PENDAHULUAN
A. Definisi Epidemiologi
epidemiologi klasik.
a. Epidemiologi lapangan.
b. Epidemiologi komunitas.
c. Epidemiologi klinik.
atas:
distribusi penyakit.
1
mempengaruhi distribusi penyakit (determinannya).
sebagai berikut:
ditemukan tersebut.
Mempengaruhi )
munculnya masalah kesehatan itu sendiri. Dalam hal ini ada 3 langkah
disusun.
3) Menarik kesimpulan.
2
1. Masalah kesehatan sebagai subjek dan objek
epidemiologi
lanjutnya.
masalah kesehatan.
masalah kesehatan.
dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu studi mengenai fenomena dan
alamiah penyakit.
3
1. Epidemiologi tidak mempelajari individu, melainkan kelompok orang.
FENOMENA PENDUDUK
Status kesehatan & fisiologi Karakteristik kelompok,
Penyakit dan kematian misal: usia, jenis kelamin,
Perilaku yg berhubungan dgn kebudayaan.
Kesehatan Karateristik perilaku.
Determinan dari Faktor-faktor resiko
masing-masing tersebut diatas. dalam kelompok penduduk.
Program intervensi dari Keadaan lingkungan.
masing-masing diatas.
4
4. Epidemiologi Kesehatan Lingkungan
8. Epidemiologi Perencanaan
9. Epidemiologi Prilaku
tantang bagi tenaga kesehatan yang harus lebih cermat dalam mengambil
C. Studi Epidemiologi
5
berkembang penuh. Walaupun demikian, dalam Epidemiologi
spektrum penyakit.
kegiatan-kegiatan:
menghasilkan informasi.
berkepentingan.
6
Tabel 1.2. Pajanan dan penyakit yang berskala dikotomi
dalam studi epidemiologi
Pajanan
Penyakit Jumlah
Ada Tidak ada
Ada a b a+b
dan sebagainya), maupun faktor internal pada subjek (usia, jenis kelamin,
Contoh :
makan dan kejadian diare dalam satu bulan terakhir pada 100 orang
2 x 2 berikut.
Tidak ada 18 64 82
Jumlah 20 80 100
7
D. Wabah dan KLB
tidak menular.
malapetaka.
wabah.
Contoh
tebal di kota London pada tahun 1952, efek polusi atmosfer oleh S02
Diagram 1.3.
8
Polusi atmosfer dan jumlah kematian per hari, London, 1952
BAB 2
A. Segitiga Epidemiologi
terjadinya penyakit. Segitiga ini terdiri atas pejamu (host), agen (agent),
PENJAMU
AGEN LINGKUNGAN
d. Agen infeksius:
parasit (skistosomiasis).
protozoa (amuba).
bakteri (tuberkulosis).
jamur (kandidiasis).
9
riketsia (tifus).
virus (poliomielitis)
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. Ras
agen
b. Lingkungan biologis:
c. Lingkungan sosial-ekonomi:
perkotaan)
B. Inferensi Kausal
10
Hubungan antara dua faktor A dan B dapat di klasifikasikan
sebagai:
cukup ada penyakit pasti akan timbal. Kausa perlu harus ada
tersebut.
E1 D E2 D
E1 D E2 D
11
E2 : kausa perlu E 2 ada; E 2 : kausa perlu E 2 tidak ada
D : penyakit D timbul; D : penyakit D tidak timbul
Epidemiologi Modern
KEJADIAN PENYAKIT
Contoh 2.1:
Contoh 2.2:
12
BAB. 3
EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF
A. Definisi
B. Karakteristik Orang
1. Usia
kelompok-kelompok tersebut.
Contoh 3.1:
A adalah 2.43%. Dari angka ini saja belum dapat dibuat kesimpulan
13
(persentase) tertinggi penderita ada pada kelompok usia > 65 tahun,
yaitu 21 77%.
Contoh 3.2:
Contoh 3.3:
14
Hodgkin per jutaan penduduk pada ras kulit putih di Brooklyn
pada kelompok usia dewasa dini dan kelompok usia lanjut. Penelusuran
Contoh 3.4:
15
Diagram 3.3. Anglia mortaLitas tahunan khan-usia kanker
payudara di beberapa negara, sekitar tahun 1945
2. Jenis kelamin
C. Karakteristik Tempat
jauh lebih tinggi hanya untuk wilayah tertentu, bahkan ada penyakit yang
tertentu.
16
Contoh 3.10:
Contoh 3.11:
17
Diagram 3.9. Distribusi kasus Iimfoma Burkitt yang
ditemukan di Afrika, 1962
D. Karakteristik Waktu
yang diambil pada waktu-waktu yang berbeda dari populasi yang sama.
Contoh 3.12
Januari 1969, yang disebabkan oleh adanya wabah influenza (flu Hong
18
Kong).
Contoh 3.13:
jenis kanker di Inggris dan Wales selama kurang lebih 50 tahun untuk
Contoh 3.14:
19
kelompok usia di Indonesia. 1993-2004.
BAB 4
Perinatal adalah jumlah lahir mati dan bayi yang mati dalam minggu
20
hidup). Angka Kematian Perinatal pada periode yang sama di Indonesia
penduduk, jumlah wanita usia subur, dan jumlah bayi selama periode
1980-2005 di Indonesia.
Tabel 4.1. Jurnlah penduduk, jumlah wanita usia subur, dan jumlah
bayi di Indonesia 1980-2005 (dalam ribuan)
Contoh 4.1:
21
Contoh 4.2:
Pada diagram 4.2 tampak bahwa selain oleh usia ibu, tingkat
kembali.
Kebidanan
pelayanan kebidanan:
1. Faktor-faktor reproduksi:
a. Usia
b. Paritas
22
b. Kehamilan ektopik
d. Perdarahan postpartum
e. Infeksi nifas
f. Gestosis
g. Distosia
h. Abortus provokatus
maternal
4. Faktor-faktor sosial-budaya:
c. Kesulitan transportasi
1. Keluarga Berencana
2. Pelayanan ante-natal
D. Ukuran Epidemiologi
23
ukuran frekuensi, ukuran asosiasi, dan ukuran dampak.
kasus prevalen adalah jumlah kasus (lama) yang ada pada suatu titik
24
N : anggota populasi pada saat to
lambang CI adalah: C1 = I
N'
Prevalensi ( prevalence; point prevalence ) pada saat to,
Contoh 4.4:
25
pengamatan), anggota 3 dan 4 sejak tahun ke-1, anggota 5 dan
4.
1- X
2- X
3-
4- X
Orang
5-
6-
7-
8- X
01 2 3 4 5 6
Waktu (tahun)
PT = (2 + 3 + 3 + 2 + 4 + 2 + 3 + 2) tahun = 21 tahun
lambang ID adalah:
ID = C
PT
ID = 4
21 tahun-1
26
Untuk data populasi atau kelompok berukuran besar,
orang diamati.
Contoh 4.5:
P = 120 = 0,024
5000
CI = 20 = 0,004
5000 - 120
4. Mortalitas
27
Jumlah kematian selama periode tertentu
Death rate = X 100 %
Jumlah penduduk pada pertengahan periode
pengamatan.
28
Tabel 4.2. Ukuran frekuensi untuk fertilitas, morbiditas, dan
mortalitas
frekuensi
Ukuran
Absolut Relatif
Fertilitas Jumlah kelahiran (crude) birth rate
Fertility rate
sebagaimana mestinya:
FR = J u m l a h b a y i l a h i r h i d u p x 1000
Jumlah wanita 15-49 tahun
29
diganti dengan jumlah kelahiran hidup yang tercatat.
tahun.
dan attack rate untuk mengacu pada pengertian fatality risk dan
attack risk.
E. Surveilans Epidemiologi
jaringan orang dan kegiatan yang memelihara proses ini dan dapat
internasional.
30
kesehatan untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut.
dari surveilans.
mendatang.
31
yang diinginkan?
diinginkan?
ditunjang harus memiliki lalu lintas dua arah dan bersifat timbal balik.
bidang pekerjaannya.
Contoh 4,6:
dengan 1984. Laporan ini cukup lengkap dan konsisten, serta dikirimkan
tahun berturut-turut
32
Sumber data: RS Singaraja, Negara, Tabanan, Wanangaya, Sanglah,
Gianyar, Bangli, Klungkung, dan Amlapura .
Februari-Mei
33
Lampiran IV.1
34
Tabel IV.2. Cakupan layanan ante-natal di beberapa wilayah Asia
35
Lampiran IV.2
36
Definisi :
37
Jumlah Ibu hamil yang mendapat
Pers entas e ibu tablet Fe di suatu wilayah tertentu
ha m il ya ng selama 1 tahun.
mend a pa t ta blet =
Fe
x 100 %
Jumlah ibu yang ada pada wilayah dan
tahun yang sama
38
Lampiran IV.3
yang akan dan dapat dijalani serta jenis data yang akan dikumpulkan. Di
sini hanya akan diperlihatkan tiga rancangan studi dasar yang Lazim
39
A. Rancangan Studi Cross-Sectional
dan tidak terpajan, tidak sakit dan terpajan, serta tidak sakit dan tidak
Exposure E E Jumlah
C a b a+b
C c d c+d
Jumlah a+c b+d n
N = populasi target
C = kasus prevalen
E = subjek terpajan
E Terpajan ( E )
40
S Sampling (acak) probabilitas
panjang.
dilakukan penggalian data pajanan yang ada di masa lalu, baik dengan
IV.3).
E E Jumlah
Kasus a b a+b
Non-kasus c d c+d
Jumlah a+c b+d n
41
Diagram IV.3. Rancangan studi kasus kontrol
42
Tabel IV.5. Paparan umum hasil studi Kohort
Exposure E E Jumlah
D a b a+b
D c d c+d
Jumlah a+c b+d n
Prosedur optimal
penyakit.
tertentu.
43
2. Kelemahan Rancangan Studi Kohort:
terkena panajan)
dengan kegiatan fisik aktif dan 100 orang dengan kegiatan fisik tidak
orang dari kelompok kegiatan fisik aktif dan 2 orang dari kelompok
CI 1 = 42 = 0,44
96
CI 2 = 72 = 0,73
98
44
CI 2 0,73
besar daripada satu dan merupakan faktor preventif jika CIR secara
diambil sampel 100 orang penderita PJK dan 100 orang kontrolnya yang
lambang OR :
OR = (53)(166) = 1,76
(147)(34)
Untuk penyakit yang jarang (rare disease ), yaitu penyakit dengan
45
(cross-sectional ) yang memperlihatkan pengkajian hubungan antara
P = 100 = 0,20
500
Prevalensi pada kelompok terpajan, prevalensi pada kelompok
OR = (40)(320) = 2,67
(60)(80)
46
BAB 5
WABAH
A. Pengertian Wabah
wabah.
untuk jenis penyakit yang sama dan diperkirakan penyakit ini dapat
47
menurut undang-undang dan peraturan pemerintah yang berlaku
Contoh 5.1 :
48
maupun paruh kedua bulan September.
B. Bentuk Wabah
Salmonellosis.
laboratorium).
serum.
d.
49
Populasi Rentan Orang Terinfeksi Yang Menginfeksi Orang Lain
Populasi Imun Orang terinfeksi yang gagal menginfeksi orang lain
wabah.
diagnosis.
50
Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, isolasi penderita dan karantina
ditentukan.
a. bibit penyakit/kuman
harkatnya sebagai
menanggulangi wabah.
51
Upaya penanggulangan wabah di atas dilaksanakan dengan
pembangunan nasional.
penanggulangan seperlunya.
D. Karantina
52
lebih lanjut.
orang dalam suatu stasiun karantina, rumah sakit, atau tempat lain oleh
udara.
terdapat:
kuning.
53
Lampiran V.1
penyakit kolera, pes, dan demam kuning. Pada tahun 1969 Peraturan
beberapa kali modifikasi (terakhir pada tahun 2005), penyakit yang harus
Cacar
54
B. Kasus yang harus dilaporkan jika memenuhipersyaratan
tertentu:
Kolera
Pes pneumonia
Demam kuning
serius.
pembatasan perdagangan.
55
BAB 6
SKRINING
A. Pengertian Skrining
pengobatannya.
B. Tujuan Skrining
56
dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang
lain, yaitu:
57
pengendalian penyakit dalam waktu dekat.
penyakit atau kondisi media apa yang akan dicari pada skrining. Kriteria
merokok?.
klinis payudara.
3. Aman
D. Efek Skrining
tidak akan berubah, walaupun ada perolehan lead time, yaitu periode
58
Contoh 6.1:
usia 35 tahun, Kasus akan terdeteksi pada usia 35 tahun. Kasus akan
terdeteksi pada usia 53,5 tahun jika skrining dilakukan, namun tanpa
skrining diagnosis baru akan dibuat pada usia 55 tahun ketika pasien
1.5 tahun antara usia 53.5 tahun dan 55 tahun ini dinamakan interval
lead time.
pada titik D.
penyakit.
59
parah dan kematian karena penyakit tidak terjadi sama sekali.
akal?
E. Uji Diagnostik
60
pemeriksaan fisik, maupun pemeriksaan penunjang lainnya.
Tidak ada uji diagnostik yang sempurna, dalam arti bahwa jika hasil
61
Sensitivitas ( Se ): Proporsi yang hasil ujinya positif di antara
yang sakit.
Nilai prediksi positif (PV+): Proporsi yang sakit di antara yang hasil
ujinya positif.
Nilai prediksi negatif (PV-): Proporsi yang tidak sakit di antara yang
P : Prevalensi.
Contoh 6.2:
(PV+), nilai prediksi negatif ( PV-), rasio likelihood positif (LR+), dan
62
Contoh 6,3:
63
Sensitivitas adalah proporsi positif benar di antara yang sakit:
Se = 215 = 93 %
230
sedangkan spesifisitas adalah proporsi negatif benar di antara yang
tidak sakit:
Sp = 114 = 1822 = 88 %
130 2070
P a = 230 = 64 %
360
P b = 230 = 10 %
2300
sakit menjadi 46%, berarti di antara tiap 100 orang yang hasil
64
benar menderita miokard infark. Sebaliknya, nilai-nilai rasio likelihood
F. Uji Ganda
dilakukan uji ganda (multiple tests). Pengujian ganda dengan dua atau
Pada uji paralel, subjek menjalani dua atau lebih uji sekaligus.
antara uji yang dijalani memberi hasil positif. Sebaliknya pada uji
serial, tiap uji lanjutan hanya akan dikerjakan apabila hasil uji
terdahulu positif. Hasil uji ganda baru akan dianggap positif jika
seluruh uji yang dijalani memberi hasil positif (diagram 6,4). Uji serial
menurunkan spesifisitas.
Contoh 6.4:
65
80% dan spesifisitas 60%, sedangkan uji B memiliki sensitivitas 90% dan
spesifisitas 90%.
menjadi 72%.
Contoh 6.5:
66
Diagram 6.5. Uji diagnosis tunggai penyakit sifilis
dengan pemeriksaan TPHA
67
Diagram 6.5. Uji diagnosis ganda penyakit sifilis secara serial
dengan pemeriksaan VDRL dan TPHA
68
BAB 7
1893. WHO mengambil alih pengelolaan ICD sejak edisi keenam yang
ICD-9 diterbitkan pada tahun 1977 dan ICD-10 pada tahun 1992
kesehatan lain untuk dicatat pada berbagai tipe rekam kesehatan dan
Contoh 7.1:
salah sate tipe nyeri kepala primer yang cukup sering didapatkan dalam
fikasi penyakit, kode dengan desimal '.8' digunakan untuk 'other' dan
69
terbatas, pencatatan kode penyakit seringkali dilakukan tanpa digit
desimal.
dengan ICD-10
Epidemiologi
tidak dilakukan secara rinci. Baik tabel maupun grafik biasanya masih
Contoh 7.2:
70
dapat ditulis dengan huruf kecil kecuali huruf pertama ataupun
Data pada tabel 7.2 dapat Pula disajikan dalam bentuk grafik.
Pada diagram 7.1 diperlihatkan penyajian data tabel 7.2 dalam bentuk
71
Diagram 7.2. Kematian ibu hamil di Sri Lanka, 1940-198S; Jumlah
kematian ibu hamil per 100,000 kelahiran hidup.
Contoh 7.4:
series ), yaitu kematian ibu hamil di Sri Lanka selama periode 1940-
Contoh 7.4:
Contoh 7.5:
72
Pada diagram 7.4 diperlihatkan penyebab kematian utama ibu
persepsi sekilasnya.
Epidemiologi
73
epidemiologi pada umumnya terdiri atas:
1. Judul Laporan
2. Pendahuluan
3. Lear belakang
4. Tujuan survei/penyelidikan
5. Metode survei/penyelidikan
7. Pembahasan
8. Ringkasan
9. Kepustakaan
Judul laporan
Pendahuluan
yang telah terjadi, dimana dan bilamana terjadinya, serta siapa yang
Latar belakang
74
umum, distribusi menurut penghasilan, jenis pekerjaan,
Tujuan survei/penyelidikan
sebuah penelitian.
Metode survei/penyelidikan
lain yaitu.
Hasil survei/penyelidikan
a. Tabel.
Pembahasan
75
dan/atau analisis statistik. Ulasan dapat berupa perbandingan
pembuktian statistik.
KLB?.
e. Dan sebagainya.
Ringkasan
lain:
sebagainya).
d. Kepentingan penyelidikan.
e. Kesimpulan
76
Kepustakaan
77