebaran penyakit berarti mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1)Siapakah yang terserang? -- keadaan orang, orang tua, anak-anak,
wanita, pria dan sebagainya
2)Dimanakah serangan itu terjadi? -- keadaan tempat, daerah
perkotaan, daerah pedesaan, pantai, gunung dan sebagainya
4

3). Kapan bilamana serangan itu terjadi? -- keadaan waktu apakah


pada waktu musim hujan, musim panas atau pada periode waktu
tertentu.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masalah Kesehatan


Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan di sini
menunjukkan kepada faktor penyebab dari suatu masalah kesehatan,
baik yang menerangkan frekuensi, penyebaran atau yang
menerangkan penyebab dari suatu masalah kesehatan itu sendiri.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan adalah:
1) Mempelajari hubungan antara timbulnya penyakit pada masing-
masing kelompok penduduk terhadap faktor risiko yang ada.
2) Menyusun hipotesa
3) Menguji hipotesa untuk membuktikannya
4) Menarik kesimpulan.

3. Tujuan dan kegunaan epidemiologi


a. Tujuan epidemiologi
1) Menjelaskan mekanisme penyebab penyakit
2) Menjelaskan terjadinya wabah setempat
3) Menjelaskan perkembangan alamiah penyakit
4) Membantu administrasi kesehatan

b. Kegunaan epidemiologi
Banyak kegunaan dan manfaat dari pada pekerjaan epidemiologi
dalam kesehatan diantaranya adalah:

1). Membantu dalam pekerjaan administrasi kesehatan

Data yang diperoleh dari epidemiologi akan dapat digunakan untuk


dalam perencanaan pelayanan kesehatan yang akan dilakukan, kemu-
dian rencana tersebut diimplementasikan dalam bentuk program
pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan program penanggulangan
5

penyakit, monitoring atau pengawasan pelayanan kesehatan dan


evaluasi dari pada pelayanan kesehatan yang dilakukan.

2). Untuk menjelaskan penyebab

Kegiatan epidemiologi akan dapat menjelaskan mengapa terjadi suatu


masalah kesehatan. Dengan mengetahui penyebab dari suatu masalah
kesehatan maka akan disusun langkah penanggulangan masalah terse-
but agar tidak meluas atau mengurangi dampak yang diakibatkan oleh
masalah atau kejadian wabah/penyakit. Dan penanggulangannya dapat
bersifat preventif atau kuratif.

3). Untuk menerangkan perkembangan alamiah sesuatu penyakit


Pengetahuan yang berkaitan dengan perkembangan alamiah suatu
penyakit penting artinya untuk menggambarkan perjalanan suatu
penyakit, terutama yang berkaitan dengan pekembangan penyakit
yang berhubungan dengan keadaan waktu, tempat dan orang. Dengan
mengetahui perkembangan penyakit tersebut maka akan dapat
dilakukan berbagai upaya untuk mencegah atau menghentikan
perjalanan penyakit tersebut.

4). Untuk menerangkan suatu keadaan masalah kesehatan


Kegiatan epidemiologi dapat menerangkan keadaan dari suatu
masalah kesehatan, terutama yang berkaitan dengan keadaan waktu
terjadinya suatu masalah kesehatan, tempat terjadinya masalah
tersebut, serta orang atau masyarakat yang terserang penyakit.

5). Untuk penelitian dan pengembangan Program Pemberantasan


Penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan. Dengan
mengetahui hubungan kausal antara dan faktor resiko yang
dilakukan dalam penyelidikan epidemiologi analitik, maka dapat
direncanakan program pengembangan pemberantasan penyakit
dan usaha-usaha penanggulangan masalah kesehatan secara
keseluruhan.
6

6). Untuk memperoleh keterangan dalam mengklasifikasikan


penyakit, baik dilihat dari keadaan waktu, tempat, dan orang yang
terserang suatu penyakit atau masalah kesehatan yang diperoleh
dari suatu penelitian akan sangat berguna dalam
mengklasifikasikan penyakit.

7). Untuk penyusunan program pencegahan penyakit

Dengan ditemukannya faktor-faktor risiko dalam terjadinya


penyakit, sebagai hasil penelitian diskriptif dan hubungan kausal
antara faktor yang dapat menimbulkan penyakit dari penelitian
analitik, maka dapatlah ditentukan langkah-langkah dalam
pencegahan penyakit, baik yang bersifat pencegahan primer,
sekunder, dan tertier.

4. Ruang lingkup epidemiologi


Ruang lingkup epidemiologi dibedakan atas 3 sebagai berikut:
a. Masalah Kesehatan Sebagai Subjek dan Objek Epidemiologi.

Epidemiologi tidak hanya sekedar mempelajari masalah penyakit


saja, tetapi juga mencakup masalah kesehatan yang sangat luas
yang ditemukan di masyarakat. Diantaranya masalah keluarga
berencana, kesehatan lingkungan, pengadaan tenaga kesehatan,
pengadaan sarana kesehatan dan sebagainya. Dengan demikian
subjek dan objek epidemiologi berkaitan dengan masalah
kesehatan secara keseluruhan.

b. Masalah Kesehatan pada Sekelompok Manusia

Epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan me-


manfaatkan data dari hasil pengkajian terhadap sekelompok
manusia, baik yang menyangkut masalah penyakit, keluarga
berencana atau kesehatan lingkungan. Setelah dianalisa dan
7

diketahui penyebabnya dilakukan upaya penanggulangan sebagai


tindak lanjutnya.

c. Pemanfaatan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kese-


hatan dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah
kesehatan.
Epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah
kesehatan dan penyebab dari masalah dengan cara menganalisa data
tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan yang terjadi
pada sekelompok manusia atau masyarakat. Dengan memanfaatkan
perbedaan yang kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat
dirumuskan penyebab timbulnya masalah kesehatan.

5. Prinsip prinsip yang dipelajari dalam epidemiologi


a.Mempelajari sekelompok manusia/masyarakat yang mengalami
masalah kesehatan
b.Menunjuk kepada banyaknya masalah kesehatan yang ditemukan pada
sekelompok manusia yang dinyatakan dengan angka frekuensi mutlak
atau rasio
c.Menunjukkan kepada banyaknya masalah kesehatan yang dirinci
menurut keadaan tertentu, diantaranya keadaan waktu, tempat, orang
yang mengalami masalah kesehatan
d.Merupakan rangkaian kegiatan tertentu yang dilakukan untuk
mengkaji masalah kesehatan sehingga diperoleh kejelasan dari
masalah tersebut.

6. Studi Epidemiologi
Secara umum studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kategori,
yaitu:
a. Studi yang ditujukan untuk menentukan jumlah atau frekuensi dan
distribusi penyakit di suatu daerah berdasarkan variabel orang, tempat
dan waktu yang disebut epidemiologi deskriptif. Epidemiologi deskriptif
mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan
8

tanpa memandang perlu mencari jawaban terhadap faktor-faktor


penyebab timbulnya masalah kesehatan tersebut.
b. Selanjutnya epidemiologi deskriptif akan menjawab pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut: 1). Siapa (who), kelompok masyarakat
mana yang terserang 2). Di mana (where), serangan itu terjadi 3). Kapan
(when), waktu serangan itu.
c. Studi epidemiologi yang ditujukan untuk mencari faktor-faktor
penyebab timbulnya penyakit atau mencari penyebab terjadinya variasi
yaitu tinggi atau rendahnya frekuensi penyakit pada berbagai kelompok
individu, dikenal sebagai epidemiologi analitik. Studi ini menekankan
pada pencarian jawaban terhadap penyebab terjadinya frekuensi,
penyebaran serta munculnya suatu masalah kesehatan. Dalam
epidemiologi analitik diupayakan untuk mencari jawaban
"mengapa" (why) timbul masalah kesehatan tersebut, untuk kemudian
dianalisa hubungannya dengan akibat yang ditimbulkan.

Selain hal tersebut di atas, studi epidemiologi juga sangat berkaitan erat
dengan penelitian-penelitian epidemiologi. Dikenal dua macam
penelitian epidemiologi yaitu:
a. Penelitian Epidemiologik Intervensi
Penelitian intervensi adalah penelitian eksperimental yang dilakukan
terhadap masyarakat. Peneliti memberikan perlakuan atau manipulasi
pada masyarakat, kemudian efek perlakuan tersebut diobservasi, baik
secara individual maupun kelompok dalam kaitan fungsi penelusuran
patogenesis penyakit. Penelitian intervensi mempunyai potensi untuk
mengungkap mekanisme sebab akibat antara faktor risiko (penyebab
penyakit) dengan efek (penyakit atau status kesehatan
tertentu). Sebagai contoh, penelitian terhadap pengaruh "kampanye"
jamban keluarga terhadap angka kematian anak balita di suatu daerah.

b. Survei Epidemiologi
Berbeda dengan penelitian intervensi, pada survei epidemiologik baik
deskriptif maupun analitik (sebagai penelitian epidemiologi non-
9

eksperimental) kedalaman analisis mekanisme sebab akibat tidak dapat


diperoleh. Hal ini disebabkan karena ada survei epidemiologi observasi
dilakukan pada fenomena kesehatan (faktor risiko dan efek) dalam
keadaan "apa adanya" tanpa manipulasi.
1) Survei Deskriptif
Survei epidemiologi deskriptif ialah suatu penelitian yang tujuan
utamanya melakukan eksplorasi deskriptif terhadap fenomena kesehatan
masyarakat, baik yang berupa faktor risiko maupun efek. Penelitian ini
hanya menyuguhkan sedeskriptif mungkin fenomena tersebut, tanpa
mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tersebut
terjadi. Sebagai contoh misalnya, survei angka kematian dan angka
kelahiran pada suatu daerah tertentu, atau survei tentang insidensi dan
prevalensi penyakit tertentu di suatu daerah.

2) Survei Analitik
Pada survei epidemiologi analitik, peneliti mencoba menggali bagaimana
dan mengapa fenomena kesehatan masyarakat itu terjadi, yaitu dengan
menganalisis dinamika korelasi antar fenomena, baik antara faktor risiko
dengan efek, antar faktor risiko maupun antar efek. Dari analisis korelasi
tersebut dapat didekati seberapa besar kontribusi faktor risiko tertentu
terhadap kejadian efek yang dipelajari. Dikenal tiga macam survei
epidemiologi analitik, yaitu:
a) Penelitian Cross Sectional
Survei cross sectional merupakan penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan model
pendekatan atau observasi sekaligus pada satu saat, atau point time
approach. Dengan pendekatan "satu saat" bukan dimaksudkan semua
subjek diamati tepat pada saat yang sama, melainkan tiap subjek hanya
diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status
karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.
10

b) Penelitian Case Control


Berbeda dengan penelitian cross sectional, model pendekatan yang
digunakan pada penelitian case control dan penelitian cohort ialah
pendekatan waktu secara longitudinal, atau period time approach.
Karakter subjek yang diobservasi bukan hanya status pada saat dilakukan
penelitian, tetapi dilihat perkembangannya pada periode tertentu, baik ke
belakang (retrospektif) maupun kedepan (prospektif)
Sesuai dengan namanya, penelitian case control dilakukan dengan
mengidentifikasi subjek yang merupakan kasus (case adalah subjek
dengan karakter efek positif) kemudian diikuti secara retrospektif ada
tidaknya faktor risiko (kausa) yang diduga berperan. Penentuan ada
tidaknya kontribusi pengaruh faktor risiko terhadap terjadinya efek
dilakukan dengan membandingkan adanya faktor-faktor risiko tersebut
pada subjek-subjek kontrol, yang juga dilihat secara retrospektif.
Kelompok subjek kontrol dipilih dari individu yang sejauh mungkin
sama kondisinya dengan subjek kasus (dipilih secara matching), kecuali
individu tersebut tidak menunjukkan adanya penyakit atau status
kesehatan tertentu yang diteliti (kontrol adalah subjek dengan karakter
efek negatif).

c) Penelitian Cohort
Pada penelitian cohort bukan efek yang "dipegang' dulu, tetapi kausa
(faktor risiko) diidentifikasi, kemudian diikuti secara prospektif sampai
periode tertentu untuk kemudian ditentukan ada tidaknya efek (penyakit
atau status kesehatan tertentu yang diteliti). Berbeda dengan case control
pada penelitian cohort yang diidentifikasi dulu jutsru individu yang tidak
berpenyakit (karakter efek negatif), kemudian dari mereka dipilih subjek
dengan faktor risiko (kausa) positif. Sebagai kelompok kontrol, diambil
individu yang tanpa faktor risiko, tetapi kondisi lainnya diusahakan sama
dengan kelompok kasus. Kedua kelompok diikuti perkembangannya
sampai periode tertentu, selanjutnya dibandingkan banyaknya subjek
vang kemudian menjadi berpenyakit (efek positif) antar kedua kelompok
tersebut.
11

Secara ringkas perbedaan ketiga macam survei analitik tersebut dapat


dirangkum sebagai berikut: pada penelitian cross sectional kasus dan
efek diidentifikasi pada saat yang sama; pada penelitian ecase
control efek diidentifikasi dulu, kemudian ditelusuri secara
retrospektif adanya kausa; sementara pada penelitian cohort kausa
diidentifikasi dulu, kemudian diikuti secara perspektif timbulnya
efek.

Sampai di sini, coba sekali lagi pahami tentang beberapa metode penelitian
yang dapat dilakukan dalam kaitannya dengan Epidemiologi. Apabila sudah,
Anda dapat melanjutkan mempelajari uraian berikut ini.

7. Perjalanan penyakit
Perjalanan penyakit yang terjadi pada manusia dapat digolongkan
menjadi 5 tahap, yaitu:
a. Tahap pre-patogenesis
Pada tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit
penyakit, tetapi interaksi ini terjadi di luar tubuh manusia, dalam arti
bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan belum masuk
kedalam tubuh. Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda-
tanda penyakit dan daya tahan tubuh penjamu masih kuat dan dapat
menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.
b. Tahap inkubasi
Tahap inkubasi adalah masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh
penjamu, tetapi gejala penyakit belum nampak. Tiap penyakit
mempunyai masa inkubasi yang berbeda, ada yang bersifat seperti
influenza dan penyakit kolera masa inkubasinya hanya 1-2 hari saja,
tetapi ada juga yang bersifat menahun misalnya kanker paru-paru,
AIDS dan sebagainya
c. Tahap penyakit dini
Tahap penyakit dini dihitung mulai dari munculnya gejala penyakit,
pada tahap ini penjamu sudah jatuh sakit tetapi masih dalam tahap
yang ringan. Dan penjamu masih dapat menjalankan akitifitas
12

sehari-hari. Apabila pada tahap ini penyakit segera diobati mungkin


penyakit akan dapat segera teratasi, tetapi apabila dibiarkan dan
tidak segera diobati maka penyakit akan menjadi lebih parah.
Keadaan ini sangat tergantung kepada daya tahan tubuh manusia itu
sendiri, gizi, istirahat dan perawatan yang baik di rumah (self care).
d. Tahap penyakit lanjut
Apabila penyakit bertambah parah karena tidak diobati, atau pengo-
batannya tidak teratur dan tidak memperhatikan anjuran yang
diberikan pada tahap penyakit dini, maka penyakit masuk ke dalam
tahap penyakit lanjut. Pada tahap ini penjamu kelihatan sangat tak
berdaya dan tidak sanggup lagi menjalankan aktifitas sehari-hari.
Pada tahap ini penjamu memerlukan perawatan dan pengobatan yang
intensif.
e. Tahap akhir penyakit.
Tahap akhir suatu penyakit dibagi dalam 5 keadaan, sebagai
berikut:
1).Sembuh sempurna: bentuk dan fungsi tubuh penjamu kembali
berfungsi seperti keadaan sebelumnya dan penjamu dinyatakan
bebas dari penyakit.
2). Sembuh tetapi cacat: penyakit berakhir dan bebas dari penyakit,
tetapi ke sembuhan tidak sempurna, karena terjadi cacat. Cacat
dapat berupa cacat fisik, cacat mental, maupun cacat social.
3).Karier: penyakit seolah-olah terhenti, karena gcjala penyakit
tidak nampak lagi, tetapi dalam tubuh penjamu masih terdapat
bibit penyakit yang pada satu saat apabila daya tahan tubuh pen-
jamu menurun akan dapat kambuh kembali. Keadaan ini mem-
bahayakan bagi penjamu sendiri, dan orang lain/masyarakat,
karena dapat menjadi sumber penularan penyakit (human res-
ervoir).
4).Kronis: pada keadaan ini perjalanan penyakit nampak berhenti,
tetapi gejala penyakit tidak berubah. Dengan kata lain tidak
bertambah berat ataupun bertambah ringan. Keadaan ini penjamu
masih tetap berada dalam keadaan sakit.
13

5). Meninggal: apabila keadaan penyakit bertambah parah dan tak


dapat diobati lagi, sehingga berhentinya perjalanan penyakit
karena penjamu meninggal dunia.

8. Proses terjadinya penyakit


Konsep dasar terjadinya penyakit, banyak teori yang dikemukakan
para ahli mengenai timbulnya penyakit. Dewasa ini dikenal 3 proses
terjadinya penyakit, sebagai berikut:

1. Segitiga epidemiologi (The epidemiologic triangle)


HOST (Penjamu)

AGENT (Penyebab Penyakit) ENVIRONTMENT


(Lingkungan)

Gambar 1.01 Segitiga epidemiologi

Menurut model ini, apabila ada perubahan dari salah satu faktor,
maka akan terjadi perubahan keseimbangan diantara mereka, yang
berakibat akan bertambah atau berkurangnya penyakit yang
bersangkutan.

2. Jaring-jaring sebab-akibat (The web of causation)


Menurut model ini, bahwa suatu penyakit tidak tergantung kepada
suatu sebab yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan sebagai akibat
dari serangkaian proses sebab akibat. Dengan demikian timbulnya
suatu penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong
mata rantai di berbagai faktor.
14

3. Model roda

Gambar 1.02. Model roda.


Dalam model roda diperlukan identifikasi dari berbagai faktor yang
berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak begitu
menekankan kepada pentingnya faktor agent. Di sini yang
dipentingkan adalah hubungan antara manusia dengan lingkungan
hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan sangat
bergantung dengan penyakit yang bersangkutan. Sebagai contoh:
Peranan lingkungan sosial sangat berperanan dalam menyebabkan
stres mental, peranan lingkungan biologis akan lebih besar dari
yang lain dalam menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui
vektor, dan peranan lingkungan genetik akan lebih besar dalam
menimbulkan penyakit keturunan.

Dari ketiga model di atas akan dijelaskan model yang pertama,


yaitu hubungan antara penjamu, agent dan lingkungan. Hubungan
ketiganya dalam menimbulkan penyakit sangat kompleks, karena
ketiga faktor ini saling mempengaruhi, penjamu, agent dan
lingkungan saling berlomba untuk menarik keuntungan dari
lingkungan dan penjamu berada di masing-masing ujung tuas,
sedangkan lingkungan sebagai penumpunya. Seseorang berada
dalam keadaan sehat apabila tuas penjamu berada dalam keadaan
seimbang dengan tuas bibit penyakit, Sebaliknya bila bibit penyakit
berhasil menarik keuntungan dari lingkungan maka orang itu akan
berada dalam keadaan sakit.
15

Untuk lebih jelasnya digambarkan sebagai berikut:

1 . Manusia dalam keadaan sehat

Host Agent
Enviroment

2. Manusia menderita penyakit karena daya tahan tubuh berkurang

Agent

Host Enviroment

3. Manusia menderita penyakit karena kemampuan bibit penyakit


meningkat

Host

Enviroment Agent

4. Manusia menderita penyakit karena perubahan lingkungan.

LINGKUNGAN
Agent

Penjamu (host)
Penjamu adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang
dapat mempengaruhi dan timbulnya suatu perjalanan penyakit.
16

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit pada penjamu


adalah:
1. Daya tahan tuhuh terhadap penyakit
Daya tahan tuhuh seseorang sangat dipengaruhi oleh kecukupan
gizi, aktifitas dan istirahat. Apabila sesorang hidup secara teratur
dengan memelihara higiene personal dengan baik serta dapat
memenuhi kebutuhan gizinya sesuai dengan aturan kesehatan maka
ia akan memiliki daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit.

2. Genetik
Ada beberapa penyakit keturunan yang dapat ditularkan dari kedua
orang tua, misal penyakit diabetes melitus, asma bronkiale dan
sebagainya.

3. Umur
Penyakit dapat menyerang seseorang pada umur-umur tertentu,
misalnya: penyakit morbili, difteria banyak menyerang anak-anak.
Rheumatik pada orang lanjut usia, dsb.

4. Jenis kelamin
Ada beberapa penyakit tertentu hanya menyerang jenis kelamin
tertentu, sebagai contoh: kanker payudara banyak ditemukan pada
wanita, sedangkan kanker prostat diderita oleh pria.

5. Adat kebiasaan
Kebiasaan-kebiasaan buruk seseorang merupakan ancaman
kesehatan bagi orang tersebut, sebagai contoh:
a. Seseorang yang kurang dapat memelihara higiene personalnya,
seperti kulit, gigi dan mulut, akan mudah untuk terserang
penyakit.
b. Kebiasaan merokok akan dapat menimbulkan penyakit kanker
paru.
17

c. Kebiasaan minum minuman keras akan dapat menimbulkan


penyakit lever.

6. Ras
Ada beberapa ras tertentu yang diduga lebih sering menderita
beberapa penyakit tertentu, penyakit hemofili banyak ditemukan
pada orang Eropa

7. Pekerjaan
Situasi pekerjaan tertentu akan dapat menimbulkan penyakit
tertentu, misalnya orang yang bekerja di pabrik asbes kemungkinan
besar akan menderita penyakit asbestosis, dan para manager
perusahaan sering mengalami stres daripada bawahannya. Dan
banyak lagi faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit pada
manusia.

Agent
Agent adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau
ketidakberadaannya dapat menimbulkan penyakit atau
mempengaruhi perjalanan suatu penyakit.

Golongan yang dapat menimbulkan penyakit adalah:


1. Golongan biologik
Yang termasuk dalam golongan ini adalah mikroorganisme seperti
virus, bakteria, riketsia, sedangkan yang bukan termasuk golongan
mikroorganisme yang banyak menimbulkan penyakit adalah cacing,
protozoa, sedangkan yang termasuk golongan tumbuh-tumbuhan
adalah jamur.

2. Golongan gizi
Gizi sangat pcnting artinya untuk kehidupan manusia, untuk
mempertahankan hidupnya manusia memerlukan berbagai unsur
gizi yang sangat diperlukan diantaranya protein, karbohidrat,
18

lemak, vitamin dan mineral. Mengenai kebutuhan gizi ini


disesuaikan dengan kebutuhan seseorang dan setiap orang tidak
sama kebutuhannya. Jika seseorang mengalami kekurangan atau
kelebihan gizi maka akan dapat menimbulkan penyakit.

3. Golongan fisik
Yang termasuk golongan fisik adalah suhu yang terlalu tinggi atau
rendah, suara yang terlalu bising, tekanan udara, kelembaban
udara, radiasi, atau trauma mekanis yang dialami seseorang yang
dapat menimbulkan berbagai penyakit. Golongan fisik akan dapat
menimbulkan penyakit apabila berada dalam keadaan luar biasa
baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Misalnya suhu yang
terlalu panas akan dapat menimbulkan heat stroke.

4. Golongan kimia
Ada beberapa zat kimia yang dapat menimbulkan penyakit terhadap
seseorang, baik yang berasal dari luar tubuh maupun yang berasal
dari dalam tubuh seseorang. Zat kimia yang berasal dari luar tubuh
dapat berupa logam berat, bahan-bahan insektisida yang dapat
membunuh serangga dan banyak lainnya. Sedangkan yang berasal
dari dalam tubuh adalah hasil metabolisme yang tak dapat
dikeluarkan tubuh misal urium yang seharusnya dikeluarkan
melalui urine.

5. Golongan mekanik
Golongan mekanik sering dikategorikan ke dalam golongan fisik,
tetapi sebenarnya golongan mekanik lebih banyak disebabkan oleh
karena kelalaian manusia, seperti kecelakaan lalu lintas, pukulan,
kecelakaan dalam pekerjaan dan sebagainya.
19

Lingkungan (environment)
Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu
yang berada disekitar manusia sserta pengaruh-pengaruh luar yang
mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia.
Lingkungan dapat dibagi dalam 2 macam, yaitu:
l. Lingkungan fisik
Yang merupakan lingkungan alamiah yang terdapat disekitar
manusia, seperti: Cuaca, Musim, Keadaan geografis, Struktur
geologi

2. Lingkungan non fisik


Lingkungan non fisik adalah lingkungan yang muncul sebagai akibat
adanya interaksi antar manusia, seperti: Keadaan sosial budaya dan
ekonomi, Norma-norma yang berlaku, Nilai-nilai yang berlaku, Adat
istiadat, Kepercayaan agama.

3. Lingkungan biologis
Lingkungn biologis adalah segala bentuk kehidupan yang berada
disekitar manusia seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, juga termasuk
mikroorganisme seperti kuman yang dapat menimbulkan penyakit
pada manusia.
Peranan lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit adalah
sebagai reservoir bibit penyakit. Yang dimaksud dengan reservoir
di sini adalah tempat hidup yang dipandang paling sesuai bagi bibit
penyakit untuk berkembang biak.

Disamping itu ada reservoir lainnya yang menjadi tempat ber-


kembangbiaknya bibit penyakit, diantaranya adalah:

1. Human reservoir
Human reservoir adalah bibit penyakit yang hidup dalam tubuh
manusia. Timbul atau tidak nya penyakit pada manusia tersebut akan
sangat tergantung kepada sifat bibit penyakit tersebut, dan sangat
tergantung pula daya tahan tubuh manusia terhadap penyakit.
20

2. Animal Reservoir
Animal reservoir adalah bibit penyakit yang hidup dalam tubuh
binatang, yang karena satu hal dapat menyerang manusia.

3. Antropode Reservoir
Sama dengan animal reservoir, bibit penyakit tersebut hidup dalam
tubuh binatang yang termasuk dalam kelompok antropode.

9. Pencegahan penyakit
Salah satu kegunaan pengetahuan riwayat alamiah penyakit adalah untuk
melakukan upaya pencegahan. Dikenal ada empat tingkat pencegahan
penyakit:

Pre Patogenesis Underlying condition Primordial Prevention

Health promotion Primary Prevention


Specific Protection
Patogenesis Early diagnosis dan Secondary Prevention
Promotion Treatment
Disability Limitation Tertiary Prevention
Rehabilitation

Primordial prevention (pencegahan awal) diperkenalkan (Beaghhole,


WHO, 1993) sebagai salah satu bentuk upaya pencegahan yang
didapatkan berdasarkan pengalaman epidemiologi dalam menangani
masalah penyakit kardiovaskuler. Ditemukan bahwa terjadinya penyakit
jantung pada masyarakat luas jika hanya terdapat kausal dasar (basic
underlying cause) yang berupa makanan tinggi lemak binatang. Jika
bentuk penyebab dasar ini tidak ada, seperti di Cina dan Jepang, penyakit
jantung jarang ditemukan meskipun ditemukan banyak faktor risiko
lainnya seperti merokok dan tekanan darah tinggi. Namun demikian
kanker paru tinggi karena rokok dan stroke tinggi akibat hipertensi di
Cina dan Jepang.
21

Tujuan dari Primordial adalah untuk menghindari terbentuknya pola


hidup sosial ekonomi dan kultural yang mendorong peningkatan risiko
penyakit. Upaya ini terutama ditujukan kepada masalah penyakit tidak
menular yang sementara menunjukkan peningkatannya.
Pada negara yang sedang berkembang, penyakit jantung koroner menjadi
penting terutama pada daerah perkotaan untuk kelompok kelas
menengah dan atas. Dengan peningkatan derajad sosial ekonomi maka
akan terjadi penyebaran luas faktor risiko yang selanjutnya akan
mengantarkan peningkatan besar masalah penyakit, jantung koroner.
Upaya primordial penyakit jantung koroner dapat berupa kebijaksanaan
nasional nutrisi dalam sektor agrokultur, industri makanan, impor dan
ekspor makanan, penanganan komprehensif rokok, pencegahan
hipertensi dan promosi aktifitas fisik/olahraga.
Upaya primordial juga diperlukan dalam hal peningkatan polusi udara
(greenhouse effect, acid rain, ozone-layer depletion) dan pengaruh asap
di daerah perkotaan (penyakit jantung dan paru). Misalnya peningkatan
konsentrasi sulfur dioxide di atmosfir pada beberapa kota besar (Paris,
London, New York, Tokyo dan kota-kota besar lainnya) melebihi nilai
ambang maksimum yang direkomendasikan oleh WHO. Diperlukan
upaya awal terhadap penyebab dasar untuk melindungi masyarakat dari
gangguan kesehatan.

Contoh upaya pencegahan:


1. Pencegahan Tingkat Awal (Primordial Prevention)
a. Gizi rendah lemak jenuh
b. Pengendalian rokok
2. Pencegahan Pertama
Dilakukan pada masa sebelum sakit yang dapat berupa:
a. Pendidikan Kesehatan
b. Imunisasi
c. Kontrol lingkungan/sanitasi
d. Konsul genetika
3. Pencegahan Tingkat Kedua
22

Diusahakan dilakukan pada awal masa sakit yang berupa:


a. Screening (penyaringan)
b. Pemberian pengobatan sejak dini
4. Pencegahan Tingkat Ketiga
Upaya ini dilakukan 'pasca-sakit' seperti:
a. Rehabilitasi
b. Rumah perawatan wanita tua/jompo

Besarnya Kemungkinan Pencegahan


Besarnya kemungkinan keberhasilan upaya pencegahan sangatlah
terbatas, antara lain tergantung pada natural dari penyakit yang dicegah.
Tak dapat disangkal ada penyakit atau masalah kesehatan yang relatif
dapat dan mudah dicegah dan ada yang sulit bahkan tidak dapat dicegah.
Pengetahuan tentang besarnya kemungkinan suatu penyakit untuk dapat
dicegah antara lain akan bermanfaat dalam menentukan pilihan prioritas
penyakit yang akan diberantas. Penyakit yang sepenuhnya dicegah,
misalnya polio, mendapat prioritas utama untuk diberantas. Walaupun
semua penyakit adalah masalah kesehatan yang penting, pilihan memang
harus selalu dilakukan.

10. Ukuran dalam epidemiologi


Ada beberapa cara pengukuran yang akan dikemukaan di sini
diantaranya adalah:
Angka kesakitan (morbiditas)
Insiden: adalah gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu
penyakit yang ditemukan pada suatu waktu tertentu di sekelompok
manusia.
a. Angka insiden adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang
ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu (umumnya satu tahun)
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit
baru tersebut pada pertengahan tahun jangka waktu yang bersangkutan
dalam persen atau permil.
23

b. Angka serangan adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang


ditemukan pada satu saat dibandingkan dengan jumlah penduduk yang
mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang sama dalam persen
atau permil.

c. Angka serangan sekunder adalah jumlah penderita baru suatu


penyakit yang terjangkit pada serangan kedua dibandingkan dengan
jumlah penduduk dikurangi yang telah pernah terkena pada serangan
pertama dalam persen atau permil.

Prevalensi: adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan


baru yang ditemukan pada waktu jangka tertentu di sekelompok
masyarakat tertentu.
a. Angka prevalensi periode adalah jumlah penderita lama dan baru
suatu penyakit yang ditemukan pada suatu waktu jangka tertentu
dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu
yang bersangkutan dalam persen atau permil.

b. Angka prevalensi poin adalah jumlah penderita lama dan baru


satu saat, dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu dalam
persen atau permil.

Angka kematian (mortality)


1. Angka kematian kasar: Jumlah semua kematian yang ditemukan
pada satu jangka waktu (satu tahun) dibandingkan dengan jumlah
penduduk pada pertengahan waktu yang bersangkutan dalam persen
atau permil.

2. Angka kematian bayi: adalah jumlah seluruh kematian bayi


(umur di bawah 1 tahun) pada satu jangka waktu (satu tahun)
dibagi dengan jumlah seluruh kelahiran hidup dalam persen atau
permil.
24

3. Angka kematian penyebab khusus: adalah jumlah seluruh


kematian karena suatu penyebab dalam satu jangka waktu tertentu
dibagi dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit
tersebut dalam persen atau permil.

4. Angka kasus fatal: adalah jumlah seluruh kematian karena satu


penyebab dalam jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah seluruh
penderita pada waktu yang sama dalam persen atau permil.

5. Angka Kematian Neonatal: adalah jumlah angka kematian bayi


usia di bawah usia 23 hari pada jangka waktu (satu) tahun dibagi
jumlah kelahiran hidup pada jangka waktu tahun yang sama dalam
persen atau permil.

6. Angka Kematian Perinatal: adalah jumlah kematian bayi 1 minggu


dalam satu tahun dibagi dengan jumlah kelahiran hidup pada tahun
yang sama dalam persen atau permil.

7. Angka Kematian Ibu: adalah jumlah kematian ibu karena


kehamilan, persalinan, dan nifas dalam satu tahun dibagi dengan
jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama dengan persen atau
permil.

Angka kesuburan (fertility rate)


1. Angka kelahiran kasar: adalah jumlah kelahiran hidup per tahun
dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun dalam persen
atau permil.
2. Angka kesuburan umum: adalah jumlah lahir hidup pertahun
dibagi dengan jumlah wanita usia subur pertengahan tahun dalam
persen atau permil.
3. Angka kesuburan spesifik: adalah jumlah lahir hidup per tahun
dibagi dengan jumlah wanita subur per tahun dalam persen atau
permil.
25

Nah, sepertinya sudah bertambah banyak yang Anda tahu tentang


Epidemiologi sebagai dasar dalam mempelajari keperawatan kesehatan
masyarakat. Sekarang kita lanjutkan untuk materi terakhir pada kegiatan
belajar 1, yaitu tentang Kejadian Luar Biasa (KLB) !

11. Kejadian Luar Biasa (KLB)


Pengertian KLB dan wabah
KLB = Out break = unusual event adalah timbulnya suatu kejadian
kesakitan/ kematian dan atau meningkatnya suatu
kejadian/kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi, pada
suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu.

Wabah
Wabah adalah suatu peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang
telah meluas secara cepat, baik jumlah kasus maupun luas daerah
terjangkit. Penyakit-penyakit yang berpotensi untuk menjadi
wabah/KLB, diantaranya diare/kolera, DHF, polio, campak, difteri,
pertusis, malaria, hepatitis, typhus abdominalis, enchephalitis,
meningitis, tetanus, keracunan, antrax.

Kriteria KLB
a. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak pemah ada
atau tidak dikenal di suatu daerah.
b. Adanya peningkatan kejadian kesakitan/kematian dua kali atau lebih
dibandingkan jumlah kesakitan/kematian yang biasa terjadi pada kurun
waktu sebelumnya (jam, hari, minggu) tergantung jenis penyakitnya.
c. Adanya peningkatan kejadian kesakitan secara terus menerus selama 3
kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
26

Kasus Penyakit A
Tgl..... Bulan ....... Tahun .........
di ……...
Kecamatan Bulan
1 2 3 4 5 6
A 2 2 4 9 3 6
B - - - 2 - -
C 2 3 4 3 2 1

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada bulan ke-4 di kecamatan A
dan B terjadi KLB, dan sedangkan pada kecamatan C walaupun ada
angka kejadian tetapi tidak bermakna secara epidemiologi dan
merupakan kejadian biasa.

Penanggulangan KLB/wabah
Sebelum penanggulangan perlu dilakukan penyelidikan untuk
mengetahui besarnya masalah dan sebab-sebabnya sehingga dapat
disusun suatu rencana penanggulangan yang tepat.

Dari penyelidikan tersebut perlu diketahui:


a. Jumlah penderita/kematian yang diketahui/dilaporkan
b. Jumlah penduduk yang terancam
c. Perkiraan jumlah penderita selama KLB dan wabah berlangsung
d. Luasnya KLB/wabah
e. Lamanya KLB dan atau wabah

Data-data tersebut bisa didapat dari:


a. Di tingkat desa: petugas lapangan yang terlatih di desa : kader , dukun
, PLKB , PKK , Guru , Pencatatan pada Puskesmas Pembantu

b. Di tingkat kecamatan: hasil pencatatan dan pelaporan di puskesmas


(WI dan W2), praktIk swasta, pencatatan dan pelaporan di tingkat
kecamatan.
27

c. Di tingkat kabupaten
1) data/laporan dinas kesehatan
2) data/Iaporan rumah sakit/laboratorium
3) data/laporan praktek swasta
4) data/laporan pemerintah daerah

d. Di tingkat propinsi
1) data/laporan dinas kesehatanlkanwil propinsi
2) instansi lain
3) data dari propinsi lain

Yang perlu dianalisa:


a. Faktor orang
1) Jumlah penderita dan keterangan dirinci menurut: umur, jenis
kelamin dan bila perlu suku, adat pekerjaan, agama, sosial, ekonomi
dll.
2) Data populasi dan populasi yang terkena resiko.

b. Faktor tempat
1) Penyebaran penderita dan kasus
2) Penentuan lokasi sumber infeksi atau awal KLB dan penyebarannya
3) Data lingkungan: geografis, biologis (vektor, hewan, turnbuhan), fisik,
kimia, sosial, ekonomi dan lain-lain.

c. Faktor waktu
1) Timbulnya kasus pertama
2) Perkiraan masa tunas yang diperhitungkan dari tanggal jatuh sakit
korban/penderita (date of onset).
3) Fluktuasi penderita
28

Rencana penanggulangan:
a. Tempat/sasaran
1) Menentukan daerah yang akan ditanggulangi
2) Jumlah penduduk dan penduduk terancam yang dicakup

b. Metode penanggulangan
Tergantung padajenis penyakit yang sedaug berjangkit

c. Sarana
1) Tenaga sesuai dengan kegiatan penanggulangan
2) Bahan, alat, transportasi, obat-obatan
3) Biaya
4) Dan lain-lain

d. Waktu
Perlu dibuat jadual kegiatan penanggulangan

Yang perlu dianalisa:


a. Faktor orang
1) Jumlah penderita dan keterangan dirinci menurut: umur, jenis kelamin
dan bila perlu suku, adat pekerjaan, agama, sosial, ekonomi dll.
2) Data populasi dan populasi yang terkena resiko.

b. Faktor tempat
1) Penyebaran penderita dan kasus
2) Penentuan lokasi sumber infeksi atau awal KLB dan penyebarannya
3) Data lingkungan: geografis, biologis (vektor, hewan, turnbuhan), fisik,
kimia, sosial, ekonomi dan lain-lain.

c. Faktor waktu
1) Timbulnya kasus pertama
2) Perkiraan masa tunas yang diperhitungkan dari tanggal jatuh sakit
korban/penderita (date of onset).
29

3) Fluktuasi penderita Rencana penanggulangan:


a) Tempat/sasaran
1) Menentukan daerah yang akan ditanggulangi
2) Jumlah penduduk dan penduduk terancam yang dicakup

b) Metode penanggulangan '\


Tergantung padajenis penyakit yang sedaug berjangkit

c. Sarana
1) Tenaga sesuai dengan kegiatan penanggulangan
2) Bahan, alat, transportasi, obat-obatan
3) Biaya , dll.

d. Waktu
Perlu dibuat jadual kegiatan penanggulangan.

Pelaksanaan penanggulangan KLB/wabah:

Di tingkat Puskesmas
KLB/wabah yang dapat diatasi di Puskesmas adalah menyusun rencana
kegiatan penanggulangan, dengan sarana yang tersedia di Puskesmas,
dengan cara:
a. Segera memberitahukan keadaan KLB/wabah pada unit-ann kesebatan
yang ada di daerah kerja Puskesmas tersebur (BP, dokter praktek,
dsb), camat dan perangkatnya, organisasi masyarakat, sekolah-
sekolah, pemuka masyarakat
b. Melaporkan adanya KLB/wabah dalam waktu 24 jam ke Dati II
c. Melaksanakan penanggulangan sesuai dengan kemampuan, termasuk
memberikan penyuluhan kesehatan pada masyatakat agar ikut
berperan serta dalam penanggulangan KLD/wabah.
d. Melaporkan kegiatan penanggulangan ke Dati II. Apabila Puskesmas
tidak mampu melaksanakan penanggulangan, perlu segera meminta
bantuan pada Dati II dengan mengajukan rencana penangguiangan
30

Di tingkat Dati II
Langkah-Iangkah sama seperti di tingkat Puskesmas, hanya dilakukan
penyesuaian:
a. Memberikan bantuan sarana (bahan, biaya, tenaga sesuai dengan
perhitungan) dan memberi bimbingan tekhnis pada Puskesmas dalam
penyelidikan dan penanggulangan.
b. Apabila sarana yang tersedia pada Dinkes Tingkat II tidak mencukupi,
maka Dokabu/dokodya berkewajiban meminta bantuan pada
Bupati/Walikota/Perangkat pemerintah dan bila perlu ke tingkat
propinsi.

Di tingkat Dati I (Dinas Kesehatan Propinsi)


a. Menganalisa Iaporan yang diterima dari Dati II.
b. Melaporkan kejadian KLB/wabah pada Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I dan Dirjen P2M PLP.
c. Memberikan bimbingan tekhnis dalam perencanaan dan pelaksanaan
penanggulangan.
d. Memberikan bantuan dan sarana keuangan.
e. Meminta bantuan dan sarana keuangan kepada Gubernur Dati I dan
Ditjen P2M PLP.
f. Memberi tahu kabupaten-kabupaten di wilayahnya tentang kejadian
KLB terutama yang berdekatan atau yang potensial terancam KLB.
g. Melakukan penilaian hasil penanggulangan
h. Melaporkan hasil penanggulangan kepada Ditjen P2M PLP dan
Gubemur Kepala Daerah Tingkat I

Khusus untuk daerah transrnigrasi, laporan juga dibuat untuk Kanwil


Ditjen Transmigrasi.

Di tingkat Pusat
a. Menganalisa laporan dari Dati I
b. Melaporkan kejadian wabah pada Menkes.
31

c. Memberi bantuan sesuai dengan kebutuhan termasuk bimbingan


tekhnis dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.
d. Memberikan informasi pada propinsi yang berdekatan agar
meningkatkan kewaspadaan.
e. Bila dianggap perlu, melaporkan kejadian pada WHO.

Tim Penanggulangan Wabah


Tim penanggulangan wabah adalah tim fungsional yang terdiri dari
unsur-unsur atau unit-unit kesehatan atau non kesehatan untuk
menanggulangi wabah.

Tim ini hanya bekerja pada saat ada wabah.


a. Tim Puskesmas
Dipimpin oleh Kepala Puskesmas
1) Suveilans epidemiologi
2) Penyuluh kesehatan
3) Ahli hygiene sanitasi
4) Ahli therapi

b. Tim Dati II
Dipimpin Kepala Dinas Kesehatan Dati II dengan dibantu Kepala Seksi
Pencegahan Penyakit
1) Surveilans epidemiologi
2) Pembina Kesehatan Lingkungan
3) Rumah Sakit
4) Penyuluh Kesehatan

c. Tim Dati I
Dipimpin oleh Kepala Dinas Kesehatan tingkat I
1) Surveilans epidemiologi
2) Penyuluh Kesehatan
3) Pembina Kesehatan Lingkungan
4) Rumah Sakit
32

5) Laboratorium Kesehatan Daerah

d. Tim Pusat
Dipimpin oleh Dirjen P2M PLP
1) Dirjen Epidemiologi
2) Dirjen P2M PLP
3) Dirjen P2 DB
4) F.K
5) Sekretaris Ditjen P2M PLP

C. Rangkuman
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, perjalanan, dan
pencegahan penyakit, terutama penyakit infeksi menular. Dalam
perkembangannya masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit
menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenerasi,
kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, bencana alam, peledakan
penduduk dan sebagainya. Oleh karena batasan epidemiologi menjadi lebih
berkembang. Untuk mempelajarinya Anda diharapkan memahami lebih jauh
tentang beberapa hal yang berkaitan dengan konsep dasar epidemiologi yang
nantinya sangat dalam mengaplikasikan keperawatan kesehatan masyarakat,
meliputi: pengertian, penerapan konsep epidemiologi, pengukuran dalam
epidemiologi dan beberapa hal yang berhubungan dengan penyebaran penyakit.
Demikian pula pemahaman tentang kejadian luar biasa yang harus dimengerti
dan diurai lebih lanjut seperti yang telah Anda pelajari diatas.

D. Test Formatif I
1. Frekuensi masalah kesehatan menunjukkan pada....
a. Besarnya masalah kesehatan yang ada di masyarakat
b. Banyaknya masyarakat yang sakit
c. Sejumlah angka yang menunjukkan adanya penyakit
d. Pengukuran terjadinya wabah
e. Kejadian yang menunjukkan adanya kejadian luar biasa
33

2. Tujuan mempelajari epidemiologi ....


a. Agar mudah menerapkan asuhan keperawatan
b. Menjelaskan terjadinya wabah setempat
c. Mempermudah mencari angka kematian
d. Meningkatkan ketajaman analisa data
e. Memudahkan evaluasi tindakan keperawatan

3. Pernyataan yang benar tentang subjek dan objek epidemiologi....


a. hanya mempelajari maslah penyakit saja
b. berkenaan dengan pekerjaan petugas puskesmas
c. berkaitan dengan masalah kesehatan secara keseluruhan
d. mencakup masalah tertentu yang berhubungan dengan penyakit
e. menjawab masalah kesehatan yang sedang mewabah

4. Metoda yang digunakan untuk menggali fenomena kesehatan masyarakat


bagaimana bisa terjadi....
a. survei deskriptif
b. survei analitik
c. penelitian kuantitatif
d. penelitian kualitatif
e. interview mendalam

5. Tingkat pencegahan penyakit pada tahap pre patogenesis...


a. precausal prevention
b. primary prevention
c. secondary prevention
d. tertiary prevention
e. primodial prevention
34

E. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang terdapat
di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 1.

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban Anda yang benar x 100 %


Jumlah soal
Arti tingkatan penguasaan :
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = sedang
≤ 69 % = kurang

Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan ke kegiatan belajar berikutnya. Bagus Sekali! Jika nilai Anda di
bawah 80%, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1 ini, terutama bagian
yang belum Anda kuasai !
35

Kegiatan belajar 2
Surveilans Epidemiologi

A. Tujuan pembelajaran
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 2 ini, Anda diharapkan dapat menjelaskan
surveilans epidemiologi meliputi:
1. Pengertian surveilans epidemiologi
2. Jenis surveilans
3. Kegunaan surveilans epidemiologi
4. Kegiatan dalam surveilans epidemiologi
5. Konsep dasar penyaringan/penapisan masalah

B. Surveilans Epidemiologi
1. Pengertian surveilans
Surveilans merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi
kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.

2. Jenis surveilans
Surveilance dibedakan atas dua macam yakni:
a. Surveillans Aktif (Active Surveillance)
Surveilans Aktif : data dikumpulkan oleh petugas kesehatan yang telah
ditugaskan secara teratur yaitu : data kasus baru, data yang telah ditentukan,
data tambahan yang diperlukan. Pengamatan kasus dilakukan secara langsung
ke lapangan. Hasil yang diperoleh jauh lebih baik. Hanya saja untuk
melakukan survailen aktif dibutuhkan tersedianya dana dan tenaga pelaksana
khusus yang dalam banyak hal tidak mudah untuk dipenuhi.
Surveilans aktif dilakukan apabila :
1) Ada penyakit baru ditemukan
2) Bentuk penularan yang sedang dalam pengamatan
3) Perkiraan peningkatan risiko krn perubahan musim
4) Ada penyakit baru yang muncul pd populasi tertentu
5) Masa transisi penyakit yang baru dibasmi
36

6) Penyakit yang baru dibasmi, memperlihatkan insiden


yang meningkat.

b. Surveillans Pasif (Passive Surveillance)


Pengamatan kasus dilakukan secara tidak langsung yakni hanya melalui
laporan yang diterima saja. Dibandingkan dengan survailen aktif, maka hasil
yang diperoleh pada surveilans pasif kurang begitu lengkap.

Untuk mendeteksi tanda dan gejala penyakit secara dini dan menemukan
penyakit sebelum menimbulkan gejala dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Deteksi tanda dan gejala dini
Untuk dapat mendeteksi tanda dan gejala penyakit secara dini dibutuhkan
pengetahuan tentang tanda dan gejala tersebut yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dan masyarakat.
Dengan cara demikian, timbulnya kasus baru dapat segera diketahui dan
diberikan pengobatan. Biasanya, penderita datang untuk mencari pengobatan
setelah penyakit mcnimbulkan gejala dan mengganggu kegiatan sehari-hari
yang berarti penyakit telah berada dalam stadium lanjut. Hal ini disebabkan
ketidaktahuan dan ketidakmampuan penderita.

b. Penemuan kasus sebelum menimbulkan gejala


Penemuan kasus ini dapat dilakukan dengan mengadakan uji tapis terhadap
orang-orang yang tampaknya sehat, tetapi mungkin menderita penyakit.
Diagnosis dan pengobatan penyakit yang diperoleh dari penderita yang datang
untuk mencari pengobatan setelah timbul gejala relatif sedikit sekali
dibandingkan penderita tanpa gejala.

3. Kegunaan surveilans epidemiologi


a. Menjelaskan pola penyakit yang sedang berlangsung.
b. Melakukan monitoring kecendrungan penyakit endemis
c. Mempelajari riwayat alamiah penyakit
37

d. Memberikan informasi dan data dasar utk proyeksi yankes dimasa


datang.
e. Memantau pelaksanaan dan daya guna program pengendalian.
f. Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas ( frekuensi
kejadian, kegawatan, biaya, dapat dicegah, dapat dikomunikasikan,
public intrest )
g. Dapat mengidentifikasi kelompok risiko tinggi.

4. Kegiatan dalam surveilans epidemiologi


a.Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan jelas, tepat dan ada hubungan nya dengan penyakit
yang bersangkutan. Alat pengumpul data adalah kuesioner. Dua hal yang
penting dalam membuat kuesioner : diskripsi indikator yang diharapkan dan
membuat variabel lebih operasional
Tujuan spesifik :
1) Menentukan kelompok risiko terbesar dari penyakit
2) Menentukan jenis agen dan karakteristiknya
3) Menentukan reservoir dari penyakit infeksi
4) Memastikan keadaan berlangsungnya transmisi
5) Mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan

Jenis data :
1) Data primer : untuk tk menjawab tujuan surveilans
2) Data sekunder : harus akurat dan valid.

Sumber data Surveilans


1) Pencatatan kematian
2) Laporan penyakit ( sumber terpenting )
3) Laporan KLB / Wabah
4) Pemeriksaan laboratorium
5) Penyelidikan peristiwa penyakit
6) Penyelidikan wabah
7) Survei penyakit
38

8) Penyelidikan tentang distribusi vektor dan reservoir


9) Penggunaan obat-obatan, sera dan vaksin
10) Keterangan tentang penduduk serta lingkungannya
11) RS, praktek umum, absen kerja, sekolah, SKRT.

b.Pengolahan, analisis interpretasi


Tujuannya pengolahan data adalah untuk melihat :
1) Variabel-variabel yang dapat menggambarkan masalah
2) Faktor-faktor yang mempengaruhinya
3) Tujuan dari sistem surveilans

Berdasarkan analisis dan interpretasi dibuat :


1) Tanggapan dan saran tindakan dalam masalah yg ada
2) Menentukan prioritas masalah.

Analisis data menurut : - person, tempat, waktu.


Waktu analisis dan interpretasi harus dapat :
1) Memahami kualitas data dan mencari metode terbaik untuk menarik
kesimpulan
2) Menarik kesimpulan dari suatu rangkaian data deskriptif
a) kecendrungan waktu
b) perbandingan kejadian penyakit pd populasi berbeda
c) perbandingan dari suatu kecendrungan

Penyajian data dalam bentuk :teks, tabel, grafik

c.Penyebaran informasi
Penyebaran informasi/ dessiminasi yaitu penyebar luasan informasi kepada
individu atau kelompok tertentu yang berkaitan / berkepentingan.
Disseminasi dapat dalam bentuk :Laporan, Buletin, Seminar / simposium
Kongres, dll.
Isinya tergantung kepada siapa disseminasi dilakukan.
39

5. Konsep dasar penyaringan/penapisan masalah


a.Pengertian
Uji tapis ialah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang belum tampak
melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan
cepat memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan
orang yang mungkin tidak menderita. Uji tapis ini tidak dimaksudkan untuk
mendiagnosis sehingga pada hasil tes uji tapis yang positif harus dilakukan
pemeriksaan yang lebih intensif untuk menentukan apakah yang bersangkutan
memang sakit atau tidak kemudian bagi yang diagnosisnya positif dilakukan
pengobatan intensif agar tidak rnembahayakan bagi dirinya maupun
lingkungannya, khususnya bagi penyakit-penyakit menular.

b. Proses Pelaksanaan Uji Tapis


Proses uji tapis terdiri dari dua tahap yang tahap pertamanya melakukan
pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai risiko
tinggi menderita penyakit dan bila hasil tes negatif maka dianggap orang
tersebut tidak menderita penyakit. Bila hasil tes positif maka dilakukan
pemeriksaan tahap kedua yaitu pemeriksaan diagnostik yang hila hasilnya
positif maka dianggap sakit dan mendapat pengobatan., tetapi bila hasilnya
negatif dianggap tidak sakit. Bagi hasil pemeriksaan yang negatif dilakukan
pemeriksaan ulang secara periodik. Ini berarti bahwa proses uji tapis adalah
pemeriksaan pada tahap pertama.
Penjelasan:
Pada sekelompok individu yang tampak sehat dilakukan pemeriksaan (tes)
dan hasil tes dapat positif dan negatif
Individu dengan hasil negatif pada suatu saat dapat dilakukan tes ulang,
sedangkan pada individu dengan hasil tes positif dilakukan pemeriksaan
diagnostik yang lebih spesifik dan hila hasilnya positif dilakukan pengobatan
secara intensif, sedangkan individu dengan hasil tes negatif dapat dilakukan
tes ulang dan seterusnya sampai semua penderita terjaring. Hal ini secara
skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
40

Kelompok orang yang


tampak sehat

Tes

Hasil tes negatif Hasil tes positif

Pemeriksaan Diagnostik

Hasil tes positif Hasil tes negatif

Pengobatan intensif

Pemeriksaan yang biasa digunakan dalam uji tapis dapat berupa pemeriksaan
laboratoriurn atau radiologis, misalnya pemeriksaan BTA dan pemeriksaan
radiologis untuk uji tapis penyakit TBC. Pemeriksaan tersebut harus dapat
dilakukan:
1) dengan cepat dapat memilah sasaran untuk perneriksaan lebih lanjut
(pemeriksaan diagnostik)
2) tidak mahal
3) mudah dilakukan oleh petugas kesehatan
4) tidak membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksa

c. Dasar Pemikiran dilaksanakan uji tapis


Berdasarkan uraian di atas, dasar pemikiran dilaksanakan uji tapis adalah:
1) Yang diketahui dari gambaran spektrum penyakit hanya merupakan
sebagian kecil saja sehingga dapat diumparnakan sebagai puncak gunung
es, sedangkan sebagian besar masih tersamar
2) Diagnosis dini dan pengobatan secara tuntas memudahkan kesembuhan
3) Biasanya penderita datang mencari pengobatan setelah timbul gejala atau
penyakit telah berada dalam stadium lanjut hingga pengobatan menjadi
sulit atau penyakit menjadi kronis atau bahkan tidak dapat disembuhkan
lagi
4) Penderita tanpa gejala mempunyai potensi untuk menularkan penyakit.
41

d. Tujuan dan kegunaan uji tapis


Dari uraian di atas jelaslah bahwa tujuan dari uji tapis ini adalah:
1) Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak khas terhadap
orang-orang ynag tampak sehat, tetapi mungkin menderita penyakit yaitu
orang yang mempunyai resiko tinggi untuk terkena penyakit (population at
risk)
2) Dengan ditemukannya penderita tanpa gejala atau dengan gejala dapat
dilakukan pengobatan secara tuntas hingga nudah disemhuhkan dan tidak
membahayakan dirinya maupun Iingkungannya dan tidak menjadi sumber
penularan hingga epidemi dapat dihindari.

e. Sasaran
Sasaran utama uji tapis adalah penvakit kronis seperti:
1) infeksi bakteri (lepra, TBC, dll)
2) infeksi virus (hepatitis)
3) penyakit non infeksi antara lain: hipertensi, karsinoma serviks, diabetes
melitus, prostat, penyakit jantung, glaukoma.
4) AIDS

f. Uji Tapis Massal dan Uji Tapis Selektif


1) Uji tapis secara massal (Uji tapis penyakit TBC)
Uji tapis ini dilakukan secara massal tanpa mempertimbangkan population at
risk. Cara ini dimaksudkan untuk menjaring sebanyak mungkin kasus tanpa
gejala karena sampai saat ini di Indonesia, TBC masih merupakan masalah
yang serius. Penyakit ini praktis tanpa gejala hingga orang baru mencari
pengobatan bila telah terjadi hemoptoe dan akan berhenti berobat setelah
gejala tersebut hilang.
Kesulitan lain adalah karena pengobatannya membutuhkan waktu yang lama
dan mahal hingga penderita menjadi bosan atau tidak sanggup membiayai
pengobatan.
Untuk melaksanakan uji tapis secara masal, besarnya biaya dan banyaknya
tenaga yang dibutuhkan hendaknya menjadi pertimbangan yang matang
sebelum dilaksanakan.
42

2) Uji tapis secara selektif atau spesifik


Uji tapis secara spesifik dilakukan terhadap orang-orang yang mempunyai
risiko atau yang di kemudian hari dapat meningkatkan risiko terkena penyakit
seperti hipertensi yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.
Uji tapis secara spesifik dilakukan dengan mempertimbangkan faktor umur,
jenis kelamin, pekerjaan dan lain-lain.
Contoh: Uji tapis penyakit hipertensi dilakukan pada penduduk berumur 35
tahun ke atas yang dilakukan oleh Hart J. T pada tahun 1984 di Inggris.
Dari hasil uji tapis ini ditemukan bahwa tekanan darah sistolik 70 - 180
mmHg tanpa disertai gejala atau keluhan. Dengan hasil tersebut Hart
menyimpulkan bahwa cara terbaik untuk mendeteksi penyakit hipertensi
adalah melalui uji tapis.

Uji tapis karsinoma serviks yang dhakukan terhadap wanita berumur 29 tahun
ke atas. Uji tapis dilakukan dengan pemeriksaan pap smear, inspeksi portio
dan palpasi ginekologis. Dari uji tapis ini ditemukan sebanyak 11% dengan
kelainan pap smear, tetapi setelah dilakukan pemeriksaan histologis tidak
ditemukan kelainan yang menunjukkan adanya tanda-tanda keganasan. Selain
itu juga diternukan displasia sebanyak 23%, tetapi dalam pemeriksaan
selanjutnya 34% tidak mcnunjukkan tanda-tanda karsinoma invasif atau in
situ.

C. Rangkuman
Survailen merupakan suatu pengamatan terhadap suatu masalah kesehatan yang
dilakukan secara terus menerus. Sama halnya dengan pencarian kasus (case
finding), maka pekerjaan survailen ini banyak dilakukan pada keadaan wabah.
Tujuan utama survailen adalah untuk menganalisa keadaan wabah yang dihadapi.
Jika dalam pengamatan tersebut masih ditemukan kasus-kasus baru berarti keadaan
wabah belum berhasil diatasi. Walaupun dilakukan secara terus menerus, namun
pekerjaan survailen bisa dihentikan bila dalam waktu dua kali masa tunas, tidak
ditemukan lagi kasus kasus baru.
43

D. Test Formatif 2
1. Yang dimaksud dengan surveilans aktif adalah ....
a. pengamatan dilakukan melalui hasil laporan
b. petugas melakukan pengkajian secara berkelompok
c. pengamatan secara langsung pada kasus
d. analisa kasus dilakukan dalam pengamatan dilapangan
e. pengamatan sesaat pada kejadian wabah

2. Pengertian uji tapis adalah cara untuk ...


a. mengidentifikasi jenis penyakit yang timbul
b. memisahkan data awal dan data yang terakhir ditemukan
c. mengetahui hasil pemeriksaan kejadian wabah
d. mendapatkan hasil pemeriksaan lapangan
e. mengidentifikasi penyakit yang belum tampak melalui tes

3. Prinsip pemeriksaan yang bisa digunakan dalam uji tapis ....


a. memerlukan waktu lama untuk memilah sasaran
b. memerlukan waktu cepat untuk memilah sasaran
c. harus menggunakan metoda yang canggih
d. dibutuhkan seorang ahli dalam pemeriksaan
e. menggunakan dosis tinggi dalam pemeriksaan
4. Tujuan dalam uji tapis....
a. agar didapatkan hasil maksimal
b. mengetahui jenis penyakit menular
c. deteksi dini penyakit yang terjadi pada kelompok
d. mengidentifikasi jumlah penduduk yang sakit
e. mengetahui adanya penyebaran penyakit
5. Dalam uji tapis secara masal pemeriksaan yang dilakukan ...
a. oleh petugas terlatih dan berpengalaman
b. tanpa mempertimbangkan populasi
c. mempertimbangkan faktor umur dan jenis kelamin
d. dilakukan pada saat wabah pertama kali terjadi
e. khusus untuk orang-orang yang beresiko
44

E. Umpan Balik dan Tindakan


Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 2 yang terdapat di
bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian gunakan rumus
berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan
Belajar 2.

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban Anda yang benar x 100 %


Jumlah soal
Arti tingkatan penguasaan :
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = sedang
≤ 69 % = kurang

Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan ke kegiatan belajar berikutnya. Bagus Sekali! Jika nilai Anda di
bawah 80%, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2 ini, terutama bagian yang
belum Anda kuasai !
45

Kegiatan belajar 3
Konsep Dasar Demografi

A. Tujuan pembelajaran
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 3 ini, Anda diharapkan dapat menjelaskan
Konsep Dasar Demografi meliputi:
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Faktor - faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk
4. Ukuran – ukuran dalam kependudukan
5. Struktur kependudukan

B. Konsep Dasar Demografi


Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 3 ini, Anda diharapkan dapat menjelaskan
Konsep Dasar Demografi meliputi:
1. Pengertian
Demografi merupakan gabungan kata dari bahasa Yunani yang terdiri dua kata,
demos yang artinya penduduk dan graphein yang artinya menulis. Jadi demografi
menurut kata-kata asalnya berarti Tulisan-tulisan atau karangan-karangan tentang
penduduk suatu Negara.
Beberapa definisi demografi
a. Demografi adalah studi ilmiah tentang penduduk, terutama tentang jumlah,
struktur dan perkembangannya. Penduduk adalah hasil tingkat kelahiran, tingkat
migrasi dan tingkat kematian. Demografi lazim digunakan untuk menyebut studi
tentang sifat dan interarsi ketiba tinghat tersebnt, seria pengaruh perubahan
ketiganya terhadap komposisi dan pertumbuhan penduduk.
b. Demografi adalah suatu studi statistik dan matematik tentang jumlah, komposisi
dan persebaran penduduk, serta perubahan faktor-faktor ini setelah melewati
kurun waktu yang disebabkan oleh lima proses yaitu: fertilitas, mortalitas,
perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial. Meskipun analisis arah perkembangan
masing-masing proses dan hasil akhir dari kelima proses ini masih bersifat
46

deskriptif dan komparatif, tetapi tujuan jangka panjangnya adalah


mengembangkan suatu kerangka teori yang akan menerangkan apa yang
digambarkan dan diperbandingkan
c. Demografi adalah suatu studi tentang jumlah, penyebaran dan komposisi
penduduk, serta perubahan ketiga factor tersebut. Komponen-komponen
perubahan semacam itu dapat dikenal sebagai natalitas, mortalitas, migrasi dan
mobilitas sosial (perubahan status).

Dari definisi di atas dapatlah disimpulkan bahwa demografi mempelajari struktur


dan proses penduduk di suatu wilayah. Struktur penduduk meliputi jumlah,
penyebaran dan komposisi penduduk. Struktur penduduk ini selalu berubah-ubah,
dan perubalan tersebut disebabkan karena proses demografi yaitu kelahiran, kematian
dan migrasi penduduk. Berbeda dengan ilmu-ilmu sosial lainnya yang menekankan
studinya pada struktur penduduk, maka demografi lebih menekankan studinya pada
proses demografi. Ahli demografi mempelajari struktur penduduk untuk dapat lebih
memahami proses demografi. Misalnya dalam menganalisa fertilitas penduduk di
suatu daerah, ahli demografi perlu mengetahui jumlah pasangan usia subur yang ada
di daerah tersebut. Demografi bersifat analisis-matematik, dan karena sifatnya yang
demikian ini, demografi sering disebut juga statistik penduduk. Demografi formal
menghasilkan berbagai tekhnik baru untuk menghitung angka-angka perbandingan
demografi dan memperdalam pengertian tentang data-data yang telah dikumpulkan
oleh statistik penduduk. Dengan cara-cara perhitungan baru dan pengetahuan baru
tentang hubungan-hubungan antara unsur-unsur demografi hakiki (kelahiran,
kematian, migrasi, jenis kelamin, umur dan sebagainya) dapatlah dibuat berbagai
perkiraan jumlah penduduk untuk masa yang akan datang (forward projection) dan
juga bagi masa yang lalu.

2. Tujuan
Ada empat tujuan pokok dari demografi yaitu:
a. Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu,
b. Menjelaskan pertumbuhan masa lampau, penurunannya dan persebarannya
dengan sebaik-baiknya dan dengan data yang tersedia.
47

c. Mengembangkan hubungan sebab akibat perkembangan penduduk dengan


bermacam- macam aspek organisasi sosial.
d. Mencoba meramalkan pertumbuhan penduduk di masa yang akan datang dan
kemungkinan - kemungkinan konsekuensinya.

3. Faktor - faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk


Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara
kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi
jumlah penduduk. Secara terus-menerus penduduk akan dipengaruhi oleh jumlah
bayi yang lahir (menambah jumlah penduduk), tetapi secara bersamaan pula akan
dikurangi oleh jumlah kematian yang terjadi pada semua golongan umur.
Sementara itu migrasi juga berperan: `imigran' (pendatang) akan menambah dan
`emigran' akan mengurangi jumlah penduduk.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh 4
komponen yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), in-migration
(migrasi masuk) dan out-migration (migrasi keIuar). Selisih antara kelahiran dan
kematian disebut "reproductive change" (perubahan reproduktif) atau `natural
increase' (pertumbuhan alamiah). Selisih antara 'in-migration' dan `out
migration' disebut "net-migration" atau migrasi neto. Jadi pertumbuhan
penduduk hanya dipengaruhi oleh dua cara yaitu: melalui perubahan,
reproduksi dan migrasi neto.
Pertumbuhan penduduk tersebut dapat dinyatakan dalam formulasi sebagai
berikut:
Pt = Po + (B-D) + (Mi-Mo)

Po : adalah jumlah penduduk pada waktu terdahulu (tahun dasar)


Pt : adalah jumlah penduduk pada waktu sesudahnya
B : adalah kelahiran yang terjadi pada jangka waktu antara kedua kejadian
tersebut
D : adalah jumIah kematian yang terjadi pada jangka waktu antara dua
kejadian tersebut
Mo : migrasi keluar pada jangka waktu antara kedua kejadian
Mi : migrasi masuk pada jangka waktu antara kedua kejadian
48

Apabila proses pertumbuhan penduduk beserta komponen komponennya


digambarkan dalam suatu model, maka akan berbentuk demikian:

Migrasi
Positif Negatif Nol
M>F N,T,S T
T
M<F N N,T,S N

M=F N T S

Keterangan;
M = mortalitas (kematian)
F = fertilitas (kelahiran)
N = naik
T = turun
S = stabil
Dari model ini maka dapat dilihat secara jelas bagaimana pengaruh masing-
rnasing komponen demografi terhadap pertumbuhan penduduk.

4. Ukuran – ukuran dalam kependudukan


Beberapa Ukuran Dasar Demografi
a. Fertilitas (kelahiran)
Fertilitas dalam pengertian demografi adalah kemampuan riil seorang wanita
untuk melahirkan, yang dicerminkan dalam jumlah bayi yang dilahirkan.
Beberapa ukuran dasar fertilitas yang sering digunakan adalah:
1) Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate), b) Angka Kelahiran menurut
Umur (Age Specific Fertility Rate), c) Angka Fertilitas Total (Total Fertility
Rate)
a) Angka Kelahiran Kasar (CBR)
B
CBR  k
P
B = banyaknya kelahiran pada tahan tertentu
P = jumlah penduduk pada pertengahan tahur.
k = 1000
49

Di Indonesia pada tahun 1979 tercatat 35 kelahiran per 1000 penduduk. Angka
kelahiran yang tertinggi di dunia adalah di negara Kenya yaitu 51 per 1000,
sedangkan yang terendah di Republik Federasi Jerman yaitu 10 per 1000.

b) Angka Kelahiran Menurut Umur (ASFR)

Bx
ASFR x  k
Pfx

x = umur wanita dalam kelompok umur 5 tahunan ( 15 - 19, 20 - 24,...,


45 - 49)
Bx = jumlah kelahiran dari wanita kelompok umur x

Pfx = jumlah wanita pada kelompok umur x

c) Angka Fertilitas Total (TFR)

45  49
TFR  5.  ASFR
x 15 19

Pada umumnya Angka Fertilitas Total di negara-negara yang sedang


berkembang tinggi sekali yaitu 5 atau Iebih, sedang di negara-negara maju
hanya sekitar 7 atau dibawahnya.

b. Mortalitas

Beberapa angka kematian yang sederhana antara lain:

1) Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate)


2) Angka Kematian Menurut Umur (ASDR)

Tinggi rendahnya angka kematian dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya,


struktur umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, status sosial ekonomi, keadaan
lingkungan dan sebagainya.
50

a). Angka Kematian Kasar (CDR)


D
CDR  k
P

D = jumlah kematian

P = jumlah penduduk pada pertengaha:r tahun

k = konstanta (1000)

b) Angka Kematian Menurut Umur (ASDR)

Angka ini menyatakan banyaknya kematian pada kelompok umur tertentu per
1000 penduduk dalam kelompok umur yang sama. ASDRx

Dx
ASDRx  k
Px

Dx = jumIah kematian pada kelompok umur x (x = 0 -14, 15 - 19, dan


seterusnya)
Px = jumIah penduduk kelompok x
K = 1000

c. Migrasi

Migrasi sering diartikan sebagai perpindahan penduduk yang relatif permanen


dari suatu daerah ke daerah yang lain. Orang yang melakukan migrasi disebut
migran:
Angka Migrasi Neto dapat diperoleh dengan cara:
Banyaknya migran masuk - banyaknya migran keluar x k
Total penduduk

a. Angka Pertumbuhan Penduduk (Population Growth Rate atau ’r’).

Angka pertumbunan penduduk: (r) menunjuk_kan rata-rata pertambahan


penduduk per tahun pada periode atau waktu tertentu dan biasanya dinyatakan
dalam persen.
51

Beberapa macam ukuran angka pertumbuhan penduduk:

a) Pertumbuhan Geometri: Pt = Po . (1 + r) ⁿ

Pt = banyaknya penduduk pada tahun akhir

Po = jumlah penduduk pada tahun awal

r = angka pertumbuhan penduduk

n =lama waktu antara Populasi dan Pt

b) Pertumbuhan Eksponensial: Pt = Po . e m
e = angka eksponensial 2,71828

Contoh:
Jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 1992 adalah
2.163.000 jiwa. Sedangkan pada tahun 2002 adalah 2.490.000 jiwa. Hitung
besarnya angka pertumbuhan penduduk selama periode 1992 - 2002.
Jawab:

Cara a)
Pt  Po1  r 
n

2.490.000 = 2.630.000 (I+r) 10


(1 + r) 10= 2.490.000
2.163.000
= 1.I51.179
10
log (1 _h r) =1og 1.151.179

= 0,0611429 (a.7tilog)

(1 + r) = 1,014.78
r = 0,01478 atau 1,42%

Jadi angka pertumbuhan penduduk Daerah istimewa Yogyakarta adalah 1,42%


setiap tahun selama periode 1992-2002.
52

Cara b)

Bila soal tersebut diselesaikan dengan rumus :laponensial adalah sebagai


berikut:

Pt = Po.e m

2.490.000= 2.163.000. (2,718232) 10.r


2490000
2,718282 10.r =
2163000
= 1.151.179

10.r log 2,718282 =1og 1.151.179

10.r x 0,434295 =0,061143

0,061143
10.r 
0,434295

= 0,14079

R = 0,014079

=1,41%

Jadi terdapat selisih 0,01%

5. Struktur kependudukan
Komposisi penduduk dalam arti demografi adalah komposisi penduduk menurut
umur dan jenis kelamin. Kedua variabel ini sangat mempengaruhi pertumbuhan
penduduk di masa mendatang. Misalnya dalam suatu negara terdapat penduduk
umur tua (45 tahun lebih) lebih banyak, maka dapat diharapkan negara tersebut
mempunyai angka kelahiran yang rendah dan angka kematian yang tinggi, sehingga
mengakibatkan pertumbuhan penduduk yang rendah. Demikian pula
ketidakseimbangan jumlah penduduk laki-laki dan wanita, bisa mengakibatkan
rendahnya fertilitas dan rendahnya angka pertumbuhan. Ketidakseimbangan itu
akan mempengaruhi pula keadaan, sosial, ekonomi dan keluarga.
53

Komposisi umur penduduk biasanya digambarkan dalam piramida penduduk yang


dapat mencerminkan apakah negara tersebut mempunyai ciri penduduk tua atau
penduduk muda. (lihat gambar)

Bentuk piramida penduduk dibedakan menjadi tiga macam.

a. Bentuk Limas (Expansive), menunjukkan jumlah penduduk usia muda lebih


banyak dari pada usia dewasa maupun tua, sehingga pertumbuhan penduduk
sangat tinggi,contohnya: Indonesia, Filipina, Mesir, Nigeria, Brazil.
Piramida Penduduk Expansif memiliki ciri-ciri :
1) Sebagian besar berada pada kelompok penduduk muda
2) Kelompok usia tua jumlahnya sedikit
3) Tingkat kelahiran bayi tinggi
4) Pertumbuhan penduduk tinggi

b. Bentuk Granat (Stationer), menunjukkan jumlah usia muda hampir sama


dengan usia dewasa, sehingga pertumbuhan penduduk kecil sekali,
contohnya: Amerika Serikat, Belanda, Norwegia, Finlandia.
Piramida Penduduk Stasioner memiliki ciri-ciri :
1) Penduduk pada tiap kelompok umur hampir sama
2) Tingkat kelahiran rendah
3) Tingkat kematian rendah
54

4) Pertumbuhan penduduk mendekati nol atau lamba

c. Bentuk Batu Nisan (Constructive), menunjukkan jumlah penduduk usia tua


lebihbesar dari pada usia muda, jumlah penduduk mengalami penurunan,
contohnya:negara-negara yang baru dilanda perang.Gambar bentuk-bentuk
piramida penduduk di negara berkembang dan negara maju. Negara-negara
berkembang pada umumnya memiliki piramida penduduk berbentuk
limas,sedangkan negara-negara maju umumnya berbentuk granat atau batu
nisan.
Piramida Penduduk Constructive memiliki ciri-ciri :
1) Sebagian besar penduduk berada kelompok usia dewasa atau tua
2) Jumlah penduduk usia muda sangat sedikit
3) Tingkat kelahiran lebih rendah dibanding dengan tingkat kematian
55

Penduduk tua, berarti sebagian besar penduduk negara tersebut berada pada
umur tua, sedangkan pada penduduk muda, sebagian besar penduduknya berada
pada umur muda. Ciri komposisi dan distribusi umur ini dapat pula dipakai
sebagai ukuran perbandingan beban tanggungan yaitu angka yang menyatakan
perbandingan banyaknya orang yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun
dan umur di atas 65 tahun) dengan banyaknya orang yang termasuk produktif
secara ekonomi (15 - 64 tahun). Ini berarti setiap 100 orang penduduk yang
produktif, harus menanggung beban 150 orang penduduk nonproduktif. Jadi,
semakin besar pembilang (orang-orang yang tidak menghasilkan) makin
besarlah angka ketergantungan ini. Makin besar angka ketergantungan, makin
besar pula beban tanggungan suatu negara.
Angka ketergantungan penduduk Indonesia dewasa ini tercatat 47%, artinya
setiap 100 penduduk produktif menanggung beban 47 jiwa tidak produktif
sehingga pendapatan keluarga tersedot untuk memenuhi kebutuhan pokok.

Angka ketergantungan penduduk beberapa Negara pada tahun 2004

No Negara Angka ketergantungan No Negara Angka ketergantungan


1 Ethiopia 104 9 India 82
2 Tanzania 103 10 Indonesia 81
3 Gana 102 11 USA 78
4 Pakistan 100 12 Perancis 75
5 Filipina 101 13 Inggris 66
6 Vietnam 96 14 Australia 65
7 Thailand 90 15 Belanda 65
8 Myanmar 86

C. Rangkuman
Demografi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu
wilayah yang meliputi jumlah, penyebaran dan komposisi penduduk. Struktur
penduduk selalu berubah-ubah, yang disebabkan karena proses demografi yaitu
kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Demografi lebih menekankan untuk dapat
56

lebih memahami proses demografi, misalnya dalam menganalisa fertilitas penduduk di


suatu daerah.
Demografi bersifat analisis-matematik, dan karena sifatnya yang demikian ini,
demografi sering disebut juga statistik penduduk. Demografi formal menghasilkan
berbagai tekhnik baru untuk menghitung angka-angka perbandingan demografi dan
memperdalam pengertian tentang data-data yang telah dikumpulkan oleh statistik
penduduk. Dengan cara-cara perhitungan baru dan pengetahuan baru tentang
hubungan-hubunban antara unsur-unsur demografi hakiki (kelahiran, kematian,
migrasi, jenis kelamin, umur dan sebagainya) dapatlah dibuat berbagai perkiraan
jumlah penduduk untuk masa yang akan datang dan juga bagi masa yang lalu.

D. Test Formatif 3
1. Pengertian dari demografi adalah ilmu yang mempelajari....
a. perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lainnya
b. pertambahan jumlah penduduk didaerah pedesaan
c. pertambahan penduduk dalam wilayah yang resiko tinggi penyakit
d. struktur dan proses penduduk di suatu wilayah
e. kelahiran penduduk baru dalam waktu satu tahun

2. Yang bukan merupakan tujuan dalam mempelajari demografi…


a. Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah
tertentu
b. Menjelaskan pertumbuhan masa lalu, penurunannya dan persebarannya
dengan sebaik-baiknya dan dengan data yang tersedia
c. Mengembangkan hubungan sebab akibat perkembangan penduduk
dengan bermacam- macam aspek organisasi sosial
d. Meramalkan pertumbuhan penduduk di masa yang akan datang dan
kemungkinan - kemungkinan konsekuensinya
e. Memudahkan seseorang dalam memperkirakan perpindahan penduduk
57

3. Keseimbangan dinamis antara pertambahan dan pengurangan jumlah penduduk,


disebut dengan ...
a. penyebaran penduduk
b. pertumbuhan penduduk
c. distribusi normal
d. migrasi kependudukan
e. transmigrasi personal

4. Dalam konteks demografi, Fertilitas dapat diartikan sebagai…


a. kemampuan riil seorang wanita untuk melahirkan
b. angka kematian dalam satu kurun waktu
c. kemampuan seseorang untuk bertahan hidup diatas angka harapan hidup
d. angka pertumbuhan penduduk dalam satu wilayah tertentu
e. banyaknya kelahiran pada tahun tertentu

5. Komposisi penduduk dalm arti demografi adalah berdasarkan pada ...


a. jenis kelamin dan pekerjaan
b. pendidikan dan pekerjaan
c. umur dan jenis pekerjaan
d. umur dan jenis kelamin
e. umur dan pendidikan

E. Umpan Balik dan Tindakan


Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 3 yang terdapat di
bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian gunakan rumus
berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan
Belajar 3.

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban Anda yang benar x 100 %


Jumlah soal
58

Arti tingkatan penguasaan :


90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = sedang
≤ 69 % = kurang

Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan ke kegiatan belajar berikutnya. Bagus Sekali! Jika nilai Anda di
bawah 80%, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 3 ini, terutama bagian
yang belum Anda kuasai !
59

Kunci Jawaban Test Formatif

Kunci Test Formatif 1


1. A
2. B
3. C
4. A
5. E

Kunci Test Formatif 2


1. C
2. A
3. B
4. C
5. B

Kunci Test Formatif 3


1. D
2. E
3. B
4. A
5. E
60

Istilah-Istilah dalam Epidemiologi

Epidemi
Epidemi adalah keadaan di mana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit)
yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat berada
dalam frekuensi(jumlah) yang meningkat.
Pandemi
Suatu keadaan di mana suatu masalah kesehatan (umunya penyakit) ensinya
(jumlah) dalam waktu yang singkat memperlihatkan peningkatan yang sangat
tinggi serta penyebarannya mencakup suatu wilayah yang sangat luas.
Endemi
Endemi adalah suatu keadaan di mana suatu masalah kesehatan (umumnya
penyakit) frekuensinya (jumlah) pada suatu wilayah tertentu, menetap dalam
waktu yang lama.
Sporadik
Sporadik adalah suatu keadaan di mana suatu masalah kesehatan (umumnya
penyakit) yang ada di suatu wilayah tertentu frekuensi (jumlahnya) berubah-
ubah menurut perubahan waktu.
Patogenisitas
Patogenesis adalah kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada
penjamu sehingga timbul penyakit.
Virulensi
Virulensi adalah ukuran keganasan atau derajat kerusakan yang ditimbulkan
bibit penyakit.
Antigenesitas
Antigenesitas adalah kemampuan bibit penyakit merangsang timbulnya
mekanisme pertahanan tubuh pada diri penjamu.
Infektivitas
Infektivitas adalah kemampuan bibit penyakit mengadakan invansi dan
menyesuaikan diri bertempat tinggal dan berkembang biak dalam diri penjamu.
Vektor
Vektor adalah binatang yang dapat memindahkan atau menularkan penyakit.
61

PENUTUP

Perawat komunitas bekerja secara langsung dalam tatanan masyarakat yang


mencakup pelayanan individu, keluarga, kelompok khusus maupun masyarakat luas.
Dalam melaksanakan tugasnya perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan
melibatkan kader kesehatan, tokoh-tokoh masyarakat serta lembaga swadaya yang
bekerja secara terpadu dan menyeluruh. Perawat menggunakan epidemiologi sebagai
sumber yang sangat esensial dalam perencanaan, perlakuan maupun evaluasi.
Dalam melaksanakan pengkajian kesehatan digunakan epidemiologi analitik guna
menjamin tolok ukur yang akurat baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Selain itu
juga menggunakan epidemiologi analitik untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan penyakit maupun kesehatan, evaluasi dari suatu tindakan dan
keberhasilan dari suatu program.
Konsep epidemiologi seperti pengertian alamiah penyakit serta pencegahan primer,
sekunder maupun tersier merupakan suatu metode pendekatan yang unik untuk
mempelajari dan mengerti proses penyakit serta intervensinya. Sedangkan angka
kesakitan dan kematian penduduk merupakan tolok ukur kesehatan masyarakat yang
ada, sehingga memudahkan dalam penyusunan program terutama yang berkaitan
dengan kelompok risiko tinggi.
Dengan selesainya Anda mempelajari modul ini, berarti Anda telah menyelesaikan
semua (3) materi kegiatan belajar modul ini. Untuk mempertahankan kemampuan
mengingat, dan memperdalam serta memperluas pemahaman mata kuliah ini,
alangkah baiknya Anda dapat mencoba menerapkan mata pelajaran ini dalam praktik
atau kehidupan sehari - hari. Semoga dengan pemahaman yang baik tentang
perawatan kesehatan masyarakat ini, Anda akan menjadi lebih mantap, percaya diri
dan professional dalam melakukan aktivitas sehari – hari sesuai dengan profesi yang
Anda tekuni. Untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan mata kuliah ini, Anda
akan mengikuti tes formatif maupun sumatif yang dilakukan oleh tutor Anda, untuk
itu belajarlah terus!. Silahkan mencari informasi atau menghubungi tutor Anda untuk
program berikutnya.
“Sampai berjumpa pada program ujian di waktu yang akan datang!”
62

DAFTAR PUSTAKA

Allender,JA.,& Spradley,B.W. (2005). Community Health Nursing : Promoting and


Protecting The Public’s Health

Allender,JA.,& Spradley,B.W. (2001). Community Health Nursing : Concept and


Practice, Lippincott.

Anderson & Mc.Farlane (2000). Community as partner: Theory and practice in


nursing. 3 rd ed. Philadelphia : Lippincot

Anderson ET & Judith M Mc.Farlane (1988). Community as client Application of the


nursing process. JB Lippincot Co Philadelphia

Bomar, (2004). Promoting Healthin Families : Applying Family Research and


Theory to Nursing practice, Philadelphia : W.B. Saunders Company

Depkes RI. (2013). Riskesdas. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. (2003). Kemitraan Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta

Effendy, N. 1998. Dasar-dasar kesehatan masyarakat, edisi 2, EGC. Jakarta

Ervin, N.E. (2002). Advance Community Health Nursing Practice: Population


Focused Care. Upper Saddle River: Pearson Education, Inc.

McMurray, A. (2003). Community health and wellness: a socioecological approach


(2nd ed.). Sydney: Mosby.

Nies, AM, (2001) Community Nursing, Promoting The Health of Population third
edition, WB Saunder,Company, USA

Nies, M.A., and McEwan, M. (2001). Community Health Nursing:Promoting The


Health of Population (3rd ed.). Philadelphia: Davis Company.

Notoatmodjo S,. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta; rineka cipta.

Pender, N.J., Murdaugh, C.L., & Parsons, M.A. (2002). Health promotion in nursing
practice. (4th ed.). New Jersey: Pearson Education, Inc.

Prihantini, (2004). Epidemiologi dan demografi untuk perawat, Tidak dipublikasikan.

Stanhope, M., & Lancaster, J. (2004). Community Health Nursing: Theory and
Practice. Philadelphia : WB Saunder Company

Stanhope, M., & Lancaster, J. (2002). Foundation of community health nursing :


Community oriented practice, Philadelphia: Mosby.

Tomey,M. (2006) Nursing Theorist and Their Work. Toronto. Mosby Company

Anda mungkin juga menyukai